ANALISIS INVESTASI
MAKALAH
Disusun oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JURUSAN AKUNTANSI
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
Semester Genap. Makalah ini membahas tentang “Analisis Investasi” dilihat dari segi
akuntansi sektor publik.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ivan Yudianto, S.E., Ak.,
M.Si selaku dosen Akuntansi Sektor Publik kami yang telah memberikan materi-materi tentang
DSS dan ES sebelumnya dan juga kepada pihak-pihak lainnya yang turut membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun akan sangat kami harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada
masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas
kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran rutin,karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek
jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutinlebih berdampak jangka pendek. Kesalahan
dalam melakukan pengambilan keputusan investasitidak saja akan berdampak pada anggaran
tahun berjalan, namun juga akan membebani anggarantahun-tahun berikutnya. Investasi
publik kaitan yang erat dengan penggararan modal/investasi.
Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek
dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran
modal/investasi.Untuk memberikan mekanisme dalam mengatur proyek investasi publik
secara lebih efisien dan efektif,maka perlu dilakukan analisis investasi secara
mendalamAnalisis investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi
sumber daya, dan praktik manajemen keuangan di sector publik. Selain itu, program
investasi public merupakan bentuk dari dual budgeting , yaitu pemisahan anggaran
modal/investasi dari anggaran rutin. investasi merupakan suatu pengeluaran modal saat ini
untuk mengharapkan pengembalian atau hasil pada masa yang akan datang.
Pada umumnya perusahaan mencurahkan sejumlah besar modal untuk sebuah proyek
investasi yang diharapkan memberikan manfaat untuk masa depan dalam beberapa tahun
melalui investasi modal yang direncanakan dengan baik badan usaha dapatmengembalikan
profitabilitas mendapatkan kembali atau memperluas pangsa pasar merespons perubahan
iklim bisnis,mengurangi biaya, meningkatkan kualitas dan memperkuat proses strategis
bisnis di seluruh mata rantai nilai mereka. Perusahaan dapat mengamankan keunggulan
kompetitifnya dengan mengusahakan strategi biaya rendah (yaitu biaya kepemimpinan) atau
strategi diferensiasi produk. Keputusan investasi modal harus mendukung landasan strategis
perusahaan.
Analisis investasi (investment analysis) dimaksudkan sebagai upaya untuk
memperkirakan prospek suatu investasi di masa yang akan datang. Analisis ini sangat
diperlukan dengan pertimbangan kondisi investasi masa yangakan datang bersifat tidak pasti
(uncertainty). Di kebanyakan negara berkembang ,anggaran bertujuan untuk pembangunan
dan anggran rutin di pisahkan Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja
modal, merupakan salah satu pengeluaran investasi jangka panjang dalam kegiatan
perekonomian. Karena investasi publik ini memiliki dampak jangka panjang, menyebabkan
perencanaan alokasi sumber daya menjadi sangat penting. Pemerintah harus benar-benar
memperhatikan apakah seluruh sumber daya yang dimiliki akan seluruhnya digunakan untuk
konsumsi saat periode berjalan atau diinvestasikan untuk beberapa periode ke depan. Hal ini
termasuk salah satu masalah yang dihadapi oleh pemerintah pada pengambilan keputusan
dalam investasi publik.
Mardiasmo (2002: 31) mengatakan bahwa: Fenomena yang terjadi dalam
perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah . Pada
dasarnya, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure)
atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Akuntansi Sektor Publik memiliki peran yang sangat vital dalam
memberikan informasi dan disclosure atas aktivitas kinerja finansial pemerintah daerah untuk
memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik. Salah satu pelayanan publik
yang diberikan oleh pemerintah yaitu investasi dalam bentuk pembangunan di daerah,
khususnya yang merupakan hasil pembangunan yang secara langsung dapat dinikmati oleh
masyarakat. Jadi, investasi publik ini merupakan bentuk pelaksanaan fungsi pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat .
Pada dasarnya, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan
(disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Akuntansi Sektor Publik memiliki peran yang sangat vital dalam
memberikan informasi dan disclosure atas aktivitas kinerja finansial pemerintah daerah untuk
memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik. Salah satu pelayanan publik
yang diberikan oleh pemerintah yaitu investasi dalam bentuk pembangunan di daerah,
khususnya yang merupakan hasil pembangunan yang secara langsung dapat dinikmati oleh
masyarakat. Jadi, investasi publik ini merupakan bentuk pelaksanaan fungsi pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat
1.2 Rumusan Masalah Penulisan
a. Apa saja program dalam investasi publik ?
b. Bagaimana penetuan kebutuhan investasi publik ?
c. Bagaimana aspek kelayakan investasi ?
d. Bagaimana faktor faktor yang mempengaruhi investasi publik ?
e. Bagaimana teknik dasar penilaian investasi publik ?
Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur manfaat
barang modal. Bila umur ekonomi barang modal telah habis, maka perlu pembelian
barang modal baru untuk menggantinya. Penilaian investasi public perlu
mempertimbangkan umur teknis dan umur ekonomis dari barang modal yang akan
dibeli. Umur ekonomi terkait dengan perkiraan waktu efektif suatu barang modal
dapat memberikan manfaat, sedangkan umur teknis terkait dengan kemampuan
barang modal dalam memberikan manfaat hingga tidak mampu lagi memberikan
manfaat. Jadi umur teknis suatu barang modal bisa lebih lama daripada umur
ekonomisnya. Bila barang modal telah using dan tidak mampu lagi memberikan
manfaat, berarti umur teknis barang modal tersebut telah habis.
Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan peningkatan
cakupan pelayanan. Jumlah penambahan unit barang modal ditentukan oleh
produktivitas barang modal yang saat ini ada. Produktivitas barang modal diukur
berdasarkan rasio antara input dengan output yang dihasilkan. Rasio ini pada dasarnya
mencerminkan tingkat efisiensi barang modal yang bersangkutan. Jika suatu barang
modal sudah kurang (tidak) efisien lagi, sementara terjadi kenaikan cakupan
pelayanan yang harus dilakukan pemerintah, maka pemerintah harus
mempertimbangkan untuk melakukan investasi penambahan kapasitas.
3. Investasi baru
Investasi juga dapat berupa investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis
investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis, ekonomi, sosial-budaya,
dan aspek distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.
Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola manfaat barang
modal. Bila umur ekonomi barang modal telah habis, maka perlu pemberian barang modal
baru untuk menggantinya. Penilaian investasi publik perlu mempertimbangkan umur teknis
dan umur ekonomis dari barang modal yang akan dibeli. Umur ekonomis terkait dengan
perkiraan waktu efektif suatu barang modal dapat memberikan manfaat sedangkan umur
teknis terkait dengan kemampuan barang modal dalam memberikan manfaat hingga tidak
mampu lagi memberikan manfaat. Jadi umur teknis suatu barang modal bisa lebih lama
daripada umur ekonomisnya. Bila barang modal telah usang dan tidak mampu lagi
memberikan manfaat, berarti umur teknis barang modal tersebut telah habis.
Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan apabila terjadi tuntutan peningkatan
cakupan pelayanan. Jumlah penambahan unit barang modal ditentukan oleh produktivitas
barang modal yang saat ini ada. Produktivitas barang modal diukur berdasarkan rasio antara
input dengan output yang dihasilkan. Rasio ini pada dasarnya mencerminkan tingkat efisiensi
barang modal yang bersangkutan. Jika suatu barang modal sudah kurang (tidak) efisien lagi,
sementara terjadi kenaikan cakupan pelayanan yang harus dilakukan pemerintah, maka
pemerintah harus mempertimbangkan untuk melakukan investasi penambahan kapasitas.
Investasi dapat juga berupa investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis
investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek, ekonomi, sosial-budaya dan aspek
distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.
Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus
dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek
teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.
o Aspek Distribusi
Pada sektor swasta terdapat dua sumber pendanaan, yaitu pembiayaan modal (equity
finance) dan pembiayaan utang (debt finance). Keuntungan yang diperoleh para kreditor
sebagai pemberi utang, berupa pembayaran bunga utang, sedangkan investor memperoleh
keuntungan berupa deviden dan gain atas saham yang dimilikinya. Harga per saham
merefleksikan laba di masa depan yang diharapkan (expected future earnings).
Pembiayaan hutang memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan
modal sehingga kreditor akan meminta tingkat kembalian (rate of return) yang lebih
rendah dibandingkan dengan investor karena risiko investasi berbanding lurus
dengan return investasi. Semakin tinggi risiko investasi, maka return yang diharapkan
juga semakin tinggi. Disamping itu, pembiayaan utang memiliki biaya yang lebih kecil
dibandingkan dengan pembiayaan modal. Biaya utang (cost of debt) lebih murah
dibandingkan dengan biaya modal sendiri (cost of equity) karena pembayaran bunga
utang merupakan biaya yang mengurangi pajak. Biaya modal total dapat dinyatakan
dalam bentuk biaya modal rata-rata tertimbang dengan rumus:
Keterangan:
T = tingkat pajak
Berdasarkan asumsi bahwa seluruh biaya dan manfaat suatu proyek telah dinilai
cukup, masalah berikutnya yang perlu dipertimbangkan berfokus pada tingkat diskonto
(discount rate) yang cocok yang akan digunakan. Antara biaya dan manfaat terjadi pada
titik waktu yang berbeda, sehingga nilai tersebut perlu didiskontokan untuk beberapa
periode waktu sebelum berbagai alternatif investasi diperbandingkan untuk ditentukan
investasi mana yang akan dilakukan. Untuk tujuan analisis biaya manfaat, maka perlu
digunakan tingkat diskonto sosial (social discount rate).
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyatakan social
discount rate sebagai suatu tingkat yang merefleksikan preferensi masyarakat terhadap
manfaat saat ini atas manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang, atau
disebut social time preference time (STPR). Masalah yang muncul adalah bahwa alasan
memilih manfaat sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh penilaian individu
yang menilai terlalu rendah (underestimate) manfaat yang akan diperoleh di masa depan.
Asumsi dalam pendekatan ini adalah generasi mendatang akan lebih sejahtera daripada
generasi sekarang. Oleh karena itu dilakukan pengurangan terhadap
kebutuhanbenefits yang tersedia.
Tingkat Inflasi
Capital Rationing
Capital rationing adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan
dana untuk melakukan pengeluaran investasi. Dalam keadaan seperti ini terdapat
beberapa alternatif investasi yang dapat dilakukan akan tetapi tidak tersedia cukup dana
untuk membiayai investasi-investasi yang diajukan. Oleh karena itu harus dilakukan
perankingan investasi. Perankingan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio
manfaat/biaya atau dapat juga menggunakan model pemrograman linear.
o Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan. Disebut juga social opportunity cost
rate yang terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus dapat
menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang minimal sama dengan tingkat
keuntungan proyek sector swasta dengan penggunaan dana yang sama. Atau dengan
kata lain, dengan jumlah investasi yang sama, proyek investasi public yang dilakukan
pemerintah harus memiliki kualitas yang minimal sama jika proyek tersebut dilakukan
oleh swasta.
o Social time preference rate. Social time preference rate merefleksikan tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk
kepentingan konsumsi di masa depan.
Contoh soal:
Perusahaan YG mengusulkan proyek investasi dengan dana Rp. 700 juta dan
ditargetkan penerimaan dana investasi setiap tahunnya adalah Rp. 80 juta, berapa
pay back periodnya?
Diketahui:
Nilai Investasi = Rp. 700 juta
Proceeds = Rp. 80 juta
Jawab :
Pay Back Period = Rp 700.000.000 / Rp 80.000.000 = 8, 75 Tahun ATAU
8 tahun 9 bulan.
Jadi, nilai Proyek sebesar Rp. 700 juta dapat dikembalikan investasinya
dalam waktu 8 tahun 9 bulan.
NB : Jika ada tambahan didalam soal seperti ini “Serta ada syarat period
pengembalian investasi selama 6 tahun”, maka dari peritungan diatas dapat
disimpulkan, bahwa: Waktu selama 8 tahun 9 bulan tersebut, telah melampui
batas yang telah ditentukan yaitu 6 tahun, jadi proyek tersebut tidak
diterima/ditolak, karena waktu pengembaliannya lebih lama dibandingkan
dengan waktu yang telah ditentukan.
Jawab:
Hal yang pertama harus dilakukan adalah menerukan arus kas kumulatif dari data diatas
Arus kas dan arus kas kumulatif
n Arus kas Arus kas kumulatif
1 400.000.000 400.000.000
2 300.000.000 700.000.000
3 250.000.000 950.000.000
4 200.000.000 1.150.000.000
5 150.000.000 1.300.000.000
6 100.000.000 1.400.000.000
Diketahui:
a : Rp 800 juta
b : Rp 700 juta
c : Rp 950 juta ( N+1) = Tahun ke-2 + 1 = tahun ke-3
n : 2 tahun
Jawab :
Pay Back Period : 2 + Rp. 800.000.000 – Rp. 700.000.000 X 1 tahun
Rp. 950.000.000 – Rp. 700.000.000
: 2 + Rp 100.000.000 X 1 tahun
Rp 250.000.000
: 2,4 atau 2 tahun 3 bulan
Atau
𝑛
CF₁
∑
(𝑙 + 𝑖)ˡ
𝑙=0
Keterangan :
i= tingkat diskonto
n= 1,.....,50th(umur proyek)
CF= cash flow
Catatan: proyek yang dipilih adalah jenis proyek yang memiliki nilai NPB tertinggi.
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi yang
akan dilakukan.
(1) Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang
didiskontokan pada biaya modal proyek,
(2) Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV proyek,
(3) Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif,
maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah mutually exclusive,
maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .
NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk membayar
kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan
atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan
lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian
yang diperlukan kepada pemegang saham perusahaan.
Keunggulan NPV = menggunakan konsep nilai waktu uang (time value of money).
–> Maka sebelum penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah mengetahui
atau menaksir aliran kas masuk di masa yang akan datang dan aliran kas keluar.
Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
(2) Informasi terebut haruslah didasarkan atas “incremental” (kenaikan atau selisih) suatu
proyek. Jadi harus diperbandingkan adanya bagaimana aliran kas seandainya dengan dan
tanpa proyek. Hal ini penting sebab pada proyek pengenalan produk baru, bisa terjadi
bahwa produk lama akan “termakan” sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam
pemasaran,
(3) Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek itu
direncanakan akan dibelanjai/didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut termasuk
sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk penilaian proyek
tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam perhitungan aliran kas ke luar,
maka akan terjadi penghitungan ganda.
Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat
pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap
nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV
sama dengan nol.
IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu
proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return)
lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain
(bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). IRR digunakan dalam menentukan
apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan
bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of
return atau Minimum atractive rate of return (MARR) . MARR adalah laju
pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang
investor.
Contoh Kasus
Perusahan FajarJaya sedang mempertimbangkan suatu usulan proyek investasi
senilai Rp. 150.000.000, umur proyek diperkirakan 5 tahun tanpa nilai sisa.
Jawab :
*Dicoba dengan faktor diskonto 16%
Tahun 1 arus kas: Rp.60.000.000 x 0,8621 = Rp.51.726.000
Tahun 2 arus kas: Rp.50.000.000 x 0,7432 = Rp.37.160.000
Tahun 3 arus kas: Rp.40.000.000 x 0,6417 = Rp.25.668.000
Tahun 4 arus kas: Rp.35.000.000 x 0,5523 = Rp.19.330.500
Tahun 5 arus kas: Rp.28.000.000 x 0,6419 = Rp.17.973.200
Total PV = Rp.100.131.700
Investasi Awal = Rp.150.000.000
Net Present Value (NVP1) = - Rp. 49.868.300
Perhitungan interpolasi :
Kesimpulan : Usulan proyek investasi tersebut sebaiknya diterima, karena IRR >
10%
Untuk menganalisis usulan investasi publik, manajer publik dapat menggunakan alat
analisis yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek pada sektor swasta
misalnya NPV,IRR, payback,period, dan sebagainya.
2.6 Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)
Metode cost benefit analisys (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara
mengevaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value) dari seluruh
manfaat/keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh biaya proyrk tersebut.
Berdasarkan CBA kriteria keputusan penerimaan proyek didasarkan pada proyek – proyek
yang memberikan nilai keuntungan yang lebih besar dari biayanya. Keuntungan dari analisis
biaya manfaat harus memasukan keuntungan sosial dan biaya sosial. Proyek yang diterima
adalah proyek yang memiliki keuntungan sosial yang didiskontokan (discounted value of social
benefit) yang lebih besar dari nilai biaya sosial yang di-diskontokan (Discounted value of social
cost)
Analisis benefit-cost ratio dirumuskan sebagai berikut :
𝑀₁ 𝑀₂ 𝑀𝑛
M = 𝑀₀ + + 2
+ ⋯+
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)𝑛
𝐶₁ 𝐶₂ 𝐶𝑛
C = 𝐶₀ + + 2
+ ⋯+
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)𝑛
Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksankan bila (M/C) > l. Metode ini akan
memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB apabila B/C > l berarti (B – C) > 0 .
𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡/𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
Gross present value =
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
Kelemahan metode B-C ratio adalah tidak adanya pedoman yang jelas mengenai hal-hal
yang masuk sebagai perhitungan biaya dan manfaat. Secara umum kelemahan ini disebabkan
karena adanya kesulitan dalam penghitungan manfaat dan biaya. Biaya dianggap sebagai
manfaat negatif. Dengan demikian B-C ratio dapat berpeluang memberikan hasil yang keliru
dalam menentukan proyek.
Sebagai contoh, Pemerintah memiliki dua proposal proyek yang membutuhkan investasi
sebesar Rp.16.000.000; dan memberikan aliran kas masuk Rp.9.200.000; satu tahun dari
sekarang. Proyek kedua membutuhkan investasi sebesar Rp.24.000.000; dengan aliran kas
sebesar Rp.7.200.000; per tahun selama 5 tahun. Jika tingkat keuntungan yang disyaratkan
sebesar 10 persen, maka perhitungan benefit/cost ratio adalah sebagai berikut:
Keputusan mengenai aktivitas investasi dalam private sektor ditekankan dengan manilai
apakah pemilik perusahaan akan menjadi lebih baik dengan melakukan investasi tersebut.
Sementara itu keputusan investasi dalam organisasi sektor publik lebih difokuskan pada
penilaian apakah masyarakat secara keseluruhan akan menjadi lebih baik dengan adanya
investasi tersebut.
Untuk menentukan manfaat sosial bersih ini tidak hanya diperhitungkan manfaat yang
tangible melainkan juga termasuk manfaat yang intangible, seperti: bebas dari polusi, hidup
dengan lingkungan yang aman, penghematan waktu, dan lain sebagainya. Demikian halnya
ketika perhatian diarahkan pada pengukuran biaya, beberapa item yang bersifat intangible
seperti kerusakan lingkungan harus diperhitungkan.
Menurut Dixon (1994) dalam Blundell dan murdock (1997), analisis biaya-manfaat pada
dasarnya harus mengukur manfaat sosial bersih (net social benefit). Manfaat sosial bersih
secara garis besar dapat dinyatakan sebagai berikut
Sosial benefit/private + External- Sosialcost/private cost + External= Net Social benefit
Dixon menerangkan bahwa terdapat tiga langkah dalam melakukan analisis biaya-
manfaat, yaitu:
Analsis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya
dan manfaat sosial secara kuantitatif. Analsis cost-effectiveness meliputi penilaian terhadap
biaya dan mafaat yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
dating atas suatu proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan,
namun tidak dinilai. Dengan kata lain, analisis cost-effectiveness memusatkan pada
pengukuran suatu yang dapat diukur.
1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut meliputi pula
penentuan biaya bangunan, perlatan, dan tanah. Hal ini penting karena sumber daya
yang diperlukan oleh sebuah proyek harus dinilai pada opportunity cost penuhnya.
Dengan demikian, jika organisasi menggunakan tanahnya sendiri yang mana sebuah
bangunan akan didirikan di atasnya, maka biaya yang dipakai harus dinilai
berdasarkan harga pasar pada saat itu (current market value).
2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang
diharapkan dari suatu proyek.
3. Membuat estimasi output terukut selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.
4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen berencana membangun usaha grosir yang meliputi 20
kecamatan di seluruh wilayahnya. Investasi ini dilakukan dengan pola bagi hasil antara
Pemda setempat dengan investor yang berminat. Pihak kecamatan akan menyiapkan lahan
yang lokasinya sesuai dengan master plan Pemda, sedangkan pembangunan dan
pengelolaannya diserahkan kepada investor.
Pemda telah menyiapkan lokasi yang strategis. Jumlah pelanggan prospektif dilihat dari
populasi penduduk Kabupaten Sragen ± 900.000 jiwa dengan 682.367 jiwa merupakan usia
produktif. Besarnya dana yang diperlukan untuk melakukan investasi tersebut:
Total : Rp 1.510.000.000
Analisis
NPV : 1.175.000.000,-
IRR : 10,588 (baik)
Investasi di atas tergolong investasi baru dengan tujuan menyediakan tempat untuk usaha
grosir bagi masyarakat di 20 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sragen. Dengan demikian,
evaluasi investasi harus ditekankan pada keempat aspek berikut ini:
a. Aspek Teknis
Investasi usaha grosir tersebut telah memenuhi aspek teknis.
d. Aspek Distribusi
Investasi ini memungkinkan terjadinya distribusi yang merata karena dilakukan di seluruh
kecamatan di Kabupaten Sragen. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya terpusat pada
kecamatan-kecamatan kota. Selain itu, proyek ini juga turut mengundang partisipasi dari
pihak swasta sehingga alokasi dana Pemerintah Daerah tidak akan terlampau banyak terkuras
di proyek ini saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi.
Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan
memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi.
Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan
ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum dilakukan
investasi sangat penting dilakukan karena investasi publik berkaitan erat dengan masalah
transparansi dan kewajaiaran anggaran. Penentuan kebutuhan investasi publik terkait dengan
dua kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas dan peningkatan kualitas investasi. Dalam
perencanaan dan analisis investasi harus mempertimbangkan beberapa aspek yang secara
bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh akibat adanya suatu
investasi tertentu yaitu aspek teknis, aspek social dan budaya, aspek ekonomi dan finansial,
dan aspek distribusi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis investasi publik adalah
o tingkat diskonto yang digunakan
o tingkat inflasi
o risiko dan ketidakpastian
o capital rationing.
Terdapat empat langkah utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi, yaitu
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan,
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan
(cost/benefit relationship),
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi.
Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi.
Teknik untuk mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode
a) Metode penilaian investasi tradisional
b) Metode aliran kas yang didiskontokan (discounted cash flow/DCF)
Metode tradisional yang sering digunakan
a. Tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (accounting rate of return on
capital employed-ROCE)
Laba akuntansi
𝑅𝑂𝐶𝐸 =
Jumlah modal yang diinvestasikan
𝐶₁ 𝐶₂ 𝐶𝑛
C = 𝐶₀ + + + ⋯ +
(𝑙 + 𝑖) (𝑙 + 𝑖)2 (𝑙 + 𝑖)𝑛
Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksankan bila (M/C) > l. Metode ini akan
memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB apabila B/C > l berarti (B – C) > 0 .
𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡/𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
Gross present value =
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta.ANDI Yogyakarta
Cintokowati.2010. analisis investasi sektor
publik.(https://cintokowati.wordpress.com/2010/11/14/asp-analisis-investasi-sektor-publik/
diakses tanggal 06 Oktober 2016)
https://ngurahobelixs.blogspot.com/2018/02/akuntansi-sektor-publik-sap-6.html
https://www.scribd.com/upload-document
https://www.coursehero.com/file/31262608/5-Analisis-Investasi-Publikpdf/