Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

ANALISIS INVESTASI
MAKALAH

Disusun oleh:

Tim Penulis NPM


Riana Deztiani 120110170041
Nadya Eka Putri Agus 120110170077
Fitriani 120110170044

Dosen : Bapak Ivan Yudianto, S.E., Ak., M.Si

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
Semester Genap. Makalah ini membahas tentang “Analisis Investasi” dilihat dari segi
akuntansi sektor publik.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ivan Yudianto, S.E., Ak.,
M.Si selaku dosen Akuntansi Sektor Publik kami yang telah memberikan materi-materi tentang
DSS dan ES sebelumnya dan juga kepada pihak-pihak lainnya yang turut membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun akan sangat kami harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Jatinangor, 16 April 2019

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada
masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas
kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran rutin,karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek
jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutinlebih berdampak jangka pendek. Kesalahan
dalam melakukan pengambilan keputusan investasitidak saja akan berdampak pada anggaran
tahun berjalan, namun juga akan membebani anggarantahun-tahun berikutnya. Investasi
publik kaitan yang erat dengan penggararan modal/investasi.
Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek
dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran
modal/investasi.Untuk memberikan mekanisme dalam mengatur proyek investasi publik
secara lebih efisien dan efektif,maka perlu dilakukan analisis investasi secara
mendalamAnalisis investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi
sumber daya, dan praktik manajemen keuangan di sector publik. Selain itu, program
investasi public merupakan bentuk dari dual budgeting , yaitu pemisahan anggaran
modal/investasi dari anggaran rutin. investasi merupakan suatu pengeluaran modal saat ini
untuk mengharapkan pengembalian atau hasil pada masa yang akan datang.
Pada umumnya perusahaan mencurahkan sejumlah besar modal untuk sebuah proyek
investasi yang diharapkan memberikan manfaat untuk masa depan dalam beberapa tahun
melalui investasi modal yang direncanakan dengan baik badan usaha dapatmengembalikan
profitabilitas mendapatkan kembali atau memperluas pangsa pasar merespons perubahan
iklim bisnis,mengurangi biaya, meningkatkan kualitas dan memperkuat proses strategis
bisnis di seluruh mata rantai nilai mereka. Perusahaan dapat mengamankan keunggulan
kompetitifnya dengan mengusahakan strategi biaya rendah (yaitu biaya kepemimpinan) atau
strategi diferensiasi produk. Keputusan investasi modal harus mendukung landasan strategis
perusahaan.
Analisis investasi (investment analysis) dimaksudkan sebagai upaya untuk
memperkirakan prospek suatu investasi di masa yang akan datang. Analisis ini sangat
diperlukan dengan pertimbangan kondisi investasi masa yangakan datang bersifat tidak pasti
(uncertainty). Di kebanyakan negara berkembang ,anggaran bertujuan untuk pembangunan
dan anggran rutin di pisahkan Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja
modal, merupakan salah satu pengeluaran investasi jangka panjang dalam kegiatan
perekonomian. Karena investasi publik ini memiliki dampak jangka panjang, menyebabkan
perencanaan alokasi sumber daya menjadi sangat penting. Pemerintah harus benar-benar
memperhatikan apakah seluruh sumber daya yang dimiliki akan seluruhnya digunakan untuk
konsumsi saat periode berjalan atau diinvestasikan untuk beberapa periode ke depan. Hal ini
termasuk salah satu masalah yang dihadapi oleh pemerintah pada pengambilan keputusan
dalam investasi publik.
Mardiasmo (2002: 31) mengatakan bahwa: Fenomena yang terjadi dalam
perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah . Pada
dasarnya, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure)
atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Akuntansi Sektor Publik memiliki peran yang sangat vital dalam
memberikan informasi dan disclosure atas aktivitas kinerja finansial pemerintah daerah untuk
memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik. Salah satu pelayanan publik
yang diberikan oleh pemerintah yaitu investasi dalam bentuk pembangunan di daerah,
khususnya yang merupakan hasil pembangunan yang secara langsung dapat dinikmati oleh
masyarakat. Jadi, investasi publik ini merupakan bentuk pelaksanaan fungsi pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat .
Pada dasarnya, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan
(disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Akuntansi Sektor Publik memiliki peran yang sangat vital dalam
memberikan informasi dan disclosure atas aktivitas kinerja finansial pemerintah daerah untuk
memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik. Salah satu pelayanan publik
yang diberikan oleh pemerintah yaitu investasi dalam bentuk pembangunan di daerah,
khususnya yang merupakan hasil pembangunan yang secara langsung dapat dinikmati oleh
masyarakat. Jadi, investasi publik ini merupakan bentuk pelaksanaan fungsi pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat
1.2 Rumusan Masalah Penulisan
a. Apa saja program dalam investasi publik ?
b. Bagaimana penetuan kebutuhan investasi publik ?
c. Bagaimana aspek kelayakan investasi ?
d. Bagaimana faktor faktor yang mempengaruhi investasi publik ?
e. Bagaimana teknik dasar penilaian investasi publik ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui apa saja program yang digunakan dalam investasi publik.


b. Mengetahui penentuan kebutuhan investasi publik.
c. Mengetahui aspe aspek kelayakan investasi.
d. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi investasi publik
e. Mengetahui teknik dasar penilaian investasi publik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Program Investasi Publik
Tugas pemerintah sebagai pelayan masyarakat dan melaksanakan fungsi pelayanan
akan dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan publik. Keputusan investasi publik
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan proogram, kegiatan dan fungsi yang menjadi
prioritas kebijakan. Investasi publik memiliki kaitan erat dengna penganggaran
modal/investasi. Anggaran Modal adalah bagian dari APBN yang dipergunakan untuk
membiayai kegiatan investasi.
Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek
jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek. Kesalahan
dalam melakukan pengambilan keputusan investasi tidak saja akan berdampak pada anggaran
tahun berjalan, namun juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya.
Untuk memberikan mekanisme dalam mengatur proyek investasi publik secara lebih
efisien dan efektif, maka perlu dilakukan analisis investasi secara mendalam. Analisis
investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi sumber daya, dan
praktik manajemen keuangan di sector publik. Selain itu, program investasi public
merupakan bentuk dari dual budgeting, yaitu pemisahan anggaran modal/investasi dari
anggaran rutin.
Di kebanyakan Negara berkembang, anggaran pembangunan dan anggaran rutin
dipisahkan. Fokus perhatiannya ditujukan untuk mengintegrasikan kebijakan dengan
pengeluaran manajemen. Dalam praktiknya terdapat permasalahan yang sulit diselesaikan,
dianataranya adalah:
1. Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan program yang
komprehensif.
2. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang.
3. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.
4. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi dan
pengeluaran rutin.
Sebelum diambil keputusan untuk melakukan investasi, pemerintah terlebih dahulu perlu
menentukan kebutuhan investasi yang diperlukan. Untuk menentukan kebutuhan investasi
perlu dilakukan evaluasi yang mencakup:
1. Inventarisasi investasi
2. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai investasi, konsidi
barang modal yang saat ini ada, apakah baik atau buruk.
3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.
4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang.
5. Inventasrisasi kebutuhan investasi
6. Evaluasi kelayakan investasi.
7. Kriteria kelayakan investasi meliputi aspek-aspek teknis, sosial-budaya, financial dan
aspek ekonomi, dan aspek distribusi. Perhitungan kelayakan investasi dapat dilakukan
dengan menggunakan alat analisis, misalnya: NPV, IRR, ARR, PP (Payback Period),
Cost-Benefit Analysis, dan Cost Effectiveness Analysis.

2.2 Penentuan Kebutuhan Investasi Publik


Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan
ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum dilakukan
investasi sangat penting dilakukan karena investasi publik berkaitan erat dengan masalah
transparansi dan kewajaiaran anggaran. Penentuan kebutuhan investasi publik terkait dengan
dua kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas dan peningkatan kualitas investasi.
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi. Salah satu
penggolongannya adalah:
1. Investasi penggantian

Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur manfaat
barang modal. Bila umur ekonomi barang modal telah habis, maka perlu pembelian
barang modal baru untuk menggantinya. Penilaian investasi public perlu
mempertimbangkan umur teknis dan umur ekonomis dari barang modal yang akan
dibeli. Umur ekonomi terkait dengan perkiraan waktu efektif suatu barang modal
dapat memberikan manfaat, sedangkan umur teknis terkait dengan kemampuan
barang modal dalam memberikan manfaat hingga tidak mampu lagi memberikan
manfaat. Jadi umur teknis suatu barang modal bisa lebih lama daripada umur
ekonomisnya. Bila barang modal telah using dan tidak mampu lagi memberikan
manfaat, berarti umur teknis barang modal tersebut telah habis.

2. Investasi penambahan kapasitas

Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan peningkatan
cakupan pelayanan. Jumlah penambahan unit barang modal ditentukan oleh
produktivitas barang modal yang saat ini ada. Produktivitas barang modal diukur
berdasarkan rasio antara input dengan output yang dihasilkan. Rasio ini pada dasarnya
mencerminkan tingkat efisiensi barang modal yang bersangkutan. Jika suatu barang
modal sudah kurang (tidak) efisien lagi, sementara terjadi kenaikan cakupan
pelayanan yang harus dilakukan pemerintah, maka pemerintah harus
mempertimbangkan untuk melakukan investasi penambahan kapasitas.

3. Investasi baru

Investasi juga dapat berupa investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis
investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis, ekonomi, sosial-budaya,
dan aspek distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.
Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola manfaat barang
modal. Bila umur ekonomi barang modal telah habis, maka perlu pemberian barang modal
baru untuk menggantinya. Penilaian investasi publik perlu mempertimbangkan umur teknis
dan umur ekonomis dari barang modal yang akan dibeli. Umur ekonomis terkait dengan
perkiraan waktu efektif suatu barang modal dapat memberikan manfaat sedangkan umur
teknis terkait dengan kemampuan barang modal dalam memberikan manfaat hingga tidak
mampu lagi memberikan manfaat. Jadi umur teknis suatu barang modal bisa lebih lama
daripada umur ekonomisnya. Bila barang modal telah usang dan tidak mampu lagi
memberikan manfaat, berarti umur teknis barang modal tersebut telah habis.
Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan apabila terjadi tuntutan peningkatan
cakupan pelayanan. Jumlah penambahan unit barang modal ditentukan oleh produktivitas
barang modal yang saat ini ada. Produktivitas barang modal diukur berdasarkan rasio antara
input dengan output yang dihasilkan. Rasio ini pada dasarnya mencerminkan tingkat efisiensi
barang modal yang bersangkutan. Jika suatu barang modal sudah kurang (tidak) efisien lagi,
sementara terjadi kenaikan cakupan pelayanan yang harus dilakukan pemerintah, maka
pemerintah harus mempertimbangkan untuk melakukan investasi penambahan kapasitas.
Investasi dapat juga berupa investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis
investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek, ekonomi, sosial-budaya dan aspek
distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.

2.3 Aspek Kelayakan Investasi


Dalam perencanaan dan analisis investasi harus mempertimbangkan beberapa aspek
yang secara bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh akibat
adanya suatu investasi tertentu. Seluruh aspek harus dipertimbangakn dan dievaluasi dalam
setiap tahap perencanaan anggaran dan siklus pelaksanaan, karena aspek-aspek tersebut satu
sama saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
o Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus
dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek
teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.

o Aspek Sosial dan Budaya

Untuk melaksanakan suatu proyek maka perlu mempertimbangkan implikasi sosial


yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Aspek sosial-budaya ini menyangkut
pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan merata, sehingga mampu
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Aspek sosial budaya mencakup
juga aspek legal lingkungan. Suatu proyek investasi yang akan dilakukan harus
mempertimbangkan aspek legalitas dan dampak lingkungan yang merugikan.

o Aspek Ekonomi dan Finansial


Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek
yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan
perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam
menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan. Aspek finansial
menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan.
Berdasarkan perencanaan anggaran, keputusan-keputusan mengenai efisiensi proyek
secara finansial, solvabilitas, dan likuiditas perlu dipertimbangkan.

o Aspek Distribusi

Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah


distribusi pelayanan public secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa
yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi;
dari mana mendapatkan modal untuk melaksanakan proyek, apakah dari public
revenue atau oleh individu; apakah terdapat pajak penghasilan atau tidak; apakah
proyek dijalankan oleh public agencies atau oleh individu. Aspek distribusi terkait
dengan keadilan dan persamaan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan public
(equity & equality).

2.4 Faktor Faktor Yang Memengaruhi Investasi Publik


Faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam analisis publik adalah :

 Tingkat diskonto yang digunakan

Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh


dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan
keuntungan yang diisyaratkan (required rate of return), maka proyek tersebut harus
ditolak. Perhitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam
analisis investasi.

Pada sektor swasta terdapat dua sumber pendanaan, yaitu pembiayaan modal (equity
finance) dan pembiayaan utang (debt finance). Keuntungan yang diperoleh para kreditor
sebagai pemberi utang, berupa pembayaran bunga utang, sedangkan investor memperoleh
keuntungan berupa deviden dan gain atas saham yang dimilikinya. Harga per saham
merefleksikan laba di masa depan yang diharapkan (expected future earnings).
Pembiayaan hutang memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan
modal sehingga kreditor akan meminta tingkat kembalian (rate of return) yang lebih
rendah dibandingkan dengan investor karena risiko investasi berbanding lurus
dengan return investasi. Semakin tinggi risiko investasi, maka return yang diharapkan
juga semakin tinggi. Disamping itu, pembiayaan utang memiliki biaya yang lebih kecil
dibandingkan dengan pembiayaan modal. Biaya utang (cost of debt) lebih murah
dibandingkan dengan biaya modal sendiri (cost of equity) karena pembayaran bunga
utang merupakan biaya yang mengurangi pajak. Biaya modal total dapat dinyatakan
dalam bentuk biaya modal rata-rata tertimbang dengan rumus:

Ko = Ke.(E/V) + (Kd.(1 – T).(D/V)

Keterangan:

Ko = biaya modal total

Ke = biaya modal (tingkat keuntungan yang diisyaratkan atas investasi modal)

Kd = biaya utang (tingkat keuntungan yang diisyaratkan atas investasi utang)

T = tingkat pajak

E = Harga pasar saham

D = harga pasar surat berharga utang

V = E + D = nilai pasar perusahaan secara keseluruhan

Berdasarkan asumsi bahwa seluruh biaya dan manfaat suatu proyek telah dinilai
cukup, masalah berikutnya yang perlu dipertimbangkan berfokus pada tingkat diskonto
(discount rate) yang cocok yang akan digunakan. Antara biaya dan manfaat terjadi pada
titik waktu yang berbeda, sehingga nilai tersebut perlu didiskontokan untuk beberapa
periode waktu sebelum berbagai alternatif investasi diperbandingkan untuk ditentukan
investasi mana yang akan dilakukan. Untuk tujuan analisis biaya manfaat, maka perlu
digunakan tingkat diskonto sosial (social discount rate).

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyatakan social
discount rate sebagai suatu tingkat yang merefleksikan preferensi masyarakat terhadap
manfaat saat ini atas manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang, atau
disebut social time preference time (STPR). Masalah yang muncul adalah bahwa alasan
memilih manfaat sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh penilaian individu
yang menilai terlalu rendah (underestimate) manfaat yang akan diperoleh di masa depan.
Asumsi dalam pendekatan ini adalah generasi mendatang akan lebih sejahtera daripada
generasi sekarang. Oleh karena itu dilakukan pengurangan terhadap
kebutuhanbenefits yang tersedia.

 Tingkat Inflasi

Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi


tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan
(expected future returns) sehingga semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan.
Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return semakin tinggi.

 Risk and Uncertainty


Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian
ekonomi dan hokum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan
kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Faktor-faktor
tersebut menyumbang risiko investasi suatu negara (country risk) yang jika sudah sangat
parah dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya keamanan berinvestasi,
penegakan hokum dan demokrasi, terjaminnya property right dan contract right dapat
menurunkan risiko investasi.

 Capital Rationing
Capital rationing adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan
dana untuk melakukan pengeluaran investasi. Dalam keadaan seperti ini terdapat
beberapa alternatif investasi yang dapat dilakukan akan tetapi tidak tersedia cukup dana
untuk membiayai investasi-investasi yang diajukan. Oleh karena itu harus dilakukan
perankingan investasi. Perankingan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio
manfaat/biaya atau dapat juga menggunakan model pemrograman linear.

Pada organisasi sector publik, selain memperhatikan faktor-faktor di atas penilaian


investasi publik juga harus memperhatikan hal-hal berikut:
o Tingkat utang pemerintah  Tingkat utang pemerintah adalah jumlah yang harus
dibayarkan pemerintah sehubungan dengan perolehan sumber pembiayaan diluar
pajak, seperti utang luar negeri dan obligasi pemerintah yaitu berupa bunga dan pokok
utang.

o Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan.  Disebut juga social opportunity cost
rate yang terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus dapat
menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang minimal sama dengan tingkat
keuntungan proyek sector swasta dengan penggunaan dana yang sama. Atau dengan
kata lain, dengan jumlah investasi yang sama, proyek investasi public yang dilakukan
pemerintah harus memiliki kualitas yang minimal sama jika proyek tersebut dilakukan
oleh swasta.

o Social time preference rate.  Social time preference rate merefleksikan tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk
kepentingan konsumsi di masa depan.

2.5 Teknik Dasar Penilaian Investasi Publik


Pada dasarnya, prinsip penilaian investasi sangat sederhana. Terdapat empat langkah
utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan
Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak alternatif investasi
untuk mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu perlu di identifikasi alternatif-
alternatif yang memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut. Keterkaitan antara satu
proyek dengan proyek yang lain perlu dipertimbangkan untuk mengetahui sejauh
mana penerimaan atau penolakan suatu investasi akan mempengaruhi investasi yang
lain.
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan (cost/
benefit relationship)
Perhitunga manfaat dan biaya harus pula memasukan analisis manfaat dan biaya
sosial yang di timbulkan dari investasi publik yang akan dilakukan. Pada organisasi
sektor publik biaya dan manfaat seringkali tidak dapat secara langsung diukur
dengan satuan uang, sehingga teknik-teknik analisis biaya manfaat sangat cocok
untuk diterapkan. Dalam analisis manfaat dan biaya, benefit (manfaat) ditekankan
pada semua keunggulan ekonomi dan social yang diperoleh, sedangkan untuk cost
(biaya) ditekankan pada kelemahan-kelemahan proyek yang di kuantifikasikan
dalam bentuk uang.
Sebagai contoh ketika suatu organisasi sektor publik merencanakan membuat sebuah
jalan baru, maka akan muncul monetary cost untuk biaya konstruksi dan perawatan.
Di samping itu juga akan timbul biaya-biaya sosial dari proyek tersebut, misal biaya
yang muncul dalam bentuk perusakan pemandangan, polusi udara, polusi suara,
kemungkinan bertambahnya kecelakaan dan lain sebagainya. Di lain pihak, manfaat-
manfaat sosial juga akan diperoleh dari pembuatan jalan baru tersebut seperti
pengurangan kemacetan lalu lintas. Mempercepat perjalanan, mengurangi biaya
pendistribusian barang dan lain sebagainya.
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupaih
Langkah kedua adalah menghitung manfaat dan biaya investasi dalam satuan rupiah.
Terkadan terdapat kesulitan dalam langkah kedua ini. Kesulitan yang dihadapi
adalah apabila biaya dan manfaat dari suatu proyek tidak dapat diukur dalam bentuk
rupiah, misalnya manfaat dan biaya sosial. Dalam konsisi tersebut yang dapat
dilakukan adalah menghitung nilai manfaat dari proyek yang secara tidak langsung,
yaitu dengan menggunakan analisis evektivitas biaya.
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi
Rasio biaya dan manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal penetuan
penerimaan proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi
perhitungan. Tidak semua biaya dan manfaat sosial dapat dimasukan dalam
perhitungan bahkan beberapadiantaranya tidak dapat dipakai dalam yang obyektif
dan moneter. Analisis moneter mungkin mengindikasikan bahwa proyek akan
memberikan nilai uang terbaik, tetapi faktor-faktor politik, respon pemerintah, serta
rekanan-tekanan sosial menyebabkan pertimbangan biaya manfaat diperlukan atas
proyek tersebut.

Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi. Teknik untuk


mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode, yaitu:
(1) metode penilaian investasi tradisional
(2) metode aliran kas yang didiskontokan (discunted cash flow/DCF).
Metode tradisional yang sering digunakan adalah
a) Tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (accounting rate of return on
capital employed-ROCE)
ROCE secara sederhana dirumuskan:
Laba akuntansi
Jumlah modal yang diinvestasikan

Informasi mengenai laba akuntansi diperoleh dari laporan rugi/laba organisasi,


sedangkan informasi modal dapat diketahui dari neraca.
Terdapat dua masalah menggunakan metode ROCE ini :
1) penghitung angka akuntansi didasarkan pada konsep akuntansi akrual dan
memasukan item-item bukan kas, seperti depresiasi dan cadangan kerugian piutang.
2) ROCE hanya mengukur periode tunggal tanpa memperhitungkan nilai waktu uang
(time value of money).
b) Payback period (pp).
Metode ini digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi.
Payback period dirumuskan sbb:
Investasi Awal
Payback Period =
Keuntungan Tahunan
Payback period merupakan teknik analisis investasi yang relatif mudah dan
sederhana. Sehingga banyak digunakan. Namun demikian, payback period
mengandung kelemahan yaitu :
1. Metode ini mengabaikan penerimaan – penerimaan investasi atau proceeds yang
diperoleh setelah payback period tercapai.
2. Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang
3. Metode payback period tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
investasi yang bersifat mutually exclusive.

*Rumus Pay Back Period jika kas pertahunnya jumlahnya sama

 Payback Period = Nilai Investasi / Proceed (Penerimaan Investasi)

Contoh soal:

Perusahaan YG mengusulkan proyek investasi dengan dana Rp. 700 juta dan
ditargetkan penerimaan dana investasi setiap tahunnya adalah Rp. 80 juta, berapa
pay back periodnya?

 Diketahui:
Nilai Investasi = Rp. 700 juta
Proceeds = Rp. 80 juta
 Jawab :
 Pay Back Period = Rp 700.000.000 / Rp 80.000.000 = 8, 75 Tahun ATAU
8 tahun 9 bulan.
Jadi, nilai Proyek sebesar Rp. 700 juta dapat dikembalikan investasinya
dalam waktu 8 tahun 9 bulan.

NB : Jika ada tambahan didalam soal seperti ini “Serta ada syarat period
pengembalian investasi selama 6 tahun”, maka dari peritungan diatas dapat
disimpulkan, bahwa: Waktu selama 8 tahun 9 bulan tersebut, telah melampui
batas yang telah ditentukan yaitu 6 tahun, jadi proyek tersebut tidak
diterima/ditolak, karena waktu pengembaliannya lebih lama dibandingkan
dengan waktu yang telah ditentukan.

*Pay Back Period jika kas pertahunnya jumlahnya


Contoh soal
Suatu usalan proyek investasi dari perusahaan JYP senilai Rp. 800 juta dengan umur
ekonomis yang telah ditentukan selama 6 tahun, dan syarat pengembaliannya selama 2
tahun dengan tingkat bungan 18% pertahunnya, dengan arus kas pertahunnya sebagai
berikut:
Tahun 1 Rp 400 juta Tahun 4 Rp 200 juta
Tahun 2 Rp 300 juta Tahun 5 Rp 150 juta
Tahun 3 Rp 250 juta Tahun 6 Rp 100 juta

Tentukan Pay Back Periodnya!

Jawab:

Hal yang pertama harus dilakukan adalah menerukan arus kas kumulatif dari data diatas
Arus kas dan arus kas kumulatif
n Arus kas Arus kas kumulatif

1 400.000.000 400.000.000
2 300.000.000 700.000.000
3 250.000.000 950.000.000
4 200.000.000 1.150.000.000
5 150.000.000 1.300.000.000
6 100.000.000 1.400.000.000

 Diketahui:
a : Rp 800 juta
b : Rp 700 juta
c : Rp 950 juta ( N+1) = Tahun ke-2 + 1 = tahun ke-3
n : 2 tahun
 Jawab :
 Pay Back Period : 2 + Rp. 800.000.000 – Rp. 700.000.000 X 1 tahun
Rp. 950.000.000 – Rp. 700.000.000
: 2 + Rp 100.000.000 X 1 tahun
Rp 250.000.000
: 2,4 atau 2 tahun 3 bulan

 Jadi Pay back Period sebesar Rp 800.000.000 dengan masa pengembalian


selama 2 tahun tidak bisa diterima/ditolak, karena waktu pengembalian
yaitu 2 tahun 3 bulan melebihi waktu yang diisyaratkan yaitu selama 2
tahun.

Metode penilaian investasi dengan menggunakan discount cash flow


 Net Present Value (NPV)
NPV dihitung dengan cara mendiskontokan aliran kas dimasa datang (future cash
flow) dengan faktor diskonto tertentu yang merefleksikan biaya kesempatan modal
( opportunity cost of capital). NPV diperoleh dengan cara mengurangkan
pengeluaran investasi awal dengan aliran kas dimasa depan yang di-presentvalue-
kan. Proyek yang memberikan nilai NPV positif adalah proyek yang memiliki
prioritas untuk diterima dan proyek yang nilai NPV-nya negatif adalah proyek yang
harus ditolak.
Net Present Value (NPV) dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐶𝐹₁ 𝐶𝐹₂ 𝐶𝐹₃ 𝐶𝐹𝑛
NPV = 𝐶𝐹₀ + + 2
+ 3
+ ⋯+
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)𝑛

Atau
𝑛
CF₁

(𝑙 + 𝑖)ˡ
𝑙=0

Keterangan :
i= tingkat diskonto
n= 1,.....,50th(umur proyek)
CF= cash flow

Dengan formulasi lain, NPV dinyatakan :


NPV = (Cash Flow x Present value factor) – investasi = (CF x pvf) 1

(CF x pvf)  disebut juga Gross Present Value.


Net Present Benefits (NPB)
NPB (Manfaat Bersih Sekarang) merupakan nilai bersih suatu proyek setelah
dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat
yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat
bunga yang berlaku.
NPB dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑀−𝐶 𝑀₂ 𝑀₃ 𝑀𝑛 − 𝐶𝑛
NPB = 𝑀₀ − 𝐶₀ + + + + ⋯ +
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)2 (𝑙 + 𝑖)3 (𝑙 + 𝑖)𝑛
Atau :
𝑛
Mn − Bn

(𝑙 + 𝑖)ˡ
𝑛−1
Dalam hal ini:
NPB = nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya pada tahun ke-n
I = tingkat bunga
n = 1,.....,50 th. (umur proyek)
M = manfaat
C = biaya

Catatan: proyek yang dipilih adalah jenis proyek yang memiliki nilai NPB tertinggi.

Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi yang
akan dilakukan.

Langkah menghitung NPV:

(1) Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang
didiskontokan pada biaya modal proyek,

(2) Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV proyek,

(3) Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif,
maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah mutually exclusive,
maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .

NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk membayar
kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan
atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan
lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian
yang diperlukan kepada pemegang saham perusahaan.

Keunggulan NPV = menggunakan konsep nilai waktu uang (time value of money).
–> Maka sebelum penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah mengetahui
atau menaksir aliran kas masuk di masa yang akan datang dan aliran kas keluar.

Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

(1) Taksiran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak,

(2) Informasi terebut haruslah didasarkan atas “incremental” (kenaikan atau selisih) suatu
proyek. Jadi harus diperbandingkan adanya bagaimana aliran kas seandainya dengan dan
tanpa proyek. Hal ini penting sebab pada proyek pengenalan produk baru, bisa terjadi
bahwa produk lama akan “termakan” sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam
pemasaran,

(3) Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek itu
direncanakan akan dibelanjai/didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut termasuk
sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk penilaian proyek
tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam perhitungan aliran kas ke luar,
maka akan terjadi penghitungan ganda.

 Internal rate of return (IRR)


IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol. Atau
dengan kata lain adalah ukuran yang menyetarakan aliran kas bersih dimasa datang
(future net cash flow) dengan pengeluaran investasi awal. IRR dinyatakan dalam
persentase, proyek yang memiliki nilai IRR yang besar adalah proyek yang
potensial untuk diterima.
IRR adalah suku bunga dimana ekivalensi nilai dari seluruh pemasukan
(penerimaan) yang terjadi pada suatu rencana investasi sama dengan ekivalensi nilai
dari seluruh pengeluarannya. IRR > MARR, maka rencana investasi tersebut layak
secara ekonomis. Bila ada beberapa alternatif maka dipilih rencana investasi yang
IRR-nya terbesar.

Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat
pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap
nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV
sama dengan nol.
IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu
proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return)
lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain
(bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). IRR digunakan dalam menentukan
apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan
bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of
return atau Minimum atractive rate of return (MARR) . MARR adalah laju
pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang
investor.

Contoh Kasus
Perusahan FajarJaya sedang mempertimbangkan suatu usulan proyek investasi
senilai Rp. 150.000.000, umur proyek diperkirakan 5 tahun tanpa nilai sisa.

Arus kas yang dihasilkan :

Tahun 1 adalah Rp. 60.000.000

Tahun 2 adalah Rp. 50.000.000

Tahun 3 adalah Rp. 40.000.000


Tahun 4 adalah Rp. 35.000.000

Tahun 5 adalah Rp. 28.000.000

Jika diasumsikan RRR = 10 % berapakah IRR?

Jawab :
*Dicoba dengan faktor diskonto 16%
 Tahun 1 arus kas: Rp.60.000.000 x 0,8621 = Rp.51.726.000
 Tahun 2 arus kas: Rp.50.000.000 x 0,7432 = Rp.37.160.000
 Tahun 3 arus kas: Rp.40.000.000 x 0,6417 = Rp.25.668.000
 Tahun 4 arus kas: Rp.35.000.000 x 0,5523 = Rp.19.330.500
 Tahun 5 arus kas: Rp.28.000.000 x 0,6419 = Rp.17.973.200

 Total PV = Rp.100.131.700
 Investasi Awal = Rp.150.000.000
 Net Present Value (NVP1) = - Rp. 49.868.300

*Dicoba dengan faktor diskonto 10%


 Tahun 1 arus kas: Rp.60.000.000 x 0,9090 = Rp.54.540.000
 Tahun 2 arus kas: Rp.50.000.000 x 0,8264 = Rp.41.320.000
 Tahun 3 arus kas: Rp.40.000.000 x 0,7513 = Rp.30.052.000
 Tahun 4 arus kas: Rp.35.000.000 x 0,6830 = Rp.23.905.000
 Tahun 5 arus kas: Rp.28.000.000 x 0,6209 = Rp.17.385.200
 Total PV = Rp.167.202.200
 Investasi Awal = Rp.150.000.000
 Net Present Value (NVP2) = Rp.17.202.200

Perhitungan interpolasi :

Selisih Selisih PV dengan


Selisih PV
Bunga Investasi Awal
10% Rp. 167.202.200 Rp. 167.202.200
16% Rp. 100.131.700 Rp. 150.000.000
6% Rp. 67.070.500 Rp. 17.202.200

 IRR = i2 + {NPV2 / (NPV1 - NPV2)} x (i2 – i2)


IRR = 10% + (Rp.17.202.200 / Rp. 67.070.500) x 6 %
IRR = 11,5388 %

 Kesimpulan : Usulan proyek investasi tersebut sebaiknya diterima, karena IRR >
10%

Untuk menganalisis usulan investasi publik, manajer publik dapat menggunakan alat
analisis yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek pada sektor swasta
misalnya NPV,IRR, payback,period, dan sebagainya.
2.6 Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)

Metode cost benefit analisys (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara
mengevaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value) dari seluruh
manfaat/keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh biaya proyrk tersebut.
Berdasarkan CBA kriteria keputusan penerimaan proyek didasarkan pada proyek – proyek
yang memberikan nilai keuntungan yang lebih besar dari biayanya. Keuntungan dari analisis
biaya manfaat harus memasukan keuntungan sosial dan biaya sosial. Proyek yang diterima
adalah proyek yang memiliki keuntungan sosial yang didiskontokan (discounted value of social
benefit) yang lebih besar dari nilai biaya sosial yang di-diskontokan (Discounted value of social
cost)
Analisis benefit-cost ratio dirumuskan sebagai berikut :

𝑀₁ 𝑀₂ 𝑀𝑛
M = 𝑀₀ + + 2
+ ⋯+
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)𝑛

𝐶₁ 𝐶₂ 𝐶𝑛
C = 𝐶₀ + + 2
+ ⋯+
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)𝑛

Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksankan bila (M/C) > l. Metode ini akan
memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB apabila B/C > l berarti (B – C) > 0 .

Benefit/cost ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡/𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
Gross present value =
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
Kelemahan metode B-C ratio adalah tidak adanya pedoman yang jelas mengenai hal-hal
yang masuk sebagai perhitungan biaya dan manfaat. Secara umum kelemahan ini disebabkan
karena adanya kesulitan dalam penghitungan manfaat dan biaya. Biaya dianggap sebagai
manfaat negatif. Dengan demikian B-C ratio dapat berpeluang memberikan hasil yang keliru
dalam menentukan proyek.

Sebagai contoh, Pemerintah memiliki dua proposal proyek yang membutuhkan investasi
sebesar Rp.16.000.000; dan memberikan aliran kas masuk Rp.9.200.000; satu tahun dari
sekarang. Proyek kedua membutuhkan investasi sebesar Rp.24.000.000; dengan aliran kas
sebesar Rp.7.200.000; per tahun selama 5 tahun. Jika tingkat keuntungan yang disyaratkan
sebesar 10 persen, maka perhitungan benefit/cost ratio adalah sebagai berikut:

Proyek Investasi Cash Inflow PV Gross Present Benefit/Cost


(10%) Value Ratio
A Rp.16.000.000; Rp.9.200.000; tahun 0,909 Rp.17.452.800; 1,09
1
B Rp.24.000.000; Rp.7.200.000; tahun 3,791 Rp.27.295.200; 1,14
1-5

Berdasarkan benefit/cost ratio, makaproyek B lebih layak diterima daripada proyek A


karena proyek B memiliki ratio manfaat atau biaya yang lebih besar dari proyek A.

Keputusan mengenai aktivitas investasi dalam private sektor ditekankan dengan manilai
apakah pemilik perusahaan akan menjadi lebih baik dengan melakukan investasi tersebut.
Sementara itu keputusan investasi dalam organisasi sektor publik lebih difokuskan pada
penilaian apakah masyarakat secara keseluruhan akan menjadi lebih baik dengan adanya
investasi tersebut.

Analisis biaya-manfaat dikembangkan sebagai alat untuk mengembangkan kriteria-


kriteria terhadap penilaian investasi terhadap sektor publik, termasuk disini manfaat sosial
bersih yang diperoleh dari investasi.

Untuk menentukan manfaat sosial bersih ini tidak hanya diperhitungkan manfaat yang
tangible melainkan juga termasuk manfaat yang intangible, seperti: bebas dari polusi, hidup
dengan lingkungan yang aman, penghematan waktu, dan lain sebagainya. Demikian halnya
ketika perhatian diarahkan pada pengukuran biaya, beberapa item yang bersifat intangible
seperti kerusakan lingkungan harus diperhitungkan.

Menurut Dixon (1994) dalam Blundell dan murdock (1997), analisis biaya-manfaat pada
dasarnya harus mengukur manfaat sosial bersih (net social benefit). Manfaat sosial bersih
secara garis besar dapat dinyatakan sebagai berikut 
Sosial benefit/private + External- Sosialcost/private cost + External= Net Social benefit

Dixon menerangkan bahwa terdapat tiga langkah dalam melakukan analisis biaya-
manfaat, yaitu:

1. Memutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukan.


Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya doubel counting,
yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau biaya yang lain
dimasukan secara bersama-sama. Misalnya dengan teknik pencegahan kebakaran
tertentu dapat menyebabkan pengurangan staf yang dibutuhkan tetapi dinas
pemadam kebaran memutuskan untuk menggunakan penghematan waktu tersebut
untuk pelatihan staf tambahan, maka dalam analisis biaya-manfaat tidak dapat
menghitung kedua-duanya sebagai manfaat. Demikian juga beberapa manfaat (efek)
yang relatif tidk signifikan perlu dimasukan dalam analisis biaya-manfaat . sebgai
contoh teknik pemadam kebakaran tertentu mungkin memiliki pengaruh berupa
pengurangan polusi lingkungan terkait dengan kejadian kebakaran rumah, namun
hal ini tidak signifikan dimasukan dalam analisis.
2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat
Manfaat dan biaya yang berwujud (langible) lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi
yang bersifat tidak berwujud (inlangible) relatif sulit untuk dihitung. Masih dengan
menggunakan contoh pemadam klebakaran diatas, cost of time yang dihabiskan oleh
petugas pemadam kebakaran merupakan bentuk niaya yang bersifat langible. Namun
demikian, jika teknik pemadam dinilai misalnya dengan jumlah orang yang
terselamatkan dari kebakaran, bagaimana kita menilai inlangible benefit tersebut
secara kuantitatif? Biasanya untuk mengukurnya digunakan harga bayangan
(shadow price) misalnya biaya nasional untuk merawat sejumlah x orang yang
menjadi korban kebakaran dan kehilagan pendapatan dan harta benda karena
peristiwa tersebut.
3. Timing dan aliran biaya dan manfaat
Tahap ketiga terkait dengan masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang
terjadi. Biasanya nilai yang tertinggi dimasukan dalam biaya atau manfaat yang
terjadi lebih awal. Untuk menyelesaikan biaya dan manfaat yang berbeda karena
waktu, maka digunakan tingkat diskonto (discount rate).

2.7 Analisis Efektifitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis)

Analsis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya
dan manfaat sosial secara kuantitatif. Analsis cost-effectiveness meliputi penilaian terhadap
biaya dan mafaat yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
dating atas suatu proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan,
namun tidak dinilai. Dengan kata lain, analisis cost-effectiveness memusatkan pada
pengukuran suatu yang dapat diukur.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebgai berikut:

1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut meliputi pula
penentuan biaya bangunan, perlatan, dan tanah. Hal ini penting karena sumber daya
yang diperlukan oleh sebuah proyek harus dinilai pada opportunity cost penuhnya.
Dengan demikian, jika organisasi menggunakan tanahnya sendiri yang mana sebuah
bangunan akan didirikan di atasnya, maka biaya yang dipakai harus dinilai
berdasarkan harga pasar pada saat itu (current market value).

2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang
diharapkan dari suatu proyek.

3. Membuat estimasi output terukut selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.

4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.

5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan


melakukan perbandingan. Prosedur yang biasa dipakai adalah menghitung nilai
sekarang (present value) tetapi proyek-proyek yang dimiliki umur yang berbedaa
mungkin lebih tepat dibandingkan dengan menggunakan biaya tahunan ekuivalen
(equivalent annual cost).

6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan manfaat


yang tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek yang akan dijalankan.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan analisis efektivitas
biaya. Kesulitan tersebut terjadi pada waktu membuat estimasi atau perkiraan mengenai
waktu dan besarnya jumlah biaya dan manfaat di masa dating. Kesulitan juga dialami pada
saat pemilihan tingkat diskonto (discount rate) yang tepat atau penyesuian untuk tiungkat
risiko dan ketidakpastian, sebagai gambaran dalam seksi pendahuluan pada analisa cost-
benefit. Namun demikian, mekanisme pendiskontoan pada dasarnya tidak berbeda dari yang
biasa diterapkan pada sektor swasta.

2.8 Contoh Kasus Analisis Investasi

INVESTASI DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH

Pembangunan Usaha Grosir di 20 Kecamatan

Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen berencana membangun usaha grosir yang meliputi 20
kecamatan di seluruh wilayahnya. Investasi ini dilakukan dengan pola bagi hasil antara
Pemda setempat dengan investor yang berminat. Pihak kecamatan akan menyiapkan lahan
yang lokasinya sesuai dengan master plan Pemda, sedangkan pembangunan dan
pengelolaannya diserahkan kepada investor.

Pemda telah menyiapkan lokasi yang strategis. Jumlah pelanggan prospektif dilihat dari
populasi penduduk Kabupaten Sragen ± 900.000 jiwa dengan 682.367 jiwa merupakan usia
produktif. Besarnya dana yang diperlukan untuk melakukan investasi tersebut:

o Tanah (ukuran 30mx40m2 x Rp 400.000) : Rp 480.000.000

o Bangunan (260 m2 x Rp 2.000.000) : Rp 520.000.000

o Modal Kerja : Rp. 500.000.000

o Peralatan komputer/mesin hitung : Rp 10.000.000

 Total : Rp 1.510.000.000

Analisis

Berdasarkan analisa investasi dapat disimpulkan, sebagai berikut:

 Pay Back Periode: 6,2 bulan

 NPV : 1.175.000.000,-
 IRR : 10,588 (baik)

Investasi di atas tergolong investasi baru dengan tujuan menyediakan tempat untuk usaha
grosir bagi masyarakat di 20 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sragen. Dengan demikian,
evaluasi investasi harus ditekankan pada keempat aspek berikut ini:

a. Aspek Teknis
Investasi usaha grosir tersebut telah memenuhi aspek teknis.

b. Aspek Sosial dan Budaya


Pembangunan usaha grosir ini kemungkinan besar berdampak pada penjual retail atau toko-
toko kecil yang sudah ada. Mereka akan kehilangan sebagian konsumen. Di sisi lain,
investasi ini juga menyediakan tempat usaha dan memberikan kesempatan kerja yang lebih
luas lagi. Dengan adanya investasi ini, diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
masyarakat sekitar. Selain itu, usaha grosir ini juga akan memudahkan konsumen atau
masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan sehari- hari.
Namun, tentunya terdapat social opportunity cost yang ditanggung oleh masyarakat dimana
pasti akan terjadi pertambahan polusi suara akibat aktivitas jual beli. Selain itu juga masalah
sampah dan kelancaran lalu lintas.

c. Aspek Ekonomi dan Finansial


Dari hasil analisis investasi yang telah dilakukan, dapat kita lihat bahwa indikator- indikator
tersebut menunjukkan bahwa investasi usaha grosir ini merupakan investasi yang
menguntungkan. Hasil perhitungan NPV positif dengan payback period yang relatif sangat
singkat, hanya 6, 2 bulan. Selain itu, dengan mengikutsertakan modal dari investor swasta,
maka investasi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.

d. Aspek Distribusi
Investasi ini memungkinkan terjadinya distribusi yang merata karena dilakukan di seluruh
kecamatan di Kabupaten Sragen. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya terpusat pada
kecamatan-kecamatan kota. Selain itu, proyek ini juga turut mengundang partisipasi dari
pihak swasta sehingga alokasi dana Pemerintah Daerah tidak akan terlampau banyak terkuras
di proyek ini saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi.
Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan
memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi.
Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan
ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum dilakukan
investasi sangat penting dilakukan karena investasi publik berkaitan erat dengan masalah
transparansi dan kewajaiaran anggaran. Penentuan kebutuhan investasi publik terkait dengan
dua kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas dan peningkatan kualitas investasi. Dalam
perencanaan dan analisis investasi harus mempertimbangkan beberapa aspek yang secara
bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh akibat adanya suatu
investasi tertentu yaitu aspek teknis, aspek social dan budaya, aspek ekonomi dan finansial,
dan aspek distribusi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis investasi publik adalah
o tingkat diskonto yang digunakan
o tingkat inflasi
o risiko dan ketidakpastian
o capital rationing.
Terdapat empat langkah utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi, yaitu
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan,
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan
(cost/benefit relationship),
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi.
Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi.
 Teknik untuk mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode
a) Metode penilaian investasi tradisional
b) Metode aliran kas yang didiskontokan (discounted cash flow/DCF)
 Metode tradisional yang sering digunakan
a. Tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (accounting rate of return on
capital employed-ROCE)

Laba akuntansi
𝑅𝑂𝐶𝐸 =
Jumlah modal yang diinvestasikan

b. Payback period (PP)


Investasi Awal
Payback Period =
Laba Tahunan
 Metode penilaian investasi dengan menggunakan Discount Cash Flow
a) Net present value (NPV)
𝑛
CF₁

(𝑙 + 𝑖)ˡ
𝑙=0
Net Present Benefits (NPB)
𝑛
Mn − Bn

(𝑙 + 𝑖)ˡ
𝑛−1
b) Internal rate of return (IRR)
IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol.

Analisis benefit-cost ratio


𝑀₁ 𝑀₂ 𝑀𝑛
M = 𝑀₀ + + 2
+ ⋯+
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)𝑛

𝐶₁ 𝐶₂ 𝐶𝑛
C = 𝐶₀ + + + ⋯ +
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)2 (𝑙 + 𝑖)𝑛

Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksankan bila (M/C) > l. Metode ini akan
memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB apabila B/C > l berarti (B – C) > 0 .

Benefit/cost ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡/𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
Gross present value =
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta.ANDI Yogyakarta
Cintokowati.2010. analisis investasi sektor
publik.(https://cintokowati.wordpress.com/2010/11/14/asp-analisis-investasi-sektor-publik/
diakses tanggal 06 Oktober 2016)
https://ngurahobelixs.blogspot.com/2018/02/akuntansi-sektor-publik-sap-6.html
https://www.scribd.com/upload-document
https://www.coursehero.com/file/31262608/5-Analisis-Investasi-Publikpdf/

Anda mungkin juga menyukai