Anda di halaman 1dari 42

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kematangan Karir

1. Definisi Kematangan Karir

Savickas (2005) mengemukakan bahwa kematangan karir dapat disebut

dengan penyesuaian karir, yaitu kesiapan individu dan penggunaan sumber-

sumber yang ada untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan karir yang

sedang dijalani, transisi pekerjaan, dan trauma pekerjaan. Pada siswa,

kematangan karir dapat diartikan kesiapan siswa untuk membuat pilihan

pekerjaan secara realistik. Super (dalam Sharf, 2006) mengemukakan bahwa

kematangan karir adalah perilaku individu dalam mengidentifikasi, memilih,

merencanakan, dan melaksanakan tujuan-tujuan karir yang sesuai dengan usia

rata-rata dalam tahap perkembangan karirnya. Kematangan karir juga

didefinisikan sebagai kesiapan individu untuk dapat memilih dan mengambil

keputusan secara tepat.

Lock (2005) mengemukakan bahwa kematangan karir adalah kemampuan

individu untuk menentukan karir yang tepat, menyadari bahwa pilihan karir

harus ditentukan, dan tingkat dari pilihan individu yang realistis dan konsisten

sepanjang waktu. Luzzo dan Savickas (dalam Levinson, Caswell, & Kiewra,

1998) mengemukakan bahwa kematangan karir adalah kemampuan individu

untuk memperoleh hal yang dibutuhkan, seperti pengetahuan dan keterampilan

untuk mempersiapkan pilihan karir yang bersifat realistik, mampu mengambil

keputusan mengenai karir yang sesuai dengan informasi yang didapatkan serta

23
24

tahap perkembangan karir individu tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa kematangan karir adalah kemampuan remaja dalam memahami potensi

diri, sehingga dapat melakukan perencanaan dalam mempersiapkan pilihan

karir yang realistik, yang pada akhirnya dapat menentukan serta mengambil

keputusan mengenai karir yang akan dijalaninya setelah lulus dari bangku

sekolah.

Powell dan Luzzo (1998) mengemukakan bahwa salah satu dari aspek

perkembangan karir remaja adalah kematangan karir, yang didefinisikan

sebagai kesiapan individu dalam membuat informasi, penentuan karir yang

tepat sesuai dengan usianya, dan memenuhi tugas perkembangan karirnya.

Winkel (2004) mengemukakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan

individu untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas

bagi tahap perkembangan tertentu. Individu dengan tingkat kematangan karir

yang tinggi menunjukkan kesuksesan dan kepuasan dalam karirnya,

dikarenakan individu tersebut dapat lebih siap dalam proses pengambilan

keputusan karir, memiliki alternatif karir, menunjukkan perilaku yang

mengarah pada tujuan, memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dalam

membuat pilihan karir, komitmen dalam memilih karir, dan memiliki kemauan

untuk mengakui realitas yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

indikasi kematangan karir adalah kemampuan remaja untuk dapat membuat

perencanaan, kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap pilihan karir, dan

kesadaran pada faktor internal maupun eksternal yang harus dipertimbangkan


25

dalam membuat pilihan jurusan atau memantapkan diri dalam suatu jurusan

tertentu.

Liptak (2008) mengemukakan bahwa kematangan karir didefinisikan

sebagai kemampuan untuk dapat secara sukses mengatasi pekerjaan dan masa

peralihan yang melekat dalam proses perkembangan karir, serta kesiapan untuk

memasuki pemilihan karir sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan karir

yang tepat. Kematangan karir juga dapat didefinisikan sebagai kesiapan

individu untuk sejalan proses perencanaan karir dan kesuksesan dalam

menyelesaikan tugas-tugas, termasuk dalam perencanaan karir, mempelajari

atau memahami diri sendiri, belajar mengenai dunia kerja, dan dapat

menentukan pilihan karir yang efektif.

Cardoso dan Moreira (2009) mengemukakan bahwa kematangan karir

termasuk di dalamnya perencanaan karir, pemilihan karir, dan persepsi

individu terhadap rintangan atau hambatan dalam karir kedepannya. Sehingga,

dapat disimpulkan bahwa kematangan karir merujuk pada level persiapan

remaja dalam mengatasi permasalahan terkait dengan karir, seperti pemilihan

karir dan pengambilan keputusan karir, yang didukung oleh informasi-

informasi terkait diri sendiri dan jurusan yang ingin dimasuki, serta yakin pada

kemampuan diri untuk dapat mengatasi hambatan yang ditemui selama

menjalani perkuliahan. Konstrak teori karir menurut Savickas (2005)

menunjukkan bahwa siswa matang dalam memenuhi tugas pilihan karirnya

ketika memberikan perhatian atas masa depan, adanya kontrol diri atas

karirnya, memiliki keingintahuan yang tinggi untuk melakukan percobaan yang


26

memungkinkan bagi diri sendiri dan melakukan eksplorasi atas kesempatan-

kesempatan sosial terkait karir, dan percaya diri dalam membuat sebuah

rancangan/rencana masa depan pekerjaannya dan merealisasikan rencana yang

sudah dibuat sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

kematangan karir adalah kemampuan siswa dalam memahami diri sendiri dan

mempelajari pilihan-pilihan jurusan/pekerjaan yang diminati untuk dapat

memilih karir secara realistik, sesuai dengan tahap perkembangan karir siswa.

2. Tahapan Perkembangan Karir

Super (Sharf, 2006) mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan karir,

sebagai berikut:

a. Eskplorasi (Exploration)

Tahap ini terjadi pada usia 15-25 tahun, dimana individu mulai mencari

ide mengenai informasi pekerjaan, memilih alternatif-alternatif karir,

memutuskan bidang pekerjaan, dan mulai untuk bekerja. Pada tahap

eksplorasi terbagi menjadi tiga sub tahapan, yaitu:

1) Crystallizing, yaitu suatu tahap dimana individu mulai mengerti hal yang

diinginkan dan mencari tahu pekerjaan yang sesuai dengan keadaan

dirinya.

2) Specifying, yaitu tahap dimana individu mulai membuat spesifikasi

pilihan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya dan mulai menekuni

pekerjaan tersebut.
27

3) Implementing, yaitu tahap dimana individu mulai menyusun rencana

untuk menentukan pilihan karirnya. Tahap ini biasanya terjadi sebelum

individu turun ke dunia kerja.

b. Pemantapan (Establishment)

Tahap ini terjadi antara usia 25-45 tahun, dimana pada tahap ini individu

sudah masuk ke dalam dunia kerja sesuai dengan pekerjaan yang

diinginkannya. Pada tahap ini terbagi menjadi tiga subtahapan, yaitu:

1) Stabilizing, yaitu tahap dimana individu mulai menetap pada pekerjaan

tersebut dan mampu memenuhi persyaratan kerja yang menjamin bahwa

individu tersebut mampu bekerja di bidang pekerjaan tertentu.

2) Consolidating, yaitu tahap dimana individu mulai menunjukkan

kemampuan yang dimiliki dalam bekerja dan mempertimbangkan posisi

kerja atau bidang yang lebih tinggi.

3) Advancing, yaitu tahap dimana individu mulai merencanakan untuk

kenaikan jabatan atau posisi kerja yang lebih tinggi.

c. Pemeliharaan (Maintenance)

Tahap ini terjadi pada usia 45-46 tahun, dimana individu pada tahap ini

tidak lagi mementingkan kesuksesan karirnya, melainkan mempertahankan

posisi pada pekerjaan tersebut. Tahap ini terbagi menjadi tiga subtahapan,

yaitu:

1) Holding, yaitu tahap dimana individu mulai merasa khawatir akan

ancaman PHK atau pensiun dari posisi jabatan yang dimilikinya saat itu.
28

2) Updating, yaitu tahap dimana individu mulai melakukan kegiatan non

formal sebagai kegiatan yang dapat menambah dan memperbarui

wawasan serta pengetahuan yang dimilikinya tentang pekerjaan yang

ditekuni pada saat itu.

3) Innovating, yaitu tahap dimana individu memanfaatkan pengetahuan

yang dimiliki untuk melakukan improvisasi serta membuat inovasi baru.

d. Penurunan (disengagement)

Pada tahap ini individu mulai menunjukkan penurunan yang disebabkan

oleh keterbatasan kemampuan fisik dan ingatan. Tahap ini terbagi menjadi

tiga sub tahap, yaitu:

1) Declerating, yaitu tahap dimana individu mulai merasakan penurunan

kinerja

2) Retirement planning, yaitu tahap dimana individu mulai melakukan

perencanaan pensiun

3) Retirement living, yaitu tahap dimana individu mulai masuk pada dunia

baru, yaitu dunia pensiun.

e. Daur ulang (recycling)

Pada tahap ini, individu menguji ulang rencana karir yang sudah dibuat

dan mengulang kembali tahapan yang sudah dijalani sesuai dengan dirinya.

Hal tersebut dikarenakan tidak semua individu mengalami tahapan-tahapan

karir sesuai dengan urutannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap

perkembangan siswa SMA kelas XI berada pada tahap eksplorasi, dimana


29

pada tahap tersebut siswa sudah mulai mengerti jurusan/pekerjaan yang

sesuai dengan keinginannya, memilih karir yang sesuai dengan keadaan

dirinya, sehingga dapat menentukan pilihan jurusan/pekerjaan yang akan

dijalani setelah lulus dari bangku sekolah.

3. Aspek-aspek Kematangan Karir

Savickas dan Porfeli (2011) mengemukakan bahwa terdapat empat aspek

kematangan karir, yaitu:

a. Keprihatinan karir (Career concern)

Keprihatinan karir yang dimaksud adalah orientasi masa depan, perasaan

bahwa penting untuk mempersiapkan masa depan. Keprihatinan karir juga

disebut dengan orientasi pada proses pengambilan keputusan karir.

Keprihatinan karir menentukan sikap siswa untuk sadar akan tugas

perkembangan karirnya dan transisi pekerjaan yang akan dihadapi, serta

pilihan yang harus dibuat dalam waktu dekat maupun waktu yang akan

datang. Model yang berbeda dari perkembangan karir yang merujuk kepada

keprihatinan adalah perencanaan, antisipasi, kesadaran, keterlibatan, dan

orientasi. Siswa yang tidak memiliki keprihatinan karir ditunjukkan dari

tidak adanya perencanaan serta pesimis terhadap masa depannya.

b. Konsultasi karir (Career counsultation)

Konsultasi karir yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam mencari

saran atau masukan dari orang lain dalam menentukan pilihan karir dan

pilihan pekerjaan. Saran atau masukan yang paling penting dari orang lain

adalah informasi mengenai bagaimana membuat pilihan karir yang


30

bijaksana dan realistis, bukan pada pekerjaan spesifik yang akan dipilih.

Siswa seharusnya melakukan konsultasi pada orang lain, namun siswa harus

mengambil keputusan akhir dalam memilih karir secara mandiri.

c. Keingintahuan karir (Career curiosity)

Keingintahuan karir adalah inisiatif siswa dalam mempelajari dunia

pekerjaan yang mengarahkan pada perilaku mencari informasi-informasi

terkait dunia kerja. Keingintahuan karir termasuk dalam perilaku seperti

keterbukaan pada pengalaman baru, eksplorasi rasa ingin tahu, dan

melakukan refleksi mengenai kesesuaian antara diri sendiri dan dunia

pekerjaan. Keingintahuan yang rendah ditunjukkan dari kurangnya

pengetahuan terkait informasi dunia kerja serta kurangnya pengetahuan

tentang gambaran diri sendiri.

d. Kepercayaan karir (Career confidence)

Kepercayaan karir adalah antisipasi dari keberhasilan siswa dalam

menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam mengambil keputusan dan

pilihan karir. Kepercayaan karir termasuk dalam kepercayaan diri bahwa

siswa memiliki kemampuan untuk berhasil dalam mengatasi tantangan dan

hambatan yang ditemui dalam mengambil keputusan serta menerapkan

pilihan. Siswa membutuhkan kepercayaan untuk dapat bertindak sesuai

dengan minat serta aspirasi mereka, dimana siswa harus percaya diri dalam

mengambil keputusan atau pilihan karir.

Aspek-aspek yang dikemukakan oleh Savickas dan Porfeli (2011) ini

akan menjadi konstruk untuk mengembangkan alat ukur dalam penelitian


31

ini. Aspek-aspek tersebut adalah Keprihatinan karir (Career concern),

Konsultasi karir (Career counsultation), Keingintahuan karir (Career

curiosity), dan Kepercayaan karir (Career confidence).

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kematangan Karir

Salami (2008) mengemukakan bahwa status identitas secara signifikan

memengaruhi kematangan karir remaja. Temuan tersebut menjelaskan bahwa

individu yang mencapai status identitasnya harus melalui tahap eksplorasi dan

memiliki komitmen yang jelas untuk tugas-tugas identitas ego mereka, dimana

remaja masih mencari identitasnya. Oleh karena itu, siswa masih

membutuhkan pengarahan dari orangtua atau anggota keluarga untuk dapat

membuat pilihan karirnya.

Hasil penelitian Hasan (2006) menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor

yang memengaruhi kematangan karir siswa kelas X, diantaranya konsep diri,

aspirasi pekerjaan, dan jenis kelamin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ottu dan Idowu (2014) menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi kematangan karir, yaitu sifat terbuka terhadap pengalaman

(opennes to experience). Temuan ini menunjukkan bahwa ekplorasi karir oleh

remaja tanpa adanya penentuan kecenderungan atau perhatian yang diarahkan

pada satu pilihan menunjukkan ketidakmatangan karir pada remaja. Remaja

membutuhkan keterbukaan dan perhatian yang penuh bagi minat, bakat, dan

kemampuan untuk dapat menunjukkan kematangan karir yang tinggi serta

komitmen pada karir yang di pilih. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
32

jenis kelamin, usia, dan etnis dapat menjadi faktor yang memengaruhi

tingginya kematangan karir pada remaja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Powell dan Luzzo (1998)

menunjukkan bahwa faktor demografis yang dapat memengaruhi kematangan

karir siswa SMA adalah jenis kelamin, kelas atau tingkatan, dan tipe diploma

atau kurikulum. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bozgeyikli, Eroglu, dan

Hamureu (2009) menunjukkan bahwa status sosioekonomi secara signifikan

dapat memengaruhi kematangan karir remaja di Turki.

Penelitian yang dilakukan oleh Lau, Low, dan Zakaria (2004) pada 76

mahasiswa baru di universitas publik menunjukkan bahwa salah satu faktor

yang memengaruhi perkembangan kematangan karir baik bagi laki-laki

maupun perempuan adalah perencanaan karir. Kematangan karir yang tinggi

adalah dimana siswa memiliki lebih banyak informasi dan mampu

merencanakan karir mereka untuk kemudian melakukan pemilihan karir. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Chatterjee (2013) menunjukkan bahwa di dalam

perkembangan karir, aspek perencanaan karir dapat memberikan pengaruh

pada kematangan karir siswa. Perencanaan karir merupakan langkah pokok

dalam perkembangan karir serta proses pengambilan keputusan karir. Beberapa

teori terkait karir menyetujui bahwa untuk menentukan sebuah pilihan karir

dan mengambil keputusan terkait karir yang dipilih, siswa harus memiliki

perencanaan dan kematangan karir yang ditunjukkan melalui eksplorasi

kemampuan yang dimiliki, pengetahuan mengenai informasi karir terkait, dan

gambaran pekerjaan.
33

Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor yang dapat memengaruhi

kematangan karir adalah status identitas, konsep diri, aspirasi pekerjaan, sifat

terbuka terhadap pengalaman, perencanaan karir, jenis kelamin, usia, etnis,

kelas atau tingkatan, dan tipe diploma atau kurikulum.

B. Konseling Kelompok Perencanaan Karir

1. Konseling Kelompok

a. Definisi Konseling Kelompok

Kurnanto (2013) mengemukakan bahwa konseling adalah sebuah profesi

yang sifatnya membantu (helping profession), dimana konseling dilakukan

dengan berbagai prosedur salah satunya adalah melalui prosedur konseling

kelompok. Konseling kelompok adalah proses konseling yang dilakukan

dalam situasi kelompok, dimana konselor berinteraksi dengan konseli dalam

bentuk kelompok yang dinamis untuk memfasilitasi perkembangan individu

dan atau membantu individu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya

secara bersama-sama. Latipun (2006) mengemukakan bahwa konseling

kelompok merupakan salah satu konseling dengan memanfaatkan kelompok

untuk membantu, memberi umpan balik, dan pengalaman belajar. Konseling

kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika

kelompok.

Latipun (2006) mengemukakan bahwa faktor yang mendasar

penyelenggaraan konseling kelompok adalah proses pembelajaran dalam

bentuk pengubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku termasuk dalam hal


34

pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses kelompok. Dalam suatu

kelompok, anggota kelompok yang lain dapat memberi umpan balik yang

diperlukan untuk membantu mengatasi masalah anggota lainnya, dan

anggota satu dengan lainnya dapat saling memberi dan menerima saran

maupun masukan.

Corey (2012) mengemukakan bahwa konseling kelompok dapat

dilakukan untuk fokus pada permasalahan pendidikan, karir, sosial, atau

personal. Konseling kelompok berorientasi pada permasalahan, dimana

anggota kelompok nantinya akan menentukan isi permasalahan dan tujuan

dari konseling yang diadakan. Dalam suatu kelompok, anggota kelompok

dapat memberikan empati dan dukungan, sehingga suasana yang terjalin

dalam kelompok adalah rasa percaya satu sama lain untuk dapat berbagi dan

melakukan eksplorasi atas permasalahan yang dirasakan.

Brown dan Lent (2008) mengemukakan bahwa terdapat beberapa

intervensi dalam proses perkembangan karir yang sangat efektif untuk

membantu dalam mengarahkan karir pada anak-anak maupun remaja, yaitu

konseling karir individu, konseling karir kelompok, kurikulum berbasis

kelas, dan pendidikan karir. Brown dan Lent (2005) mengemukakan bahwa

konseling kelompok karir termasuk didalamnya bimbingan kelas berbasis

karir, integrasi konseling karir dan instruksi akademik, dan pendidikan karir,

merupakan strategi konseling karir yang efektif diterapkan dalam intervensi

kelompok.
35

Konseling kelompok secara konsisten efektif dalam menyelesaikan

permasalahan karir pada anak-anak dan remaja. Hal tersebut dikarenakan

strategi kelompok dapat mengarahkan anak-anak dan remaja untuk saling

mendukung dan menyemangati satu sama lain dengan baik, dimana mereka

berada dalam situasi permasalahan yang sama. Penelitian yang dilakukan

dalam konseling kelompok karir menunjukkan bahwa didalam intervensi ini

anggota kelompok diminta untuk mendiskusikan informasi-informasi yang

relevan mengenai perencanaan dan eksplorasi karir, tujuan dan pilihan karir,

bagaimana anggota kelompok berbagi informasi mengenai tugas dari bidang

pekerjaan, dan mencoba untuk mengambil keputusan mengenai rencana

karir mereka (Brown & Lent, 2005).

Penelitian tersebut sejalan dengan Sharf (2006) yang mengemukakan

bahwa permasalahan kematangan karir pada remaja termasuk permasalahan

mengenai perencanaan karir, eksplorasi karir, dan pencarian informasi

terkait dunia kerja, dapat di atasi dengan konseling kelompok. Pada

konseling kelompok karir, anggota kelompok dapat mendiskusikan perasaan

mereka terkait dengan pemilihan karir dan mendorong satu sama lain untuk

dapat melakukan eksplorasi pilihan karir secara bebas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling

kelompok merupakan proses interaksi antar anggota dalam kelompok yang

bertujuan untuk mencari soluasi dari suatu permasalahan dengan adanya

dukungan dan umpan balik yang diberikan oleh sesama anggota kelompok.
36

b. Tujuan Konseling Kelompok

Prayitno (2001) mengemukakan bahwa konseling kelompok

memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan

penyelesaian masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Latipun

(2006) mengemukakan bahwa konseling kelompok berfokus pada usaha

membantu klien dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian

pada perkembangan dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi

tingkah laku, pengembangan keterampilan hubungan personal, nilai, dan

sikap dalam membuat keputusan karir.

c. Struktur Dalam Konseling Kelompok

Latipun (2006) mengemukakan bahwa konseling kelompok memiliki

stuktur yang sama dengan terapi kelompok pada umumnya, yaitu:

1) Jumlah anggota kelompok. Konseling kelompok umumnya berkisar

antara 4 sampai 12 orang. Jumlah anggota kelompok yang kurang dari 4

orang tidak efektif karena dinamika kelompok menjadi kurang hidup,

sedangkan jumlah klien yang melebihi 12 orang terlalu besar untuk

konseling karena terlalu berat dalam mengelola kelompok. Corey, Corey,

dan Corey (2014) mengemukakan bahwa jumlah anggota kelompok

untuk anak-anak berkisar antara 3 atau 4 orang, kelompok untuk remaja

adalah 6 atau 8 orang, dan kelompok ideal untuk dewasa adalah 8 orang.

2) Homogenitas kelompok. Penentuan homogenitas anggota disesuaikan

dengan keperluan dan kemampuan konselor dalam mengelola konseling


37

kelompok. Sebagian konseling kelompok dibuat homogen berdasarkan

jenis kelamin, jenis masalah dan gangguan, kelompok usia, dan lainnya.

3) Waktu pelaksanaan. Lama waktu konseling kelompok sangat bergantung

pada kompleksitas permasalahan yang dihadapi kelompok. Secara umum

konseling kelompok bersifat jangka pendek, dimana membutuhkan

waktu pertemuan antara 8 sampai 20 pertemuan, dengan frekuensi

pertemuan antara satu sampai tiga kali dalam seminggu. Durasi

pertemuan kelompok pada prinsipnya sangat ditentukan oleh situasi dan

kondisi anggota kelompok. Waktu yang digunakan dalam konseling

kelompok tidak bisa diadakan dalam interval waktu yang pendek.

Konseling kelompok pada umumnya diselengarakan satu hingga dua kali

dalam seminggu. Penyelenggaraan dengan interval yang lebih sering

akan mengurangi penyerapan dari informasi dan umpan balik yang

diperoleh selama proses konseling. Namun, jika terlalu jarang, akan

banyak informasi dan umpan balik yang dapat dilupakan.

d. Tahapan dalam penyelenggaraan konseling kelompok menurut Hartinah

(2009) adalah:

1) Tahap 1: Pembentukan

Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan

pengumpulan para anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok

yang direncanakan. Pada tahap ini, pada umumnya para anggota saling

memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan

yang hendak dicapai, baik oleh masing-masing, sebagian, atau seluruh


38

anggota kelompok. Pada tahap ini, peranan pemimpin kelompok adalah

memunculkan dirinya sehingga ditangkap oleh para anggota sebagai

orang yang benar-benar mampu dan bersedia membantu para anggota

kelompok untuk mencapai tujuan mereka. Kegiatan dalam tahap

pembentukan adalah:

a) Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam

rangka konseling kelompok.

b) Menjelaskan cara-cara dan norma kegiatan kelompok.

c) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

d) Permainan penghangatan atau pengakraban

2) Tahap 2: Peralihan

Tahap peralihan perlu ditempuh untuk memasuki tahap inti dari

seluruh kegiatan (tahap 3). Pada tahap ini pemimpin kelompok

menjelaskan peranan para anggota kelompok, kemudian pemimpin

kelompok menawarkan kepada anggota mengenai kesiapan untuk

memulai kegiatan selanjutnya. Kegiatan dalam tahap peralihan adalah

sebagai berikut:

a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya

b) Menawarkan atau mengamati kesiapan anggota untuk memasuki tahap

selanjutnya, yaitu tahap inti dari kegiatan konseling kelompok

c) Mengarahkan anggota untuk membahas suasana perasaan, membuka

diri dan belajar berempati kepada anggota lain dengan menanggapi hal

yang disampaikan oleh anggota lainnya.


39

d) Meningkatkan minat anggota untuk ikut serta dalam kegiatan

kelompok.

3) Tahap 3: Kegiatan

Tahap kegiatan yaitu tahap inti untuk membahas topik-topik tertentu,

dimana pemimpin kelompok mengemukakan permasalahan atau topik

untuk selanjutnya akan dibahas oleh kelompok secara mendalam dan

tuntas. Kegiatan dalam tahap ini adalah:

a) Pemimpin kelompok mengemukakan masalah atau topik

b) Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal

yang belum jelas mengenai masalah/topik yang dikemukakan oleh

pemimpin kelompok

c) Anggota kelompok membahas masalah/topik secara tuntas dan

mendalam

d) Kegiatan selingan.

4) Tahap 4: Pengakhiran

Tahap pengakhiran adalah tahapan akhir untuk melihat tercapainya

hasil atau tujuan oleh kelompok. Selain itu, kegiatan kelompok pada

tahap ini difokuskan pada pembahasan dan eksplorasi mengenai

penerapan hal-hal yang sudah dipelajari oleh anggota sebelumnya pada

kehidupan sehari-hari. Kegiatan dalam tahap ini adalah:

a) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera

berakhir
40

b) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-

hasil kegiatan

c) Membahas kegiatan lanjutan

d) Mengemukakan pesan dan harapan.

2. Perencanaan Karir

a. Definisi Perencanaan Karir

Liptak (2008) mengemukakan bahwa perencanaan karir adalah proses

dari eksplorasi diri dan dunia kerja, membuat keputusan, mengembangkan

rencana berdasarkan keputusan tersebut, dan kemudian melaksanakan

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Zikic dan Klehe (2006)

mengemukakan bahwa perencanaan karir mengarah pada perkembangan

karir masa depan individu dan tujuan karir, dimana perencanaan karir

mengarah pada karir yang lebih sukses karena tujuan adalah indikator yang

baik dari usaha individu. Perencanaan karir memungkinkan individu untuk

mengembangkan tujuan karirnya dan fokus pada aktivitas mereka untuk

menjadi pekerjaan atau organisasi yang sesuai dengan tujuan individu

tersebut.

Holland (1973) mengemukakan bahwa bimbingan perencanaan karir

adalah bimbingan yang dilakukan dengan tujuan agar individu lebih

memahami dirinya dengan baik dan dapat mengelola diri secara lebih

efektif, dengan demikian individu tersebut mampu memilih pekerjaan yang

sesuai dan berhasil dalam bidang pekerjaan yang ditekuni.


41

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir

adalah suatu proses perkembangan karir siswa untuk dapat melakukan

eksplorasi diri dan dunia kerja, membuat keputusan, mengembangkan

rencana berdasarkan keputusan tersebut, dan kemudian melaksanakan

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut bertujuan agar

siswa mampu memilih pekerjaan yang sesuai dan mampu berhasil dalam

bidang pekerjaan yang ditekuni.

b. Tujuan Perencanaan Karir

Holland (1973) mengemukakan bahwa tujuan dari perencanaan karir

adalah sebagai berikut:

1) Mencocokkan individu dengan pekerjaan, baik dalam pemilihan

pekerjaan maupun dalam pemilihan training atau pelatihan yang sesuai

dengan individu tersebut

2) Membantu individu untuk merencanakan aktivitas karir dalam rangka

meningkatkan kualitas individual.

3) Membantu individu untuk dapat mengambil keputusan karir secara tepat

dan efektif

4) Membantu individu untuk dapat memahami dirinya dan pekerjaan yang

sesuai dengan dirinya

5) Membantu individu untuk mendapatkan kepuasan dalam bekerja

c. Aspek Perencanaan Karir (Proses Bimbingan/Konseling Perencanaan Karir)

Michelozzi, Surrel, dan Cobez (dalam Liptak, 2008) mengemukakan

proses perencanaan karir dalam beberapa langkah, yaitu:


42

1) Memahami diri dan hal yang akan kita lakukan dengan baik

2) Melakukan eksplorasi terkait dunia kerja

3) Melihat karakteristik diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu

4) Memperdalam kemampuan pengambilan kaputusan terkait karir

5) Mengimplementasikan pilihan karir dan keterampilan tingkatan

pekerjaan.

Walgito (2010) mengemukakan bahwa proses bimbingan perencanaan

karir yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain:

1) Pemahaman diri, yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan

memahami dirinya dengan cara mengetahui dan memahami potensi,

kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya.

2) Nilai-nilai, yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan memahami

nilai-nilai yang ada didalam dirinya, serta nilai-nilai yang ada di

masyarakat.

3) Pemahaman lingkungan, yang bertujuan agar siswa mampu mengetahui

dan memahami keadaan lingkungan, sehingga mampu mengambil

langkah dengan tepat. Lingkungan yang dimaksud berupa informasi

mengenai pendidikan maupun pekerjaan.

4) Hambatan dan mengatasi hambatan, yang bertujuan agar siswa mampu

mengetahui dan memahami hambatan-hambatan yang ada, sehingga

mampu mencapai tujuan (karir yang sesuai) serta dapat memcahkan

permasalahan yang ditemui.


43

5) Merencanakan masa depan, yang bertujuan agar siswa mampu

memahami dirinya, keadaan dirinya, nilai-nilai yang ada, lingkungan

(informasi mengenai pendidikan atau pekerjaan), dan hambatan-

hambatan yang ditemui (internal maupun eksternal), sehingga mampu

membuat perencanaan masa depannya.

Aryatmi (1991) mengemukakan langkah-langkah dalam konseling

perencanaan karir, sebagai berikut:

1) Memilih karir secara tentatif atau karir yang bersifat sementara

2) Mengenali diri sendiri, dengan mengenali bakat, minat,

kemampuan/prestasi di bidang akademik maupun non akademik yang

berkaitan dengan karir

3) Mengenali lingkungan atau dunia kerja, yaitu bidang-bidang pekerjaan,

analisis pekerjaan, lowongan pekerjaan, dan lainnya

4) Menguji atau membandingkan pilihan tentatif karir dan menentukan

pilihan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya

5) Membuat rencana atau langkah-langkah dalam mencapai pekerjaan yang

dipilih.

6) Mempelajari langkah-langkah, keterampilan, dan sikap yang diperlukan

dalam mencari pekerjaan.

7) Menyesuaikan diri terhadap pekerjaan

3. Tahap-tahap Konseling Kelompok Perencanaan Karir

Konseling kelompok perencanaan karir mengacu pada konseling

perencanaan karir yang disusun oleh Aryatmi (1991). Konseling kelompok


44

perencanaan karir disusun menjadi 6 pertemuan yang terdiri dari 4 tahap dan 5

sesi dalam tahap kegiatan inti, sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama, terdiri dari kegiatan:

1) Tahap 1: Pembentukan. Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat

dimulai dengan pengumpulan para anggota kelompok dalam rangka

kegiatan kelompok yang direncanakan. Pada tahap ini, pada umumnya

para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan

tujuan ataupun harapan yang hendak dicapai, baik oleh masing-masing,

sebagian, atau seluruh anggota kelompok. Pada tahap ini, peranan

pemimpin kelompok adalah memunculkan dirinya sehingga ditangkap

oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar mampu dan bersedia

membantu para anggota kelompok untuk mencapai tujuan mereka.

Kegiatan dalam tahap pembentukan adalah:

a) Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam

rangka konseling kelompok.

b) Menjelaskan cara-cara dan norma kegiatan kelompok.

c) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

d) Permainan penghangatan atau pengakraban

2) Tahap 2: Peralihan. Tahap peralihan perlu ditempuh untuk memasuki

tahap inti dari seluruh kegiatan (tahap 3). Pada tahap ini pemimpin

kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok, kemudian

pemimpin kelompok menawarkan kepada anggota mengenai kesiapan


45

untuk memulai kegiatan selanjutnya. Kegiatan dalam tahap peralihan

adalah sebagai berikut:

a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya,

dimana konselor menjelaskan bahwa tahap berikutnya akan

membahas topik-topik terkait dengan perencanaan karir, yang akan

dibahas pada sesi-sesi yang terdapat didalam tahap kegiatan inti.

Kegiatan dalam setiap sesi ini akan dilakukan dengan teknik diskusi,

sharing, tanya jawab, dan ekslporasi terkait permasalahan yang sesuai

dengan topik-topik tertentu.

b) Menawarkan atau mengamati kesiapan anggota untuk memasuki tahap

selanjutnya, yaitu tahap inti dari kegiatan konseling kelompok.

c) Mengarahkan anggota untuk membahas suasana perasaan, membuka

diri dan belajar berempati kepada anggota lain dengan menanggapi hal

yang disampaikan oleh anggota lainnya.

d) Meningkatkan minat anggota untuk ikut serta dalam kegiatan

kelompok.

3) Tahap 3: Kegiatan. Tahap kegiatan yaitu membahas topik-topik tertentu,

dimana pemimpin kelompok mengemukakan permasalahan atau topik

untuk selanjutnya akan dibahas oleh kelompok secara mendalam dan

tuntas. Topik yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah perencanaan

karir serta manfaatnya bagi anggota kelompok. Pada topik ini, konselor

melakukan teknik tanya jawab kepada setiap anggota, terkait masa

depannya setelah lulus SMA, harapan atau tujuan yang diinginkan,


46

masalah yang dihadapi terkait masa depan, serta perencanaan yang sudah

dilakukan. Konselor kemudian menyimpulkan seluruh hal yang

disampaikan oleh peserta, termasuk permasalahan yang dialami oleh

peserta terkait karir (jurusan yang akan diambil) setelah lulus SMA.

Selanjutnya, konselor menjelaskan mengenai kegiatan yang akan

dilakukan selanjutnya, terkait penanganan dari pemasalahan yang sudah

diungkapkan oleh peserta.

b. Pertemuan kedua, tahap kegiatan konseling kelompok perencanaan karir

Setelah konselor menyimpulkan permasalahan peserta di pertemuan

sebelumnya, pada pertemuan kedua hingga pertemuan keenam ini konselor

akan melaksanakan konseling kelompok perencanaan karir (penyelesaian

masalah) yang mengacu pada teori konseling perencanaan karir oleh

Aryatmi (1991).

Sesi I : Pemahaman Diri

Sesi pemahaman diri bertujuan agar peserta mampu mengetahui dan

memahami kondisi diri sendiri (minat, bakat, sifat-sifat, keterampilan yang

dimiliki, nilai-nilai, kelebihan dan kelemahan). Metode yang digunakan

dalam sesi ini adalah eksplorasi diri dengan mengerjakan lembar kerja

“Who am I” yang berkaitan dengan analisa diri. Setiap peserta diminta

untuk mempresentasikan lembar kerja yang sudah ditulis. Selanjutnya,

peserta diajak untuk mengungkapkan pentingnya melakukan eksplorasi diri

terkait dengan proses perencanaan karir dan mendiskusikannya dengan

peserta lainnya.
47

Peserta juga diberikan pertanyaan mengenai hambatan yang ditemui saat

melakukan eksplorasi diri, selanjutnya konselor mengajak peserta lainnya

untuk memberikan pendapat terkait solusi dari hambatan yang ditemui

selama melakukan eksplorasi diri sesuai dengan pengalaman masing-

masing. Sesi ini diakhiri dengan pemaknaan mengenai pentingnya

melakukan eksplorasi diri dalam melakukan perencanaan karir. Selanjutnya,

konselor meminta kepada seluruh peserta untuk mencari informasi terkait

dengan 2 pilihan jurusan yang sekiranya diminati oleh peserta untuk dibawa

pada pertemuan selanjutnya.

Sesi ini dapat meningkatkan aspek pengenalan diri dalam perencanaan

karir menurut Aryatmi (1991) yaitu mengenali diri sendiri, dengan

mengenali bakat, minat, kemampuan/prestasi di bidang akademik maupun

non akademik yang berkaitan dengan karir.

c. Pertemuan ketiga, tahap kegiatan konseling kelompok perencanaan karir

Sesi II: Wawasan Karir

Sesi wawasan karir bertujuan agar siswa mengetahui berbagai informasi

terkait dengan jurusan di Perguruan tinggi. Hal tersebut bertujuan agar siswa

memahami pentingnya informasi terkait jurusan yang diminati, materi yang

akan dipelajari, prospek karir atau jenis lapangan pekerjaan yang tersedia

bagi setiap jurusan, serta jenis keterampilan dan tipe kepribadian yang

sesuai dengan setiap jurusan. Pada sesi ini, peserta diminta untuk

menceritakan temuannya terkait dengan dua pilihan jurusan yang diminati,

serta hambatan yang ditemui selama proses pencarian atau eksplorasi terkait
48

jurusan yang diminati. Konselor selanjutnya mengajak seluruh peserta untuk

berdiskusi mengenai solusi atas hambatan yang ditemui selama proses

pencarian informasi karir, sehingga peserta satu sama lain dapat

menceritakan pengalamannya terkait eksplorasi wawasan karir yang sudah

dilakukan.

Konselor juga mengajak peserta untuk mengemukakan perasaan serta

pikirannya terkait dengan eksplorasi wawasan karir serta analisa diri yang

sudah dilakukan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab. Konselor

selanjutnya menyimpulkan pemaknaan mengenai pentingnya mempelajari

informasi serta aktif dalam mencari informasi terkait jurusan yang diminati.

Sesi ini dapat meningkatkan salah satu aspek perencanaan karir menurut

Aryatmi (1991) yaitu mengenali lingkungan atau dunia kerja, yaitu bidang-

bidang pekerjaan, analisis pekerjaan, lowongan pekerjaan, dan lainnya.

Sesi III: Pembuatan Keputusan Karir

Pada sesi ini, peserta diminta untuk membuat sebuah keputusan karir

dengan memilih salah satu diantara dua bidang minat (jurusan) yang paling

sesuai. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

membuat suatu keputusan karir, khususnya keputusan dalam menentukan

jurusan yang sesuai dengan dirinya. Peserta diminta untuk

mempresentasikan keputusan karirnya satu persatu, yang kemudian

ditanggapi oleh konselor terkait alasan yang mendasari keputusan yang telah

dibuat oleh peserta. Sesi ini dilandasi oleh salah satu aspek dalam
49

perencanaan karir menurut Aryatmi (1991) yaitu memilih karir secara

tentatif atau karir yang bersifat sementara.

d. Pertemuan keempat, tahap kegiatan konseling kelompok perencanaan

karir

Sesi IV: Masalah Karir dan Problem Solving

Sesi masalah karir dan problem solving bertujuan agar peserta mampu

menyadari hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses mencapai bidang

minat karir (jurusan) yang diinginkan, baik hambatan yang berasal dari diri

sendiri (internal), maupun dari luar diri (eksternal). Peserta diminta untuk

mengisi lembar eksplorasi hambatan yang berasal dari internal maupun

eksternal dalam proses pemilihan jurusan. Selanjutnya peserta diminta untuk

mempertimbangkan kesesuaian antara hambatan yang akan ditemui dengan

potensi diri yang dimiliki. Peserta diminta untuk mengemukakan

pertimbangannya di hadapan anggota kelompok lainnya.

Selanjutnya, konselor meminta kepada anggota kelompok untuk

mendiskusikan kesesuaian pertimbangan tersebut, sehingga mendorong

peserta untuk menemukan cara yang tepat dalam menyelesaikan hambatan

yang ditemui dengan potensi yang dimiliki. Pada sesi ini, peserta diharapkan

mampu menemukan cara yang tepat untuk mengatasi hambatan yang dapat

ditemui dalam pencapaian tujuannya. Sesi ini dilandasi oleh salah satu

aspek dalam perencanaan karir menurut Aryatmi (1991) yaitu menguji atau

membandingkan pilihan tentatif karir dan menentukan pilihan pekerjaan

yang sesuai dengan dirinya


50

e. Pertemuan kelima, tahap kegiatan konseling kelompok perencanaan karir

Sesi V: Menyusun Perencanaan dan Jadwal Kegiatan

Sesi menyusun perencanaan dan jadwal kegiatan dilakukan setelah siswa

telah mengambil keputusan mengenai jurusan yang akan dipilih ketika lulus

nanti. Sesi ini bertujuan agar siswa mampu menyusun langkah-langkah yang

harus dilakukan untuk dapat mencapai jurusan yang diinginkan, dengan

membuat jadwal rencana aksi. Rencana aksi tersebut diharapkan tidak hanya

direncanakan saja, melainkan juga dapat direalisasikan melalui sebuah

perilaku nyata, sehingga peserta diminta untuk menuliskan beberapa

langkah konkrit yang harus dilakukan untuk mencapai jurusan yang

diinginkan. Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah diskusi, yang

kemudian mendapat feedback dari konselor maupun peserta lain terkait

perencanaan dan jadwal kegiatan yang sudah dibuat oleh peserta. Sesi ini

dilandasi oleh aspek perencanaan karir menurut Aryatmi (1991) yaitu

membuat rencana atau langkah-langkah dalam mencapai pekerjaan yang

dipilih, serta mempelajari langkah-langkah, keterampilan, dan sikap yang

diperlukan dalam mencari pekerjaan.

f. Pertemuan keenam, Tahap IV: Pengakhiran. Tahap pengakhiran adalah

tahapan akhir untuk melihat tercapainya hasil atau tujuan oleh kelompok.

Selain itu, kegiatan kelompok pada tahap ini difokuskan pada pembahasan

dan eksplorasi mengenai penerapan hal-hal yang sudah dipelajari oleh

anggota sebelumnya pada kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan


51

dalam sesi ini adalah sharing pengalaman mengenai proses konseling yang

sudah dilakukan. Kegiatan dalam tahap ini adalah:

1) Konselor mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir

2) Konselor menyimpulkan kegiatan yang sudah dilakukan dari awal hingga

akhir

3) Konselor dan peserta mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan

4) Konselor mengemukakan pesan dan harapan bagi peserta kedepannya,

setelah mengikuti konseling kelompok perencanaan karir ini.

C. Pengaruh Konseling Kelompok Perencanaan Karir terhadap

Kematangan Karir Siswa SMA

Super (dalam Sharf, 2006) mengemukakan bahwa perkembangan karir pada

remaja termasuk dalam tahap eksplorasi, dimana siswa mulai mencari ide

mengenai informasi pekerjaan, memilih alternatif-alternatif karir, memutuskan

bidang pekerjaan, dan mulai untuk bekerja. Siswa sekolah menengah atas (SMA)

dapat dikatakan memiliki kematangan karir yang baik, apabila dapat memenuhi

tahap perkembangan karirnya dan mampu membuat keputusan karir. Powell dan

Luzzo (1998) mengemukakan bahwa salah satu dari aspek perkembangan karir

remaja adalah kematangan karir, yang didefinisikan sebagai kesiapan siswa dalam

membuat informasi, penentuan karir yang tepat sesuai dengan usianya, dan

memenuhi tugas perkembangan karirnya. Critez (dalam Powell dan Luzzo, 1998)

mengemukakan bahwa kematangan karir terdiri dari dua dimensi, yaitu afeksi dan

kognitif. Dimensi kognitif dalam kematangan karir adalah kompetensi pemilihan


52

karir (keterampilan pengambilan keputusan karir), sedangkan dimensi afeksi

direpresentasikan melalui sikap pada proses pengambilan kepuutusan karir. Siswa

dengan tingkat kematangan karir yang tinggi menunjukkan kesuksesan dan

kepuasan dalam karirnya, dikarenakan siswa tersebut dapat lebih siap dalam

proses pengambilan keputusan karir, memiliki alternatif karir, menunjukkan

perilaku yang mengarah pada tujuan, memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi

dalam membuat pilihan karir, komitmen dalam memilih karir, dan memiliki

kemauan untuk mengakui realitas yang ada.

Hasil wawancara pada guru BK serta 4 siswa (ER, FT, LT, dan AD)

perwakilan dari siswa kelas XI SMA N “X” Yogyakarta, pada tanggal 18 dan 21

September 2015 menunjukkan bahwa terdapat permasalahan mengenai

kematangan karir yang ditunjukkan pada belum terpenuhinya aspek-aspek

kematangan karir. Aspek pertama yaitu keprihatinan karir (Career concern),

dimana definisi keprihatinan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) adalah

orientasi masa depan dan proses pengambilan keputusan karir, dimana siswa sadar

dan optimis pada masa depannya serta mulai membuat suatu perencanaan dalam

membuat pilihan karir. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa para

siswa belum memiliki gambaran mengenai dunia pekerjaan terkait dengan pilihan

jurusan yang akan diambil di perguruan tinggi kelak, sehingga para siswa belum

mempelajari informasi-informasi yang dibutuhkan terkait dengan jurusan-jurusan

yang diminati siswa untuk melakukan perencanaan masa depannya. Seluruh

responden juga mengemukakan bahwa waktu untuk memilih jurusan masih lama,
53

sehingga responden masih fokus pada pembelajaran di kelas maupun persiapa

untuk ujian kelulusan.

Aspek kematangan karir selanjutnya adalah konsultasi karir (Career

counsultation), dimana konsultasi karir menurut Savickas dan Porfeli (2011)

adalah aktivitas siswa dalam mencari saran atau masukan dari orang lain dalam

menentukan pilihan karir dan pilihan pekerjaan. Saran atau masukan yang paling

penting dari orang lain adalah informasi mengenai bagaimana membuat pilihan

karir yang bijaksana dan realistis, bukan pada pekerjaan spesifik yang akan

dipilih. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dua dari empat responden

mengemukakan telah berkonsultasi pada orangtua tentang jurusan yang diminati,

walaupun terdapat satu responden yang tidak mendapat persetujuan dari orangtua.

Sedangkan, dua siswa lainnya cenderung hanya ikut-ikutan pilihan teman maupun

orangtua mengenai jurusan yang ingin dipilih. Hasil wawancara dengan guru BK

juga menunjukkan bahwa untuk kelas XI, sejauh ini belum ada yang menghadap

guru BK untuk melakukan konsultasi karir. Siswa kelas XI juga belum meminta

saran atau masukan pada guru-guru yang mengajar. Menurut guru BK, konsultasi

karir tersebut biasanya akan dilakukan siswa secara mendadak saat siswa duduk di

kelas XII dan mendekati kelulusan.

Aspek selanjutnya adalah keingintahuan karir (Career curiosity), dimana

keingintahuan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) adalah inisiatif siswa

dalam mempelajari dunia pekerjaan yang mengarahkan pada perilaku mencari

informasi-informasi terkait dunia kerja, eksplorasi diri, dan kesesuaian antara

gambaran pekerjaan dan diri sendiri. Keingintahuan yang rendah ditunjukkan dari
54

kurangnya pengetahuan terkait informasi dunia kerja serta kurangnya pengetahuan

tentang gambaran diri sendiri. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa

3 dari 4 siswa belum mencari informasi terkait alternatif-alternatif jurusan yang

ada, baik melalui orangtua, guru, maupun internet dan sumber lainnya. Kurangnya

informasi tersebut dikarenakan para siswa merasa bahwa waktu yang ada untuk

menuju ke jenjang perkuliahan masih lama, sehingga para siswa belum

melakukan eksplorasi terkait alternatif jurusan di perguruan tinggi. Para siswa

masih fokus pada pelajaran di kelas dan persiapan untuk kelulusan. Selain itu,

seluruh siswa tidak mengetahui minat, bakat, maupun potensi yang ada dalam

dirinya. Kurangnya pengetahuan mengenai minat, bakat, maupun potensi yang

dimiliki menyebabkan siswa tidak dapat menentukan pilihan jurusan yang sesuai

dengan dirinya masing-masing dan tidak yakin dengan kemampuan yang

dimilikinya akan dapat menunjang jurusan yang diminati. Para siswa juga belum

mencari informasi terkait dengan tugas-tugas di dunia kerja, terkait dengan

berbagai jurusan yang diminati, sehingga para siswa masih belum mendapat

gambaran mengenai dunia kerja yang akan ditekuni nantinya. Kurangnya

informasi tersebut juga memengaruhi keyakinan siswa dalam memilih jurusan

perkuliahan.

Berdasarkan hasil wawancara guru BK SMA N “X” Yogyakarta, informasi-

informasi mengenai karir yang telah diberikan oleh pihak sekolah masih minim,

dimana informasi tersebut masih diberikan secara klasikal terkait dengan

informasi perkuliahan secara umum dan informasi mengenai ujian masuk

perguruan tinggi saja. Minimnya informasi tersebut dikarenakan guru BK merasa


55

kewalahan dengan banyaknya permasalahan-permasalahan siswa di sekolah

maupun kegiatan-kegiatan, sehingga guru BK tidak dapat hanya fokus pada

permasalahan karir siswa saja. Selain itu, terkait dengan aktivitas-aktivitas yang

menunjang pilihan jurusan yang diminati, terdapat 1 siswa yang telah melakukan

aktivitas ataupun kursus yang dapat menunjang pilihan jurusan di perguruan

tinggi. Sedangkan 3 siswa lainnya mengaku tidak mengikuti kegiatan atau

melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang pilihan jurusannya nanti,

dimana siswa hanya fokus pada pelajaran saat ini.

Aspek selanjutnya adalah kepercayaan karir (Career confidence), dimana

kepercayaan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) adalah Kepercayaan karir

termasuk dalam kepercayaan diri bahwa siswa memiliki kemampuan untuk

berhasil dalam mengatasi tantangan dan hambatan yang ditemui dalam

mengambil keputusan serta menerapkan pilihan. Siswa membutuhkan

kepercayaan untuk dapat bertindak sesuai dengan minat serta aspirasi mereka,

dimana siswa harus percaya diri dalam mengambil keputusan atau pilihan karir.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa bahwa

siswa masih ragu-ragu dalam menentukan jurusan yang akan dimasuki ketika

lulus sekolah. satu dari empat siswa telah mengetahui jurusan yang ingin diambil

setelah lulusa nanti, serta informasi terkait tes masuk. Namun, masih belum yakin

akan mengambil jurusan tersebut, karena masih ragu-ragu dengan kemampuan

yang dimiliki dan merasa takut bahwa kemampuan yang dimiliki kurang

menunjang jurusan tersebut.


56

Tiga siswa lainnya masih bingung dan belum dapat menentukan secara pasti

terkait jurusan yang akan dipilih setelah lulus nanti. Kebingungan yang dialami

oleh para siswa disebabkan oleh sulitnya memilih jurusan yang beragam, sehingga

masih sulit untuk memutuskan pilihan jurusannya. Selain itu, terdapat siswa yang

bingung karena tidak mendapatkan persetujuan dari orangtua terkait dengan

jurusan yang diminati. Minimnya informasi yang diketahui terkait dengan jurusan

yang ingin dipilih oleh siswa, menyebabkan siswa cenderung mengikuti saja

kemauan orangtua atau teman, walaupun tidak sesuai dengan keinginannya.

Selanjutnya, keragu-raguan siswa menyebabkan kurangnya perencanaan siswa

dalam mempersiapkan karir setelah lulus SMA.

Sharf (2006) yang mengemukakan bahwa permasalahan kematangan karir pada

remaja termasuk permasalahan mengenai perencanaan karir, eksplorasi karir, dan

pencarian informasi terkait dunia kerja, dapat di atasi dengan konseling kelompok.

Pada konseling kelompok karir, anggota kelompok dapat mendiskusikan perasaan

mereka terkait dengan pemilihan karir dan mendorong satu sama lain untuk dapat

melakukan eksplorasi pilihan karir secara bebas.

Konseling kelompok secara konsisten efektif dalam menyelesaikan

permasalahan karir pada anak-anak dan remaja. Hal tersebut dikarenakan strategi

kelompok dapat mengarahkan anak-anak dan remaja untuk saling mendukung dan

menyemangati satu sama lain dengan baik, dimana mereka berada dalam situasi

permasalahan yang sama. Penelitian yang dilakukan dalam konseling kelompok

karir menunjukkan bahwa didalam intervensi ini anggota kelompok diminta untuk

mendiskusikan informasi-informasi yang relevan mengenai perencanaan dan


57

eksplorasi karir, tujuan dan pilihan karir, bagaimana anggota kelompok berbagi

informasi mengenai tugas dari bidang pekerjaan, dan mencoba untuk mengambil

keputusan mengenai rencana karir mereka (Brown & Lent, 2005).

Konseling kelompok melibatkan sekelompok siswa yang memiliki

permasalahan yang sama, dimana anggota kelompok dapat mengeskpresikan

perasaannya dan mendapat dukungan dari teman sebayanya. Konseling kelompok

dirasa tepat diberikan pada siswa SMA dalam hal ini masuk dalam tahap

perkembangan remaja, karena remaja masih terpengaruh oleh teman sebaya serta

masih membutuhkan dorongan dari teman sebaya yang memiliki permasalahan

yang sama. Desmita (2010) mengemukakan bahwa perkembangan kehidupan

sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatknya pengaruh teman sebaya

dalam kehidupan remaja. Teman sebaya dapat memberikan fungsi-fungsi sosial

dan psikologis yang penting bagi perkembangan remaja, seperti memberikan

dorongan emosional dan sosial. Melalui percakapan dan diskusi dengan teman

sebaya, remaja belajar untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, remaja mampu

mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman

sebayanya, dalam mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu, studi ini

memberikan intervensi konseling kelompok perencanaan karir kepada siswa

SMA. Hal tersebut didukung oleh pendapat Seligman (dalam Liptak, 2008) bahwa

faktor yang dapat memengaruhi kematangan karir adalah perencanaan karir.

Seligman (dalam Liptak, 2008) mengemukakan bahwa salah satu aspek yang

dapat meningkatkan kematangan karir menjadi lebih postif adalah kemampuan


58

dalam perencanaan karir. Lal (2014) mengemukakan bahwa salah satu aspek dari

tingginya tingkat kematangan karir individu adalah ketika individu tersebut

mampu mengimplementasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam

perencanaan karir . Zikic dan Klehe (2006) mengemukakan bahwa perencanaan

karir diserta dengan eksplorasi menjadi kunci utama dalam membangun

kesuksesan karir.

Liptak (2008) mengemukakan bahwa perencanaan karir adalah proses dari

eksplorasi diri dan dunia kerja, membuat keputusan, mengembangkan rencana

berdasarkan keputusan tersebut, dan kemudian melaksanakan perencanaan yang

telah dibuat sebelumnya. Zikic dan Klehe (2006) mengemukakan bahwa

Perencanaan karir memungkinkan individu untuk mengembangkan tujuan

karirnya dan fokus pada aktivitas mereka untuk menjadi pekerjaan atau organisasi

yang sesuai dengan tujuan individu tersebut.

Penelitian tentang konseling kelompok sebelumnya pernah dilakukan oleh

Utami (2012) pada siswa kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah I Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan konseling kelompok dapat

meningkatkan kematangan karir siswa. Proses konseling kelompok dari hasil

observasi menunjukkan interaksi antar anggota kelompok yang dinamis. Hasil

wawancara diperoleh kesimpulan bahwa siswa mengalami peningkatan

kematangan karir setelah proses tindakan. Konseling kelompok perencanaan karir

juga sudah pernah dilakukan oleh Aprilia (2011) pada siswa kelas IX SMP X

Banjarmasin. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan


59

intervensi berupa konseling kelompok perencanaan karir. Kelompok eksperimen

mengalami peningkatan skor efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir

(mean=38.60).

Konseling kelompok perencanaan karir juga pernah dilakukan oleh Kimbrough

(1981) untuk meningkatkan kematangan karir pada mahasiswi tingkat akhir

Universitas Texas A&M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling

kelompok perencanaan karir secara signifikan mampu meningkatkan skor

kematangan karir pada kelompok eksperimen. Penelitian konseling kelompok

perencanaan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMA kelas XI

belum pernah dilakukan sebelumnya.

Konseling kelompok perencanaan karir disusun berdasarkan aspek-aspek

perencanaan karir yang dikemukakan oleh Aryatmi (1991) yang secara garis besar

disusun sebanyak 7 pertemuan yang terdiri dari 4 tahap (Pembentukan, Peralihan,

Kegiatan, dan Pengakhiran). Pada tahap kegiatan inti terdapat 5 sesi, yaitu sesi

pemahaman diri, wawasan karir, masalah karir dan problem solving, pembuatan

keputusan karir, dan menyusun perencanaan dan jadwal kegiatan. Sesi

pemahaman diri bertujuan untuk memahami potensi yang ada didalam diri

peserta, sehingga peserta dapat mengetahui kemampuan, minat, kelebihan

maupun kekurangan yang dimiliki untuk dapat memilih karir sesuai dengan

kondisi dirinya. Proses ini dapat meningkatkan kematangan karir siswa, dimana

menurut Ottu dan Idowu (2014) mengemukakan bahwa remaja membutuhkan

keterbukaan dan perhatian yang penuh bagi minat, bakat, dan kemampuan untuk
60

dapat menunjukkan kematangan karir yang tinggi serta komitmen pada karir yang

di pilih.

Selanjutnya, sesi wawasan karir, dimana peserta diminta untuk melakukan

eksplorasi karir dengan terlebih dahulu memahami kemampuan yang dimiliki,

selanjutnya peserta diminta untuk mencari informasi mengenai jurusan yang

diinginkan. Proses ini dapat meningkatkan kematangan karir siswa, dimana siswa

yang matang karirnya menunjukkan bahwa siswa mampu melakukan eksplorasi

karir dengan mencari informasi mengenai suatu pilihan pekerjaan dan informasi

mengenai pentingnya tugas-tugas dalam suatu pekerjaan (Super dalam Sharf,

2006). Sejalan dengan Chatterjee (2013) yang mengemukakan bahwa di dalam

perkembangan karir, aspek perencanaan karir dapat memberikan pengaruh pada

kematangan karir siswa. Perencanaan karir merupakan langkah pokok dalam

perkembangan karir serta proses pengambilan keputusan karir. Beberapa teori

terkait karir menyetujui bahwa untuk menentukan sebuah pilihan karir dan

mengambil keputusan terkait karir yang dipilih, siswa harus memiliki perencanaan

dan kematangan karir yang ditunjukkan melalui eksplorasi kemampuan yang

dimiliki, pengetahuan mengenai informasi karir terkait, dan gambaran pekerjaan.

Sesi masalah karir bertujuan agar peserta mampu menyadari hambatan-

hambatan yang ditemui dalam proses mencapai bidang minat karir yang

diinginkan, baik dari diri sendiri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Pada

sesi ini, peserta diharapkan untuk mengungkapkan hal-hal apa saja yang mampu

mengambat proses pencapaian karir yang diinginkan, sehingga dapat mencari

solusi atas penyelesaian hambatan tersebut. Siswa diharapkan mampu siap dan
61

berhasil dalam mengatasi hambatan atau tuntutan yang akan muncul dalam proses

pencapaian karir yang diinginkan.

Sesi ini mampu meningkatkan kematangan karir siswa, dimana menurut

Gibson dan Mitchell (2011) individu yang matang karirnya adalah individu yang

siap dan berhasil dalam mengatasi tuntutan lingkungan dan organisme di dalam

konteks tahapan karirnya. Sejalan dengan hal tersebut, Savickas dan Porfeli

(2011) mengemukakan bahwa siswa yang matang karirnya adalah siswa yang

memiliki keyakinan dalam mengantisipasi serta menyelesaikan permasalahan

yang ditemui dalam mengambil keputusan dan pilihan karir.

Sesi pembuatan keputusan karir bertujuan agar siswa mampu membuat suatu

keputusan karir, khususnya dalam menentukan jurusan. Siswa diharapkan mampu

mempertimbangkan potensi yang dimiliki serta informasi yang sudah didapatkan

sebelumnya, untuk mengambil keputusan terkait jurusan yang sesuai dengan

dirinya. Sesi ini mampu meningkatkan aspek kematangan karir menurut Savickas

dan Porfeli (2011) yaitu kepercayaan karir (Career confidence) dimana siswa

membutuhkan kepercayaan untuk dapat bertindak sesuai dengan minat serta

aspirasi mereka, dimana siswa harus percaya diri dalam mengambil keputusan

atau pilihan karir. Senada dengan hal tersebut Super (dalam Sharf, 2006)

mengemukakan bahwa siswa dituntut untuk mampu menggunakan pengetahuan

dan pemikirannya dalam membuat perencanaan karir. Siswa mengambil

keputusan karir dengan mempertimbangkan nilai-nilai, minat, dan bakat yang

sesuai dengan keputusan karirnya. Pengambilan keputusan adalah keterampilan


62

yang dipelajari dan harus mengarah pada solusi berdasarkan nilai-nilai pribadi

seseorang.

Selanjutnya, sesi menyusun perencanaan & jadwal kegiatan bertujuan agar

siswa mampu menyusun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk dapat

mencapai jruusan yang diinginkan. Sesi ini mampu meningkatkan aspek

kematangan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) yaitu keprihatinan karir

(career concern), dimana siswa yang matang karirnya ditunjukkan dengan adanya

perencanaan karir serta optimis terhadap masa depannya. Liptak (2008)

mengemukakan bahwa skor yang tinggi pada perencanaan karir adalah ketika

siswa telah memiliki jadwal yang spesifik untuk mencapai tujuan mereka dan

mengetahui langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pencapain tujuan tersebut.

Aprilia (2011) mengemukakan bahwa proses konseling perencanaan karir

menuntut peserta untuk mampu membuat langkah nyata dalam perencanaan karir

dan mampu mengatasi hambatan yang ditemui dalam pencapaian tujuan dengan

melakukan identifikasi terhadap hambatan-hambatan yang akan ditemui selama

proses pemilihan bidang minat (jurusan).


63

 Tahap Pembentukan
Kematangan karir siswa Konseling Kelompok  Tahap Peralihan
rendah Perencanaan Karir  Tahap Kegiatan
 Tahap Pengakhiran

1. Belum mengetahui minat serta


Tahap Kegiatan
kemampuan diri sendiri terkait
jurusan/pekerjaan
2. Belum mengetahui aktivitas/kegiatan Agar siswa mengetahui dan memahami kondisi diri sendiri, yaitu kondisi internal
Sesi 1:
yang mendukung dalam pemilihan (minat, bakat, sifat-sifat, keterampilan yang dimiliki, nilai-nilai, kelebihan dan
Pemahaman Diri
bidang minat karir kelemahan)
3. Ragu-ragu atau belum dapat
menentukan pilihan
jurusan/pekerjaan, setelah lulus SMA Sesi 2: Agar siswa mengetahui berbagai informasi terkait dengan jurusan di Perguruan tinggi
4. Belum mengetahui informasi terkait Wawasan karir dan prospek karir kedepannya (gambaran pekerjaan).
dunia kerja maupun perkuliahan
5. Belum melakukan konsultasi untuk
membuat perencanaan karir Sesi 3:
Agar meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat suatu keputusan karir,
Pembuatan
khususnya dalam menentukan jurusan
keputusan karir

Sesi 4: 1. Agar peserta mampu menyadari hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses
1. Mengetahui dan memahami pada Masalah karir & mencapai jurursan yang diinginkan, baik hambatan internal maupun eksternal
2. Agar peserta mampu menemukan cara yang tepat untuk mengatasi hambatan yang
minat dan potensi yang dimiliki, Problem solving
ditemui
sehingga mampu mempertimbangkan
jurusan/pekerjaan yang akan Sesi 5:
diputuskan Menyusun 1. Agar siswa mampu menyusun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk dapat
2. Mengetahui aktivitas/kegiatan yang mencapai jurusan yang diinginkan
perencanaan &
mendukung dalam pemilihan bidang 2. Aagar siswa mampu menyusun rencana aksi atas perencanaan yang sudah dibuat
jadwal kegiatan
minat karir
3. Mengetahui tujuan hidup, sehingga
memiliki keyakinan untuk menentukan
pilihan jurusan/pekerjaan
4. Mengetahui informasi terkait tugas- Kematangan karir siswa tinggi
tugas suatu pekerjaan
5. Mengetahui pentingnya konsultasi
untuk membuat perencanaan karir
6. Mengetahui perencanaan terkait karir Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
setelah lulus SMA
64

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah kematangan karir kelompok yang

diberi perlakuan konseling kelompok perencanaan karir lebih tinggi daripada

kelompok yang tidak diberi perlakuan konseling kelompok perencanaan karir.

Anda mungkin juga menyukai