HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS
1. Konsep penyakit
1.1 Definisi
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2007). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 –
1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. Sedangkan menurut Prawiharjo
(2007) Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau
tidak ditanggulangi dengan baik (Sarwono, 2007).
1.2 Etilogi
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan
sebagai berikut (Ngastiyah, 2009):
1.2.1 Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
1.2.2 Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
1.2.3 Gangguan konjugasi bilirubin.
1.2.4 Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul
karena adanya perdarahan tertutup.
1.2.5 Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,
misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
1.2.6 Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.
1.2.7 Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
1.2.7.1 Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya,
misal pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah
Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, piruvat
kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
1.2.7.2 Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar,
kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom Criggler-
Najjar) penyebab lain atau defisiensi protein Y dalam hepar yang
berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
1.2.7.3 Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat
ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh
obat misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas
dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
1.2.8 Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi
empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia,
hipotiroidjaundice ASI
Rumus Kramer
Daerah Luas ikterus Kadar bilirubin
1 Kepala dan leher 5 mg%
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9mg%
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai 11mg%
4 Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki dibawah lutut 12mg%
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16mg%
Metabolisme Bilirubin
75%dari bilirubin yang ada pada BBL yang berasal dari penghancuran
hemoglobin, dan 25%dari mioglobin, sitokrom, katalase dan tritofan
pirolase. Satu gram bilirubin yang hancur menghasilkan 35 mg bilirubin.
Bayi cukup bulan akan menghancurkan eritrosit sebanyak satu
gram/hari dalam bentuk bilirubin indirek yang terikat dengan albumin
bebas (1 gram albumin akan mengikat 16 mg bilirubin). Bilirubin
indirek larut dalam lemak dan bila sawar otak terbuka, bilirubin akan
masuk kedalam otak dan terjadilah kernikterus. yang memudahkan
terjadinya hal tersebut ialah imaturitas, asfiksia/hipoksia, trauma lahir,
BBLR (kurang dari 2500 gram), infeksi, hipoglikemia,
hiperkarbia.didalam hepar bilirubin akan diikat oleh enzim glucuronil
transverse menjadi bilirubin direk yang larut dalam air, kemudian
diekskresi kesistem empedu, selanjutnya masuk kedalam usus dan
menjadi sterkobilin. Sebagian di serap kembali dan keluar melalui urin
sebagai urobilinogen.
Pada BBL bilirubin direk dapat di ubah menjadi bilirubin indirek
didalam usus karena disini terdapat beta-glukoronidase yang berperan
penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin indirek ini diserap
kembali oleh usus selanjutnya masuk kembali ke hati (inilah siklus
enterohepatik).
1.5 Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek
pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara
lain: bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak
menentu (involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan
akhirnya opistotonus
1.6 Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan:
1.6.1 Menghilangkan Anemia
1.6.2 Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
1.6.3 Meningkatkan Badan Serum Albumin
1.6.4 Menurunkan Serum Bilirubin
2.3 Perencanaan
Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan & Data
Tujuan & Kriteria Rasional
Penunjang Tindakan
Hasil
Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Mengetahui
dari kebutuhan tubuh tindakan setiap 2 jam, perubahan suhu
Berhubungan dengan : keperawatan tingkat bayi terkait
Ketidakmampuan untuk selama2X24 kesadaran dengan
memasukkan atau mencerna JAM.nutrisi kurang penurunan suhu
nutrisi oleh karena faktor belum teratasi dengan tubuh bayi.
sempurnanya organ pencernaan indikator: 2. Monitor berat 2. Mengetahui dan
1. Albumin dalam badan bayi membandingkan
rentang normal bb bayi
2. Penurunan bb 3. Pertahankan 3. Untuk menjaga
tidak lebih dari intake 8 cc ASI keseimbangan
10%/2hari nutrisi bayi
3. Turgor kulit baik 4. Pantau jumlah 4. Untuk
4. Jumlah intake residu mengetahui
dan output jumlah residu
seimbang dan sebagai
patokan
pemberian intake
Resiko kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Jaga kulit agar 1. Agar kulit bayi
berhubungan denga peningkatan asuhan keperawatan tetap bersih dan tidak iritasi dan
bilirubin dikulit dan efek foto selama 2 x 24 jam kering menimbulkan
terapi risiko kerusakan luka
integritas kulit dapat 2. Monitor kulit 2. Untuk
diminimalkan akan adanya mengetahui
dengan kriteria hasil: kemerahan warna kulit
1. Tidak ada luka 3. Kaji lingkungan 3. Agar tidak ada
dan lesi pada dan peralatan alat/benda yang
kulit yang di pakai bayi
2. Integritas kulit menyebabkan menimbulkan
yang baik bisa tekanan iritasi pada kulit
dipertahankan
3. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan
luka
4. Daftar pustaka
Alimul, Hidayat A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:
Salemba medika
Aminullah, A. (2010). Ikterus, Hiperbilirubinemia, dan Sepsis pada Neonatus
dalam: Markum AH, Ismael S, Editor. Ilmu ajar Kesehatan Anak.
Jakarta: EGC
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Prawihardjo, Sarwono. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Surasmi, Asring, dkk. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi I. Jakarta:
Fajar Inter Pratama.
Banjarmasin, Februari 2019
Preseptor Klinik, Ners Muda,