Anda di halaman 1dari 14

A.

Laporan Pendahuluan Tonsilitis


1. Definisi
Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut
amandel) yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50%
kasus tonsilitis adalah karana infeksi.
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang
faring yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil
berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan
cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan
tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut
merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik
merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong,
1997).
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat
ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ
sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil
sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah,1997 ).
Tonsilitis Kronik terjadi karena proses radang berulang, maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan
jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus, proses ini meluas hingga meluas menembus kapsul dan akhirnya
timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Jadi, tonsil
meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu/kekuningan pada
permukaan dan berkumpul membentuk membran.

2. Anatomi Fisiologi
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel
respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang
membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil
faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).

(Sumber : www.academia.edu/6520101/Anatomi_dan_Fisiologi_tonsil)

a. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang
terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi
oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot
palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke
dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa
supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
a) Lateral – muskulus konstriktor faring superior
b) Anterior – muskulus palatoglosus
c) Posterior – muskulus palatofaringeus
d) Superior – palatum mole
e) Inferior – tonsil lingual (Wanri A, 2007)
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang
juga melapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus
terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus.
Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan
jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting
mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang
jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya
memperlihatkan pusat germinal (Anggraini D, 2001).
b. Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari
jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus
atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah
dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini
tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah,
dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di
nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior,
walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak.
Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia
3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi (Hermani B, 2004).
c. Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua
oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior
massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang
terbentuk oleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007).

3. Etiologi
Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus group A, misalnya: Pneumococcus,
staphylococcus, Haemalphilus influenza, sterptoccoccus non hemoliticus
atau streptoccus viridens. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus.
Antara lain streptococcus B hemoliticus grup A, streptococcus,
Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus influenza serta herpes.
Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan
oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis. (Adam,1999; Iskandar,1993; Firman,2006)

4. Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau
mulut,amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang
berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi
ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari
virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel
menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.
Infeksi tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim
pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini
adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses
(abses peritonsiler).Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil
menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C).abses
secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah
tenggorokan.
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah,
pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti
makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran
menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening melemah didalam
daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh
sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih
membuat pasien mengeluh sukar menelan. (Edward,2001
Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )
5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
a) Nyeri tenggorok & Nyeri telan
b) Sulit menelan
c) Demam, Mual
d) Anoreksia
e) Kelenjar limfa leher membengkak
f) Faring hiperemis
g) Edema faring
h) Pembesaran tonsil & Tonsil hiperemia
i) Mulut berbau & Otalgia (sakit di telinga)
j) Malaise

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat
diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
a) Leukosit : terjadi peningkatan
b) Hemoglobin : terjadi penurunan
c) Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a) Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut )
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan
dalam bentuk suntikan.
b) Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
 Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
 Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 2 tahun.
 Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 3 tahun.
 Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan tonsillitis adalah :
a) Penatalaksanaan tonsillitis akut
 Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan
diberikan eritromisin atau klidomisin.
 Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
 Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kali negatif
 Pemberian antipiretik
b) Penatalaksanaan tonsillitis kronik
 Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
 2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.

8. Pencegahan
a) Selalu jaga kondisi badan dengan pola makan sehat , konsumsi
multivitamin, istirahat yang cukup serta olahraga teratur dan tidak
merokok.
b) Menjaga kebersihan mulut seperti sikat gigi teratur 2x sehari
c) Menghindari resiko penularan infeksi saluran nafas atas dari atau
norang-orang sekitar kita.
d) Mengurangi atau menghindari makanan atau minuman yang bersifat
iritatif terhadap saluran makan atau nafas atas.
e) Perbanyak minum air putih
9. Pengobatan
Pada kebanyakan orang, infeksi yang disebabkan oleh virus hanya
perlu diobati dengan parasetamol untuk menurunkan demam. Pereda
nyeri juga mungkin berguna untuk mengurangi rasa sakit .
Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri mungkin perlu diobati
dengan antibiotik (misalnya penisilin atau eritromisin, jika alergi
terhadap penisilin). Jika anak Anda mendapatkan antibiotik, penting
sekali untuk meminum obat sampai tuntas agar bakteri benar-
benar musnah dan tidak menjadi resisten obat.
Bedah untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu pernah
menjadi tindakan umum untuk mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila
tonsilitis sering berulang atau kronis, tidak merespon pengobatan atau
menyebabkan komplikasi serius. Pengangkatan amandel tidak berefek
buruk terhadap daya kekebalan tubuh secara keseluruhan. Namun
demikian, operasi ini kini relatif lebih jarang dilakukan dibandingkan dulu

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani
dengan baik adalah :
a) Tonsilitis kronis
b) Otitis medis
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An. Z
Umur : 11 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Anak Kandung
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Muna
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Alamat : Desa Mabolu
b. Identitas Penanggung.
Nama : Tn. T
Umur : 30 Thn
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Sudah nikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Muna
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Hub. Dengan Klien : Ayah Pasien
Alamat : Desa Mabolu
c. Data Demografi
Pada pasien ini di derita dimana saja, tidak berpengaruh pada
tempat berdomosili wilayah tertentu.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.
e. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
 Riwayat kelahiran
 Riwayat imunisasi
 Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis
media )
 Riwayat hospitalisasi
f. Pemerikasaan
a) Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
b) Pernapasan
- Kesulitan bernafas, batuk
- Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
o T0 : bila sudah dioperasi
o T1 : ukuran yang normal ada
o T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
o T3 : pembesaran mencapai garis tengah
o T4 : pembesaran melewati garis tengah
c) Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak
makan dan minum, turgor kurang.
d) Aktivitas / istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise.
e) Keamanan / Kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut
adalah :
a) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan
tonsil
b) Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
c) Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya anoreksia
d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Rencana Keperawatan

Tujuan Perencanaan
Intervensi Rasional
Tupan: Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu tubuh anak 1. Menentukan intervensi selanjutnya.
keperawatan selama 3 hari ( derajat dan pola ),
hipertermi teratasi. perhatikan menggigil atau 2. Suhu lingkungan mempengaruhi suhu
Tupen : Setelah dilakukan tindakan tidak. tubuh.
keperawatan selama 1 hari 2. Pantau suhu lingkungan. 3. Agar badan klien terasa hangat.
hipertermi berangsur – angsur 4. Kompres hangat akan meringankan demam
teratasi. yang terjadi dan sebagai kompensasi tubuh.
Dengan criteria hasil : 3. Batasi penggunaan linen, 5. Cairan menurunkan resiko deficit cairan.
- Suhu badan turun. pakaian yang dikenakan 6. Anti pireutik dapat meringankan rasa sakit
klien. yang ada.
4. Berikan kompres hangat.

5. Berikan cairan yang


banyak ( 1500 – 2000
cc/hari ).
2. Kolaborasi pemberian
antipiretik.
Tupan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji Tanda-tanda Vital. 1. Menentukan intervensi selanjutnya.
keperawatan selama 7 hari Gangguan 2. Untuk menentukan nyeri klien.
pola tidurteratasi. 2. Pantau nyeri klien(skala, P : Nyeri Q : Hilang timbul
Tupen :Setelah dilakukan tindakan intensitas, kedalaman, R : Faring S : 2 (0 – 5 ).
keperawatan selama 3 hari Gangguan frekuensi). T : Saat makan dan minum atau saat menelan.
pola tidur berangsu – angsur teratasi. 3. Posisi yang baik dapat memberikan rasa
Dengan kriteria hasil : nyaman.
- Pola tidur teratur 4. Dengan relaksasi dapat meringankan rasa
3. Berikan posisi yang nyeri.
nyaman.
4. Berikan tehnik relaksasi
dengan tarik nafas panjang
melalui hidung dan
mengeluarkannya pelan –
pelan melalui mulut.
Tupan :Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB tiap hari. 1. Pengukuran BB untuk menilai
keperawatan selama 4 hari Nutrisi perkembagna dan terpenuhinya kebutuhan.
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan 2. Makanan yang hangat membuat pembuluh
tubuh. 2. Berikan makanan dalam darah melebar.
Tupen :Setelah dilakukan tindakan keadaan hangat. 3. Makanan yang menarik bentuknya akan
keperawatan selama 2 hari menambah selera amakan klien.
kebutuhan nutrisi tubuh berangsur – 3. Berikan makanan dalam 4. Lingkungan yang bersih memberi rasa
angsur teratasi. Dengan criteria hasil porsi sedikit tapi sering nyaman dan meningkatkan. keinginan
: sajikan makanan dalam makan.
- Nafsu makan meningkat bentuk yang menarik. 5. Vitamin dapat meningkatkan daya tahan
- Kebutuhan tubuh terpenuhi. 4. Tingkatkan kenyamanan tubuh.
lingkungan saat makan.

5. Kolaborasi pemberian
vitamin penambah nafsu
makan.
Tupan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat toleransi 1. Untuk melakukan intervensi selanjutnya.
keperawatan selama 7 hari aktivitas klien. 2. Kelelahan dapat mengakibatkan tingkat
intoleransi teratasi. 2. Observasi adanya kelelahan aktivitas terbatas.
Tupen :Setelah dilakukan tindakan dalam melakukan aktifitas. 3. Pemantauan TTV untuk mengukur sejauh
keperawatan selama 3 hari mana perkembangan kesehatan.
intoleransi aktivitas berangsu – 3. Monitor Tanda-tanda Vital 4. Lingkungan yang tenang dapat merilekskan
angsur teratasi. Dengan kriteria hasil sebelum, selama dan tubuh.
: sesudah melakukan 5. Melakukan aktivitas dapat meningkatkan
Klien beraktivitas dapat beraktivitas aktifitas. ketahanan dalam melakukan kegiatan.
sesuai tingkat toleransinya. 4. Berikan lingkungan yang
tenang.
5. Tingkatkan aktifitas sesuai
toleransi klien
Tupan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang gangguan 1. Untuk menentukan tingkat keparahan
keperawatan selama 7 hari gangguan pendengaran yang dialami pendengaran.
persepsi sensori teratasi. klien. 2. Irigasi dapat meningkatkan pengeluaran
Tupen :Setelah dilakukan tindakan 2. Lakukan irigasi telinga. kotorang (serumen).
keperawatan selama 3 hari gangguan 3. Untuk melatih pendengaran.
persepsi sensori aktivitas berangsu – 4. Agar komunikasi dapat berjalan.
angsur teratasi. Dengan kriteria hasil 3. Berbicaralah dengan jelas
: dan pelan.
Klien dapat mendengar dengan 4. Gunakan papan tulis / 5. Obat tetets telinga dapat menyembuhkan
normal. kertas untuk berkomunikasi obstruksi dan membersihkan serumen.
jika terdapat kesulitan
dalam berkomunikasi
5. Kolaborasi pemberian tetes
telinga
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik


Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta


: EGC

Anda mungkin juga menyukai