PENDAHULUAN
1
kandungan protein, laktosa dan mineral. Pada susu sapi kandungan protein dan
whey adalah 4:1.
Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya pemeriksaan
kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu
tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli atau tidak, dan juga bau
susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu
tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontinu. Dan seharusnya komponen
susu tersebut tidak dikurangi atau ditambah bahan-bahan lain sehingga mutu atau
kualitas susu tersebut tetap terjaga.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Produksi Ternak Perah yang berjudul Anatomi Alat
Pencernaan adalah untuk mengetahui bagian-bagian dari anatomi pencernaan pada
ruminansia serta mengetahui fungsi dari anatomi pencernaan tersebut.
Tujuan dari praktikum pemeriksaan kesegaran air susu yaitu untuk
mengetahui warna, bau, rasa, dan konsistensi air susu dengan menggunakan panca
indera, untuk melihat kotoran yang terdapat di dalam air susu yang tidak terlihat
oleh mata, untuk mengetahui kadar pH susu, untuk mengetahui kualitas susu
tersebut baik atau tidak dengan menggunakan metode uji alkohol, uji didih, dan
uji reduktase dengan biru metilen.
Tujuan dari praktikum pemeriksaan komposisi air susuadalah untuk
mengetahui dan memahami cara menghitung komposisi susu dengan pengukuran
berat jenis, pengukuran kadar bahan kering, pengukuran kadar protein, dan untuk
mengetahui jumlah mikroba yang terdapat di dalam susu.
Tujuan dari praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu adalah untuk
membuktikan adanya penambahan santan pada susu secara mikroskopik, dan
untuk membuktikan adanya penambahan pati pada susu.
1.3. Manfaat
2
pencernaan pada ruminansia serta mengetahui fungsi dari anatomi pencernaan
tersebut.
Manfaat dari praktikum pemeriksaan kesegaran air susu yaitu praktikan
dapat mengetahui kualitas susu dengan berbagai cara seperti mengetahui warna,
bau, rasa dan konsistensi dengan menggunakan panca indra, praktikan mengetahui
dan dapat melihat kotoran yang terdapat didalam susu yang tidak terlihat oleh
mata, mengetahui ph susu, serta praktikan mengetahui kualitas susu tersebut baik
atau tidak dengan menggunakan metode uji alkohol, uji didih, dan uji reduktase
dengan biru metilen.
Manfaat dari praktikum pemeriksaan komposisi air susu adalah praktikan
mengetahui dan memahami cara menghitung komposisi susu dengan pengukuran
berat jenis, pengukuran kadar bahan kering, pengukuran kadar protein, dan
mengetahui cara menghitung mikroba yang terdapat pada susu secara tidak
langsung.
Manfaat dari praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu adalah praktikan
mengetahui bagaimana cara memeriksa kualitas susu yang baik, dapat mengetahui
ciri-ciri susu yang murni 100% tanpa bahan tambahan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Mulut
4
mastikasi. Tujuan mastikasi adalah memperkecil ukuran partikel pakan dan
sekresi saliva.
2.1.2. Esophagus
2.1.3. Lambung
5
Cole (1962) menyatakan bahwa ruminansia merupaka poligastrik yang
mempunyai lambung depan yang terdiri dari Retikulum (perut jala), Rumen (perut
handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung sejati , yaitu Abomasum (perut
kelenjar) . Proses pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara mikrobial
.Mikroba memegang peranan penting dalam pemecahan makanan. Sedangkan di
dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik karena lambung ini
mempunyai banyak kelenjar .
Kamra (2005) menyatakan bahwa proses pencernaan fermentatif dalam
retikulo rumen terjadi sangat intensif. Hal ini menguntungkan, karena pakan dapat
diubah dan disajikan dalam bentuk yang lebih mudah diserap.Selain itu ternak
ruminansia dapat juga memanfaatkan pakan dengan kandungan serat kasar yang
tinggi dalam jumlah yang banyak.Ekosistem mikroba rumen sangat stabil dan
dinamis. Pada ternak yang sehat kontaminasi ekosistem seolah tidak terjadi, pada
kenyataannya jutaan mikroba dalam rumen banyak berasal dari pakan, air minum
dan udara setiap harinya. Ekosistem rumen dinamis, ketika rumen tidak
mengalami perubahan pakan, mikroba rumen dapat beradaptasi dengan pakan
tersebut. Hal ini terjadi karena mikroorganisme teradaptasi untuk terus hidup
dalam rumen dan yang tidak mampu beradaptasi akan tereliminasi.
Oh dkk. (1969), menyatakan bahwa pencernaan fermentatif merupakan
proses yang dapat meningkatkan pencernaan bahan makanan dalam rumen, karena
pada ternak ruminansia pencemaan makanan sangat tergantung pada aktifitas
mikroorganisme. Aktifitas mikroorganisme rumen dipengaruhi oleh kandungan
zat-zat makanan dalam ransum.
Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan bahwa di dalam rumen
karbohidrat komplek yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan
adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba akan dipecah menjadi asam atsiri,
khususnya asam asetat, propionat dan butirat.
Sarwono dan Arianto (2005) menyatakan bahwa lambung ruminansia
terdiri dari 4 bagian yaitu rumen (lambung pertama dengan kapasitas 100-230 liter
pada sapi), retikulum (lambung ke dua atau perut jala), omasum (lambung ke tiga
atau perut buku) dan abomasum (lambung keempat atau perut sejati).
6
2.1.4. Usus Halus
Frandson, (1993) menyatakan bahwa usus halus terbagi atas tiga bagian
yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.Duodenum merupakan bagian pertama dari
usus halus.Saluran yang berasal dari hati dan saluran pancreas menyatu ke dalam
duodenum pada jarak yang pendek di belakang pylorus.Jejenum dengan jelas
dapat dipisahkan dengan duodenum.Jejenum bermuladari kira-kira pada posisi
dimana mesenteri mulai kelihatan memanjang.Jejenum dan ileum bersambung dan
tidak ada batas yang jelas diantaranya.Bagian terakhir dari usus halus adalah
ileum.
E. Purbowati et al, (2014) menyatakan bahwa fungsi usus halus adalah
dalam penyerapan nutrisi, sedangkan usus besar adalah penyerapan air, sekresi
beberapa mineral seperti kalsium, tempat penampungan pakan yang tidak
tercerna, dan fermentasi oleh bakteri.
Frandson, (1993) menyatakan bahwa usus besar terdiri atas secum yang
merupakan suatu kantong buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang
naik, mendatar, dan turun. Bagian turun akan berakhir di rectum dan anus.
Iis Istidamah (2006) menyatakan bahwa sekum merupakan suatu kantung
buntu dan kolon yang terdiri atas bagian yang unik, mendatar dan turun. Bagian
yang turun akan berakhir direktum dan anus. Usus buntuk bersama kolon
berfungsi sebagai tempat fermentasi selulosa dan karbohidrat lainnya yang tidak
terfermentasi di dalam rumen, pada ruminansia alat pencernaan itu jauh lebih
besar.
Iis Istidamah (2006) menyatakan bahwa rektum sebagai saluran pendek,
terdiri dari garis otot polos dengan membrane mukosa dan mempunyai lapisan
serosa pada interior dan berakhir pada anus dan dubur.Rektum berfungsi untuk
menyimpan feses selama menunggu saat yang tepat untuk dikeluarkan.
Junqueira dan Carneiro, (1982) ; Rumessen, et al., (2001), ditinjau dari
struktur histologinya, usus besar saluran pencernaan tersusun atas : Tunika
mukosa (lamina epitel, propria, dan muskularis mukosa), tunika submukosa
7
(jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan saraf), Tunika muskularis (stratum
sirkulare dan longitodinal), dan Tunika serosa.
8
Pada waktu susu berada di dalam ambing ternak yang sehat atau beberapa saat
setelah keluar, susu merupakan suatu bahan murni, higienis, bernilai gizi tinggi,
mengandung sedikit bakteri yang berasal dari ambing, bau, rasa tidak berubah dan
tidak berbahaya untuk diminum.
9
2.2.3. Pengukuran pH dengan pH meter
10
kenaikan tingkat keasaman dari air susu karena perkembangbiakan bakteri, adalah
untuk melengkapi penetapan dari kualitas air susu. Pecahnya susu disebabkan oleh
berkembangbiaknya bakteri asam susu, dalam hal ini laktosa diubah menjadi asam
laktat.
11
Walstra et al. (1999) yang menyatakan bahwa rata-rata reduktase susu
pasteurisasi yaitu lebih dari 2 jam dan kurang dari 6 jam serta jumlah bakteri
antara 4-20 juta/ml.
Yulistiani et al.(2007) menyatakan bahwa angka reduktase pada susu
dapat dilihat dengan uji reduktase menggunakan methylene blue yang dapat
memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat di dalam susu.
Nadia (2011) menyatakan bahwa berat jenis dipengaruhi oleh total solid
dan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian susu.
Pengukuran berat jenis merupakan salah satu alternatif untuk mengetahui adanya
pemalsuan susu yang mengakibatkan penurunan kualitas susu.
Suhardi (2013) menyatakan bahwa pemberian makanan yang tidak cukup
akan menurunkan produksi susu. Pemberian pakan yang cukup akan
meningkatkan konsumsi pakan akan diikuti dengan kenaikan berat jenis susu.
Sukarni (2006) menyatakan bahwa berat jenis air susu juga sangat
dipengaruhi oleh berat jenis dari komponen penyusun susu seperti protein,
laktosa, dan mineral.
Utami (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi volume susu maka berat
jenis susu akan semakin turun.
Zuriyati et al. (2011) menyatakan bahwa berat jenis susu dipengaruhi oleh
kandungan bahan kering pakan sehingga kenaikan bahan kering akan
meningkatkan berat jenis susu.
12
merupakan disakarida yang disusun dari glukosa dan galaktosa. Laktosa adalah
karbohidrat utama dalam susu.
Saleh, (2004) menyatakan bahwa komposisi air susu dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu jenis ternak dan keturunannya (hereditas), bulan laktasi,
umur ternak, peradangan pada ambing, pakan ternak, lingkungan dan prosedur
pemerahan susu. Lebih kentalnya susu dibandingkan air adalah karena banyaknya
bahan kering yang terdapat didalamnya, seperti lemak, protein, karbohidrat,
vitamin, dan mineral.
Wibowo (2013) menyatakan bahwa kandungan bahan kering susu
tergantung pada zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak yang kemudian
digunakan sebagai prekursor pembentukan bahan kering atau padatan di dalam
susu.
Zuriyati et al. (2011) menyatakan bahwa bahan kering (BK) adalah
komponen susu selain air yang meliputi lemak, protein, laktosa dan abu.
13
2.3.4. Mikrobiologi Susu
14
Sugiyono(2002) menyatakan bahwa setelah diinkubasikan, koloni yang
tumbuh dihitung dianggap bahwa 1 koloni berasal dari satu sel atau satu spora
bakteria.
Sukandar et al (2010) menyatakan bahwa sebaiknya jumlah koloni
mikroba yang tumbuh dan dapat dihitung berkisar antara 30-300 koloni.Metode
cawan dengan jumlah koloni yang tinggi (>300) sulit untuk dihitung sehingga
kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar. Satuan yang digunakan untuk
menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah cfu/mL (cfu = colony forming
units).
Waluyo(2004) menyatakan bahwa dimana jumlah terbaik adalah antara 30
sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan.Prinsip
pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah
pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah meikrobia, dimana
suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung.
15
disebut paddle dan menggunakan reagen IPB-1 untuk mengetahui tingkat
keparahan mastitis subklinis yang dialami.
Subronto (2003) menyatakan bahwa mastitis adalah istilah yang digunakan
untuk radang yang terjadi pada ambing, baik bersifat akut, subakut ataupun
kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu dan perubahan fisik maupun
susunan air susu, disertai atau tanpa adanya perubahan patologis pada kelenjar.
Boilman (2008), menyatakan bahwa 1 liter susu asal ternak yang segar
dapat dipalsukan dengan 10 varietas asal lemak nabati ataupun prodik tumbuhan
lainnya.
Deman (2007), menyatakan bahwa cirri khas susu yang ditambahkan
dengan mixer pati akan menunjukkan spesifikasi larutan berbentuk kental dan
mengandung warna biru.
Friendhsman. P (2000), menyatakan bahwa dalam bundaran pengamatan
mikroskop, butiran lemak susu akan diprioritaskan lebih berhomogen serta
mengandung struktur yang lebih kecil, dibandingkan dengan spesifikasi lemak
nabati lainnya.
16
BAB III
3.2. Materi
17
3.3. Metoda
Cara kerja pada praktikum uji organoleptik tentang uji warna yaitu
masukkan 5-10 ml sampel susu ke dalam tabung reaksi, amatilah warna susu
tersebut.
Cara kerja pada praktikum uji bau yaitu sampel susu diambil dengan alat
pengambil sampel dan dimasukkan ke dalam botol ukuran 100 ml dan diisi ¼ -
penuh. Tutup botol tersebut dengan sumbat yang tidak berbau, simpan dalam suhu
rendah.Sebelum diuji, masukkan botol tersebut dalam penangas air (35-40oC)
sampai hangat.Sambil mengangkat tutup botol, uji bau dapat dilakukan. Bedakan
bau susu sebelum dipanaskan dengan susu yang sudah dipanaskan.
Cara kerja pada praktikum uji kekentalan yaitu dilakukan dengan
memasukkan susu ke dalam tabung reaksi, kemudian memiringkan tabung reaksi,
kemudian ditegakkan kembali. Perhatikan air susu yang membasahi dinding
tabung.
Cara kerja pada praktikum uji rasa yaitu dengan cara meneteskan air susu
ke telapak tangan dan dicicipi. Bila agak manis berarti susu tersebut normal
(baik), bila pahit berarti sudah terjadi pembentukkan peptone, bila rasa sabun
berarti terkena mastitis, bila rasa lobak berarti terkena kuman coli, bila rasa pahit
dan asin berarti kolostrum.
Cara kerja pada uji kebersihan dengan metode saring yaitu homogenkan
500 ml sampel susu, tuangkan sampel susu secara perlahan-lahan melalui dinding
corong. Pada mulut corong telah terpasang kertas saring.Susu ditampung dalam
beker glass. Setelah kertas saring dilepaskan, amati kotoran yang tertinggal di
kertas saring tersebut. Untuk lebih jelas, masukkan kertas saring dalam incubator
atau lemari pengering agar kering.Periksalah kotoran yang tampak pada kertas
saring dan nilailah banyaknya kotoran dan jenis kotoran yang tampak.Penilaian
dapat berupa bersih, cukup bersih, sedikit kotor, dan kotor sekali.
Cara kerja pada praktikum pengukuran pH dengan pH meter yaitu dengan
cara meletakkan pH meter di dalam susu dan catat hasilnya.
Cara kerja pada praktikum uji alkohol yaitu masukkan 3 ml air susu
kedalam 4 tabung reaksi. Tambahkan 3 ml alkohol 68% pada tabung I, 3 ml
alkohol 70% pada tabung II, tambahkan 3 ml alkohol 75% pada tabung III,
18
tambahkan 3 ml alkohol 96% pada tabung IV. Masing-masing tabung dikocok dan
diamati. Bila susu pecah (ditandai dengan endapan halus pada dinding tabung)
maka sampel susu tersebut asam dan hasil uji positif. Bila susu tidak pecah dan
tetap homogeny, hasil uji dinyatakan negative dan susu normal (baik).
Cara kerja pada praktikum uji didih/uji masak yaitu masukkan 5 ml air
susu ke dalam tabung reaksi dan panaskan sampai mendidih. Penilaian, bila
terdapat butir-butiran dan susu tidak homogeny berarti susu pecah (rusak) dan
hasil uji positif. Bila susu tetap homogeny berarti susu masih baik (normal) dan
hasil uji negatif.
Cara kerja pada praktikum uji reduktase dengan biru metilen yaitu
masukkan 1 ml larutan biru metilen ke dalam tabung reduktase, tambahkan
sampel susu sampai batas lingkaran. Tutup tabung tersebut dengan sumbat, lalu
campurkan sehingga warna biru merata.Caranya dengan membolak-balik tabung
(kira-kira 3 kali). Masukkan tabung ke dalam penangas air (37±1o C) selama 4-4,5
jam. Penangas air diletakkan di tempat yang terlindungi cahaya. Bila
menggunakan incubator, masukkan dahulu tabung ke dalam penangas air selama 5
menit untuk menghangatkan, kemudian dimasukkan ke dalam incubator. Apabila
akan membaca hasil, maka warna sudah berubah menjadi putih. Sebaiknya reaksi
ditunggu sampai seluruh warna biru hilang.
Cara kerja pada praktikum pengukuran berat jenis adalah pertama sampel
susu dihomogenkan dengan cara memindahkan dari satu erlemeyer ke erlemeyer
yang lain berulang-ulang. Secara hati-hati sampel susu dituangkan ke dalam gelas
ukur melalui dindingnya agar tidak terbentuk buih. Laktodensimeter dicelupkan
ke dalam sampel susu secara perlahan-lahan, biarkan timbul dan tunggu sampai
latodensimeter berhenti bergerak (± 1 menit). Baca skala yang tertera. Setelah
pembacaan selesai, catat suhu tera laktodensimeter dan ukur suhu sampel susu
dengan thermometer. Ulangi prosedur tersebut sebanyak 2-3 kali.Angka yang
diperoleh dirata-ratakan.Skala yang dibaca pada laktodensimeter menunjukkan
decimal 2 dan 3.Decimal ke-4 dikira-kirakan. Suhu sampel susu harus di antara
20-30oC, kemudian disesuaikan dengan suhu 27.5oC. Setiap kenaikan atau
penurunan suhu susu 1oC, dilakukan penyesuaian koefisien muai air susu sebesar
0.0002. Berat jenis susu diperoleh dengan menggunakan persamaan.
19
Cara kerja pada pengukuran kadar bahan kering adalah keringkan cawan
dan tutupnya dalam oven (102oC) selama 10 menit. Setelah itu, masukkan cawan
ke dalam eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar. Timbang cawan
beserta tutupnya (G1). Masukkan 3 ml sampel susu ke dalam cawan. Timbang
kembali cawan yang berisi sampel beserta tutupnya (G2).Masukkan cawan ke
dalam oven (102 ± 2oC) dan letakkan tutup cawan di samping cawan.Biarkan
selama 1 jam, setelah itu keluarkan dari oven dan masukkan cawan yang telah
ditutup kembali ke dalam eksikator (cawan harus ditutup selama berada di dalam
eksikator).Setelah cawan dingin (mencapai suhu kamar), timbanglah cawan
beserta tutupnya (G3.1).Masukkan kembali cawan ke dalam oven, keringkan
selama 1 jam.Setelah itu masukkan kembali ke dalam eksikator sampai dingin
(suhu kamar).Timbang kembali cawan tersebut (G3.2). Lakukan prosedur tersebut
sampai tercapai berat konstan (G3.1 = G3.2) atau selisih hasil pengukuran
sebelum dan sesudahnya tidak melebihi 0.5 mg. Selisih berat cawan dengan
cawan kosong adalah berat bahan kering sampel.
Cara kerja pada praktikum penentuan kadar protein cara titrasi formol
adalah masukkan 10 ml susu ke dalam Erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml
aquades serta 0.4 ml larutan K-oksalat jenuh (K-oksalat:air = 1:3, perhatian: K-
oksalat beracun) dan 3 tetes phenolpthalin. Diamkan 2 menit.Titrasilah larutan
contoh dengan 0.1 N NaOH sampai mencapai warna standar atau sampai warna
merah jambu. Setelah warna tercapai, tambahkan 2 ml larutan formaldehid 40%
dan titrasilah kembali dengan larutan NaOH sampai warna standar tercapai lagi.
Catatlah titrasi kedua. Buatlah titrasi blangko yang terdiri dari : 20 ml aquades +
0.4 ml larutan K-oksalat jenuh + 1 ml indicator phenolpthalin + 2 ml larutan
formaldehid dan titrasilah dengan larutan NaOH. Titrasi terkoreksi yaitu titrasi
kedua dikurangi titrasi blangko merupakan titrasi formal. Untuk susu digunakan
factor 1.83.
Cara kerja pada praktikum mikrobiologi susu cara tidak langsung dengan
metode tuang yaitu beri label tabung reaksi yang berisi larutan pengencer dan
cawan petri. Lakukan pengenceran contoh secara decimal (menjadi pengencer
1:10; 1:100; dsb). Ambillah contoh 0,1 ml atau 1 ml yang telah diencerkan ke
dalam cawan petri. Tuangkan media agar cair (suhu 47,5oC) sebanyak 12-15 ml
20
untuk setiap cawan.Selama penuangan medium, tutup cawan tidak boleh dibuka
terlalu lebar.Segera setelah penuangan media agar cair, goyangkan cawan
membentuk angka delapan di atas meja untuk menyebarkan sel mikroba.Setelah
agar memadat, masukkan cawan petri ke dalam incubator dengan posisi terbalik
selama 24-36 jam pada suhu 30-32oC.Hitunglah jumlah koloni yang terdapat pada
agar dan laporkan sebagai jumlah koloni per ml.
Cara kerja pada praktikum mikrobiologi susu cara tidak langsung dengan
metode permukaan/ sebar yaitu tuangkan 15 ml agar cair ke dalam cawan petri
dan biarkan memadat. Sebarkan larutan sampel ke seluruh permukaan agar
dengan menggunakan ose bengkok.Biarkan contoh mengering, kemudian cawan
petri dibalik dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 30-32oC.Lakukan
perhitungan koloni yang terdapat dalam agar.
Cara kerja pada praktikum diagnosa mastitis yaitu 2 cc air susu
ditambahkan 3 ml reagen CMT di paddle tes, kemudian diaduk secara memutar,
amati reaksi yang terjadi.
Cara kerja pada praktikum penambahan santan secara mikroskopik yaitu
bersihkan objek glass, teteskan 1 tetes susu dan tutup dengan gelas penutup (cover
glass), hindari terbentuknya gelembung udara. Lihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran objektif 10 x dan 45 x. Tampak di bawah mikroskop butir-butir
lemak susu homogen, sedangkan butir-butir lemak nabati lebih besar dari butir
lemak susu.
Cara kerja pada pratikum pembuktian penambahan pati yaitu masukkan 10
ml sampel susu ke dalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 ml asam asetat. Panaskan
tabung dan kemudian sampel susu disaring. Ke dalam filtrate teteskan 4 tetes
lugol. Apabila positif mengandung pati, maka warna filtrate menjadi biru.Bila
berwarna kuning artinya negative.Apabila berwarna hijau, reaksi diragukan.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sudono et al. (2003) yang menyatakan bahwa lingkungan sekitar kandang yang
tidak bersih dapat mempengaruhi kualitas susu. Keadaan kandang yang kotor,
masih adanya feses, urin dan kotoran lain dalam kandang dapat mencemari susu
yang dihasilkan. Angka reduktase peternak dan TPS lebih rendah (P < 0,05) dari
susu KUD. Sedangkan tidak ada perbedaan nyata antara angka reduktase antara
peternak dan TPS (P > 0,05). Hal ini disebabkan oleh faktor penananganan di
KUD susu telah mengalami perlakuan dingin sehingga bakteri mengalami
dorman, berbeda dengan susu yang berasal dari peternak dan TPS yang tidak ada
perlakuan pendinginan pada susu sehingga didapatkan nilai reduktase yang lebih
rendah yang diprediksikan jumlah bakteri lebih tinggi daripada jumlah bak
teri KUD. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismanto et al., (2013) bahwa
pendinginan susu bertujuan untuk menahan agar mikroba perusak susu jangan
sampai berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang
relatif singkat. Menurut Rofi’i (2009) penyimpanan sampel susu pada suhu
ruangan.
4.2.1. Uji Sensorik atau Uji Organoleptik
22
Kekentalan encer
Dan aman dari kotoran dan.Didapatkan hasil dari susu tersebut tidak
menemukan kotoran (bersih) . hal ini berarti susu dapat dikonsumsi secara
langsung tidak membahayakan bagi tubuh.
Susu murni atau susu segar merupakan hasil dari proses pemerahan dan
belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Nilai gizinya yang tinggi
menyebabkan susu menjadi media yang sangat cocok bagi mikroorganisme untuk
23
pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat
susu menjadi tidak layak dikonsumsi (Zakaria dkk.,2011).
Menurut pendapat Gustiani(2009) kontaminasi bakteri dimulai setelah
susu keluar dari ambing danjumlah bakteri akan semakin meningkat pada jalur
susu yang lebih panjang.
Hasil uji tingkat keasaman (pH) susu yang diperiksa seluruhnya memiliki
pH 6,2. Semua tingkat keasaman (pH) susu sapi kemasan adalah tujuh.
Berdasarkan SNI 01-3141- 1998, rataan pH susu adalah sekitar 6-7. Ini juga
menggambarkan bahwa rataan pH susu cenderung normal. Dalam skala pH 1
sampai 14, asam mempunyai skala yang lebih rendah antara 0 sampai 7 sedangkan
basa mempunyai skala yang lebih tinggi antara 7 sampai 14, maka dari itu pH 7
dianggap netral. Normalnya pH pada susu dapat disebabkan karena adanya kasein,
buffer, fosfat, dan sitrat. Selain itu, kenaikan dan penurunan pH ditimbulkan dari
hasil konversi laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme aktivitas
enzimatik (Manik, 2006).
Uji keasaman dilakukan untuk menentukan keasaman susu dengan
menghitung log konsentrasi ion hidrogen (asam) dalam susu. Pada prinsipnya
susu segar mempunyai pH netral. Tingkat keasaman susu menurun karena
fermentasi laktose menjadi asam laktat oleh mikroba (Suardana dan Swacita,
2009).
Dari pengujian pH susu didapat hasil bahwa susu tersebut memiliki pH 6,6
yang berarti bahwa susu masih dalam kualitas yang bagus. Hasil ini sesuai dengan
pendapat Manik(2006) yang menyatakan bahwa normalnya pH pada susu dapat
disebabkan karena adanya kasein, buffer, fosfat, dan sitrat. Selain itu, kenaikan
dan penurunan pH ditimbulkan dari hasil konversi laktosa menjadi asam laktat
oleh mikroorganisme aktivitas enzimatik. Menurut Suardana dan Swacita (2004),
apabila pH di bawah 6,5 kemungkinan susu tersebut telah rusak oleh bakteri,
sedangkan pH lebih besar dari 6,7 menunjukkan adanya kelainan seperti mastitis.
24
Pada uji alkohol jika terdapat endapan atau gumpalan halus pada dinding
tabung maka susu memiliki hasil uji positif, jika susu homogen dan tidak terdapat
endapan di sekitar dinding maka hasil uji negative. Sesuai dengan pendapat
Dirkeswan(1977)yang menyatakan bahwa hasil uji alkohol yang negatif ditandai
dengan 1tidak adanya gumpalan susu yang melekat pada dinding tabung reaksi.
Tabel 1. Hasil Uji Alkohol
Tabung Konsentrasi Alkohol (%) Hasil
1 68 Ada endapan diding
2 70 Ada endapan diding
3 75 Ada endapan diding
4 96 Ada endapan diding
Prinsip dasar pada uji alkohol merupakan kestabilan sifat koloidal protein
susu tergantung pada selubung atau mantel air yang menyelimuti butir-butir
protein terutama kasein. Apabila susu dicampur dengan alkohol yang memiliki
keasaman susu, semakin berkurang jumlah alkohol dengan kepekatan yang sama
Susu pecah menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan dari air susu
adalah tinggi. Uji alkohol berdasarkan kenaikan tingkat keasaman dari air susu
karena perkembangbiakan bakteri, adalah untuk melengkapi penetapan dari
kualitas air susu. Pecahnya susu disebabkan oleh berkembangbiaknya bakteri
asam susu, dalam hal ini laktosa diubah menjadi asam laktat (Nababan et al.,
2015). Pecahnya susu menyebabkan kualitas susu rendah sehingga tidak layak
dikonsumsi karena adanya kemungkinan bahwa kadar asam yang terkandung
dalam susu tinggi (Sutrisna et al., 2014).
25
Hasil yang didapat pada uji didih atau uji masak adalah susu tetap
homogen yang berarti susu masih baik (normal) dan hasil uji didih adalah negatif.
Prinsip pada uji didih yaitu, susu yang memiliki kualitas yang tidak bagus
akan pecah ataupun menggumpal bila melalui proses didih. Bila susu dalam
keadaan asam menjadikan kestabilan kasein menurun, koagulasi kasein ini yang
akan mengakibatkan pecahnya susu, tetapi apabila susu dalam keadaan baik maka
hasil yang dapat dilihat dari uji didih adalah susu masih dalam keadaan homogen
atau tidak pecah (Dwitania DC dan Swacita IBN., 2013).
26
Archimedes yang menyatakan bahwa tiap benda yang dimasukkan ke dalam zat
cair, maka pada benda tersebut akan bekerja tekanan ke atas yang sama dengan
berat cairan yang dipindahkan oleh alat tersebut.
Setelah sample susu dihomogenkan dengan memindahkan susu dari
erlemeyer yang satu ke erlemeyer yang lain secara berulang-ulang, kemudian
dituangkan kedalam gelas ukur secara hati-hati agar tidak timbul buih lalu
dicelupkan laktodensimeter secara perlahan-lahan sampai laktodensimeter itu
berhenti bergerak dan setelah itu catat suhu yang tedapat pada laktodensimeter
dan diukur dengan thermometer maka didapat hasil sebagai berikut.
5 pati 1,040
Pada tabel di atas didapat hasil berat jenis pada susu sampel yaitu 1.024.
Menurut pendapat Nadia (2011) berat jenis dipengaruhi oleh total solid dan
merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian susu.
Pengukuran berat jenis merupakan salah satu alternatif untuk mengetahui adanya
pemalsuan susu yang mengakibatkan penurunan kualitas susu. Berat jenis air susu
juga sangat dipengaruhi oleh berat jenis dari komponen penyusun susu seperti
protein, laktosa, dan mineral (Sukarni, 2006).
Utami (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi volume susu maka berat
jenis susu akan semakin turun. Zuriyati et al. (2011) menyatakan bahwa berat
jenis susu dipengaruhi oleh kandungan bahan kering pakan sehingga kenaikan
bahan kering akan meningkatkan berat jenis susu.
27
4.3.2. Penentuan Kadar Bahan Kering
Bahan kering (BK) adalah komponen susu selain air yang meliputi lemak,
protein, laktosa dan abu (Zuriyati et al., 2011). Pada pengukuran kadar bahan
kering dengan metode pengeringan. Setelah cawan dan tutupnya dikeringkan
dalam oven (102oC) selam 10 menit, kemudian cawan dimasukkan kedalam
eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar, ketiga timbang cawan
berserta tutupnya (G.1), kemudian masukkan 3 ml sampel susu kedalam cawan
dan timbang kembali cawan yang berisi sampel berserta tutupnya (G.2),
masukkan cawan kedalam oven suhu 102oC dan letakkan tutup cawan disamping
cawan, biarkan selama 1 jam, keluarkan dari oven kemudian masukkan kedalam
eksikator. Setelah itu ditimbang kembali (G.3). Menurut pendapat Allen D,
Tilman (2004) sampel susu ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam cawan
khusus yang dipanaskan dengan menggunakan oven dengan temperature ± 1050C,
sampel dipanaskan sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan
berat.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapatlah hasil dari penentuan
kadar bahan kering susu sebagai berikut.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa kadar bahan kering yang ada di susu
berbeda-beda setiap cawannya. Bahan kering yang ada di susu rata-rata di atas
50% yang berarti bahwa susu tersebut sedikit mengandung air dan banyak
mengandung bahan kering.
28
Menurut pendapat Wibowo (2013) kandungan bahan kering susu
tergantung pada zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak yang kemudian
digunakan sebagai prekursor pembentukan bahan kering atau padatan di dalam
susu.
Pada tabel di atas adalah hasil dari penentuan kadar protein yang ada di
dalam susu. Kadar proteinnya adalah 2.745% dan kasein pada susu tersebut adalah
2.445%. Sumudhita(1989) menyatakan bahwa susu merupakan sumber energi
karena mengandung laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena
mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan pembantu proses
metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal
mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein
(3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%).
Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan akan protein hewani
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia. Untuk
29
memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang
dapat digunakan adalah susu(Ekawati, 2014).
Pada diagnosa mastitis dilakukan dengan cara uji CMT yaitu dengan
memasukkan 2 cc air susu kemudian ditambah 3 ml reagen CMT di dalam padle
test, kemudian diaduk secara memutar. Reakti yang terjadi adalah sebagai berikut.
1
Susu = reagen cmt -
2
Susu = daia / rinso +1
Dari hasil di atas pada sampel susu + reagen CMT dan susu + rinso tidak
ada endapan pada susu atau gumpalan . hasil yang didapat negatif estimasi jumlh
sel somatik yaitu 0-200.000 sel/ml. Hal ini sesuai dengan pendapat Andriani
(2010) yang menyatakan bahwareaksi ini ditandai dengan ada tidaknya perubahan
pada kekentalan susu, kemudian ditentukan berdasarkan skoring California
Mastitis Test (CMT) yaitu (- ) tidak ada pengendapan pada susu, (+) terdapat
sedikit pengendapan pada susu, (++) terdapat pengendapan yang jelas namun jel
belum terbentuk, (+++) campuran menebal dan mulai terbentuk jel, serta (++++)
jel yang terbentuk menyebabkan permukaan menjadi cembung, untuk
memudahkan perhitungan statistik maka lambang-lambang tersebut diberi nilai
masing-masing, untuk lambang (-) nilainya 0, (+) nilainya 1, (++) nilainya 2,
(+++) nilainya 3 dan (++++) nilainya 4 untuk tiap puting susu.
30
partikel yang kecil dan halus serta homogen. Sedangkan pada susu yang
ditambahkan santan memiliki perbedaan partikel. Partikel pada santan memiliki
ukuran yang lebih besar dibandingkan partikel pada susu murni dan tidak
homogen.
Menurut pendapat Friendhsman. P (2000), menyatakan bahwa dalam
bundaran pengamatan mikroskop, butiran lemak susu akan diprioritaskan lebih
berhomogen serta mengandung struktur yang lebih kecil, dibandingkan dengan
spesifikasi lemak nabati lainnya.
31
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu alat dan bahan yang digunakan harus
lengkap dan lebih banyak sehingga semua praktikan dapat melakukan praktikum
produksi ternak perah dengan baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M.1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset.
Yogyakarta.Direktorat Kesehatan Hewan, 1977.Manual Kesmavet.No.
6/1977.Seri; Susu.
Andriani. 2010. Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan
California Mastitis Test (CMT) untuk Deteksi Mastitis pada Kambing.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5.
Bath, D.L., E.N. Dickinson, H.A. Tucker dan R.D. Appleman. -1985. Dairy Cattle
: Principles,Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger. Philadelphia.
33
Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan, Departemen
Pertanian. Jakarta.
Dwitania DC dan Swacita IBN. 2013. Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu
Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. J
Veteriner 2(4) : 437- 444.
Ekawati, Evy Ratnasari. 2014. Uji Perbedaan Kadar Laktosa Pada Susu Sapi Fries
Holland Dan Susu Kambing Etawa Di Kec. Ampelgading, Kab.
Malang.Sidoarjo : Prodi Analis Kesehatan-Fikes-Univ.Maarif Hasyim
Latif Sidoarjo.
Frandson. 2002 . Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja. Jakarta.
Friendhsman. P. 2000. Anatomi Pencernaan Umum jilid 1 dan 2. Terate.Bandung.
Gaman, P.M., dan K.B. Sherrington. 1981. The Science of Food, An Introduction
to Food Science, Nutrition, and Microbiology. Terjemahan oleh Murdjati
Gardjito, Sri naruki, Agnes Murdiati, dan Sarjono. Edisi kedua.1992.
Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Gustiani, E. 2009. Pengendalian cemaran mikroba pada bahan pangan asal ternak
(daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. Jurnal
Litbang Pertanian, 28 (3):96-100.
34
Hariyadi, P. 2000. Dasar dasar Teori dan Praktek Proses Termal.Pusat Studi
Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Kaunang, C.L. 2004. Respon Ruminan Terhadap Pemberian Hijauan Pakan Yang
Dipupuk Air Belerang.Disertasi. Program Studi Ilmu Ternak, IPB Bogor.
OH . H .K . Longhurst, W .M .and Jones, M .B . 1969, Reaction Nitrogen
intake to Rumen Microba Activity and Consumption Quality Roughoge by
sheep . Animal Sci, 28 : 272.
Nababan M., I Ketut Suada, dan Ida Bagus Ngurah Swacita. 2014.Ketahanan Susu
Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat
Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase. J Veteriner 3(4) : 274-282.
Nababan M., I Ketut Suada, dan Ida Bagus Ngurah Swacita. 2015. Kualitas Susu
Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Alkohol, Derajat
Keasaman dan Angka Katalase. J Veteriner 4(4) : 374-382.
Nadia, Meisya. 2011.Strategi Pemasaran di Koperasi Produksi Susu (KPS)
Bogor. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nana. 2002. Macam – Macam Olahan Susu. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Pradlee, Jorgea, et al,. 2011. Somatic Cell Count and Californi Mastitis Test as a
Diagnostic Tool for Subclinical Mastitis in Ewes. Acta Scientiae
Veterinariae, 2012. 40(2): 1038.
35
Puspitasari FD, Shovitri M, Kuswytasari ND. 2012. Isolasi dan Karakterisasi
Bakteri Aerob Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS.
1(1)
Ranjhan, S .K. and Pathak, N.N. 1979 . Management and Feeding of Buffalo,
Vikas Publ House put, New Delhi.
Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi
Produksi Ternak. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Saleh, E. 2004.Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi
Produksi Ternak. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Sanam AB, Swacita IBN, Agustina KK. 2014. Ketahanan Susu Kambing
Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau
dari Uji Didih dan Alkohol. J Veteriner 3(1) : 1-8.Sari, M, Swacita IBN,
Agustina KK. 2013. Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-
Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase. J Veteriner
2(2) : 202-207.
Sarwono, B., dan Ariyanto, N.B., 2005. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhardi. 2013. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Akibat Substitusi Rumput
Gajah Dengan Jerami Padi+NaOH. Universitas Boyolali.Politeknisains
VOL 6. No. 2.
36
Sukarni.2006. Produksi Dan Komposisi Air Susu Kambing Peranakan Etawah
Yang Diberi Tambahan Konsentrat Pada Awal Laktasi. Universitas
Udayana, Denpasar.
Sumudhita, M.W 2013 Air Susu dan Penanganannya Hal; 1-45. Denpasar:
Program Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan
Universitas Udayana.
Sutrisna DY, Suada IK, Sampurna IP. 2014. Kualitas Susu Kambing Selama
Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan
Kekentalan. J Veteriner 3 (1) : 60-67.
Utami, Sri. 2012. Kajian Berat Jenis dan Total Solid Susu Kambing Saanen, Jawa
Randu, dan Peranakan Etawa.Hasil Penelitian. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Wibowo, Puguh Arif. 2013. Kajian Total Solid (TS) Dan Solid Non Fat (SNF)
Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Pada Satu Periode
Laktasi.Skripsi.Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Yulistiani, R., Ulya S. dan Veronika I. K. 2007. Tingkat Keamanan Susu Berlabel
Pasteurisasi Di Wilayah Surabaya Selama Masa Penyimpanan Pada Suhu
Refrigerator. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 11-21.
37
LAMPIRAN
𝑎
76 cm Hg BJ = x
𝑏
y = 1,0241
z = 1,0528
Jadi, berat jenis susu tersebut adalah 1,0528
G.1 = 21
G.2 = 24
G.3 = 23
(𝐺.3−𝐺.1)
Kadar bahan kering (%) = x 100 %
(𝐺.2−𝐺.1)
(23−21)
= x 100 % = 66,7 %
(24−21)
Jadi, kadar bahan kering yang terdapat di dalam susu tersebut adalah 66,7 %.
38
3. Penentuan kadar protein
Titrasi blangko= 0,8
Titrasi larutan = 2,3
Titrasi ke 2 = 2,3 – 0,8 = 1,5
% Protein susu = 1,83 x 1,5 = 2,745
% Kasein = 1,63 x 1,5 = 2,445
Jadi, kadar protein susu tersebut adalah 2,745 % dan kadar kaseinnya 2,445 %.
4. Mikrobiologi susu
a. Tuang
Koloni per ml = 39 x 1 = 3,9 x 108
10-7
b. Sebar
Koloni per ml = 190 x 1 = 1,9 x 109
10-7
39
40