Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan Minapolitan (Perikanan) adalah suatu bagian wilayah yang


mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan,
pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung
lainnya. (Permen KP No. 38 Thn 2014)

Kawasan ekonomi berbasis perikanan juga terdapat di beberapa negara lain, salah
satunya benua Eropa tepatnya Negara Perancis. Negara Perancis mengembangkan
sebuah pelabuhan perikanan bernama The Port of Boulogne-sur-Mer yang terletak di
mulut Sungai Liane di wilayah Nord-Pas-de-Calais utara Prancis. Pelabuhan
Boulogne-sur-Mer adalah pelabuhan perikanan utama Prancis. Pelabuhan
Boulogne-sur-Mer menawarkan layanan berkualitas tinggi dan fasilitas modern
untuk melayani semua jenis kebutuhan penanganan kargo. Pelabuhan perikanan
Boulogne-sur-Mer menempati posisi strategis antara armada perikanan dan pasar
konsumen secara internasional. Pelabuhan ini menjadi basis untuk berbagai
kegiatan pendukung sektor perikanan yang mencakup pemrosesan tangkapan,
pemasaran dan distribusi produk makanan laut, Lebih dari 380 ribu ton ikan dan
kerang bergerak melalui pelabuhan ini setiap tahun dan berpartisipasi dalam
upaya penelitian dan pengembangan maritim internasional. (world port source,
2019)

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa daerah yang telah mengembangkan


kawasan perikanan khususnya pada perikanan tangkap salah satunya yakni
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap
mempunyai fasilitas yang telah mendukung kegiatan dari pelabuhan perikanan
seperti Sarana dan prasarana yaitu fasilitas pokok berupa break water, groin, alur
pelayaran, kolam pelabuhan dan dermaga. Fasilitas fungsional berupa TPI, kantor,
dock dan rambu suar dengan kapasitas 250 kapal, pabrik es kapasitas 236 ton
sebanyak 5 unit, cold storage kapasitas 75 ton sebanyak 5 unit, serta kawasan
industri dan zona pengembangan seluas 16.81 Ha. (DPK Cilacap, 2002)

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 1


Pada Provinsi Sulawesi Selatan, potensi sumber daya ikan yang dimiliki
berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713 meliputi perairan Selat
Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali. Sulawesi Selatan merupakan
salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan perikanan, baik untuk
konsumsi dalam negeri dan lokal maupun untuk ekspor. Konsumsi ikan lokal
daerah ini telah mencapai 45 kg/kapita/tahun atau 200% di atas kon-sumsi ikan
rata-rata nasional. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi
Selatan yang jumlahnya mencapai 8,2 juta lebih, maka kebutuhan ikan untuk
konsumsi lokal saja mencapai 328.000 ton. Sedangkan untuk ekspor, Sulawesi
Selatan menargetkan US $ 1 Milyar atau sekitar 10% dari sasaran ekspor
nasional. Perpaduan antara pasar ekspor, dalam negeri dan lokal maupun potensi
pasar yang sangat besar bagi pengembangan perikanan. (Website resmi Pusat
Informasi Pelabuhan Perikanan, 2013).

Salah Satu Pelabuhan Perikanan di Sulawesi selatan terdapat di Kota


Makassar. Kota Makassar merupakan Kota ke-lima terbesar di Indonesia yang
juga merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan ditambah lagi posisinya yang
berada di pesisir laut. Hal tersebut membuat Kota Makassar menjadi salah satu
Kota dengan daya Tarik dan potensi yang baik untuk dikembangkan. Saat ini,
Kota Makassar sedang dalam tahap pembangunan yang signifikan dan
dilaksanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar. Salah
satu pembangunan terjadi pada kawasan pesisir yakni pada bidang perikanan.

Saat ini Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713 dengan potensi


perikanan yang sangat berlimpah belum didukung dengan pelabuhan perikanan
dengan fasilitas yang memadai, seperti halnya PPI Paotere di Makassar yang
dirasa sudah sangat padat, dermaga yang sempit, kumuh, dan fasilitas yang
sangat minim. Selain itu juga untuk mengantisipasi hasil dari perikanan tangkap
yang melimpahdan hanya didukung pelabuhan perikanan berkelas D. Sehingga
dengan demikian diperlukan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di WPPNRI
713 Makassar.

Untuk menjawab permasalahan yang disebutkan diatas, maka dikeluarkan


lah Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomot
74/KEPMEN-KP/2006 tentang Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Untia,

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 2


Makassar, Provinsi selawesi Selatan dan pada tanggal 26 November 2016 oleh
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo). Pelabuhan perikanan ini merupakan
yang terbesar kedua setelah PPS Bitung di Indonesia.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia terletak di Kecamatan Biringkanaya,


Kota Makassar. PPN Untia merupakan Pelabuhan Perikanan Nusantara yang
sampai saat ini masih dalam tahap pembangunan sehingga untuk fasilitasnya
masih belum terpadu seperti pelabuhan perikanan lainnya di Indonesia. Karena
fasilitas yang belum memenuhi standar pelabuhan perikanan, akibatnya Aktifitas
di PPN Untia masih tergolong sepi untuk Pelabuhan Perikanan setingkat
Nusantara serta masalah lain yang terdapat pada PPN Untia yaitu masih
kurangnya Sumber Daya Manusia untuk mengelola PPN Untia. PPN Untia dilihat
dari segi fasilitasnya masih sangat berberda jauh dengan Pelabuhan Perikanan
Nasional maupun Internasional lain seperti yang telah di deskripsikan diatas.

Untuk mewujudkan PPN Untia yang sesuai dengan standar tingkat nusantara
dan mampu bersaing di nasional dan internasional, maka perlu adanya
pembangunan dan pengembangan lebih lanjut di PPN Untia. Untuk
mengoptimalkan potensi Makassar sebagai Kota Pesisir Pantai, Maka sudah
selayaknya jika kawasan pantai di pesisir selatan Kota Makassar ditata dan
dikembangkan agar lebih baik, sehingga meningkatkan daya tarik Kota Makassar
pada bidang pariwisata dan penggerak ekonomi rakyat pada bidang kelautan dan
perikanan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Makassar No. 4
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Tahun 2015-
2034 yang menyatakan bahwa Kota Makassar sebagai kawasan pesisir kota
maritim akan melakukan rencana pengembangan dan pemanfaatan wilayah
peruntukan perikanan.

Dengan pertimbangan di atas, maka muncul gagasan untuk merancang dan


merencanakan sebuah Kawasan Pelabuhan Perikanan yang mengkhususkan pada
pembangunan sarana dan prasarana untuk memenuhi kegiatan dari pelabuhan
perikanan yang bertempat di Untia Kota Makassar yang diharap bukan hanya
sebagai kawasan perekonomian tetapi juga dapat menarik minat masyarakat
untuk berkunjung.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 3


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat disimpulkan


beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang kawasan Pelabuhan Perikanan yang dapat


mewujudkan berkembangnya potensi yang dimiliki Kota Makassar ?
2. Bagaimana merencanakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung
kegiatan dari pelabuhan perikanan Untia ?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan ini adalah:
a. Untuk merencanakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung
kegiatan dari pelabuhan perikanan
b. Untuk merancang kawasan perikanan yang dapat mewujudkan
berkembangnya potensi yang dimiliki Kota Makassar
2. Sasaran Pembahasan
Adapun sasaran pembahasan adalah menyusun landasan konseptual untuk
dijadikan sebagai acuan data rancangan fisik.

D. Batasan Pembahasan

Pembahasan meliputi masalah sarana dan prasarana untuk mendukung


kegiatan dari PPN Untia yang belum dimiliki yang dibatasi pada disiplin ilmu
arsitektur serta ilmu lainnya yang dianggap menunjang atau mempengaruhi
faktor perencanaan kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 4


E. Sistematika Pembahasan

Pembahasan diuraikan dalam beberapa tahap dengan sistematika sebagai


berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pengenalan masalah dengan mengemukakan latar belakang


masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, batasan
pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Membahas tentang definisi judul, sarana dan prasarana kawasan


Pelabuhan Perikanan, tinjauan bangunan sejenis.

BAB III : Meteodologi Penelitian

Membahas tentang metode penelitian, sumber data, dan teknik


pengumpulan data.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pelabuhan Perikanan

1. Definisi Pelabuhan

Pengertian pelabuhan secara umum adalah sebuah fasilitas di ujung


samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan
barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki
alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan
kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan
oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula
disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan
pemrosesan barang.

Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur tentang pelabuhan


dan fungsi serta penyelengaraannya. Pelabuhan juga dapat di definisikan
sebagai daerah perairan yang terlindung dari gelombang laut dan di lengkapi
dengan fasilitas terminal meliputi :Dermaga, tempat di mana kapal dapat
bertambat untuk bongkar muat barang., crane, untuk melaksanakan kegiatan
bongkar muat barang, gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan
dari kapal atau yang akan di pindah ke kapal.Pelabuhan juga merupakan suatu
pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana
penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. (Akmal, 2018)

2. Definisi Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
di sekitarnya dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan /atau bongkar muat ikan
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan. (Akmal, 2018)

Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan


guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 6


pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Fungsi pelabuhan perikanan
dapat berupa :pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan, pelayanan
bongkar muat, pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan,
pemasaran dan distribusi ikan, pengumpulan data tangkapan dan hasil
perikanan, tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
perikanan, pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, tempat
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, pelaksanaan
kesyahbandaran, tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan, publikasi hasil
pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal
perikanan, tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan, pemantauan
wilayah pesisir dan wisata bahari; dan / atau, pengendalian lingkungan. (Akmal,
2018)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:


PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi
menjadi 4 kategori utama yaitu

a. PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera)

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), dikenal juga sebagai


pelabuhan kelas A atau kelas I. Pelabuhan perikanan ini khusus dirancang
untuk melayani kapal yang berukuran > 60 GT.

Pelabuhan ini dapat menampung 100 kapal atau total 6000 GT


sekaligus, atau dapat pula melayani kapal perikanan yang beroperasi di
perairan lepas pantai, ZEE, dan perairan internasional. Jumlah ikan yang
didaratkan sekitar 40.000 per tahun dan juga memberikan pelayanan
untuk ekspor. Selain itu juga tersedia tanah untuk industri perikanan.
Perum Prasarana Perikanan Samudera adalah badan yang bertanggung
jawab atas pelabuhan ini. Fungsi dari Perum Prasarana Perikanan
Samudera adalah untuk;

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan


dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan samudera,

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 7


2) mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk memasang atau
mendorong industri perikanan untuk memasarkan hasil perikanan,
3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi hasil perikanan dan
sistem rantai dingin dalam perdagangan dan industri di bidang
perikanan.

Terdapat beberapa fasilitas-fasilitas dalam pelabuhan perikanan


samudera, antara lain:

1) Pelindung:
a) Breakwater panjang
b) Revetment panjang
c) Groin panjang
2) Tambat / labuh
a) Dermaga panjang
b) Jetty panjang
3) Perairan
a) Alur pelayaran panjang
b) Kolam pelabuhan luas
4) Penghubung
a) Jalan panjang
b) Jembatan panjang
c) Drainase terbuka panjang
d) Drainase tertutup panjang
5) Pembatas lahan
Pagar keliling panjang

b. PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)

Pelabuhan Perikanan Nusantara atau dikenal juga sebagai pelabuhan


perikanan tipe B, atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang terutama untuk
kapal perikanan berukuran 15-16 GT sekaligus. Pelabuhan ini juga
melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan ZEE Indonesia dan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 8


perairan nasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40-50 ton per hari
atau 8.000- 15.000 ton per tahun.

Terdapat beberapa fasilitas-fasilitas dalam pelabuhan perikanan


nusantara antara lain:

1) Pelindung:
d) Breakwater panjang
e) Revetment panjang
f) Groin panjang
2) Tambat / labuh
c) Dermaga panjang
d) Jetty panjang
3) Perairan
c) Alur pelayaran panjang
d) Kolam pelabuhan luas
4) Penghubung
e) Jalan panjang
f) Jembatan panjang
g) Drainase terbuka panjang
h) Drainase tertutup panjang
5) Pembatas lahan
Pagar keliling panjang

c. PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai)

Pelabuhan Perikanan Pantai disebut juga pelabuhan taraf C atau kelas


II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang
berukuran 5-15 GT. Pelabuhan ini dapat menampung 50 kapal atau 500
GT sekaligus. Pelabuhan ini juga melayani kapal perikanan yang
beroperasi di perairan pantai.

Terdapat beberapa fasilitas-fasilitas dalam pelabuhan perikanan


pantai, terdiri atas:

1) Pelindung:

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 9


g) Breakwater panjang
h) Revetment panjang
i) Groin panjang
2) Tambat / labuh
e) Dermaga panjang
f) Jetty panjang
3) Perairan
e) Alur pelayaran panjang
f) Kolam pelabuhan luas
4) Penghubung
i) Jalan panjang
j) Jembatan panjang
k) Drainase terbuka panjang
l) Drainase tertutup panjang
5) Pembatas lahan
Pagar keliling panjang

d. PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)

Pangkalan pendaratan ikan pada umumnya adalah pelabuhan kecil


yan umumnya dikelola oleh Daerah ataupun yang diusahakan oleh pihak
nelayan juga para bisnis sekalipun itu adalah para pemilik kapal (koperasi
dan paguyuban). PPI biasanya berskala kecil pada suatu perairan pantai.
Sifat dari pangkalan ini adalah :

1) Melayani kapal sampai dengan yang berukuran 10 GT.


2) Jumlah ikan yang didaratkan setiap hari sekitar 10 ton atau 2000 ton
per tahun
3) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di periran pantai.

Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan


masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang datang dan pergi
serta letak dan posisi pelabuhan. Nomor Kriteria Pelabuhan Perikanan
PPS, PPN, PPP, PPI dengan identitas sebagai berikut:

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 10


1) Daerah operasional kapal ikan yang dilayani Wilayah laut
teritorial, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEEI) dan perairan
internasional Perairan ZEEI dan laut teritorial perairan pedalaman,
perairan kepulauan, laut teritorial, wilayah ZEEI Perairan
pedalaman dan perairan kepulauan.
2) Fasilitas tambat/labuh kapal >60 GT 30-60 GT 10-30 GT 3-10
GT.
3) Panjang dermaga dan Kedalaman kolam >300 m dan >3 m 150-
300 m dan >3 m 100-150 m dan >2 m 50-100 m dan >2 m.
4) Kapasitas menampung Kapal >6000 GT (ekivalen dengan 100
buah kapal berukuran 60 GT) >2250 GT (ekivalen dengan 75
buah kapal berukuran 30 GT) >300 GT (ekivalen dengan 30 buah
kapal berukuran 10 GT) >60 GT (ekivalen dengan 20 buah kapal
berukuran 3 GT).
5) Volume ikan yang didaratkan rata-rata 60 ton/hari rata-rata 30
ton/harif. Luas lahan >30 Ha 15-30 Ha 5-15 Ha 2-5 Ha.
6) Fasilitas pembinaan mutu hasil perikanan.
7) Ekspor ikan.
8) Tata ruang (zonasi) pengolahan/pengembangan industri perikanan.

3. Klasifikasi dan jenis Pelabuhan Perikanan :

Ditinjau dari aspek teknis, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan


Perikanan No. 16 tahun 2006. Klasifikasi pelabuhan perikanan adalah :

a. Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) melayani kapal perikanan yang


melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zone Ekonomi Eksklusif
Indonesia, dan laut lepas, memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal
perikanan berukuran se kurang – kurangnya 60 GT, panjang dermaga se
kurang – kurangnya 300 m , dengan kedalaman kolam sekurang –
kurangnya minus 3 m, mampu menampung sekurang – kurangnya 100
kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang – kurangnya 6.000 GT
kapal perikanan sekaligus, Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan
exspor, terdapat industri perikanan.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 11


b. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), melayani kapal perikanan yang
melakukan kegiatan, perikanan dilaut teritorial dan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia, memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal
perikanan, berukuran sekurang – kurangnya 30 GT, panjang dermaga
sekurang – kurangnya 150 m, kedalaman kolam sekurang – kurangnya
minus 3 m, mampu menampung sekurang – kurangnya 75 kapal
perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang kurangnya 2.250 GT Kapal
perikanan sekali gus, terdapat industri perikanan.
c. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), melayani kapal perikanan yang
melakukan kegiatan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut
territorial, memilik fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
Berukuran sekurang – kurangnya 10 GT, panjang dermaga sekurang –
kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang – kurangnya minus
2m, mampu menampung sekurang – kurangnya 30 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang – kurangnya 300 GT kapal perikanan
sekaligus.
d. Pusat Pendaratan Ikan (PPI), melayani kapal perikanan yang melakukan
kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan,
memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 3 GT, panjang dermaga sekurang-kurangnya 50m,
dengan kedalaman kolam minus 2 m, mampu menampung sekurang-
kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.

4. Fungsi pelabuhan perikanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.


16/MEN/2006 pasal 4, Pelabuhan Perikanan mempunyai fungsi
mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran.

Berdasarkan PERMEN KP tersebut di atas, fungsi Pelabuhan


Perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 12


pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya dapat
berupa:

a. pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas


perikanan;
b. pelayanan bongkar muat;
c. pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;
d. pemasaran dan distribusi ikan;
e. pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;
f. pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan;
g. pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;
h. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan;
i. pelaksanaan kesyahbandaran;
j. pelaksanaan fungsi karantina ikan;
k. publikasi hasil riset kelautan dan perikanan;
l. pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari;
m. pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3),
kebakaran, dan pencemaran).

Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan ditinjau dari fungsinya


berbeda dengan pelabuhan lainnya, dimana pelabuhan perikanan
dikhususkan untuk aktivitas dibidang perikanan tangkap. Terdapat dua
jenis pengelompokkan fungsi pelabuhan perikanan yaitu ditinjau dari
pendekatan kepentingan dan dari segi aktivitasnya. Fungsi pelabuhan
perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah sebagai berikut:

a. Fungsi maritim, yaitu pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas-


aktivita yang bersifat kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat
kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan untuk
semua aktivitasnya;
b. Fungsi komersil, yaitu pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat
awal untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan
melakukan transaksi pelelangan ikan;

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 13


c. Fungsi jasa, yaitu meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan
didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan, antara lain penyediaan
alat-alat pengangkut ikan, keranjang-keranjang atau bak plastik
dan buruh untuk membongkar ikan;
2) Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkap ikan, antara lain
dalam penyediaaan bahan bakar, air bersih dan es;
3) Jasa-jasa yang menangani mutu ikan, antara lain terdapatnya
fasilitas cold storage, cool room, pabrik es dan penyediaan air
bersih;
4) Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain adanya
jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar
pelabuhan, dan yang berfungsi memeriksa surat-surat kapal dan
jumlah serta jenis barang atau ikan yang dibawa;
5) Jasa-jasa pemeliharaan kapal dan pelabuhan antara lain adanya
fasilitas docking, slipway dan bengkel.

Berdasarkan Lubis (2006), fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari


segi aktivitasnya adalah merupakan pusat kegiatan ekonomi perikanan
baik ditinjau dari aspek pendaratan dan pembongkaran ikan, pengolahan,
pemasaran dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Fungsi-fungsi
tesebut dapat dirinci:

a. Fungsi pendaratan dan pembongkaran

Pelabuhan perikanan lebih ditekankan sebagai pemusatan sarana


dan kegiatan pendaratan dan pembongkaran hasil tangkapan di laut.
Pelabuhan perikanan sebagai tempat pemusatan armada penangkap
ikan untuk mendaratkan hasil tangkapan, tempat berlabuh yang aman,
menjamin kelancaran pembongkaran ikan dan penyediaan bahan
perbekalan.

b. Fungsi pengolahan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 14


Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan
mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari mutu ikan
dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap. Fungsi pengolahan
ini merupakan salah satu fungsi yang penting terutama pada saat
musim ikan yaitu untuk menampung produksi perikanan yang tidak
habis terjual dalam bentuk segar.

c. Fungsi pemasaran

Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk


menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi
nelayan maupun bagi pedagang. Dengan demikian maka sistem
pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir
secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari
pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga
yang layak khususnya bagi nelayan.

d. Fungsi pembinaan terhadap masyarakat nelayan

Fungsi ini menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan dapat


dijadikan sebagai lapangan kerja bagi penduduk disekitarnya dan
sebagai tempat pembinaan masyarakat perikanan seperti nelayan,
pedagang, pengolah dan buruh angkut agar mampu menjalankan
aktivitasnya dengan baik. Melalui pembinaan ini, para pelaku atau
pengguna di pelabuhan tersebut diharapkan dapat menguasai
kegiataannya lebih baik lagi sehingga masing-masing pengguna
memperoleh manfaat dan keuntungan yang optimal.

5. Peranan Pelabuhan Perikanan

Pada hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan basis utama kegiatan


industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas
usaha perikanan tangkapdi laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai
terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam
suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan
di laut, keberangkatannya dari pelabuhan harus dilengkapi dengan bahan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 15


bakar, perbekalan makanan, es dan lain-lain secukupnya. Informasi tentang
data harga dari kebutuhan ikan di pelabuhan perlu dikomunikasikan dengan
cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai melakukan pekerjaan di
laut kapal akan kembali dan masuk ke pelabuhan untuk membongkar dan
menjual ikan hasil tangkapan. (Akmal, 2018)

Undang-Undang No. 9 tahun 1985 menyebutkan bahwa pelabuhan


perikanan sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan produksi dan sesuai
dengan sifatnya sebagai suatu lingkungan kerja mempunyai fungsi sebagai
berikut :

a. pusat pengembangan masyarakat nelayan,


b. tempat berlabuh kapal perikanan,
c. tempat pendaratan ikan hasil tangkapan,
d. tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan,
e. pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan,
f. pusat pelaksana pembinaan mutu hasil perikanan,
g. pusat pelaksana penyuluhan dan pengumpulan data perikanan.

Merujuk kepada fungsi-fungsi pelabuhan perikanan tersebut, maka


pelabuhan perikanan menduduki posisi yang strategis dalam upaya
peningkatan produksi perikanan laut yang berimplikasi pada peningkatan
pendapatan negara, pemerintah daerah maupun masyarakat nelayan maupun
dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan sehingga mereka mampu
berusaha mandiri.

Pembangunan pelabuhan perikanan dimaksudkan untuk menjadi


penggerak utama perekonomian masyarakat nelayan sehingga berdampak
positif bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat
nelayan. Untuk maksud tersebut, maka pengembangan pelabuhan perikanan
harus didasarkan pada;

a. Resouces based yaitu adanya ketersediaan sumberdaya ikan secara


berkesinambungan,

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 16


b. market oriented yaitu bahwa hasil tangkapan yang didaratkan haruslah
memiliki nilai ekonomi penting dan industri pengolahan yang
memberikan nilai tambah (added value) yang besar,
c. community based development yaitu pelibatan masyarakat dalam proses
perencanaan dan pemanfaatannya sehingga memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat khususnya stakeholder perikanan,
d. keterkaitan antar sector dimana keberadaan pelabuhan perikanan harus
memberikan multiplier effect secara lintas sector, lintas wilayah dan lintas
pelaku bagi pengembangan industri yang terkait baik industri hulu
maupun hilir sehingga keberadaannya akan mampu mendorong
pertumbuhan industri perikanan yang bermanfaat bagi peningkatan devisa
negara (lewat komoditas ekspornya), alternatif saluran baru bagi produksi
perikanan yang selama ini masih didominasi oleh pemasaran ikan segar
dan memberikan insentif bagi masuknya investasi modal swasta ke dalam
sector perikanan.

Sebagai pusat aktifitas ekonomi perikanan, pelabuhan perikanan


selayaknya mampu men-generate pendapatan untuk pelabuhan itu sendiri
yang berasal dari pemberian pelayanan jasa pelabuhan perikanan. Imbalan
pelayanan jasa ini dapat berasal dari penggunaan fasilitas, jasa dan barang
yang dihasilkan pelabuhan perikanan. Di samping itu pelabuhan perikanan
pun dapat mengenerate pendapatan masyarakat nelayan dan sekitar pelabuhan
yang terbuka peluang usahanya akibat adanya aktifitas di pelabuhan. (Akmal,
2018)

Pelabuhan perikanan sebagai pusat kehidupan masyarakat nelayan dan


pusat kegiatan industri perikanan, memiliki beberapa peranan, yakni : (1).
Peranan pelabuhan perikanan yang berkaitan dengan aktifitas produksi, antara
lain ;Tempat mendaratkan hasil tangkapan perikanan, Tempat untuk
persiapan operasi penangkapan (mempersiapkan alat, bahan bakar, perbaikan
alat tangkap, ataupun kapal) tempat berlabuh kapal perikanan. (2). Sebagai
pusat distribusi, peranan pelabuhan perikanan yang berkaitan dengan aktivitas
distribusi antara lain :Tempat transaksi jual beli ikan., Sebagai terminal untuk
mendistribusikan ikan, Sebagai terminal ikan hasil laut. (3) Sebagai pusat

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 17


kegiatan masyarakat nelayan, pelabuhan perikanan yang berkaitan dengan
aktivitas ini antara lain sebagai pusat :Kehidupan nelayan, Pengembangan
ekonomi masyarakat nelayan, Lalu lintas jaringan informasi antara nelayan
dengan pihak luar. (Akmal, 2018)

6. Imbalan Jasa Pemakaian Fasilitas

Aturan/penentuan imbalan jasa pemakaian fasilitas ini mengacu pada SK


Direktur Jenderal Perikanan No. KU.440/D5.1779/93 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Imbalan Jasa Penggunaan Fasilitas, Jasa dan Barang
yang dihasilkan Pelabuhan Perikanan:

a. Jasa Tambat Labuh


1) Tambat
a) Kapal dikatakan bertambat apabila bersandar atau mengikatkan
tali di tempat tertentu untuk melakukan kegiatan bongkar hasil
tangkapan.
b) Waktu tambat dihitung selama kapal membongkar hasil tangkapan
di dermaga atau ditempat tambat yang lain
c) Uang tambat adalah imbalan jasa bagi kapal yang bersandar di
tempat tambat yang dihitung berdasarkan etmal (1 etmal = 24 jam)
d) Fasilitas tambat berupa jembatan/jetty, dermaga bongkar, tepian
atau bagian tepi baik sungai maupun pantai
e) Tubuh kapal lain
2) Labuh
a) Kapal dikatakan berlabuh apabila setelah membongkar hasil
tangkapan, kapal bersandar atau mengikat tali di tempat tertentu
yang bukan tempat bongkar, untuk beristirahat dan menunggu
keberangkatan ke laut atau yang menunggu naik dock atau dalam
keadaan floating repair
b) Waktu labuh adalah waktu yang dihitung sesudah kapal selesai
membongkar sampai keberangkatannya kembali ke laut (waktu
sejak kapal bersandar di dermaga sampai berangkat kembali ke
laut dikurangi dengan waktu tambat)

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 18


c) Uang labuh adalah jasa sebagai pengganti akibat pemakaian
kolam pelabuhan atau tempat berlabuh lainnya yang dihitung
berdasarkan etmal
d) Tempat berlabuh merupakan kolam pelabuhan atau tempat yang
dibangun khusus untuk berlabuh.
3) Ketentuan Lain
a) Kapal non perikanan yang akan tambat labuh harus seizing
Kepala Pelabuhan dengan tariff sesuai tariff pokok
b) Apabila kapal hanya melakukan tambat untuk mengisi
perbekalan melaut dapat dibebaskan dari biaya tambat dengan
catatan tidak lebih dari 6 jam
c) Kapal perikanan untuk keperluan rekreasi/olah raga
dikenakan sesuai tariff
d) Kapal yang menetap atau melakukan kegiatan tetap di
pelabuhan dapat menggunakan system labuh langganan dan
dibayar di muka sebanyak 50 % dari jumlah biaya labuh
selama sebulan
e) Kapal perikanan, kapal latih dan kapal-kapal pemerintah
sejenis yang tidak diusahakan mendapat keringanan 50 %
dari tariff pokok
f) Kapal patroli, kapal bea cukai, kapal perang dan kapal-kapal
sejenis yang tidak diusahakan dibebaskan dari biaya tambat
labuh.
b. Pengadaan Es

Harga es ditetapkan berdasarkan perhitungan biaya produksi,


dengan catatan bahwa harga tersebut tidak melebihi harga es local.

c. Pengadaan Air
1) Pengadaan air tawar diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan
kapal, pencucian ikan, pengolahan hasil, gudang ikan, warung,
fasilitas umum dan lain-lain.
2) Sumber air tawar adalah sumur bor dan PAM
3) Perhitungan tariff didasarkan pada biaya pengusahaan air tersebut

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 19


d. Jasa Sewa Cool Room
1) Jangka waktu penyimpanan komoditi hasil perikanan di dalam cool
room diperhitungkan sekurang-kurangnya satu hari dan untuk
penyimpanan kurang dari satu hari diperhitungkan satu hari.
2) Keterlambatan pengambilan ikan dari batas waktu penyimpanan
yang disebabkan kelalaian dari pemakai jasa, dikenakan biaya
tambahan sebesar waktu keterlambatan.
3) Batas waktu maksimum untuk setiap komoditi, ditentukan sesuai
dengan nilai jual komoditi. Apabila penyewa tidak sanggup lagi
memenuhi kewajiban membayar sewa sesuai dengan batas waktu
penyimpanan yang telah disepakati, maka Kepala Pelabuhan
Perikanan tidak bertanggungjawab atas keberadaan komoditi tersebut
dan berhak melakukan pelelangan untuk menggantikan sewanya.
4) Harga sewa ditentukan berdasarkan perhitungan biaya operasional
e. Jasa Alat-alat, Slipway dan Bengkel
1) Sewa Alat. Ketentuan tariff didasarkan pada :
a) jenis alat, waktu dan satuan pemakaian
b) perhitungan jam pemakaian dimulai dari pemberangkatan alat-
alat dari tempat penyimpanan, selama penggunaan alat sampai
kembali ke tempat penyimpanan
c) Selama dalam masa sewa, apabila terdapat kerusakan alat yang
disewa, penyewa harus mengganti kerusakan tersebut.
2) Jasa Penggunaan Slipway/Dock
a) Ongkos satu kali naik dan turun kapal dihitung per ton
b) Ongkos slipway selama kapal di atas galangan dihitung selama
masa perbaikan dengan satuan ton (dalam hal ini dipakai GT
kapal) per etmal
c) Biaya perbaikan kapal ditentukan berdasarkan kerusakan kapal,
penggatian suku cadang dan ongkos perbaikan
d) Secara keseluruhan sewa slipway dan ongkos perbaikan kapal
tidak boleh melebihi tarip di luar pelabuhan
3) Jasa Penggunaan bengkel

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 20


a) Tarip untuk bengkel ditentukan berdasarkan kerusakan,
penggatian suku cadang dan ongkos perbaikan,
b) untuk perbaikan kerusakan peralatan dan mesin pelabuhan biaya
perbaikan dikenakan dengan mengurangi anggaran Unit
pelabuhan,
c) imbalan jasa bengkel di pelabuhan tidak boleh lebih tinggi dari
tarip di luar pelabuhan.
f. Sewa Pemakaian Listrik
Imbalan jasa pemakaian listrik dibedakan atas dua jenis yaitu :
1) listrik yang berasal dari PLN dengan imbalan pemakaian ditetapkan
sebesar biaya PLN ditambah biaya eksploitasi sebesar 10 %
2) listrik yang berasal dari generator milik pelabuhan dengan imbalan
jasa ditetapkan oleh SK Menteri
g. Sewa Tanah dan Bangunan
1) Sewa tanah dan bangunan yang dipakai untuk kebutuhan yang
sifatnya menetap, taripnya dihitung dalam m2 per tahun dilakukan
berdasarkan Surat Perjanjian
2) Sewa tanah yang dipakai untuk kebutuhan sementara (perbaikan atau
penjemuran jarring, penumpukan barang) taripnya dihitung dalam
m2 per etmal
h. Jasa Pas Masuk Pelabuhan Perikanan
1) Ketentuan Tarip Masuk
a) Pas masuk harian dikenakan bagi setiap orang/pihak dan
kendaraan (termasuk pengemudinya) yang akan memasuki
wilayah pelabuhan
b) Pas masuk langganan dikenakan bagi orang/pihak yang
melakukan kegiatan tetap di pelabuhan.
2) Ketentuan bagi nelayan setempat
a) Bagi nelayan setempat dibebaskan dari bea pas masuk pelabuhan
dengan ketentuan mempunyai dan menunjukkan Kartu Pengenal
kepada petugas yang berwenang.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 21


b) Bagi nelayan yang tidak menetap dikenakan bea pas masuk
pelabuhan seperti pengunjung lain.
3) Ketentuan bagi bakul pedagang ikan
a) Bakul ikan tetap dikenakan pas masuk berupa pas langganan
yang dibayar di muka untuk setiap bulannya.
b) Bagi bakul tidak tetap dikenakan pas masuk berupa pas seperti
pengunjung biasa.
4) Ketentuan bagi pengunjung
a) Pengunjung yang tidak bersifat dinas dikenakan pas masuk.
b) Kunjungan dinas atau tamu-tamu resmi harus sepengetahuan
petugas keamanan dan seizin Kepala Pelabuhan.

7. Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Hingga tahun 2008 telah dibangun 966 pelabuhan perikanan dan


pangkalan pendaratan ikan, yang terdiri dari 6 PPS, 13 PPN, 45 PPN dan 901
PPI. Sebagian besar pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan
dibangun di Indonesia Bagian Barat dengan 673 (69,67%), Indonesia Bagian
Tengah sebanyak 208 (21,53%), dan sebagian Indonesia Bagian Timur
sebanyak 85 buah (8,8%). Dengan panjang garis pantai yang mencapai
95.181 km dan besarnya sumberdaya ikan yang dimiliki, idealnya Indonesia
membutuhkan tidak kurang dari 3.000 pelabuhan perikanan, atau 30 km
terdapat satu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan. dengan
rasio ideal tersebut, setidaknya Indonesia mendekati Jepang yang memiliki
rasio satu pelabuhan perikanan setiap 11 km, atau melebihi Thailand yang
memiliki rasio satu pelabuhan perikanan setiap 50 km. Namun pemerintah
terkendala oleh keterbatasan anggaran untuk membiayai pembangunan
pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. Karena itu, Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap mendorong sektor swasta untuk berpartisipasi
dalam pembangunan pelabuhan perikanan. Walhasil, pada pertengahan tahun
2008 telah beroperasi dua pelabuhan perikanan swasta, yaitu Barelang dan
Telaga Punggur. (Akmal, 2018)

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 22


Pelabuhan perikanan juga menyediakan BBM untuk keperluan para
nelayan. Subsidi yang selama ini diberikan tetap dipertahankan. Dengan jatah
25 kilo liter saat ini, kebutuhan nelayan kecil sudah tercukupi. Bagi nelayan
besar, kekurangannya harus dipenuhi dengan harga industri. Aktivitas
pengolahan secara modern maupun tradisional di pelabuhan perikanan
dilakukan untuk menghasilkan nilai tambah produk dan sekaligus mencegah
ikan menjadi rusak/busuk. Sedangkan aktivitas pemasaran dilakukan dengan
mengumpulkan hasil tangkapan dari berbagai tempat untuk selanjutnya
didistribusikan ke pasar-pasar. Pelabuhan perikanan juga memfasilitasi
ekspor ikan bernilai ekonomi tinggi ke beberbagai negara. Di samping
kegiatan produksi dan kegiatan hilir lainnya, kegiatan pelabuhan perikanan
juga menyangkut penawaran dan pengadaan input (kegiatan hulu). Pelabuhan
perikanan menyediakan faktor masukan yang diperlukan nelayan, termasuk
kapal penangkap ikan beserta peralatannya, umpan dan bahan-bahan lain
untuk kegiatan penangkapan ikan. pengembangan pelabuahan perikanan
beserta fasilitas pendukungnya merupakan aktivitas hulu dalam produksi
perikanan. Untuk mendukung dan membuat industri perikanan lebih
menguntungkan, kegiatan hulu dan hilir harus dipadukan. (Akmal, 2018)

Produksi perikanan tangkap umumnya sebagian besar dipasarkan di


dalam negeri dalam bentuk produk segar dan olahan. Sedangkan sebagian
lagi di ekspor. Pemasaran hasil perikanan tangkap meliputi ikan segar, ikan
beku, dan ikan kering/asin, ikan pindang, ikan asap, dan ikan hasil olahan
lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dilakukan pemasaran antar
Kabupaten, sedangkan untuk kebutuhan luar daerah dilakukan pemasaran
antar provinsi. Kondisi pasar ikan perlu disempurnakan sebagai suatu tempat
perdagangan yang layak, antara lain dalam hal kebersihan dan kesehatan.
Serta dilengkapi dengan unit pendingin dan pabrik es. Pengembangan model
pasar ikan modern dan higienis di pelabuhan perikanan dapat memberikan
nilai tambah, sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Dengan memberdayakan fasilitas yang ada, seperti kolam pemancingan dan
taman bermain, diharapkan nilai tambah akan semakin meningkat. Nilai
tambah tersebut, yang sebelumnya dinikmati pedagang perantara, akan bisa

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 23


dinikmati sendiri oleh nelayan. Sudah ada beberapa lokasi yang akan
dikembangkan menjadi pasar higienis. Keberadaan pelabuhan perikanan juga
memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja, terutama untuk masyarakat sekitar, sehingga sangat membantu
pencapain program Pro Poor, Pro Job dan Pro Growth. (Akmal, 2018)

Pada tahun 2007, di 813 pelabuhan perikanan yang telah dibangun,uang


beredar mencapai Rp. 9,3 Triliun per tahun, dan serapan tenaga kerja sekitar
175.000 orang. Banyak investasi yang ditanamkan disana, seperti
pembangunan industri pengolahan yang jumlahnya mencapai sekitar 360
perusahaan. Dalam pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan,
peran serta dan dukungan pemerintah daerah (provinsi/kota/kabuaten) sangat
diperlukan, diantaranya dalam hal studi dan detail desain/review, penyiapan
lahan, peraturan daerah tentang RUTR pengembangan pelabuhan perikanan,
dukungan prasarana wilayah (jalan akses, air bersih, dan lain-lain), sharing
pendanaan pembangunan, pengalokasian dana operasional dan pemeliharan
perizinan usaha yang kondusif, harmonisasi tata hubungan kerja di
lingkungan pelabuhan perikanan, dukungan lintas sektoral lainnya. (Akmal,
2018)

B. Teori Sarana dan Prasarana Pelabuhan Perikanan Nusantara

1. Fasilitas Pelabuhan

Pada bagian ketiga Rencana Induk Pelabuhan Nasional pasal 22 sampai


dengan pasal24 (PP. RI. No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan),
dijelaskan bahwa dalam penyusunan RIP- Laut, Sungai dan Danau meliputi
rencana peruntukan wilayah daratan dan perairan, disusun berdasarkan
kriteria kebutuhan Fasilitas Pokok dan Fasilitas Penunjang baik untuk
peruntukan wilayah daratan maupun wilayah perairan. Fasilitas pokok yang
dimaksud untuk wilayah daratan meliputi;

a. Dermaga
b. Gudang lini 1
c. Lapangan penumpukan lini 1

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 24


d. Terminal penumpang
e. Terminal peti kemas
f. Terminal ro-ro
g. Fasilitas penampungan dan pengolahan limbah
h. Fasilitas bunker
i. Fasilitas pemadam kebakaran
j. Fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun
k. Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP).

Fasilitas penunjang untuk wilayah darat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b meliputi;

a. Kawasan perkantoran
b. Fasilitas pos dan telekomunikasi
c. Fasilitas pariwisata dan perhotelan
d. Instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi
e. Jaringan jalan dan rel kereta api
f. Jaringan air limbah, drainase dan sampah
g. Areal pengembangan pelabuhan
h. Tempat tunggu kendaraan bermotor
i. Kawasan perdagangan
j. Kawasan industri
k. Fasilitas umum lainnya.

Fasilitas pokok peruntukan wilayah perairan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a dalam pasal 23 meliputi:

a. Alur pelayaran
b. Perairan tempat labuh
c. Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
d. Perairan tempat alih muat kapal
e. Perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya dan
beracun (B3)
f. Perairan untuk kegiatan karantina

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 25


g. Perairan alur penghubung
h. Perairan pandu
i. Perairan untuk kapal pemerintah

Fasilitas penunjang peruntukan wilayah perairan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang


b. Perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal
c. Perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar)
d. Perairan tempat kapal mati
e. Perairan untuk keperluan darurat
f. Perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan.

2. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara

Menurut No. 16/MEN/2006 Bab VIII tentang Fasilitas Pelabuhan


Perikanan Pasal 22 Dalam perencanaan pelabuhan perikanan harus
diperhatikan pengadaan beberapa fasilitas sebagai berikut :

a. Fasilitas dasar

Fasilitas dasar merupakan fasilitas pokok yang harus ada dan


berfungsi untuk melindungi pelabuhan perikanan dari gangguan alam,
tempat bongkar ikan hasil tangkapan, dan memuat perbekalan serta
tempat labuh kapal-kapal penangkap ikan. Fasilitas dasar ini meliputi :

1) Pemecah gelombang

Pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan


kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau
daerah disekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.

2) kolam pelabuhan perikanan

Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan


untuk keluar masuknya kapal yang akan bersandar di darmaga.
Kolam pelabuhan menurut fungsinya terbagi dua yaitu berupa:

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 26


a) Alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan
sampai darmaga.
b) Kolam putar yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal.
3) Dermaga bongkar, dermaga muat, dan dermaga tambat

Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi


sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat
hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan
menangkap ikan di laut.

4) Areal daratan pelabuhan perikanan


5) Alat Bantu nafigasi
Alat bantu nafigasi berfungsi untuk:
a) Memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya
yang tersembunyi, misalnya batu karang di suatu perairan;
b) Memberikan petunjuk agar kapal dapat berlayar dengan
aman di sepanjang pantai, sungai dan perairan lainnya;
c) Memberikan petunjuj pada waktu kapal akan keluar masuk
pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang
jangkat.
5) Jaringan jalan
6) Jaringan drainase
b. Fasilitas fungsional

Fasilitas ini berfungsi untuk memberikan pelayanan yang diperlukan


untuk kegiatan operasional pelabuhan perikanan, yang meliputi fasilitas-
fasilitas sebagai berikut ini :

1) Fasilitas produksi
a) Tempat pelelangan ikan

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah tempat untuk melelang


ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dan pembeli.

b) Toilet umum
2) Fasilitas perbekalan
a) Pabrik es

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 27


Es terutama dipergunakan untuk mengawetkan ikan pada
saat operasi penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau
pabrik. Pabrik es terdiri dari ruang mesin, ruang kompresor,
ruang produksi, ruang penyimpanan es dan ruang operator

b) Tangki BBM
c) Instalasi air bersih
d) Kios KUD/Toserba
3) Fasilitas pemeliharaan/perbaikan
a) Gudang/garasi alat berat
b) Bengkel
c) Pelataran perbaikan dan penjemuran tangkap (jaring)
4) Fasilitas pengolahan
a) Cold storage

Fasilitas ini berfungsi untuk tempat penyimpanan


sementara produk-produk perikanan yang tidak langsung
dipasarkan yang disebabkan berbagai alasan, diantaranya
menunggu harga yang baik, kelebihan produksi atau tempat
transit.

b) Gudang es

Bangunan Gudang es diperlukan apabila produksi


kemungkinan tidak terserap pasar secara keseluruhan, pabrik es
jauh dari darmaga perbekalan atau kemungkinan mendatangkan
es dari luar.

c) Balai pengolahan ikan


5) Kantor administrasi pelabuhan perikanan
6) Instalasi listrik
7) Sarana komunikasi
8) Fasilitas pendukung yang meliputi
a) Rumah jaga
b) Gudang perlengkapan
c) Gudang genset

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 28


d) Pagar keliling
c. Fasilitas penunjang

Merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung


kegiatan pelabuhan perikanan. Fasilitas ini terdiri dari :

1) Perumahan untuk kepala pelabuhan perikanan, syahbandar, staf, dan


mess operator
2) Penginapan nelayan
3) Tempat ibadah
4) Kantin
5) Pertokoan
6) Pasar
7) Sarana kebersihan
8) Laboratorium bina mutu
9) Pusat pelatihan nelayan
10) Lahan pengembangan industri perikanan

Berupa lahan yang disediakan untuk investor yang akan


membangun industri perikanan seperti cold storage, pabrik es,
pengalengan, pembekuan, pengasapan, dan sebagainya.

11) Lahan pengembangan

Berupa lahan yang disediakan untuk para nelayan, pengusaha


kecil yang akan mendirikan industri kecil/tradisional seperti
pemindangan, penggaraman, pengasapan, dan sebagainya.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 29


C. Tinjauan Bangunan Sejenis

1. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

a. Deskripsi Umum

Gambar 1. foto udara PPN Palabuhanratu


Sumber : Google Maps, 2019

PPN Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu,


Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Pelabuhan ini diresmikan
oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 18 Februari 1993 dengan dana
pembangunan pada tahap awal bersumber dari Asian Development Bank
(ADB) dan Islamic Development Bank (ISDB) (PPN Palabuhanratu,
2008c). Latar belakang pembangunan PPN Palabuhanratu yaitu:

1) Sebagian besar penduduknya mencari nafkah ke laut sebagai


nelayan;
2) Mengakomodir kegiatan masyarakat pesisir pantai Kabupaten
Sukabumi;
3) Lokasi terlindung dari ombak besar (Teluk Palabuhanratu);
4) Adanya peluang untuk pemanfaatan stok ikan di WPP IX (Pansela
Jabar)

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 30


5) Kedekatan jarak Teluk palabuhanratu dengan fishing ground;
6) Kedekatan akses pemasaran (Jakarta, Bandung, Bogor).

Berdasarkan PPN Palabuhanratu (2009b), visi Pelabuhan Perikanan


Nusantara Palabuhanratu yaitu sebagai pusat pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat perikanan yang berorientasi ekspor,
berwawasan lingkungan dan bernuansa wisata bahari, sedangkan misi
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu yaitu :

1) Meningkatkan kualitas pelayanan jasa dan operasional pelabuhan


perikanan (pelayanan prima);
2) Mengembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara menjadi Pelabuhan
Perikanan Samudera;
3) Membangun dan meningkatkan kualitas pasar ikan serta TPI;
4) Memusatkan segenap kegiatan perikanan dan kelautan di Pelabuhan
Perikanan (DKP Mini);
5) Mendukung pertumbuhan dan pengembangan unit bisnis perikanan
terpadu yang berstandar internasional/Uni Eropa;
6) Mengoperasionalkan gedung pusat pembinaan pengolahan dan
pemasaran ikan serta gedung laboratorium.

Pelaksanaan fungsi PPN Palabuhanratu selama program revitalisasi


pelabuhan perikanan dijalankan sejak periode tahun 2003-2008 adalah:

1) Sebagai tempat tambat labuh kapal


a) Menyelenggarakan pemeliharaan fender dan bolard yang ada di
dermaga, lampu suar pintu masuk kolam pelabuhan, penerangan
dermaga, instalasi air di dermaga;
b) Menyelenggarakan fungsi kesyahbandaran, yakni
mempersiapkan tenaga syahbandar;
c) Melakukan fungsi pengawasan terhadap pemanfaatan
sumberdaya ikan, pemberian ijin kapal keluar masuk pelabuhan;
d) Melakukan pemantauan dan pengaturan terhadap kapal yang
berlabuh dan bongkar muat;
e) Menerima dan mengelola jasa tambat;

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 31


f) Memberikan kemudahan dalam hal kebutuhan sarana dan jasa
komunikasi dan telekomunikasi.
2) Tempat pendaratan ikan
a) Memberikan pelayanan teknis untuk pendaratan ikan;
b) Menyediakan tenaga dan sarana pendaratan;
c) Pelayanan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan;
d) Alat bantu bongkar dan alat angkut ikan hasil tangkapan lainnya;
e) Pelayanan terhadap kebutuhan tenaga dan petugas bongkar muat
ikan.
3) Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan
a) Memberikan pelayanan teknis untuk memudahkan kapal-kapal
melakukan kegiatan di pelabuhan (merapat, berlabuh, bongkar
muat keluar pelabuhan);
b) Melayani kebutuhan kapal (BBM, es, garam dan perbekalan
lain);
c) Memberikan dokumen perizinan surat tanda bukti lapor
kedatangan/keberangkatan kapal (STBLKK);
d) Membantu pemeriksaan kesehatan kapal;
e) Membantu melaksanakan pemeriksaan dokumen keimigrasian
ABK warga negara asing;
f) Membantu pelaksanaan pemeriksaan muatan sehubungan dengan
peraturan bea dan cukai;
g) Memberikan pelayanan dalam hal kebutuhan perbekalan ABK,
jasa perbengkelan dan perawatan kapal serta jasa lainnya.
4) Tempat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan
a) Menyediakan dan merawat tempat pelelangan ikan;
b) Menyediakan pasar ikan dan lapak pengecer ikan segar;
c) Menyediakan gedung perkantoran dan toko BAP.
5) Tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan
a) Mengadakan dan mengembangkan berbagai sarana yang
mendukung penanganan pasca penangkapan ikan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 32


(tempat/ruangan penanganan, pengolahan dan pengepakan ikan,
ruangan pendingin, pabrik es, dll);
b) Membantu Dinas Perikanan dalam pembinaan kegiatan
penanganan, pengolahan, pengepakan dan pengangkutan hasil
perikanan serta penyuluhannya sebagai upaya untuk menjamin
mutu hasil perikanan;
c) Mengkoordinasikan upaya pembinaan mutu hasil perikanan
bersama Dinas Perikanan;
d) Membantu kelancaran sertifikat mutu ikan dari Dinas Perikanan;
e) Melakukan uji tes formalin pada ikan dan bekerjasama dengan
Polres setempat dalam pemberantasan penggunaan formalin.
6) Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data
a) Mengkoordinasikan pengumpulan data statistik perikanan di
pelabuhan bersama dengan Dinas Perikanan;
b) Mewajibkan kepada unit usaha yang beroperasi di lingkungan
pelabuhan untuk memberikan data yang diperlukan;
c) Melakukan tindakan pemeriksaan teknis kapal perikanan
d) Melakukan pemantauan tugas dan kegiatan pemeriksaan kapal
perikanan oleh petugas pengawasan penangkapan ikan;
e) Penyuluhan dan sosialisasi hasil riset serta mengadakan pelatihan
berkaitan dengan peningkatan usaha perikanan.
7) Tempat pelaksanaan pengawasan (MCS) sumberdaya ikan
a) Penyebaran dan pengumpulan log book;
b) Melakukan pendataan dan evaluasi terhadap log book;
c) Melakukan pendugan stock;
d) Melakukan perhitungan terhadap CPUE;
e) Memberikan informasi tentang kondisi fishing ground.
b. Unit penangkapan

Unit penangkapan merupakan kesatuan teknis yang saling


berhubungan dalam menunjang operasi penangkapan yang terdiri dari
kapal, alat tangkap, dan nelayan.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 33


1) Kapal

Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi
penelitian (UU No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan).

2) Alat tangkap

Jenis alat tangkap yang dioperasikan di PPN Palabuhanratu pada


saat ini antara lain payang, pancing ulur, jaring rampus, bagan apung,
trammel net,gillnet, rawai, pancing tonda dan longline.

3) Nelayan

Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan


penangkapan ikan (UU No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan).
Nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu meliputi nelayan penetap dan
nelayan pendatang. Nelayan penetap merupakan nelayan yang
berdomisili di wilayah Palabuhanratu, sedangkan nelayan pendatang
merupakan nelayan yang berasal dari luar wilayah Palabuhanratu
seperti Cirebon dan Indramayu, sedangkan berdasarkan status
kepemilikan unit penangkapan terdiri dari nelayan pemilik dan nelayan
pekerja. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki modal berupa
kapal dan alat tangkap, sedangkan nelayan pekerja atau buruh adalah
nelayan yang tidak memiliki peranan dalam pembelian alat tangkap
ataupun kapal melainkan hanya berperan dalam kegiatan operasi
penangkapan saja.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 34


c. Fasilitas PPN Palabuhanratu

Gambar 2. foto udara PPN Palabuhanratu


Sumber : Google Maps, 2019

Dalam menjalankan fungsinya, pelabuhan perikanan dilengkapi


dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut umumnya terdiri dari
fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan atau penunjang.
Fasilitas pokok berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal
baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh
di pelabuhan, fasilitas fungsional berfungsi untuk menunjang aktivitas
pelabuhan, dan fasilitas penunjang berfungsi meningkatkan pelayanan
pelabuhan dan memberikan kenyamanan pada pengguna dalam melakukan
aktivitas di pelabuhan. Fasilitas yang terdapat di PPN Palabuhanratu dapat
dilihat sebagai berikut.

1) Fasilitas Pokok
a) Dermaga 1 unit 500 m
b) Dermaga 2 unit 410 m
c) Kolam 1 unit 3 ha
d) Kolam 2 unit 2 ha
e) Breakwater 1/utara unit 125 m
f) Breakwater 2/selatan unit 294 m
g) Alur masuk 1 unit 294 m

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 35


h) Turap sungai 1 unit 245 m
i) Krib penahan sedimen 2 unit 80 m
2) Fasilitas Fungsional
a) Gedung TPI 1 unit 920 m2
b) UPT PPN palabuhanratu 1 unit 528 m2
c) Lahan industri 5.582 m2
d) Tangki air 1 unit 400 m3
e) Rumah pompa air 1 unit 27 m2
f) Tangki BBM 2 unit 320 m dan 208 m
g) Listrik + instalasi 1 unit c 82,50 KVA
h) Genset + instalasi 2 unit 95 KVA
i) Gedung perbaikan jaring 1 unit 500 m2
j) Tempat penjemuran dan perbaikan jaring 1 unit 3000 m2
k) Areal docking 1 unit 6000 m2
l) Gedung bengkel 1 unit 250 m2
m) Pos pelayanan terpadu Dermaga I 1 unit 72 m2
n) Pos pelayanan terpadu Dermaga II 1 unit 60 m2
o) Balai pertemuan nelayan 1 unit 150 m2
p) Radio SSB 2 unit
q) Pos Jaga 2 unit 52 m2
r) Garasi alat berat 1 unit 200 m2
s) Kendaraan operasional 9 unit
t) Laboratorium bina mutu 1 unit 117 m2
3) Fasilitas Penunjang
a) Rumah Type 70 2 unit 140 m2
b) Rumah Type 50 5 unit 250 m2
c) Rumah Type 45 5 unit 225 m2
d) Guest house 1 unit 200 m2
e) Mess operator (Type 36) 7 unit 252 m2
f) Musholla nelayan 1 unit 359 m2
g) Musholla dermaga II 1 unit 60 m2
h) Tempat parkir 1 unit 120 m2

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 36


i) Pasar ikan 1 unit 360 m2
j) MCK Umum 45 m2
k) MCK Umum Dermaga II 24 m2

Sumber : PPN Palabuhanratu, 2009a

d. Pengelolaan PPN Palabuhanratu

Pengelolaan pelabuhan perikanan tergantung antara lain kepada aspek


legalitas, organisasi, tata hubungan kerja, kondisi sumberdaya manusia,
standar operasional procedure (SOP) dan pelayanan (PPN Palabuhanratu,
2008c).

1) Legalitas pelabuhan perikanan

Peraturan yang mengatur tentang operasional pelabuhan perikanan


adalah UU No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan yang diperbaharui oleh
UU No. 31 Tahun 2004 dan diperbaharui kembali dengan UU No.45
Tahun 2009. Selain itu terdapat pula peraturan lainnya yakni:

a) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2006 tentang perubahan atas


Peraturan
b) Pemerintah No. 62 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
c) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.
06/MEN/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan
Perikanan
d) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.
17/MEN/2006 tentang Usaha Perikanan Tangkap
e. Sumber Daya manusia

Jumlah pegawai PPN Palabuhanratu saat ini sebanyak 69 orang terdiri


dari 57 orang PNS dan 12 orang pegawai honorer.

f. Standard operational procedure (SOP)

Beberapa SOP yang telah dipersiapkan oleh PPN Palabuhanratu antara


lain adalah pelelangan ikan, operasional bengkel, operasional alat berat,
operasional tambat labuh, operasional K3 (kebersihan, keindahan dan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 37


ketertiban), operasional sewa tanah, gedung bangunan, operasional
instalasi air bersih, instalasi BBM, aliran dari barang (flow of goods),
aliran orang (flow of person) dan tata tertib lainnya seperti keluar masuk
kapal. (Yuliastuti, 2010)

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 38


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi

Gambar 3. foto udara PPN Untia


Sumber : Google Maps, 2019

Gambar 4. foto udara PPN Untia


Sumber : foto tribun timur, 2018

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Untia Kota Makassar ini berlokasi Jl.
Salodong, Kelurahan Untia, Kec. Biringkanaya Kota Makassar, tepatnya berada
pada kawasan pengembangan yang berdampingan dengan kompleks Kampus
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar (PIP) dan Akademi Teknik dan Keselamatan
Penerbangan Makassar (ATKP). Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia Makassar
merupakan bagian dari perairan selat Makassar (WPP-RI 173) yang dilatar

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 39


belakangi oleh potensi perikanan di sekitar selat Makassar sebagai dasar
dibangunnya Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Untia pada tahun 2006.

Pelabuhan ini dapat menampung kapal perikanan berukuran 15-16 GT


sekaligus. Pelabuhan ini juga melayani kapal perikanan yang beroperasi di
perairan ZEE Indonesia dan perairan nasional. Jumlah ikan yang didaratkan
sekitar 40-50 ton per hari atau 8.000- 15.000 ton per tahun. Selain itu lokasi
pelabuhan juga tidak jauh dari Kawasan Wisata Mangrove Untia yang sepanjang
garis pantai, tumbuh subur hutan mangrove Indah menghampar, menjadi daya
tarik wisata bagi siapapun yang melihatnya. serta Kawasan Industri Makassar
(Kima) dan dekat dengan pelabuhan umum untuk ekspor. Karena itu,
pengembangan Pelabuhan Untia diharapkan menjadi sentra produksi perikanan
yang terhubung dengan pelabuhan perikanan lain di Sulawesi Selatan, yaitu
Pelabuhan Perikanan (PP) Cempae, PP Maccinibajji, PP Kalibone, PP Potere, PP
Beba, PP Labuang, PP Barombong, PP Boddia, PP Lonrae, PP Birea, PP
Bentenge, PP Kajang, PP Tongke-tongke, dan PP Lappa. Pelabuhan perikanan
Nusantara Untia Makassar merupakan yang terbesar kedua yang dapat
menampung 500 kapal setiap harinya setelah Pelabuhan Perikanan Samudera (
PPS ) Bitung di Sulawesi Utara.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi


Selatan pada tanggal 26 November 2016 diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia (Joko Widodo). Pelabuhan perikanan ini merupakan yang terbesar
kedua setelah PPS Bitung di Indonesia, tetapi saat ini masih dalam tahap
pembangunan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yakni metode kualitatif. Metode


penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Apapun macam, cara atau corak analisis data
kualitatif suatu penelitian, perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah
membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiknya sendiri.
Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 40


kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth
interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak


terstruktur dengan pemerintah setempat, warga sekitar, serta para
wisatawan. Wawancara tidak terstruktur merupakan tidak mengunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk mengumpulan data. Tapi pedoman wawancara yang digunakan hanya
berisi garis-garis besar permasalahan yang akan digunakan. Metode ini
digunakan dengan harapan untuk mendapatkan data-data atau informasi
awal tentang permasalahan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Untia Kota Makassar

2. Observasi

Kunjungan langsung ke tempat penelitian untuk melihat dan


merasakan langsung apa yang ada serta apa yang terjadi disana sehingga
nantinya peneliti lebih mudah memutuskan langkah apa yang sebaiknya
dilakukan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun


dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik. Seperti yang dijelaskan dokumen itu dapat berupa
literatur, tulisan, maupun dokumen yang dianggap relevan dengan penelitian
yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh
gambar atau foto-foto kondisi terkini Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia
Kota Makassar. Adapun dokumen yang diambil adalah sebagai berikut :
a. Peraturan Menteri Republik Indonesia
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa
c. Jurnal Nasional dan Internasional

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 41


d. Buku penunjang yang berkaitan dengan materi.
e. Website Resmi yang berkaitan dengan materi.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 42


DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Muhammad Ikramullah. 2018. Implementasi Model Of Fishery Port


Operation Policies (PPN) Untia Makassar City, South Sulawesi. Makassar :
Universitas Hasanuddin.

Lubis, Ernani. 2006. Buku 1 Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bagian Pelabuhan


Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang


Pelabuhan Perikanan.

Peraturan Menteri No. 16/MEN/2006 Bab VIII tentang Fasilitas Pelabuhan Perikanan.

PPN Palabuhanratu. 2008a. Data Statistik PPN Palabuhanratu Tahun 2007.


Sukabumi: PPN Palabuhanratu

PPN Palabuhanratu. 2009a. Data Statistik PPN Palabuhanratu Tahun 2008.


Sukabumi: PPN Palabuhanratu.

PPN Palabuhanratu. 2009b. Evaluasi dan Pemantapan Program Pembangunan


Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Pemantapan Program
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan
tahun 2009 (power point). Jakarta, 16 Maret 2009. Sukabumi: PPN
Palabuhanratu.

PPN Palabuhanratu. 2009c. Evaluasi dan Program Pembangunan Pelabuhan


Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Sukabumi: PPN Palabuhanratu.

Permen-KP No. 15 Thn 2014 tentang Pedoman Umum Monitoring, Evaluasi, dan
Pelaporan Minapolitan

Permen-KP No. 38 Thn 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Program


Investasi Jangka Menengah Kawasan Minapolitan

Permen-KP No. 18 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk


Pengembangan Kawasan Minapolitan

Rencana Induk Pelabuhan Nasional pasal 22 sampai dengan pasal 24 (PP. RI. No. 61
Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan)

SK Direktur Jenderal Perikanan No. KU.440/D5.1779/93 tentang Petunjuk Teknis


Pelaksanaan Imbalan Jasa Penggunaan Fasilitas, Jasa dan Barang

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 43


UU No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan

Yuliastuti, Reny. 2010. Kinerja Operasioanl Pelabuhan Perikanan Nusantara


Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 44


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan ...................................................................... 4

D. Batasan Pembahasan ......................................................................................... 4

E. Sistematika Pembahasan ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

A. Teori Pelabuhan Perikanan ............................................................................... 6

1. Definisi Pelabuhan ................................................................................. 6

2. Definisi Pelabuhan Perikanan ................................................................ 6

3. Klasifikasi dan jenis Pelabuhan Perikanan : ........................................ 11

4. Fungsi pelabuhan perikanan ................................................................ 12

5. Peranan Pelabuhan Perikanan .............................................................. 15

6. Imbalan Jasa Pemakaian Fasilitas ........................................................ 18

7. Pengembangan Pelabuhan Perikanan .................................................. 22

B. Teori Sarana dan Prasarana Pelabuhan Perikanan Nusantara ......................... 24

1. Fasilitas Pelabuhan .............................................................................. 24

2. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara ............................................ 26

C. Tinjauan Bangunan Sejenis ............................................................................ 30

1. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu ................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 39

A. Lokasi.............................................................................................................. 39

B. Metode Penelitian ........................................................................................... 40

C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................. 41

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 45


1. Wawancara........................................................................................... 41

2. Observasi ............................................................................................. 41

3. Dokumentasi ........................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 46


Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry
(inkuiri alamiah). Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu
penelitian, perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena.
Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada
secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil
observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen
terkait berupa tulisan ataupun gambar.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif


adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis . Menurut Saryono (2010), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan
kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur
atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Proses dan makna (perspektif
subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu
landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan
mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian
kualitatif.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Deskriptif yaitu untuk


mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial,
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang benyangkut dengan masalah
atau unit masalah yang diteliti (Sanapiah,1999). Tujuan penelitian kualitatif
deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, factual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumardi,1983).

Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan dan dianalisis ini meliputi data primer dan data
sekunder.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 47


Data Primer

Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan
spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu, kelompok fokus,
internet juga dapat menjadi sumber data primer jika koesioner disebarkan melalui
internet (Uma Sekaran, 2011)

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari
sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah catatan atau dokumentasi
perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media, situs Web, internet
dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011).

Teknik Pengumpulan Data

Pada bagian ini penulis mendapatkan data yang akurat dan otentik karena
melakukan dengan mengumpulkan sumber data baik primer maupun data sekunder,
yang disesuaikan dengan pendekatan penelitian. Teknik pengumpulan data primer
dan sekunder yang digunakan adalah

Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan-


keterangan lisan melalui dialog langsung antara peneliti dan informan. Wawancara
adalah pertemuan yang berlangsung yang direncanakan antara pewawacara
(interviewer) dan pihak terwawancara (interviewee) untuk memberikan atau
menerima informasi tertentu. Menenurut Moleong (1988) wawancara adalah
kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak
yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Adapun informan yang di maksud dalam
penelitian ini adalah :

Staff Dinas Sosial Pariwisata Kabupaten Gowa

Adapun hal-hal yang di wawancarai adalah sebagai berikut :

Terkait tentang perencanaan wisata alam di Kabupaten Gowa

Jumlah pengunjung wisatawan Kabupaten Gowa

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 48


Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mengumpulkan data memalui peninggalan tertulis


dengan cara membaca literatur, tulisan, maupun dokumen yang dianggap relevan
dengan penelitian yang sedang diteliti. Adapun dokumen yang diambil adalah
sebagai berikut :

Data peningkatan jumlah wisatawan Kabupaten Gowa lima tahun terakhir

Undang- Undang Republik Indonesia

Peraturan Menteri Republik Indonesia

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa

Jurnal Nasional dan Internasional

Buku penunjang yang berkaitan dengan materi.

Jenis dan Sumber data

Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini diambil dari data primer
dan data sekunder. Adapun data primer dan sekunder yaitu:

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama
yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas (Amiruddin, 2006:30).

Sumber data diperoleh dari lapangan secara langsung dengan


wawancara

kepada:

Andi Sri Yuliani, Lurah Bontobangun untuk meminta data Profil Kelurahan
Bitombang.

Bapak H. A. Awing, Tokoh Masyarakat Bitombang untuk meminta gambaran


tentang perilaku masyarakat Kampung Bitombang Selayar.

Maya, Masyarakat Bitombang untuk menanyakan keseharian Masyarakat


Kampung Bitombang Selayar.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 49


Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari buku-buku sebagai data
pelengkap sumber data primer. Sumber data sekunder penelitian ini adalah data-data
yang diperoleh dengan melakukan kajian pustaka seperti buku-buku ilmiah, hasil
penelitian dan sebagainya (Marzuki, 1983). Data sekunder mencakup dokumen-
dokumen, buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, dan seterusnya (Soekanto,
1986). Data Sekunder juga dapat diperoleh dari studi kepustakaan yang bersumber
dari literatur-literatur yang mencakup dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan
hasil penelitian, peraturan-peraturan daerah lainnya yang berkaitan dengan masalah
pembangunan perumahan dan pemukiman, terdiri dari:

Bahan Hukum Primer berupa: Peraturan mentri Pariwisata Republik Indonesia


Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi
Khusus Fisik Bidang Pariwisata, Peraturan Bupati Kepulauan Selayar Nomor 5 Tahun
2012-2032 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar,
Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar dan Standar
SNI 03- 1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan.

Bahan Hukum Sekunder berupa: Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan


yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu
menganalisis dan memahami bahan hukum primer, yaitu buku yang berhubungan
dengan pembangunan perumahan dan permukiman. Adapun buku yang menjadi
sumber data sekunder adalah buku buku tentang perencanaan penataan Kawasan
pemukiman, kampung dan Kota, lands and people dll.

Metode Pengumpulan Data

Pada bagian ini penulis mendapatkan data yang akurat dan otentik karena
dilakukan dengan mengumpulkan sumber data baik data primer dan sekunder, yang
disesuaikan dengan pendekatan penelitian. Teknik pengumpulan data primer dan
datasekunder yang digunakan adalah:

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 50


Wawancara Langsung

Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka, ketika seseorang
yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada responden
(Amiruddin, 2006:8). Wawancara langsung dalam pengumpulan fakta sosial sebagai
bahan kajian ilmu hukum empiris, dilakukan dengan cara tanya jawab secara
langsung dimana semua pertanyaan disusun secara sistematis, jelas dan terarah sesuai
dengan masalah yang terjadi di lapangan, yang diangkat dalam penelitian.
Wawancara langsung ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang benar dan
akurat dari sumber yang ditetapkan sebelumnya. Wawancara tersebut semua
keterangan yang diperoleh mengenai apa yang diinginkan dicatat atau direkam
dengan baik (Nasution, 2008:167-168). Wawancara dilakukan untuk memperoleh
keterangan secara lisan guna mencapai tujuan yaitu mendapatkan informasi yang
akurat dari narasumber yang berkompeten (Ashshofa, 2004:95). Adapun
pengelolahan data ditelusuri dan diperoleh melalui:

Wawancara langsung kepada:

Andi Sri Yuliani, Lurah Bontobangun

Bapak H. A. Awing seorang Tokoh Masyarakat Bitombang

Maya Seorang Masyarakat Bitombang

Observasi langsung di lokasi penelitian yaitu di Perkampungan Bitombang


Selayar. Penulis melihat langsung masalah yang terjadi di lapangan.

Studi Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berwujud sumber


data tertulis atau gambar. Sumber tertulis atau gambar berbentuk dokumen resmi,
buku, majalah, arsip, dokumen pribadi, dan foto yang terkait dengan permasalahan
penelitian (Sudarto, 2002:71). Dilakukan untuk memperoleh dan memahami konsep
dan teori serta ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kepulauan
Selayar. Yang disesuaikan berdasarkan Peraturan mentri Pariwisata Republik

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 51


Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata.

Metode Pengolahan Data

Pengolahan data harus sesuai dengan keabsahan data (Prastowo, 2012:236).


Cara kualitatif artinya menguraikan data dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,
logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan pemahaman dan
interpretasi data. Adapun tahapan-tahapan dalam menganalisis data yaitu:

Editing/edit

Editing adalah kegiatan yang dilakukan setelah menghimpun data di


lapangan. Proses ini menjadi penting karena kenyataannya bahwa data yang
terhimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti, ada di antaranya yang
kurang bahkan terlewatkan (Arikunto, 2002:187). Oleh karena itu, untuk
kelengkapan penelitian ini, maka proses editing ini sangat diperlukan dalam
mengurangi data yang tidak sesuai dengan tema penelitian ini, yaitu Penataan
Pemukiman Di Perkampungan Bitombang Selayar yang didasarkan pada Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar. dimana peraturan tersebut
menyebutkan perkampungan tersebut masuk dalam daftar perencanaan pengembangan
pariwisata.

Calssifying

Agar penulisan ini lebih sistematis, maka data hasil wawancara


diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu, yaitu berdasarkan pertanyaan dalam
rumusan masalah, sehingga data yang diperoleh benar-benar memuat informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan ini.

Verifikasi

Verifikasi data adalah mengecek kembali dari data-data yang sudah


terkumpul untuk mengetahui keabsahan datanya apakah benar-benar sudah valid dan
sesuai dengan yang diharapkan peneliti (Moloeng, 2002:104). Jadi tahap verifikasi
ini merupakan tahap pembuktian kebenaran data untuk menjamin validitas data yang

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 52


telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara mendengarkan dan
mencocokkan kembali hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya dalam
bentuk rekaman dengan tulisan dari hasil wawancara peneliti ketika wawancara,
Disamping itu, untuk sebagian data peneliti memverifikasinya dengan cara
trianggulasi, yaitu mencocokkan (cross-check) antara hasil wawancara dengan
subyek yang satu dengan pendapat subyek lainnya, sehingga dapat disimpulkan
secara proporsional.

Analisis data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data


kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja. Jadi dalam analisis data bertujuan untuk
mengorganisasikan data-data yang telah diperoleh. Setelah data dari lapangan
tekumpul dengan metode pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas, maka
penulis akan mengelola dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan
analisisis deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moloeng, 2010:248). Analisis data
kualitatif adalah suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan data-
data yang telah terkumpul, sehingga diperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Adapun data-data yang terkumpul
dianalisis sesuai kelompok-kelompoknya dan menghasilkan output lokasi dan data
kebutuhan sarana sebagai sarana pemukiman.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 53


Pelabuhan Boulogne-sur-Mer terletak di mulut Sungai Liane di wilayah Nord-
Pas-de-Calais utara Prancis hanya 45 kilometer selatan dari Folkestone, Inggris,
melintasi Selat Inggris dan sekitar 210 kilometer sebelah utara Paris. Pada 2005,
sekitar 45 ribu orang menyebut Port Boulogne-sur-Mer sebagai rumah.Pelabuhan
Boulogne-sur-Mer adalah pelabuhan perikanan utama Prancis, dan sekitar tujuh ribu
penduduk bergantung pada penangkapan ikan untuk mata pencaharian mereka.
Industri lokal termasuk pabrik pengawetan ikan, pengalengan, pengerjaan semen,
pengecoran, dan pembuat jaring ikan, tali, pensil, pena, dan kanvas. Ini juga penting

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 54


untuk lalu lintas penumpang dan mobil-feri melintasi Selat Inggris. Kota ini adalah
rumah bagi Lembaga Penelitian Perancis untuk Eksploitasi Laut dan Institut Pasteur

Pelabuhan Boulogne-sur-Mer selalu terbuka, dan memiliki posisi strategis


penting untuk perjalanan antara Inggris dan seluruh Eropa. Ini adalah persimpangan
penting untuk koneksi laut, kereta api, dan jalan raya di wilayah ini dan melintasi
benua.

Terletak di rute transportasi laut tersibuk di dunia di mana Selat Inggris bertemu
Laut Utara, Pelabuhan Boulogne-sur-Mer menawarkan layanan berkualitas tinggi
dan fasilitas modern untuk melayani semua jenis kebutuhan penanganan kargo.

Pelabuhan Boulogne-sur-Mer adalah salah satu pusat terpenting di Eropa untuk


memproses, mendistribusikan, dan memasarkan produk makanan laut. Lebih dari
380 ribu ton ikan dan kerang bergerak melalui pelabuhan setiap tahun.

Quai de l'Europe di Pelabuhan Boulogne-sur-Mer berjarak 800 meter dan


dilengkapi dengan peralatan yang sangat efisien untuk memindahkan kargo. Ini dapat
menampung kapal hingga 230 meter dengan draft 10,4 meter. Dok barat dermaga
berisi 65 ribu meter persegi area penyimpanan tertutup.

Pada 2007, Pelabuhan Boulogne-sur-Mer menangani lebih dari 712 ribu ton
kargo yang didominasi oleh 315,2 ribu ton bubur kertas, 55 ribu ton hidrokarbon, 82
ribu ton klinker, dan 89,7 ribu ton mineral lainnya.

Saat ini, Pelabuhan Boulogne-sur-Mer sedang mengerjakan fasilitas baru yang


akan mengakomodasi kapal berkecepatan tinggi dan konvensional. Port sedang
membangun terminal roll-on / roll-off baru, dan tautan pertama akan dibuka pada
tahun 2009.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 55


Marina Port Boulogne-sur-Mer, di pusat kota, tidak jauh dari pertokoan,
restoran, dan pub. Dengan 470 titik tambatan di tiga pelabuhan, marina dapat
menampung kapal layar hingga 25 meter.

Pelabuhan perikanan Boulogne-sur-Mer menempati posisi strategis yang kritis


antara armada perikanan dan pasar konsumen secara internasional. Dengan armada
beragam dekat 150 kapal penangkap ikan, itu adalah pelabuhan nelayan tersibuk di
Prancis. Setiap hari, lebih dari 70 spesies ikan habis dan dijual di lelang ikan di
Pelabuhan Boulogne-sur-Mer. Pelabuhan ini menjadi basis untuk berbagai kegiatan
pendukung sektor perikanan yang mencakup pemrosesan tangkapan, pemasaran dan
distribusi produk makanan laut, dan berpartisipasi dalam upaya penelitian dan
pengembangan maritim internasional

NOAA Perikanan bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya laut bangsa
dan habitatnya. Kami menyediakan layanan penting bagi negara: perikanan yang
produktif dan berkelanjutan, sumber makanan laut yang aman, pemulihan dan
konservasi sumber daya yang dilindungi, dan ekosistem yang sehat — semuanya
didukung oleh ilmu pengetahuan yang baik dan pendekatan manajemen berbasis
ekosistem.

Perikanan A.S. adalah salah satu yang terbesar dan paling berkelanjutan di
dunia. Makanan laut yang dipanen dari perikanan yang dikelola secara federal A.S.
secara inheren berkelanjutan sebagai hasil dari proses pengelolaan perikanan A.S.
Menggunakan Magnuson-Stevens Act sebagai panduan, NOAA Fisheries bekerja
dalam kemitraan dengan Dewan Manajemen Perikanan Regional untuk menilai dan
memprediksi status stok ikan, menetapkan batas tangkapan, memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perikanan, dan mengurangi bycatch.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 56


Ketahanan ekosistem laut dan komunitas pesisir kita bergantung pada spesies
laut yang sehat, termasuk spesies yang dilindungi seperti paus, penyu, karang, dan
salmon. Di bawah Undang-Undang Perlindungan Mamalia Laut dan Undang-Undang
Spesies Terancam Punah, Perikanan NOAA bekerja untuk memulihkan spesies laut
yang dilindungi sambil memberikan peluang ekonomi dan rekreasi.

Perikanan NOAA, juga dikenal sebagai Layanan Perikanan Laut Nasional,


adalah kantor Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional di dalam Departemen
Perdagangan. Kami memiliki lima kantor regional, enam pusat sains, dan lebih dari
20 laboratorium di seluruh wilayah Amerika Serikat dan A.S., dan kami bekerja
dengan mitra di seluruh negara

Kota Boston telah menjadi pelabuhan penting sejak didirikan pada 1630. Selama
masa kolonial, ekonomi kota didasarkan pada perikanan, pembuatan kapal, dan
perdagangan masuk dan keluar dari Pelabuhan Boston. Sementara bisnis yang terkait
dengan perikanan dikerdilkan oleh beberapa bisnis lain, Boston masih memainkan
peran kunci dalam perdagangan ikan New England.

Merayakan Memancing

Boston menyelenggarakan sejumlah acara, yang merayakan koneksi kota dengan


laut. Blessing of the Armet tahunan diadakan di Marina Boston dan Galangan Kapal.
Dalam beberapa tahun terakhir, Dermaga Ikan Boston telah menjadi tuan rumah
Festival Seafood Boston tahunan. Festival ini disponsori oleh Boston Fisheries
Foundation dan menyoroti makanan laut yang berkelanjutan dengan memasukkan
campuran demonstrasi persiapan makanan dan hidangan kuliner. Pesta Nelayan
diadakan setiap tahun di Boston North End. Kota ini menyelenggarakan Harborfest
tahunan sebagai bagian dari perayaan Fourth of July kota, yang merayakan peran
kota dalam sejarah Amerika sebagai pelabuhan maritim, dan termasuk Boston

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 57


Chowderfest. The Seafood Expo Amerika Utara (sebelumnya International Boston
Seafood Show) adalah pameran dagang makanan laut terbesar di Amerika Utara.

Perikanan Rekreasi

Sejumlah piagam rekreasi memancing beroperasi di Boston. Flying Fish


Charters adalah salah satu perusahaan charter yang menjalankan perjalanan
memancing di dan sekitar Boston. Nelayan rekreasi dapat membeli umpan,
memancing, dan mengisi bahan bakar di Eric's Bait and Tackle di Boston Harbor
Shipyard and Marina. Kepulauan Pelabuhan Boston adalah tempat memancing yang
populer, dan merupakan salah satu dari sedikit tempat di Boston yang menawarkan
kegiatan olahraga sepanjang tahun.

Perikanan Komersial

Dermaga Ikan Boston, yang dibuka pada 1912, merupakan titik fokus di Boston
untuk pendaratan ikan. Beberapa grosir besar, pengecer dan pengolah di Boston
termasuk: Perusahaan Pemroses Ikan Saluran, Stavis Seafoods, PierFish, Red's Best,
John Nagle Company, Quarterdeck Seafoods, Boston Sword and Tuna, FJ Ohara &
Sons, Pangea Shellfish Company, Yankee Lobster Company , Ikan Foley dan
Makanan Laut Pantai Atlantik.

Pada 2013, kapal penangkap ikan komersial yang menyebut rumah Boston
mendarat 20 juta pon ikan. Boston menempati peringkat ke-42 di negara ini dalam
pendaratan ikan.

Spesies teratas yang dipanen di pelabuhan: Monkfish, Lobster, Scallop, Dogfish,


Skate, Mackerel, Butterfish, Summer Flounder, Scup, Black sea bass, Whiting,
Bluefish, Herring

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 58


Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.08/MEN/2012). Pelabuhan perikanan diklasifikasikan dalam 4 (empat)
kelas / tipe, yaitu:

a. Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan


Perikanan Samudera (PPS);
b. Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN);
c. Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP);
d. Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI).

Kriteria teknis PPS terdiri dari: 1. Mampu melayani kapal perikanan yang
melakukan kegiatan perikanan di perairan Indonesia, Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas; 2. Memiliki fasilitas tambat labuh
untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; 3. Panjang
dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-
kurangnya minus 3 m; 4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-
kurangnya 100 unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT;
dan 5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 20 ha.
Kriteria operasional PPS terdiri dari: 1. Ikan yang didaratkan sebagian untuk
tujuan ekspor; 2. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan ratarata 50 ton per hari; dan 3. Terdapat industri pengolahan ikan
dan industri penunjang lainnya. Kriteria teknis PPN terdiri dari: 1. Mampu

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 59


melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan
Indonesia dan ZEEI; 2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 30 GT; 3. Panjang dermaga sekurang-
kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m;
4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT; dan 5. Memanfaatkan
dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 10 ha. Kriteria operasional PPN
terdiri dari: 1. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan ratarata 30 ton per hari; dan 2. Terdapat industri pengolahan ikan
dan industri penunjang lainnya. Kriteria teknis PPP terdiri dari: 1. Mampu
melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan
Indonesia; 2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; 3. Panjang dermaga sekurang-
kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m;
4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 30 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT; dan 5. Memanfaatkan dan
mengelola lahan sekurang-kurangnya 5 ha. Kriteria operasional PPP terdiri
dari: 1. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan
rata-rata 5 ton per hari; dan 2. Terdapat industri pengolahan ikan dan industri
penunjang lainnya. Tempat Pelelangan Ikan (TPI), adalah pasar yang
biasanya terletak di dalam Pelabuhan Perikanan (PP) atau Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI), dan di tempat tersebut terjadi transaksi penjualan ikan
/hasil laut, baik secara lelang maupun tidak (tidak termasuk TPI yang
menjual/melelang ikan di darat).

Fungsi pelabuhan perikanan diantaranya :

1. Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan


2. Pelayanan bongkar muat
3. Pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan
4. Pemasaran dan distribusi ikan
5. Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan
6. Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 60


nelayan
7. Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan
8. Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan
9. Pelaksanaan kesyahbandaran
10. Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan
11. Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal
12. Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan
13. Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari
14. Pengendalian lingkungan

Klasifikasi dan kriteria pelabuhan perikanan dibagi menjadi 4 golongan


yaitu PPS, PPN, PPP dan PPI. Masing-masing dibedakan menurut wilayah
operasional, fasilitas tambat labuh, panjang dermaga, luas lahan,
kedalaman kolam, kapasitas menampung kapal perikanan, jumlha produksi
rata-rata hingga industri penunjang.

Fokus kebijakan pembangunan/pengembangan pelabuhan perikanan


berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 45 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional,
diantaranya :

1. Pembangunan pelabuhan perikanan untuk memenuhi pelayanan


masyarakat dalam rangka penguatan ketahanan pangan, pengentasan
kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan nelayan
2. Pembangunan pelabuhan perikanan pada lingkar luar wilayah kepulauan
Indonesia (Outer Ring Fishing Port) dan daerah perbatasan
3. Konektivitas/jejaring antar pelabuhan perikanan guna menjamin
ketersediaan pasokan ikan
4. Peningkatan daya saing produk hasil perikanan agar dapat menyediakan
kualitas hasil perikanan yang memenuhi standar mutu
5. Mendukung terwujudnya pengelolaan sumberdaya ikan yang
berkelanjutan
6. peningkatan kerjasama lintas sektor dan swasta dalam pembangunan
pelabuhan perikanan

1. Penyelenggaraan pelelangan ikan


2. Penyaluran BBM (Solar, minyak tanah, dan oli)
3. Pabrik (penyaluran) es
4. Logistik melaut
5. Bengkel (penyempurnaan)
6. Docking (slipway)
7. Pengolahan ikan
8. Simpan pinjam
9. Cold storage
10. Penampungan Ikan (Chilling room)
11. Pemasar/bakul ikan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 61


12. Penjualan ikan (insulated truck)
13. Pasok air bersih + instalasi
14. Penjualan alat tangkap
15. Penjualan suku cadang
16. Showcase
17. Armada/kapal penangkap ikan 30 GT
18. Penyempurnaan lantai & pagar TPI
19. Pembinaan SDM/pengelolaan

Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan


kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. (Arsyad, 2004).

Industri merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem
perekonomian atau sistem mata pencahariannya dan merupakan suatu usaha dari
manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya
lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia (Hendro dalam Sutanta,
2010).

Biro Pusat Statistik (dalam, Direktori Industri Besar dan Sedang Provinsi Lampung,
2013), mengklasifikasikan industri berdasarkan pada jumlah tenaga kerja yang
digunakan, yaitu:
a. Industri besar, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 100 orang atau lebih.

b. Industri sedang, yaitu industri yangg menggunakan tenaga kerja 20-99 orang.

c. Industri kecil, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 5-19 orang.

d. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 1-4
orang.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 62


Wigjosoebroto dalam Sutanta (2010) mengklasifikasikan jenis-jenis industri berdasarkan
pada aktifitas-aktifitas umum yang dilaksanakan, sebagai berikut:
a. Industri penghasil bahan baku (the primary row-material industri), yaitu industri yang
aktifitas produksinya mengolah sumber daya alam guna menghasilkan bahan baku
maupun bahan tambahan lainnya yang dibutuhkan oleh industri penghasil produk atau
jasa. Industri tipe ini umum dikenal sebagai “ekstrative/ primary industry”. Contoh:
industri perminyakan, industri pengolah bijih besi, dan lain-lain.

b. Industri manufaktur (the manufacturing industries), adalah industri yang memproses


bahan baku guna dijadikan bermacam-macam bentuk/model produk, baik yang berupa
produk setengah jadi (semi manufactured) ataupun yang sudah berupa produk jadi
(finished goods product). Disini akan terwujud suatu transformasi proses baik secara
fisik ataupun kimiawi terhadap input material dan akan memberi nilai tambah yang lebih
tinggi terhadap material tersebut. Contoh: industri permesinan, industri mobil, industri
tekstil, dan lain-lainnya.

c. Industri penyalur (distribusution industries), adalah industri yang memiliki fungsi


untuk melaksanakan proses distribusi baik untuk row material maupun finished goods
product. Row materials maupun finished goods product (manufactured goods) akan
didistribusikan dari produsen ke produsen yang lain dan dari produsen ke konsumen.
Operasi kegiatan ini meliputi aktifitas-aktivitas buying dan selling, storing, sorting,
grading, packaging, dan moving goods (transportasi).

d. Industri pelayanan/jasa (service industries), adalah industri yang bergerak dibidang


pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktivitas industri yang lain
maupun langsung memberikan pelayanan/jasa kepada konsumen. Contoh : bank, jasa
angkutan, rumah sakit, dan lain-lainnya.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA UNTIA KOTA MAKASSAR 63

Anda mungkin juga menyukai