05.2 Bab 2
05.2 Bab 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Kematangan Karir
individu untuk menentukan karir yang tepat, menyadari bahwa pilihan karir
harus ditentukan, dan tingkat dari pilihan individu yang realistis dan konsisten
sepanjang waktu. Luzzo dan Savickas (dalam Levinson, Caswell, & Kiewra,
keputusan mengenai karir yang sesuai dengan informasi yang didapatkan serta
23
24
karir yang realistik, yang pada akhirnya dapat menentukan serta mengambil
keputusan mengenai karir yang akan dijalaninya setelah lulus dari bangku
sekolah.
Powell dan Luzzo (1998) mengemukakan bahwa salah satu dari aspek
membuat pilihan karir, komitmen dalam memilih karir, dan memiliki kemauan
untuk mengakui realitas yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
dalam membuat pilihan jurusan atau memantapkan diri dalam suatu jurusan
tertentu.
sebagai kemampuan untuk dapat secara sukses mengatasi pekerjaan dan masa
peralihan yang melekat dalam proses perkembangan karir, serta kesiapan untuk
memasuki pemilihan karir sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan karir
atau memahami diri sendiri, belajar mengenai dunia kerja, dan dapat
informasi terkait diri sendiri dan jurusan yang ingin dimasuki, serta yakin pada
ketika memberikan perhatian atas masa depan, adanya kontrol diri atas
kesempatan sosial terkait karir, dan percaya diri dalam membuat sebuah
kematangan karir adalah kemampuan siswa dalam memahami diri sendiri dan
memilih karir secara realistik, sesuai dengan tahap perkembangan karir siswa.
sebagai berikut:
a. Eskplorasi (Exploration)
Tahap ini terjadi pada usia 15-25 tahun, dimana individu mulai mencari
1) Crystallizing, yaitu suatu tahap dimana individu mulai mengerti hal yang
dirinya.
pekerjaan tersebut.
27
b. Pemantapan (Establishment)
Tahap ini terjadi antara usia 25-45 tahun, dimana pada tahap ini individu
c. Pemeliharaan (Maintenance)
Tahap ini terjadi pada usia 45-46 tahun, dimana individu pada tahap ini
posisi pada pekerjaan tersebut. Tahap ini terbagi menjadi tiga subtahapan,
yaitu:
ancaman PHK atau pensiun dari posisi jabatan yang dimilikinya saat itu.
28
d. Penurunan (disengagement)
oleh keterbatasan kemampuan fisik dan ingatan. Tahap ini terbagi menjadi
kinerja
perencanaan pensiun
3) Retirement living, yaitu tahap dimana individu mulai masuk pada dunia
Pada tahap ini, individu menguji ulang rencana karir yang sudah dibuat
dan mengulang kembali tahapan yang sudah dijalani sesuai dengan dirinya.
pilihan yang harus dibuat dalam waktu dekat maupun waktu yang akan
datang. Model yang berbeda dari perkembangan karir yang merujuk kepada
saran atau masukan dari orang lain dalam menentukan pilihan karir dan
pilihan pekerjaan. Saran atau masukan yang paling penting dari orang lain
bijaksana dan realistis, bukan pada pekerjaan spesifik yang akan dipilih.
Siswa seharusnya melakukan konsultasi pada orang lain, namun siswa harus
dengan minat serta aspirasi mereka, dimana siswa harus percaya diri dalam
individu yang mencapai status identitasnya harus melalui tahap eksplorasi dan
memiliki komitmen yang jelas untuk tugas-tugas identitas ego mereka, dimana
aspirasi pekerjaan, dan jenis kelamin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ottu dan Idowu (2014) menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
membutuhkan keterbukaan dan perhatian yang penuh bagi minat, bakat, dan
komitmen pada karir yang di pilih. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
32
jenis kelamin, usia, dan etnis dapat menjadi faktor yang memengaruhi
karir siswa SMA adalah jenis kelamin, kelas atau tingkatan, dan tipe diploma
atau kurikulum. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bozgeyikli, Eroglu, dan
Penelitian yang dilakukan oleh Lau, Low, dan Zakaria (2004) pada 76
teori terkait karir menyetujui bahwa untuk menentukan sebuah pilihan karir
dan mengambil keputusan terkait karir yang dipilih, siswa harus memiliki
gambaran pekerjaan.
33
kematangan karir adalah status identitas, konsep diri, aspirasi pekerjaan, sifat
1. Konseling Kelompok
kelompok.
kelompok, anggota kelompok yang lain dapat memberi umpan balik yang
anggota satu dengan lainnya dapat saling memberi dan menerima saran
maupun masukan.
dalam kelompok adalah rasa percaya satu sama lain untuk dapat berbagi dan
kelas, dan pendidikan karir. Brown dan Lent (2005) mengemukakan bahwa
karir, integrasi konseling karir dan instruksi akademik, dan pendidikan karir,
kelompok.
35
mendukung dan menyemangati satu sama lain dengan baik, dimana mereka
relevan mengenai perencanaan dan eksplorasi karir, tujuan dan pilihan karir,
mereka terkait dengan pemilihan karir dan mendorong satu sama lain untuk
dukungan dan umpan balik yang diberikan oleh sesama anggota kelompok.
36
adalah 6 atau 8 orang, dan kelompok ideal untuk dewasa adalah 8 orang.
jenis kelamin, jenis masalah dan gangguan, kelompok usia, dan lainnya.
(2009) adalah:
1) Tahap 1: Pembentukan
yang direncanakan. Pada tahap ini, pada umumnya para anggota saling
pembentukan adalah:
2) Tahap 2: Peralihan
sebagai berikut:
diri dan belajar berempati kepada anggota lain dengan menanggapi hal
kelompok.
3) Tahap 3: Kegiatan
pemimpin kelompok
mendalam
d) Kegiatan selingan.
4) Tahap 4: Pengakhiran
hasil atau tujuan oleh kelompok. Selain itu, kegiatan kelompok pada
berakhir
40
hasil kegiatan
2. Perencanaan Karir
karir masa depan individu dan tujuan karir, dimana perencanaan karir
mengarah pada karir yang lebih sukses karena tujuan adalah indikator yang
tersebut.
memahami dirinya dengan baik dan dapat mengelola diri secara lebih
siswa mampu memilih pekerjaan yang sesuai dan mampu berhasil dalam
dan efektif
1) Memahami diri dan hal yang akan kita lakukan dengan baik
pekerjaan.
karir yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain:
masyarakat.
dipilih.
perencanaan karir disusun menjadi 6 pertemuan yang terdiri dari 4 tahap dan 5
oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar mampu dan bersedia
tahap inti dari seluruh kegiatan (tahap 3). Pada tahap ini pemimpin
Kegiatan dalam setiap sesi ini akan dilakukan dengan teknik diskusi,
diri dan belajar berempati kepada anggota lain dengan menanggapi hal
kelompok.
tuntas. Topik yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah perencanaan
karir serta manfaatnya bagi anggota kelompok. Pada topik ini, konselor
masalah yang dihadapi terkait masa depan, serta perencanaan yang sudah
peserta terkait karir (jurusan yang akan diambil) setelah lulus SMA.
Aryatmi (1991).
dalam sesi ini adalah eksplorasi diri dengan mengerjakan lembar kerja
peserta lainnya.
47
dengan 2 pilihan jurusan yang sekiranya diminati oleh peserta untuk dibawa
terkait dengan jurusan di Perguruan tinggi. Hal tersebut bertujuan agar siswa
akan dipelajari, prospek karir atau jenis lapangan pekerjaan yang tersedia
bagi setiap jurusan, serta jenis keterampilan dan tipe kepribadian yang
sesuai dengan setiap jurusan. Pada sesi ini, peserta diminta untuk
serta hambatan yang ditemui selama proses pencarian atau eksplorasi terkait
48
dilakukan.
pikirannya terkait dengan eksplorasi wawasan karir serta analisa diri yang
informasi serta aktif dalam mencari informasi terkait jurusan yang diminati.
Sesi ini dapat meningkatkan salah satu aspek perencanaan karir menurut
Aryatmi (1991) yaitu mengenali lingkungan atau dunia kerja, yaitu bidang-
Pada sesi ini, peserta diminta untuk membuat sebuah keputusan karir
dengan memilih salah satu diantara dua bidang minat (jurusan) yang paling
ditanggapi oleh konselor terkait alasan yang mendasari keputusan yang telah
dibuat oleh peserta. Sesi ini dilandasi oleh salah satu aspek dalam
49
karir
Sesi masalah karir dan problem solving bertujuan agar peserta mampu
minat karir (jurusan) yang diinginkan, baik hambatan yang berasal dari diri
sendiri (internal), maupun dari luar diri (eksternal). Peserta diminta untuk
yang ditemui dengan potensi yang dimiliki. Pada sesi ini, peserta diharapkan
mampu menemukan cara yang tepat untuk mengatasi hambatan yang dapat
ditemui dalam pencapaian tujuannya. Sesi ini dilandasi oleh salah satu
aspek dalam perencanaan karir menurut Aryatmi (1991) yaitu menguji atau
telah mengambil keputusan mengenai jurusan yang akan dipilih ketika lulus
nanti. Sesi ini bertujuan agar siswa mampu menyusun langkah-langkah yang
membuat jadwal rencana aksi. Rencana aksi tersebut diharapkan tidak hanya
diinginkan. Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah diskusi, yang
perencanaan dan jadwal kegiatan yang sudah dibuat oleh peserta. Sesi ini
tahapan akhir untuk melihat tercapainya hasil atau tujuan oleh kelompok.
Selain itu, kegiatan kelompok pada tahap ini difokuskan pada pembahasan
dalam sesi ini adalah sharing pengalaman mengenai proses konseling yang
akhir
remaja termasuk dalam tahap eksplorasi, dimana siswa mulai mencari ide
bidang pekerjaan, dan mulai untuk bekerja. Siswa sekolah menengah atas (SMA)
dapat dikatakan memiliki kematangan karir yang baik, apabila dapat memenuhi
tahap perkembangan karirnya dan mampu membuat keputusan karir. Powell dan
Luzzo (1998) mengemukakan bahwa salah satu dari aspek perkembangan karir
remaja adalah kematangan karir, yang didefinisikan sebagai kesiapan siswa dalam
membuat informasi, penentuan karir yang tepat sesuai dengan usianya, dan
memenuhi tugas perkembangan karirnya. Critez (dalam Powell dan Luzzo, 1998)
mengemukakan bahwa kematangan karir terdiri dari dua dimensi, yaitu afeksi dan
kepuasan dalam karirnya, dikarenakan siswa tersebut dapat lebih siap dalam
perilaku yang mengarah pada tujuan, memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
dalam membuat pilihan karir, komitmen dalam memilih karir, dan memiliki
Hasil wawancara pada guru BK serta 4 siswa (ER, FT, LT, dan AD)
perwakilan dari siswa kelas XI SMA N “X” Yogyakarta, pada tanggal 18 dan 21
dimana definisi keprihatinan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) adalah
orientasi masa depan dan proses pengambilan keputusan karir, dimana siswa sadar
dan optimis pada masa depannya serta mulai membuat suatu perencanaan dalam
siswa belum memiliki gambaran mengenai dunia pekerjaan terkait dengan pilihan
jurusan yang akan diambil di perguruan tinggi kelak, sehingga para siswa belum
responden juga mengemukakan bahwa waktu untuk memilih jurusan masih lama,
53
adalah aktivitas siswa dalam mencari saran atau masukan dari orang lain dalam
menentukan pilihan karir dan pilihan pekerjaan. Saran atau masukan yang paling
penting dari orang lain adalah informasi mengenai bagaimana membuat pilihan
karir yang bijaksana dan realistis, bukan pada pekerjaan spesifik yang akan
dipilih. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dua dari empat responden
walaupun terdapat satu responden yang tidak mendapat persetujuan dari orangtua.
Sedangkan, dua siswa lainnya cenderung hanya ikut-ikutan pilihan teman maupun
orangtua mengenai jurusan yang ingin dipilih. Hasil wawancara dengan guru BK
juga menunjukkan bahwa untuk kelas XI, sejauh ini belum ada yang menghadap
guru BK untuk melakukan konsultasi karir. Siswa kelas XI juga belum meminta
saran atau masukan pada guru-guru yang mengajar. Menurut guru BK, konsultasi
karir tersebut biasanya akan dilakukan siswa secara mendadak saat siswa duduk di
keingintahuan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) adalah inisiatif siswa
gambaran pekerjaan dan diri sendiri. Keingintahuan yang rendah ditunjukkan dari
54
ada, baik melalui orangtua, guru, maupun internet dan sumber lainnya. Kurangnya
informasi tersebut dikarenakan para siswa merasa bahwa waktu yang ada untuk
masih fokus pada pelajaran di kelas dan persiapan untuk kelulusan. Selain itu,
seluruh siswa tidak mengetahui minat, bakat, maupun potensi yang ada dalam
dimiliki menyebabkan siswa tidak dapat menentukan pilihan jurusan yang sesuai
dimilikinya akan dapat menunjang jurusan yang diminati. Para siswa juga belum
berbagai jurusan yang diminati, sehingga para siswa masih belum mendapat
perkuliahan.
informasi mengenai karir yang telah diberikan oleh pihak sekolah masih minim,
permasalahan karir siswa saja. Selain itu, terkait dengan aktivitas-aktivitas yang
menunjang pilihan jurusan yang diminati, terdapat 1 siswa yang telah melakukan
kepercayaan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) adalah Kepercayaan karir
kepercayaan untuk dapat bertindak sesuai dengan minat serta aspirasi mereka,
dimana siswa harus percaya diri dalam mengambil keputusan atau pilihan karir.
siswa masih ragu-ragu dalam menentukan jurusan yang akan dimasuki ketika
lulus sekolah. satu dari empat siswa telah mengetahui jurusan yang ingin diambil
setelah lulusa nanti, serta informasi terkait tes masuk. Namun, masih belum yakin
yang dimiliki dan merasa takut bahwa kemampuan yang dimiliki kurang
Tiga siswa lainnya masih bingung dan belum dapat menentukan secara pasti
terkait jurusan yang akan dipilih setelah lulus nanti. Kebingungan yang dialami
oleh para siswa disebabkan oleh sulitnya memilih jurusan yang beragam, sehingga
masih sulit untuk memutuskan pilihan jurusannya. Selain itu, terdapat siswa yang
jurusan yang diminati. Minimnya informasi yang diketahui terkait dengan jurusan
yang ingin dipilih oleh siswa, menyebabkan siswa cenderung mengikuti saja
pencarian informasi terkait dunia kerja, dapat di atasi dengan konseling kelompok.
mereka terkait dengan pemilihan karir dan mendorong satu sama lain untuk dapat
permasalahan karir pada anak-anak dan remaja. Hal tersebut dikarenakan strategi
kelompok dapat mengarahkan anak-anak dan remaja untuk saling mendukung dan
menyemangati satu sama lain dengan baik, dimana mereka berada dalam situasi
karir menunjukkan bahwa didalam intervensi ini anggota kelompok diminta untuk
eksplorasi karir, tujuan dan pilihan karir, bagaimana anggota kelompok berbagi
informasi mengenai tugas dari bidang pekerjaan, dan mencoba untuk mengambil
dirasa tepat diberikan pada siswa SMA dalam hal ini masuk dalam tahap
perkembangan remaja, karena remaja masih terpengaruh oleh teman sebaya serta
dorongan emosional dan sosial. Melalui percakapan dan diskusi dengan teman
sebayanya, dalam mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu, studi ini
SMA. Hal tersebut didukung oleh pendapat Seligman (dalam Liptak, 2008) bahwa
Seligman (dalam Liptak, 2008) mengemukakan bahwa salah satu aspek yang
dalam perencanaan karir. Lal (2014) mengemukakan bahwa salah satu aspek dari
kesuksesan karir.
karirnya dan fokus pada aktivitas mereka untuk menjadi pekerjaan atau organisasi
juga sudah pernah dilakukan oleh Aprilia (2011) pada siswa kelas IX SMP X
(mean=38.60).
perencanaan karir yang dikemukakan oleh Aryatmi (1991) yang secara garis besar
Kegiatan, dan Pengakhiran). Pada tahap kegiatan inti terdapat 5 sesi, yaitu sesi
pemahaman diri, wawasan karir, masalah karir dan problem solving, pembuatan
pemahaman diri bertujuan untuk memahami potensi yang ada didalam diri
maupun kekurangan yang dimiliki untuk dapat memilih karir sesuai dengan
kondisi dirinya. Proses ini dapat meningkatkan kematangan karir siswa, dimana
keterbukaan dan perhatian yang penuh bagi minat, bakat, dan kemampuan untuk
60
dapat menunjukkan kematangan karir yang tinggi serta komitmen pada karir yang
di pilih.
diinginkan. Proses ini dapat meningkatkan kematangan karir siswa, dimana siswa
karir dengan mencari informasi mengenai suatu pilihan pekerjaan dan informasi
terkait karir menyetujui bahwa untuk menentukan sebuah pilihan karir dan
mengambil keputusan terkait karir yang dipilih, siswa harus memiliki perencanaan
hambatan yang ditemui dalam proses mencapai bidang minat karir yang
diinginkan, baik dari diri sendiri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Pada
sesi ini, peserta diharapkan untuk mengungkapkan hal-hal apa saja yang mampu
solusi atas penyelesaian hambatan tersebut. Siswa diharapkan mampu siap dan
61
berhasil dalam mengatasi hambatan atau tuntutan yang akan muncul dalam proses
Gibson dan Mitchell (2011) individu yang matang karirnya adalah individu yang
siap dan berhasil dalam mengatasi tuntutan lingkungan dan organisme di dalam
konteks tahapan karirnya. Sejalan dengan hal tersebut, Savickas dan Porfeli
(2011) mengemukakan bahwa siswa yang matang karirnya adalah siswa yang
Sesi pembuatan keputusan karir bertujuan agar siswa mampu membuat suatu
dirinya. Sesi ini mampu meningkatkan aspek kematangan karir menurut Savickas
dan Porfeli (2011) yaitu kepercayaan karir (Career confidence) dimana siswa
aspirasi mereka, dimana siswa harus percaya diri dalam mengambil keputusan
atau pilihan karir. Senada dengan hal tersebut Super (dalam Sharf, 2006)
yang dipelajari dan harus mengarah pada solusi berdasarkan nilai-nilai pribadi
seseorang.
kematangan karir menurut Savickas dan Porfeli (2011) yaitu keprihatinan karir
(career concern), dimana siswa yang matang karirnya ditunjukkan dengan adanya
mengemukakan bahwa skor yang tinggi pada perencanaan karir adalah ketika
siswa telah memiliki jadwal yang spesifik untuk mencapai tujuan mereka dan
menuntut peserta untuk mampu membuat langkah nyata dalam perencanaan karir
dan mampu mengatasi hambatan yang ditemui dalam pencapaian tujuan dengan
Tahap Pembentukan
Kematangan karir siswa Konseling Kelompok Tahap Peralihan
rendah Perencanaan Karir Tahap Kegiatan
Tahap Pengakhiran
Sesi 4: 1. Agar peserta mampu menyadari hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses
1. Mengetahui dan memahami pada Masalah karir & mencapai jurursan yang diinginkan, baik hambatan internal maupun eksternal
2. Agar peserta mampu menemukan cara yang tepat untuk mengatasi hambatan yang
minat dan potensi yang dimiliki, Problem solving
ditemui
sehingga mampu mempertimbangkan
jurusan/pekerjaan yang akan Sesi 5:
diputuskan Menyusun 1. Agar siswa mampu menyusun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk dapat
2. Mengetahui aktivitas/kegiatan yang mencapai jurusan yang diinginkan
perencanaan &
mendukung dalam pemilihan bidang 2. Aagar siswa mampu menyusun rencana aksi atas perencanaan yang sudah dibuat
jadwal kegiatan
minat karir
3. Mengetahui tujuan hidup, sehingga
memiliki keyakinan untuk menentukan
pilihan jurusan/pekerjaan
4. Mengetahui informasi terkait tugas- Kematangan karir siswa tinggi
tugas suatu pekerjaan
5. Mengetahui pentingnya konsultasi
untuk membuat perencanaan karir
6. Mengetahui perencanaan terkait karir Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
setelah lulus SMA
64
D. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah kematangan karir kelompok yang