Pendahuluan
A. Latar belakang
Masalah utama sebagai penyebab kematian bayi dan balita terdapat pada
saat neonatal. Enam puluh persen kematian bayi terjadi pada saat neonatal
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat
Statistik, Kementerian Kesehatan, 2013). Masalah neonatal sebagai penyebab
utama kematian bayi adalah asfiksia, berat badan lahir rendah dan infeksi
neonatal (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011).
Bayi yang menderita asfiksia dan tidak asfiksia dapat dilihat dari apgar
score yang terdapat pada kartu ibu hamil. Asfiksia pada bayi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ibu (umur ibu, paritas dan
anemia) dan berat bayi lahir (Herianto dkk, 2012). Asfiksia yang terjadi pada
bayi atau asfiksia perinatal dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan
yang berisiko terhadap kematian bayi. Beberapa gangguan kesehatan akibat
asfiksia adalah hipoksemia, hiperkarbia, penurunan perfusi, asidosis dan
hipoglikemia yang menimbulkan kerusakan pada seluruh sistem tubuh
bayi(Green dan Wilkinson, 2012).
Asfiksia menyebabkan bayi akan mengalami penurunan denyut jantung
secara cepat, tubuh menjadi biru atau pucat dan refleks-refleks melemah
sampai menghilang (Depkes RI, 2000).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud asfiksia ?
2. Bagaimana pembagian serta tanda dan gejala asfiksia pada bayi baru
lahir?
3. Bagaimana tabel APGAR score untuk penilaian bayi baru lahir?
4. Apa saja penyebab kegagalan pernapasan?
5. Bagaimana pathofisiologi asfiksia?
1
6. Bagaimana asuhan keperawatan untuk neonatus asfiksia?
C. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud asfiksia !
2. Menjelaskan pembagian serta tanda dan gejala asfiksia pada bayi baru
lahir!
3. memperlihatkan tabel APGAR score untuk penilaian bayi baru lahir!
4. menyebutkan penyebab kegagalan pernapasan!
5. menjelaskan pathofisiologi asfiksia!
6. menjelaskan asuhan keperawatan untuk neonatus asfiksia!
2
Bab 11
Pembahasan
3
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut :
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit.
b. Usaha nafas lambat
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
e. Bayi tampak sianosis
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan
3. Vigorous baby atau bayi sehat (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut:
a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali permenit
b. bayi tampak sianosis
c. adanya retraksi sela iga
d. bayi merintih (grunting)
e. adanya pernapasan cuping hidung
f. bayi kurang aktifitas
g. dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales dan
wheezing positif.
c. Untuk menentukan tingkat atau derajat yang dialami bayi, apakah ringan,
sedang, atau asfiksia berat adalah dengan cara:
Tanda Score
0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100/menit >100/menit
Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
4
Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat
/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemeraha, ektremitas Seluruh tubuh
biru kemerahan
5
apabila ibu hipoksia, maka janin juga akan mengalami hipoksia
yang dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi lain
b. plasenta
pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, misalnya solusi plasenta, pendarahan plasenta, dan
lain-lain
c. fetus
kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluhan darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin.
d. Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal berikut.
- Pemakaian anastesi yang berlebihan pada ibu
- Trauma yang terjadi selama persalinan
- Kelainan konggenital pada bayi
e. Patofisiologi Asfiksia
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilikal dapat terjadi
pada saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian
yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat, yaitu:
1. Awalnya hanya ada sedikit napas.
Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi
bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini
akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnea
primer.
2. Setelah waktu yang singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi
klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai- usaha bernapas
otomatis dimulai.
Hal tersebut akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika
paru tidak mengembang secara bertahap terjadi penurunan kekuatan
6
dan frekuensi pernapasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode
apnea terminal. Kecuali dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan
dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi.
3. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun
dibawah 100 kali /menit, yang dikenal secara internasional sebagai
titik aksi resusitasi.
- Jika DJJ normal dan ada mekonium (kotoran atau feses bayi
ketika dalam rahim), janin mulai asfiksia.
- Jika DJJ lebih dari160 kali per menit dan ada mekonium, janin
dalam keadaan asfiksia sedang.
- Jika DJJkurang dari 100 kali per menit dan ada mekonium, janin
dalam keadaan gawat.
4. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan
pelepasan katekolamin dan zat kimia stress lainnya
Walaupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan
frekuensi jantung mengalami penurunan tajam selama apnea terminal.
Volume sekuncup pada neonatus tetap dan curah jantung ditentukan
hampir sepenuhnya oleh frekuensi jantung.
5. Terjadi penurunan PH yang hampir linier sejak awitan asfiksia.
7
Hal ini disebabkan oleh penumpukan asam laktat dan asam lainnya
yang diproduksi oleh glikolisis anaerob pada jaringan yang mengalami
hipoksia.
Setelah resusitasi efektor dilakukan, jika hipoksia dan asidosis tidak terlalu
berat, biasanya terjadi peningkatan frekuensi jantung yang cepat dan
perbaikan asidosis metabolik secara bertahap.
8
Pathway
Asfiksia
Family centered
care Apneu Paru terisi cairan
Mengganggu
pertukaran O2 dan
Pola napas tidak Kerusakan otak Bersihan jalan napas
CO2 pada alveolus
efektif
berduka
B. Asuhan Keperawatan nenatal asfiksia
1. Pengkajian
- Data subyektif :Biodata (nama, tanggal lahir, anak keberapa, riwayat
persalinan, riwayat kesehatan ibu)
- Data obyektif dengan mengecek kondisi bayi bayu lahir sesuai dengan
down score : frekuensi jantung, usaha bernafas, tonus otot, reflek,
warna kulit biru pucat atau normal
2. Diagnosa keperawatan
Nanda NOC NIC
00032.Ketidak 0403. status pernafasan : ventilasi 3390.bantuan ventilasi
Efektifan Pola Nafas Definisi : keluar masuknya udara Definisi: peningkatan suatu pola
Faktor yang dari dan kedalam paru. pernafasan spontan optimal yang
Berhubungan Imaturitas indikator memaksimalkan pertukaran oksigen
neurologis - frekuensi pernafasan dari dan karbondioksida dalam paru-
skala 4 ditingkatkan menjadi paru
skala 1 Aktivitas-aktivitasnya:
- irama penafasan dari skala 4 - Inisiasi upaya resusitasi, dengan
ditingkatkan menjadi skala 1 tepat
- Penggunaan otot bantu nafas - Monitor pernafasan dan status
dari skala 3 ditingkatkan oksigenasi (berikan oksigenasi
menjadi skala 3 21%)
- Monitor kelelahan otot
pernafasan dan penggunaan otot
bantu napas
- Auskultasi suara nafas, catat
area,area penurunan atau tidak
adanya ventilasi, dan adanya
suara tambahan
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
10
3230.fisioterapi dada
Definisi: membantu pasien untuk
mengeluarkan sekresi di jalan
nafasdengan cara perkusi, vibrasi,
dan pengaliran postural
Aktivitas-aktivitasnya:
- Dekatkan alat-alat yang
diperlukan (misalnya: alat
penyedotan, tempat dahak dan
tissue)
- Monitor status respirasi dan
kardiologi (misalnya: denyut
dan irama nadi, suara dan
kedalaman nafas)
- Lakukan suchon
- Monitor kemampuan pasien
sebelum dan setelah prosedur
(contoh: oksimetri nadi, tanda
vital, dan tingkat kenyamanan
pasien)
11
- frekuensi pernafasan dari - Identifikasi kebutuhan
skala 4 ditingkatkan menjadi aktual/potensi pasien untuk
skala 1 memasukan alat membuka jalan
- irama pernafasan dari skala 4 nafas
ditingkatkan menjadi skala 1 - Auskultasi suara nafas, catat
- suara alkustasi dari skala 3 area yang ventilasinya menurun
ditingkatkan menjadi skala 1 atau tidak ada dan adanya suara
- kepatenan jalan nafas dari tambahan
skala 4 ditingkatkan menjadi - Lakukan penyedotan melalui
skala 1 eudotrakea atau nasotrakea,
- sturasi oksigen dari skala 4 sebagaimana mestinya
ditingkat menjadi skala 2 – - Kelola pemberian bronkodilator,
penggunaan otot bantu nafas sebagaimana mestinya
dari skala 3 ditingkatkan - Monitor status pernafasan dan
menjadi skala 2 oksigenasi sebagaimana
- sianosis dari skala 4 mestinya.
ditingkatkan menjadi skala 1
12
4 menjadi skala 1 lendir pada mulut atau trakhea
- denyut nadi radial dari skala 4 - Auskultasi suara nafas sebelum
ditingkatkan menjadi skala 1 dan setelah tindakan pengisapan
- tingkat pernafasan dari skala 4 lendir
ditingkatkan menjadi skala 1 - Aspirasi nasopharynx dengan
- irama pernafasan dari skala 4 kanul suktion sesuai dengan
ditingkatkan menjadi skala 1 kebutuhan
- Tekanan darah sistolik dari - Berikan sedatif, sebagaimana
skala 4 ditingkatkan menjadi mestinya
skala 1 - Masukkan nashopharyngeal
- tekanan darah diastolik dari airway untuk melakukan
skala 4 ditingkatkan menjadi 1 pengisapan lendir pada
- tekanan nadi dari skala 4 nasotracheal sesuai kebutuhan
ditingkatkan menjadi skala 1 - Gunakan alat steril setiap
- kedalam inspirasi dari skala 4 tindakan suktion trakea
ditingkatkan skala 1 - Pilih kanul suksion yang
diameternya separuh dari
diameter pipa, pipa tracheostomi
atau jalan nafas pasien
- Berdasarkan durasi setiap
siksion trakhea buang secret
- Lakukan suksion orofaring
setelah menyelesaikan suksion
trachea
- Monitor dan catat warna, jumlah
dan konsistensi secret
13
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1. Menurut WHO, asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir (Depkes RI,2008:6).
2. Pembagian asfiksia dibagi menjadi 3 yaitu asfiksia ringan (dengan score
APGAR 7-10), asfiksia sedang (dengan score APGAR 4-6), dan asfiksia
berat (dengan score APGAR 0-3). Derajat APGAR score ditentukan
dengan 5 komponen penghitungan untuk mengecek status kesehatan bayi
baru lahir yaitu Frekuensi jantung, Usaha bernapas, Tonus otot, Reflek ,
Warna kulit.
3. penyebab kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir adalah Gangguan
sirkulasi dari ibu ke janin dan Faktor dari ibu selama kehamilan .
4. saran
Agar dapat menentukan derajat kesehatan bayi baru lahir maka penting
untuk mengetahui cara menghitung derajat APGAR score, serta penting untuk
mengetahui gejala asfiksia dan cara penangannya dengan baik dan benar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia.2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Salemba Medika. Jakarta.
Raby, Margaret, David Drew, dan Philip Jevon.2006. Resusitasi Bayi Baru
Lahir. EGC.Jakarta.
Prabamurti, Priyadi Nugraha dan Cahya Tri Purnami, Lakmono Widagdo, Sigit
Setyono. Januari 2008. Analisis Faktor Risikostatus Kematian Neonatal.
Jurnal promosi kesehatan indonesia, vol 3. FKM Undip.
Rini, Dwi Setyo dan Nunik Puspitasari. 1 Juli 2014. Hubungan Status Kesehatan
Neonatal Dengan Kematian Bayi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
download.portalgaruda.org/article.php?article=306714&val=1099&title=
Hubur
Prof. dr. I.B.G. Manuaba, Sp.OG(K), dr. I.A. Chandranita Manuaba, Sp. OG, dr.
I.B.G. Fajar Manuaba, Sp.OG. 2007. Pengantar Kuliah Obsetri. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta.
15