Anda di halaman 1dari 13

RESUME TUTORIAL BLOK 6

SKENARIO 1
UPPER GIT BLEEDING

OLEH :
Aulya Rahmi (182010101100)

PENGAMPU :
dr. Elly Nurus Sakinah, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KLARIFIKASI ISITLAH

1. Atropine
2. Prolidoxime
3. Polineuropati
4. Upper GI tract
5. Endoskopi
6. Hematemesis
7. Circumferential gastric antral ulcer
8. Melena
9. Nasogastric tube

PEMBAHASAN KLARIFIKASI ISTILAH

1. Atropine
Atropin merupakan turunan alkaloid yang berasal dari spesies belladonna,
hyoscyamus, atau stramonium, atau dibuat secara sintetis. Atropine adalah obat
antikolinergik yang digunakan untuk menangani melambatnya denyut jantung dan
gejala keracunan insektisida. Selain itu, atropin juga digunakan untuk menangani
kondisi lain, seperti:
 Tegangnya otot pada saluran pencernaan akibat radang usus besar
(kolitis), irritable bowel syndrome (IBS), atau diverkulitis.
 Produksi lendir tubuh yang berlebih, seperti lendir pada saluran pernapasan
atau air liur yang menyebabkan sialorrhea, yaitu kondisi di mana air liur
terus mengalir dan menetes (ngences).
 Meredakan nyeri akibat peradangan mata bagian tengah, serta melemaskan
otot mata sebelum pemeriksaan mata
2. Prolidoxime
Pralidoxime (2-piridin aldoxime metil klorida) atau 2-PAM, atau biasanya disebut
sebagai garam klorida atau garam iodida, adalah senyawa yang termasuk dalam
keluarga yang disebut Oxime yang mengikat acetylcholinesterase organofosfat tidak
aktif. Senyawa ini digunakan untuk memerangi keracunan oleh organofosfat atau
inhibitor acetylcholinesterase (agen saraf) . Bentuk senyawanya adalah padatan dan
berwarna putih.
3. Polineuropati
Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai gangguan fungsi dan atau struktur
yang mengenai banyak saraf tepi, bersifat simetris dan bilateral.
a. Klasifikasi polineuropati dapat dibagi berdasarkan :
 Onset : akut, subakut, kronis
 Gangguan fungsi : motoris, sensoris, otonom, campuran
 Proses patologis : aksonal, deamyelinisasi
 Penyebab : infeksi, karsinoma, diabetes, inflamasi, vascular
 Penyebaran : simetris-asimetris, proksimal-dista
b. Tipe-tipe neuropati :
1) Sindroma Guillain Barre (Polineuritis Akut Postinfeksiosa/
Polineuritis Akutik/ Polineuritis Febrile/ Poliradikuloneuropati)
kelumpuhan otot ekstremitas yang akut biasanya timbul sesudah suatu
penyakit infeksi. Sebabnya ialah gangguan pada saraf tepi dan akar-
akarnya.
2) Miastenia Gravis
Suatu penyakit menahun dengan kelelahan otot yang luar biasa cepatnya
bila bekerja, yang pulih kembali bila istirahat dan memberi response baik
atas obat anticholinesterase
3) Polineuropati Diabetikum
terjadi pada penderita Insulin Dependent Diabetes Mellitus. Mekanisme
kerusakan saraf terjadi karena gangguan metabolisme dimana akumulasi
sorbitol dan fruktosa di akson dan sel Schwann. Atau terjadi oklusi
pembulah darah yang menyediakan nutrisi pada saraf tersebut(vasa
vasorum).
4) Polineuropati Karsinomatosa
Neuropati sensoris atau sensorimotoris yang diakibatkan oleh penyakit
keganasan, umumnya berasal dari small cell carcinoma paru, atau limfoma
dan hodgkin’s disease. Neuropati ditandai dengan adanya antibodi (anti
Hu) pada serum. Anti bodi ini selain menyerang antigen pada tumor, tetapi
juga mengikat neuron di sistem saraf perifer.
c. Patomekanisme
Kerusakan serabut saraf dapat terjadi pada axon, selubung myelin, badan sel,
jaringan ikat sekitar, atau pada pembuluh darah yang mensuplai serabut
saraf tersebut. Terdapat 3 patomekanisme dasar yang mungkin terjadi, yaitu:
1) Degenerasi Wallerian
Pada bagian distal dari lesi, axon mengalami disintegrasi dan myelin
rusak. Dengan saling mendekatnya ujung-ujung saraf, dapat terjadi
regenerasi. Membran basal dari sel schwann yang masih bertahan,
berperan sebagai skeleton bagi pertumbuhan axon.
2) Demyelinasi Segmental
Terjadi kerusakan pada selubung myelin tanpa kerusakan serabut saraf.
Lesi primer terjadi pada sel schwann. Prognosis dari mekanisme ini
baik, karena tidak terjadi denervasi serabut otot.
3) Degenerasi Axon Distal
Kerusakan badan sel atau axon dapat mempengaruhi viabilitas dari axon,
di mana akan terjadi ’die back’ dari bagian distal serabut saraf.
Kerusakan selubung myelin dapat menyertai mekanisme ini. Proses
penyembuhannya akan berlangsung lambat, karena axon harus
beregenerasi. Bila badan sel rusak, serabut otot akan mengalami
reinervasi dari serabut saraf sekitarnya.
4. Upper GI tract
Upper GI tract merupakan saluran pencernaan bagian atas yang terdiri dari mulut,
faring, esophagus, lambung, dan duodenum. Fungsinya adalah sebagai pintu
gerbang atau saluran tempat masuknya makanan, vitamin, mineraldan cairan
kedalam tubuh.
5. Endoskopi
Endoskopi adalah salah satu prosedur pemeriksaan medis untuk melihat kondisi
saluran pencernaan dengan menggunakan alat endoskop yang merupakan suatu alat
berbentuk seperti selang elastis dengan lampu dan kamera optik di ujungnya.
Kamera akan menangkap setiap objek yang dituju dan ditampilkan pada monitor.
Ada 2 macam pemeriksaan endoskopi saluran cerna yaitu :
 Esofago gastro duodenoscopi : pemeriksaan struktur dalam pada saluran
pencernaan bagian atas dimana endoskop fiberoptic atau endoskop video
dimasukkan ke dalam saluran cerna melalui mulut, esofagus, lambung,
sampai duodenum bagian distal.
 Kolonoskopi : pemeriksaan struktur dalam pada saluran pencernaan bagian
bawah dimana endoskop fiberoptic atau endoskop video dimasukkan ke
dalam saluran cerna melalui anus, rektum, kolon sampai sekum.
Ada berbagai jenis endoskopi berdasarkan organ tubuh yang diamati :
 Artroskopi, untuk memeriksa kelainan dan masalah pada sendi, seperti
radang sendi.
 Bronkoskopi, untuk mengamati kondisi saluran pernapasan yang menuju
paru-paru.
 ERCP, untuk mendiagnosis gangguan pada pankreas, saluran empedu, dan
kandung empedu.
 Gastroskopi, untuk memantau saluran kerongkongan, lambung, dan usus 12
jari (duodenum).
 Kolonoskopi, untuk mengamati kondisi usus besar. Umumnya dilakukan
untuk mendiagnosis kanker usus besar.
 Kolposkopi, untuk mengamati kondisi serviks atau leher rahim. Umumnya
untuk mendiagnosis kemungkinan displasia serviks dan kanker serviks.
 Laparoskopi, untuk mengamati kondisi organ dalam rongga perut atau
panggul. Salah satunya adalah untuk mendeteksi penyebab infertilitas, tumor
di rongga panggul, serta peritonitis.
 Laringoskopi, untuk melihat gangguan pada pita suara dan tenggorokan,
misalnya polip atau kanker tenggorokan.
 Mediastinoskopi, untuk mengamati kondisi dan bagian dalam rongga dada
beserta organ di dalamnya. Endoskopi jenis ini dapat digunakan untuk
mendiagnosis penyakit limfoma dan sarkoidosis, kanker paru-paru, dan
kanker kelenjar getah bening yang telah menyebar ke rongga dada.
 Proktoskopi, untuk mengamati dan mengevaluasi perdarahan pada rektum
(bagian akhir usus sebelum anus).
 Sistoskopi, untuk mengamati kondisi saluran kemih dan kandung kemih.
Endoskopi jenis ini digunakan untuk mendiagnosis kemungkinan kanker
kandung kemih.
 Thorakoskopi, untuk mengamati kondisi rongga antara dinding dada dan
paru. Biasanya digunakan untuk biopsi paru-paru.
6. Hematemesis
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran
cerna bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan kontak
antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan sehingga
dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
7. Circumferential gastric antral ulcer
Circumferential gastrict antral ulcer merupakan peradangan bagian antral lambung
dengan etiologi yang tidak diketahui, yang mungkin dimulai pada mukosa, biasanya
melibatkan submukosa, dan bahkan dapat meluas ke serosa. Antral lambung
(antrum) adalah bagian terbawah dari lambung, terkadang disebut juga dengan
antrum pilorus. Antrum memiliki fungsi sebagai tempat menampung makanan yang
sudah dicerna sebelum disalurkan menuju usus halus.
8. Melena
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dan lengket
yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta di cernanya
darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb
menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga
berasal dari saluran cerna atas. Sedangkan hematokezia merupakan keluarnya darah
segar yang keluar melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari
pendarahan saluran cerna bagian bawah. Namun demikian pendarahan ini juga
dapat berasal dari saluran cerna bagian atas, usus halus, dan transit darah yang cepat
ketika terjadi pendarahan yang massive disana.
9. Nasogastric tube
Nasogastric tube adalah suatu alat bantu medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah pemberian nutrisi pada pasien yang mengalami kesulitan menelan ataupun
menolak untuk makan. Nasogastric berbentuk pipa yang dimasukkan melalui
hidung melalui kerongkongan dan sampai ke lambung.

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa setelah konsumsi insektisida (organofosfat) anak laki-laki tersebut


mengalami diare, muntah, kram perut, hingga perdarahan GI tract?
2. Bagaimana healing (penyembuhan) circumferential gastric antral ulcer?
3. Bagaimana proses dan terjadinya hematemesis dan melena?
4. Mengapa anak tersebut bisa mengalami neuropati?
5. Bagaimana organofosfat mempengarui fisiologi GIT?
6. Mengapa pada skenario diberi obat atropine dan prolidoxime?

PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa setelah konsumsi insektisida (organofosfat) anak laki-laki tersebut


mengalami diare, muntah, kram perut, hingga perdarahan GI tract?
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute, yakni :
 Penetrasi lewat kulit
 Terhisap melalui saluran napas
 Masuk melalui saluran pencernaan
Mekanisme organofosfat dalam tubuh :
Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase.
Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi
asetat dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini
sehingga kerja enzim ini terhambat.Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sipnasis
meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap yang persisten.
Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali asetilkholin
berperan pentingpada sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai
neurotransmiter pada gangliasistem saraf simpatik dan parasimpatik, yang mana
senyawa ini berikatan dengan reseptornikotinik. Inhibisi kholinesterase pada ganglia
sistem saraf simpatik dapat menimbulkanmidriasis, takikardi, dan hipertensi.
Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada gangliasistem saraf parasimpatik
menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf
parasimpatik yang secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam
kelenjar, otot polos bronchial.Tidak seperti reseptor pada ganglia, reseptor pada
organ ini adalah reseptor muskarinink.
2. Bagaimana healing (penyembuhan) circumferential gastric antral ulcer?
a. Tissue repair
Secara fisiologis tubuh akan melakukan repair tissue melalui penyembuhan
persekundam. Penyembuhan persekundam terjadi apabila kerusakan sel atau
jaringan lebih ekstensif, misalnya pada luka yang luas, pada tempat
pembentukan abses, ulserasi, dan nekrosis iskemik (infark) di organ parenkim.
Proses penyembuhan ini lebih kompleks, yaitu melibatkan kombinasi dari
regenerasi sel dan pembentukan jaringan parut.
b. Pemberian obat
Pengobatan yang diberikan kepada pasien yang menderita gastric antral ulcer,
tergantung kepada penyebab dan kondisi yang memengaruhi terjadinya. Untuk
mengobati gastric antral ulcer dan meredakan gejala-gejala yang ditimbulkan,
dapat memberikan obat-obatan berupa:
 Obat antasida
Antasida mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri) secara
cepat, dengan cara menetralisir asam lambung. Obat ini efektif untuk
meredakan gejala-gejala gastritis, terutama gastritis akut. Contoh obat
antasida adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
 Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker)
Obat ini mampu meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan
produksi asam di dalam lambung. Contoh obat penghambat histamin 2
adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.
 Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki tujuan yang sama
seperti penghambat histamin 2, yaitu menurunkan produksi asam lambung,
namun dengan mekanisme kerja yang berbeda. Contoh obat penghambat
pompa proton adalah omeprazole, lansoprazole, esomeprazole,
rabeprazole, dan pantoprazole.
 Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, yaitu Helicobacter pylori. Contoh obat antibiotic adalah
amoxicillin,clarythromycine, tetracycline, dan metronidazole.
3. Bagaimana proses dan terjadinya hematemesis dam melena?
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah
yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran
cerna bagian atas. Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esophagus,
gastritis erosis atau ulkus peptikum.
4. Mengapa anak tersebut bisa mengalami neuropati?
Pada umumnya, efek kronik dari intoksikasi organofosfat adalah delayed
neuropathy. Beberapa organofosfat dapat memicu neuropathy yang dikenal dengan
organophosphate-induced delayed neuropathy (OPIDN). Jenis organofosfat yang
dapat menyebabkan OPIDN adalah TOCP, mipafox, trichlorphon, leptophos, dan
methamidophos. Hal ini menunjukkan bahwa hanya beberapa senyawa organofosfat
yang dapat menyebabkan OPIDN5.
Terjadinya suatu OPIDN tidak berhubungan secara fisilogis dengan inhibisi
kolinesterase. Teori tentang OPIDN mencakup dua proses pada system saraf.
Pertama, terjadi fosforilasi pada protein saraf. Enzim ini disebut dengan neuropathy
target esterase (NTE), yang juga dikenal dengan neurotoxic esterase. Kedua,
transformasi dari enzim. Proses ini melibatkan pembelahan grup R dari fosfor,
menghasilkan residu negative yang melekat pada sisi aktif enzim. Sindrom ini
berkembang dalam 8-35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat. Gejala awal
dari OPIDN adalah keram dan kekakuan pada kaki dan kemudian pada tangan.
Selanjutnya, kelemahan akan terjadi pada tungkai bawah. Kelemahan bilateral pada
tungkai (foot drop)dan pergelangan tangan (wrist droop) dapat terjadi dan biasanya
reflex tendon tidak ada atau normal.
5. Bagaimana organofosfat mempengarui fisiologi GIT?
Organophosphate adalah salah satu insektisida yang terdiri dari ester asam
fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida ini merupakan racun pembasmi serangga yang
paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung,
cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek menghambat penyaluran impuls
saraf dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase(AChE) sehingga tidak terjadi
hidrolisis asetilkolin menjadi asam asetat dan kolin. Asetilkolinesterase merupakan
enzim yang terdapat pada sistem saraf pusat dan perifer yang berfungsi hidrolisis
neurotransmitter asetilkolin. Asetilkolin adalah suatu neurotransmiter yang terdapat
di antara ujung saraf dan otot serta berfungsi meneruskan rangsangan saraf.
Menurunnya kemampuan menghidrolisis asetilkolin, mengakibatkan asetilkolin
lebih lama di reseptor, dan akan memperhebat dan memperpanjang efek rangsang
saraf kolinergik pada sebelum dan sesudah ganglion (pre- dan postganglionic).
Penurunan aktivitas kolinesterase hingga menjadi 60% akan menyebabkan
timbulnya gejala yang tidak spesifik seperti pusing, mual, lemah, sakit dada dan
Iain-lain. Sedangkan efek dari terjadinya peningkatan aktivitas saraf kolinergik atau
parasimpatik pada GI track adalah meningkatkan motilitasnya.
6. Mengapa pada skenario diberi obat atropine dan prolidoxime?
Salah satu tatalaksana dari keracunan organofosfat adalah dengan pemberian
antidotum yaitu :
a. Agen antimuskarinik
Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolam
biasa digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat.
Salah satu yang sering digunakan adalah atropin karena memiliki riwayat
penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan karena
keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi,
bronkospasme, dan bronkorea.
b. Oxime
Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan
efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. terapi ini diperlukan karena
atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh
organofosfat. Oxime dapat mereaktifasi enzim kholinesterase dengan
membuang fosforil organofosfatdari sisi aktif enzim.

Anda mungkin juga menyukai