Oleh :
KELOMPOK 4 | KELAS A
Kelas :A
Angkatan : 2014
Hari :
Tanggal :
Tempat : Semarang
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
ii
INTISARI
PT. Semen Gresik (Persero), Tbk pada tanggal 7 Januari 2013 resmi
mengumumkan perubahan namanya menjadi PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk.
Lokasi pabrik terletak di daerah Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten
Tuban yang terletak sekitar 25 km dari pusat kota Tuban. Pendirian pabrik di Tuban
dikarenakan dekat dengan bahan baku, pemasarannya yang strategis dan
tersedianya prasarana yang cukup memadai.
Saat ini, kapasitas produksi semen untuk pabrik Tuban I sebesar 3.560.000
ton/tahun, Tuban II 2.950.000 ton/tahun, Tuban III 3.000.000 ton/tahun, Tuban IV
3.000.000 ton/tahun dan Gresik 800.000 ton/tahun. Area pemasaran untuk dalam
negeri meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten,
sebagian Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, untuk Sumatera dari Semen Padang,
Sulawesi dari Semen Tonasa dan untuk luar negeri meliputi Srilanka, Kuwait, Uni
Emirat Arab, Colombo, Mauritius, Bangladesh, Mozambik, Madagaskar.
Bahan baku yang digunakan adalah batu kapur yang diperoleh dari Desa
Sumber Arum, Pongpongan dan tanah milik perhutani yang berjarak 4-5 km dari
plant site kearah tenggara dan tanah liat diperoleh dari Desa Tobo, Sugihan,
Temandang, dan Pongpongan. keduanya diperoleh dari penambangan di sekitar
pabrik. Sedangkan bahan baku tambahan adalah Copper slag diperoleh dari PT
Smelting, pasir silica diperolah dari Tuban, Bangkalan, Cilacap, Banyuwangi dan
gypsum didatangkan dari PT Petrokimia Gresik. Proses yang digunakan dalam
pembuatan semen merupakan proses kering, dengan 5 tahapan proses yaitu tahap
penyiapan bahan, tahap pengolahan bahan, tahap pembakaran dan pendinginan,
tahap penggilingan akhir, tahap pengemasan semen. Semen yang dihasilkan adalah
semen Pozzolan Portland Cement (PPC), sedangkan type yang lain dibuat jika ada
pesanan seperti Semen Portland Tipe I (OPC) Ordinary Portland Cement dan
Special Blended Cement (SBC) (tergantung permintaan).
Alat utama yang terdapat di dalam pabrik terdiri atas 7 alat utama yaitu :
HammerCrusher dengan kapasitas 700 ton, Roller Mill dengan kapasitas 570 ton,
Blending Silo dengan kapasitas 20.000 ton, Suspension Preheater dengan kapasitas
iii
260 ton, Rotary Kiln dengan kapasitas 7800 ton, Clinker Cooler dengan kapasitas
330 ton dan Finish Mill (Ball Mill) dengan kapasitas 315 ton.
Utilitas suplai air diperoleh dengan pembuatan sumur bor yang dipompa
menuju bak penampungan di pabrik kemudian diolah, suplai listrik diperoleh dari
PLN dengan daya 96 MVA, suplai udara proses diambil dari udara sekitar dengan
7 buah kompresor dengan tekanan 5−6 bar. Suplai batu bara didatangkan dari
Kalimantan dengan transportasi laut.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.Kemudian kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami
yang telah banyak memberikan kami ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Laporan ini merupakan salah satu tugas Kuliah Kerja Lapangan di Program
D3-Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Laporan ini merupakan
hasil kuliah kerja lapangan di “PT. Semen Indonesia”.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
INTISARI....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik ............................................................ 1
1.2 Bahan Baku dalam Pembuatan Semen ......................................... 3
1.3 Bahan Pembantu dalam Pembuatan Semen ................................. 3
1.4 Produk Utama .............................................................................. 4
1.5 Lokasi dan Tata Letak Pabrik ...................................................... 5
1.6 Tenaga Kerja ................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Semen .............................................................................. 11
2.2 Bahan Baku, Bahan Koreksi, Bahan Pembantu ........................... 11
2.3 Proses Pembuatan Semen............................................................. 13
2.4 Komposisi Semen ........................................................................ 15
2.5 Sifat-Sifat Semen ......................................................................... 16
2.6 Macam-macam Semen ................................................................. 18
2.7 Produk Utama .............................................................................. 20
2.8 Pengembangan Proses di Industri ................................................ 21
BAB III DESKRIPSI PROSES
3.1 Persiapan Bahan ........................................................................... 23
3.2 Tahapan Proses............................................................................. 24
3.3 Diagram Blok Proses ................................................................... 31
3.4 Diagram Alir Proses ..................................................................... 32
BAB IV SPESIFIKASI ALAT
4.1 Spesifikasi Alat ............................................................................ 33
4.2 Pesawat Utama dan Prinsip Kerjanya .......................................... 48
vi
BAB V UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
5.1 Utilitas .......................................................................................... 52
5.2 Pengolahan Limbah ...................................................................... 54
BAB VI LABORATORIUM
6.1 Analisa Bahan Mentah ................................................................. 58
6.2 Analisa Bahan Setengah Jadi ....................................................... 59
6.3 Analisa Bahan Jadi ....................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 61
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Perluasan ketiga dimulai pada awal tahun 1976. Berbeda dengan unit
pabrik lama yang menggunakan proses basah, perluasan ketiga ini membangun
1
unit pabrik baru yang menggunakan proses kering. Perluasan ini dengan
menambahkan 2 buah tanur pembakaran yang mempunyai kapasitas produksi
500.000 ton/tahun sehingga total kapasitas pabrik Semen Gresik menjadi
1.500.000 ton/tahun. Pelaksanaan perluasan ketiga ini terselesaikan pada akhir
tahun 1978. Kapasitas yang ada menjadi 1,5 juta ton/tahun.
2
Batu kapur/limestone (CaCO3)
Batu kapur diperoleh dari Desa Sumber Arum, Pongpongan dan tanah
milik Perhutani yang berjarak sekitar 4–5 km dari plant site ke arah
Tenggara dengan kadar tinggi dan menengah (CaCO3> 80 persen).
3
Trass dipenuhi oleh PT. Semen Indonesia dengan mendatangkannya dari
Rembang. Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi yang berbutir halus
dan banyak mengandung oksida silika amorf (SiO2) yang telah mengalami
pelapukan hingga derajat tertentu. Trass digunakan sebagai bahan campuran
semen PPC sebagai pozzolan activity. Penambahan trass bertujuan agar kadar
freelime dapat direduksi sehingga kualitas semen menjadi lebih baik dan
memberikan kuat tekan awal yang kurang tetapi kuat tekan akhir yang stabil
disamping itu trass juga berfungsi sebagai zat yang menyebabkan semen tahan
terhadap kadar garam dan asam yang tinggi.
4
3. Special Blended Cement (SBC)
Merupakan jenis semen khusus yang dibuat jika ada pemesanan
tertentu. Contohnya untuk pembangunan mega proyek jembatan
Surabaya-Madura (Suramadu) yang sengaja dibuat agar cocok digunakan
untuk bangunan di lingkungan air laut. Special Blended Cement dikemas
dalam bentuk curah.
5
3. Transportasi lancar
PT. Semen Indonesia (Persero) unit I yang terletak di Tuban memiliki
lokasi yang strategis karena letak pabrik 9 km dari tepi jalan raya yang
menghubungkan kota-kota besar (Jalur PANTURA). Selain itu lokasi
pabrik dekat dengan Pantai Utara sehingga mempermudah transportasi laut
dengan telah dibangunnya pelabuhan milik PT. Semen Indonesia.
4. Tenaga kerja mudah didapatkan
Wilayah Tuban sebagai lokasi didirikannya pabrik Semen Indonesia
unit I memiliki cukup banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa
diambil sebagai karyawan. Hal ini memudahkan PT Semen Indonesia dalam
recruitment karyawan dan juga membantu pemerintah dalam mengurangi
jumlah pengangguran.
6
Ke Semarang Jalur PANTURA
Parking
PELABUHAN
Area
20
21
19 22
19 17 16 14
18
16
I8 17 16
14 14
17 18
High - Low
Voltage
13 13 13
15
12 12 12
10 11 10 11
10 11
9 9 9 23
24 Tuban
8 7 7 7
6 5
4
6 5
5
6
2
3
2
4
1
Tambang
4
U
B T
Kerek
S
Skala 1 : 150.000
7
Keterangan:
1. Limestone Crushing 13. Klinker Cooler
2. Clay Crushing 14. Klinker Storage
3. Clay Storage 15. Central Control Room
4. Limestone Storage 16. Gypsum / Trass Bin
5. Raw Material Storage 17. Cement Finish Mill
6. Iron Silica Storage 18. Cement Storage Cilo
7. Raw Mill 19. Cement Packing & Load Out
8. Electrostatic Presipitator 20. Masjid
9. Coal Mill 21. Dormitory
10. Blending Cilo 22. Main Office
11. Suspention Preheater 23. Utilitas
12. Rotary Kiln 24. Bengkel Pemeliharaan Mesin
Tata letak / lay out pabrik seperti dapat dilihat pada Gambar 4, disusun
dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Unit-unit penyiapan bahan baku seperti limestone dan clay crusher,
limestone dan clay storage terletak tidak jauh dari area penambangan, hal
ini bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan sementara sebelum
material dibawa ke pabrik untuk diproses selain itu belt yang digunakan
sebagai alat transport bahan baku yaitu belt conveyor juga tidak terlalu
panjang yakni hanya sekitar ± 1 km dari pile (storage) ke raw material bin
dan terbagi menjadi 5 alat.
2. Roller mill dan unit pembakaran seperti blending silo, coal grinding,
preheater, kiln dan cooler terletak disatu area yang saling berdekatan, hal
ini dimaksudkan agar proses aliran material dari alat-alat tersebut menjadi
lebih mudah dan singkat. Selain itu proses produksi akan berlangsung lebih
cepat karena alat-alat tersebut saling terkait satu sama lainnya.
3. Didekat unit penggilingan bahan baku/roller mill dan didekat cooler
dipasang Electrostatic Presipitator (EP) sebagai alat pemisah debu. Alasan
kenapa EP hanya dipasang didekat kedua alat itu adalah :
Pada roller mill dan cooler, debu yang keluar bersama gas pada alat ini
memiliki suhu yang cukup tinggi yaitu 950C dimana hanya Electrostatic
8
Presipitator yang dapat bertahan pada suhu tersebut sebab bag filter
hanya mampu menangkap debu yang bercampur gas dengan suhu sekitar
400C.
Harga alat ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan bag filter yang
mempunyai fungsi yang sama.
4. Semen silo dan unit packer berada pada satu tempat dan letaknya dekat
dengan jalan yang merupakan jalur transportasi utama di pabrik yang
mengarah ke pelabuhan, hal ini bertujuan untuk memudahkan truk-truk
pengangkut semen berlalu-lalang keluar masuk pabrik untuk
mendistribusikan ke konsumen.
Sistem organisasi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dari eksternal, terbagi
menjadi 2, yaitu: perusahaan induk (PT. Semen Indonesia) dan anak perusahaan
sebagai penunjang. Anak perusahaan dan lembaga penunjang merupakan
perwujudan kerjasama antara PT. Semen Indonesia dan perusahaan lain yaitu PT.
Semen Gresik, PT. Semen Padang, PT. Semen Tonasa, dan Thang Long Cement
yang berbentuk suatu badan hukum.
Dilihat dari segi internal, kedudukan tertinggi dalam organisasi dipegang oleh
seorang Direktur Utama yang membawahi enam orang Direktur, yaitu :
1. Direktur Produksi dan Litbang
2. Direktur Engineering dan Proyek
3. Direktur Pengembangan Usaha dan Strategi Bisnis
4. Direktur Komersial
5. Direktur SDM dan Hukum
6. Direktur Keuangan
9
Jumlah tenaga kerja yang tedapat di PT. Semen Indonesia keseluruhannya
ada 1767 orang dengan pembagian sebagai berikut.
Direksi : 76 orang
Kepala Bagian : 123 orang
Kepala Seksi : 212 orang
Kepala Regu : 1009 orang
Pelaksana : 347 orang
Pembagian jam kerja karyawan, PT. Semen Indonesia dalam
pengoperasiannya dibagi dua, yaitu: karyawan shift dan karyawan Non shift.
Sebagian besar karyawan yang dipekerjakan sebagai pelaksana berijazah STM dan
sederajatnya, karyawan tersebut jam kerjanya dikenakan jadwal shift. Karyawan
yang non shift mempunyai jabatan di atas kepala regu dengan jam kerja 5 hari kerja.
Pembagiannya, yaitu :
1. Karyawan Non Shift
Dengan jam kerja : 07.30–16.30 WIB
2. Karyawan Shift
Dengan pembagian jam kerja sebagai berikut :
Pagi : 07.30–16.30 WIB
Siang : 15.30–23.30 WIB
Malam : 22.30–07.30 WIB
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Bahan Baku, Bahan Koreksi dan Bahan Pembantu Pembuatan Semen
2.2.1 Bahan Baku dalam Pembuatan Semen
1. Batu Kapur / Limestone (CaCO3)
Menurut Duda (1975), CaCO3 tersebar secara luas di alam dan
merupakan syarat utama untuk produksi semen portland.
Salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat mengalami kalsinasi.
Reaksinya :
o
CaCO3 (S) T=600 - 800 C CaO (s) + CO2 (g)
(Deolalkar, 2009)
T = 400 - 750 °C
Al2Si2O7.xH2O(s) Al2O3 (s) + 2SiO2 (s) + xH2O(g)
(Kohlhaas, 1983)
11
Salah satu sifat kimia copper slag yaitu dapat bereaksi dengan Al2O3
dan CaO membentuk calsium alumina ferrit.
Reaksinya :
3CaO + CaO. Al2O3 + Fe2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF)
(Kohlhass, 1983)
2. Trass
Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi yang berbutir halus
dan banyak mengandung oksida silika amorf (SiO2). Trass digunakan sebagai
bahan campuran semen PPC sebagai pozzolan activity. Tujuannya agar kadar
12
freelime dapat direduksi sehingga kualitas semen menjadi lebih baik.
Kandungan utama trass berupa silika aktif SiO2, maka pada saat ditambahkan
air akan bereaksi dengan Ca(OH)2 membentuk CSH, dimana senyawa ini
memberikan kontribusi terhadap kuat tekan. Ca(OH)2 ini didapat dari reaksi
CaO free dalam terak dengan H2O. (Taylor, 1990).
Reaksinya :
CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(s)
Ca(OH)2(s) + SiO2(s) CaO.SiO2.H2O(s)
(Taylor, 1990).
13
1. Kekurangan :
- Kiln yang digunakan masih lebih panjang daripada kiln yang
digunakan pada proses kering
- Membutuhkan filter yang berupa filter putar kontinyu untuk
menyaring umpan yang berupa slurry sebelum dimasukkan ke Kiln.
2. Kelebihan :
- Umpan mempunyai komposisi yang lebih homogen bila dibandingkan
dengan proses kering
- Debu yang dihasilkan sedikit
- Biaya yang digunakan lebih sedikit dibandingkan wet proces.
( Deolalkar, 2009)
14
telah homogen ini diumpankan ke dalam Suspension Preheater terjadi
perpindahan panas melalui kontak langsung antara gas panas dengan material
dengan arah berlawanan. (Duda, 1975).
1. Kekurangan :
- Adanya air yang terkandung dalam material sangat mengganggu
operasi karena material menempel pada alat
- Impuritas Na2O dan K2O menyebabkan penyempitan pada saluran
preheater.
2. Kelebihan :
- Rotary Kiln yang digunakan relatif pendek.
- Kapasitas produksi besar dan biaya operasi rendah.
- Heat compsumtion rendah yaitu sekitar 800–1000 kcal untuk setiap
kilogram terak. (Duda, 1975).
15
4. Freelime (kapur bebas)
Freelime adalah bagian dari kapur yang tidak bereaksi selama proses
klinkerisasi dan tertinggal dalam semen dalam keadaan bebas.
(Duda, 1975).
Reaksi :
4CaO.Al2O3.Fe2O3(s)+2Ca(OH)2(s)+4H2O(l)
16
2. Durability
Durability adalah ketahanan semen terhadap senyawa-senyawa
kimia, terutama terhadap senyawa kandungan C3A yang merupakan
komponen semen yang paling reaktif terhadap senyawa sulfat membentuk
High Calsium Sufaluminate Hydrat (3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O). (Taylor,
1990).
3. Kelenturan (Soundness)
Soundness adalah pengembangan atau pemuaian semen yang
disebabkan oleh freelime atau magnesium. Kelenturan digunakan untuk
mengontrol agar tidak terjadi penyusutan yang dapat merusak konstruksi.
(Kohlhaas, 1983).
17
4. Kekuatan Tekan
Kekuatan kompresi adalah sifat kemampuan semen menahan suatu
beban tekan. Kekuatan tekan semen sangat dipengaruhi oleh komponen kimia
semen yaitu C3S dan C2S (Kohlhaas, 1983).
5. False Set
False set adalah kekakuan yang cepat,terjadi beberapa menit setelah
penambahan air. Penyebab terjadinya false set:
1. Dehidrasi gypsum, terjadi apabila gypsum ditambahkan kedalam
klinker yang terlalu panas, gypsum akan berubah menjadi gypsum
anhidrat.
2. Reaksi alkali selama penyimpanan dengan karbonat. Alkali karbonat
bereaksi dengan Ca(OH)2 kemudian mengendap dan menimbulkan
kekakuan pada pasta.
3. C3S bereaksi dengan udara pada kelembaban yang tinggi dan pada
waktu penambahan air terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga
menimbulkan false set. (Duda, 1975).
18
3. Semen Portland Jenis III (High Early Strength)
Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan tekan awal yang tinggi
setelah proses pengecoran dilakukan. (Austin, 1996).
19
2.6.5 Oil Well Cement
Oil well cement adalah semen Portland yang dicampur dengan bahan
retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid
acid. (Austin, 1996).
20
3. Special Blended Cement (SBC)
Merupakan jenis semen khusus yang dibuat dancocok digunakan
untuk bangunan di lingkungan air laut.Special Blended Cement dikemas
dalam bentuk curah. (Unit Pengendalian Proses Tuban, 2016)
1. Penyiapan Bahan
Menyiapkan bahan baku sekaligus bahan koreksi dan bahan pembantu
untuk proses pembuatan semen.
2. Pengolahan Bahan
Mengolah bahan baku, bahan koreksi dan bahan pembantu dengan
proses pencampuran dan penggilingan.
4. Penggilingan Klinker
Penggilingan klinker dilakukan pada finish mill dengan ditambah bahan
pembantu berupa gypsum dan trass yang digiling menjadi satu hingga
menghasilkan semen.
21
Semen Indonesia ada 2 macam, yaitu Semen Curah (dalam truk tangki)
dengan berat 18-40 ton dan Semen Kantong (dalam sak) dengan berat 40
kg untuk semen jenis PPC (Portland Pozollan Cement) dan 50 kg untuk
semen jenis OPC (Ordinary Portland Cement). (Unit Pengendalian Proses
Tuban, 2016).
22
BABI III
DESKRIPSI PROSES
f. Penghancuran (Crushing)
Proses penghancuran batu kapur dilakukan di limestone crusher
dengan type alat Hammer Mill dari ukuran 1200 mm menjadi 90 mm.
23
3.1.2 Persiapan Tanah Liat/clay(2SiO2.Al2O3.2H2O)
24
4. Unit Penggilingan Semen(Seksi Finish Mill)
Klinker ditambah dengan gypsum dan trass kemudian dimasukkan ke
dalam finish mill type Ball Mill untuk digiling produk dinamakan semen.
5. Unit Pengisian dan Pengantongan (Seksi Packer)
Unit Pengisian dan Pengepakan untuk melakukan pengeluaran semen
dari masing-masing silo, pengisian semen.
25
3.2.2 Unit Pengolahan Bahan (Seksi Raw Mill)
a. Raw Material Reclaming
Raw Material Reclaiming merupakan sub unit yang berfungsi
sebagai pencampuran awal preblending material batu kapur dan tanah
liat agar homogen, sekaligus mengurangi kadar airnya. Batu kapur dan
tanah liat setelah melewati penimbangan Belt Scale System dibawa
olehBelt Conveyor melewati Tripper untuk diarahkan membentuk pile
dan disimpan dalam Limestone/Clay Mix Storage untuk pencampuran
awal. Batu kapur produk Crusher berupa high grade limestone
disimpan dalam Limestone Conical Pile Storage. Kemudian
direclaimer dengan menggunakan Vibrating Storage Pile Activator
menuju ke Limestone Bin. Copper slag dan pasir silika akan dibawa
oleh dump truck menuju ke Hopper. Keempat material tersebut
kemudian diumpankan ke Roller Mill.
26
3.2.3 Unit Pembakaran dan Pendinginan (Seksi Kiln dan Cooler )
a. Blending Silo
Blending Silo merupakan sub unit yang berfungsi sebagai
Mixing Chamber dan Storage Silo. Tipe Blending Silo adalah
Continuous Mixing Silo. Produk ditransport menuju Blending Silo
dan diatur distribusi Cone dilewatkan melalui Air Slide. Blending
Silo dilengkapi dengan dua buah Blower berfungsi untuk
mencampurkan material pada Air Slide. Pengeluaran material
menggunakan salah satu Bucket Elevator material dibawa Air Slide
menuju ke Suspension Preheater ditransport ke ILC (In Line
Calciner) dan SLC (Separate Line Calciner) Preheater.
b. Suspention Preheater
Suspention Preheater merupakan sub unit yang berfungsi
sebagai pemanas awal umpan kiln sehingga material terkalsinasi
sebagian. Jenis Preheater adalah Double String Preheater dengan 4
stages, yang dilengkapi dengan ILC dan SLC Calciner. Stage I
sampai dengan stage III berfungsi sebagai pemanas awal umpan
kiln, sedangkan pada stage IV digunakan untuk memisahkan produk
yang keluar dari Calsiner yang telah terkalsinasi.
Umpan kiln yang masih dingin (50- 60C) masuk ke Riser
Duct Stage I kemudian bercampur dengan aliran gas panas yang ikut
masuk ke Cyclone. Campuran antara umpan kiln dan gas panas
masuk kedalam Cyclone dengan arah tangensial, sehingga terjadi
pusaran angin mengakibatkan gaya sentrifugal menyebabkan
material menumbuk dinding Cyclone sehingga jatuh ke Down Pipe
karena gaya gravitasi dan material halus, gaya angkat ke atas
mengakibatkan material terangkat bersama gas keluar dari Cyclone.
Material umpan kiln masuk ke dalam Riser Duct masuk ke
Down Pipe Cyclone stage II mengalami proses seperti pada stage I,
demikian pula pada stage III dan IV. Material yang keluar dari
Cyclone stage III akan masuk ke dalam ILC dan SLC Calciner dan
mengalami kalsinasi minimal sampai 90%. Material terbawa aliran
27
gas masuk kedalam Cyclone stage IV dan keluar dari Cyclone stage
IV melewati Riser Duct dan diumpankan ke Kiln.
Tabel 17. Suhu GasTiap Stage Suspension Preheater
Stage Suhu Gas (0 C) Suhu Material (0 C)
I 315-550 50-400
II 550-700 400-650
III 700-820 650-750
IV 820-920 750-880
Calsiner 920-1000 880-950
c. Rotary Kiln
Rotary Kiln digunakan untuk membakar umpan kiln menjadi
klinker. Sumber panas dalam Rotary Kiln dihasilkan dari
pembakaran batu bara. Rotary Kiln dibagi menjadi 4 zone.Zone-zone
tersebut adalah :
28
Reaksi:
CaO(l) + Al2O3(l) CaO.Al2O3(l)
T = 1100 – 1250C
d. Clinker Cooler
Clinker Cooler berfungsi sebagai pendingin klinker dan
memproduksi udara pembakar sekunder yang digunakan dalam
Rotary Kiln. Clinker Cooler yang digunakan terdiri dari
16 kompartemen. Sebagai media pendingin menggunakan udara
yang dihasilkan oleh 14 buah Fan. Klinker mempunyai suhu 1300oC
jatuh ke dalam Clinker Cooler. Pendinginan dilakukan secara
29
mendadak untuk menghindari terjadinya pengerasan semen atau
dekomposisi C3S menjadi C2S, sehingga klinker yang dihasilkan
menjadi amorf supaya mudah digiling. Pendinginan clinker hingga
suhu klinker menjadi 82C,keluar dari cooler akan dihancurkan
dengan Clinker Breaker/ Crusher.
b. Penggilingan Akhir
Material yang semula berukuran 3-4cm akan dihancurkan
menjadi material berukuran 325mesh dengan alat crusher Ball Mill.
Klinker,gypsum dan trass keluar dari masing-masing Bin diumpankan
ke Hydraulic Roller Crusher untuk di pre-crushing. Material yang
telah di crushing berukuran ≥90mikron mengalami size reduction
menjadi material campuran berukuran 325mesh dengan suhu 107C.
Produk dari Ball Mill dipisahkan dengan Separator lewat Air Slide.
Material didalam Separator mengalami pemisahan, Produk dibawa ke
Air Slide dimasukkan kedalam Cement Silo melalui Air Slide.
30
Aliran semen setelah melewati Bin Semen lalu dilewatkan ke Bin
Roto Packer. Kemudian pemasukan semen ke dalam kantong diatur
rentang berat 49,5-50,5kg untuk semen jenis OPC (Ordinary Portland
Cement) dengan berat 50kg dan rentang berat 39,5-40,5kg untuk semen
jenis PPC (Pozzolan Portland Cement) dengan berat 40kg.
Pasir Silika
Packer
Copper Slag
I.D.O
Gypsum
Trass
(untuk PPC)
31
32
BAB IV
SPESIFIKASI PESAWAT
33
4.1.1.2 Persiapan Tanah liat ( Clay )
1. Hopper ( 253.HP-1 )
Fungsi : Menerima tanah liat dari excavator
Tipe : Clay Hopper
Kapasitas : 35 ton
Jumlah alat : 1 unit (253.HP-1)
2. Appron Conveyor ( 253.AC )
Fungsi : Mengangkut tanah liat dari hopper ke
dalam crusher untuk di size reduction
Tipe : Roller supported
Kapasitas : 350 ton/jam
Jumlah alat : 1 unit (253.AC-1)
3. Clay Crusher ( 253.CR )
Fungsi : Memperkecil ukuran tanah liat
Tipe : Non-clog double roll Crusher RV 6,5x20
Jumlah alat : 1 unit (253.CR-1)
Kapasitas : 350 ton/jam
4. Belt Conveyor ( 253.BC )
Fungsi : Mengangkut tanah liat dari clay crusher ke
mix bed storage
Kapasitas : 600 ton/jam
Jumlah alat : 1 unit (253.BC-1)
5. Belt Scale ( 253.BW )
34
Tipe : movable tripper with discharge to one side
Kapasitas : 2.800 ton/jam
Jumlah alat : 1 unit
2. Belt Conveyor ( 323.BC )
Fungsi : Mengangkut campuran batu kapur, tanah
liat dari mix bed storage serta pasir silika
dan cooper slag menuju ke binnya
Tipe : Fluid Coupling and Low speed Coupling
Jumlah alat : 6 unit
3. Mix Bed Storage
Fungsi : Menampung batu kapur dan tanah liat
produk crusher untuk dicampur
Kapasitas : 100.000 ton dengan 2 stock pile dengan
kapasitas 50.000 ton tiap pile
4. Limestone High Grade Storage
Fungsi : Menampung batu kapur high grade dari
produk crusher
Kapasitas : 7200 ton
5. Reclaimer ( 323.RR )
Fungsi : Mencampurkan batu kapur dan tanah liat
Tipe : Front Acting Bridge Scrapper with Harrow
dengan span 39 m
Kapasitas : 750 ton/jam
6. Vibrating Storage Pile Activator ( 323.VF )
Fungsi : Menampung high grade limestone sebagai
bahan koreksi ke belt conveyor
Tipe : D 1200 x 1000F
Kapasitas : 250 ton/jam
Jumlah : 1 unit (323.VF-1)
7. Hopper ( 323.HP )
Fungsi : Menerima silica sand atau copper slag dari
dump truck
35
Tipe : Clay Hopper
Kapasitas : 350 ton/jam
Jumlah alat : 2 unit (323.HP-1 dan 323.HP-2)
8. Appron Conveyor Limestone ( 323.AC-1 )
Fungsi : Mengangkut silica sand atau copper slag
dari hopper ke belt conveyor
Tipe : Roller Supported
Kapasitas : 350 ton /jam
9. Limestone Bin ( 333 .BI-1)
Fungsi : Menampung batu kapur sebagai bahan
koreksi
36
2. Appron Conveyor Mix ( 333.AC-2)
Fungsi : Mengangkut campuran batu kapur dan clay
dari mix bin
Kapasitas mix : 900 ton/jam (wet basis)
Jumlah unit : 1 unit
3. Weight Feeder Limestone ( 333.WF-1 )
Fungsi : Menimbang limestone yang keluar dari
bin nya
Kapasitas : 90 ton/jam
Jumlah Unit : 1 unit
4. Weight Feeder Mix ( 333.WF-2 )
Fungsi : Menimbang limestone dan clay
Kapasitas : 900 ton/jam
Jumlah Unit : 1 Unit
5. Weight Feeder Copper Slag ( 333.WF-3 )
Fungsi : Menimbang Copper Slag yang keluar dari
bin nya
Kapasitas : 6,1 ton/jam
Jumlah Unit : 1 unit
6. Weight Silica Sand ( 333.WF-4 )
Fungsi : Menimbang Pasir Silika keluar bin nya
Kapasitas : 20 ton/jam
Jumlah Unit : 1 unit
7. Belt Conveyor (333.BC)
Fungsi : Mengangkut umpan ke raw mill
Jumlah alat : 3 unit
8. Roller Mill ( 343.RM-1 )
Fungsi : Menggiling, mencampur, mengurangi
kadar air yang berada dalam material.
Tipe : Loesche dengan size LM 59,42
Kapasitas : 760 ton/jam (dry basis)
37
Terdiri dari : Grinding Table, Grinding Roller, Mill
Classifier, Classifier Reducer, dan Mill
Sand
9. Belt Conveyor (343.BC)
Fungsi : Mengangkut produk hasil reject dari raw
mill
Jumlah alat : 5 unit
10. Bucket Elevator (343.BE-1)
Fungsi : Mengangkut reject atau material kasar
Produk roller mill dari belt conveyor
untuk direcycle kembali ke roller mill
Kapasitas : 320 ton/jam
Jumlah alat : 1 unit
11. Cyclone (343.CN)
Fungsi : Memisahkan material besar dan kecil
(produk raw mill) dengan menggunakan
turbulensi udara
12. Raw Mill Fan ( 343.FN )
Fungsi : Menarik material halus dari raw mill
untuk dibawa bersama aliran udara masuk
ke cyclone
Tipe : F8348 TDR
Kapasitas : 753.000 m3/jam
Jumlah alat : 2 unit
13. Conditioning Tower (343.CT-1)
Fungsi : Menurunkan temperatur gas panas yang
di by pass dari preheater dan clinker
coller sebelum masuk ke electrostatic
precipitator
38
14. Electrostatic Precipitator (343.EP)
Fungsi : Memisahkan material dan gas (produk
raw mill) secara elektrik
Tipe : FM300/2X400/H4S/3X45-
4X72135/2T/2C/L4D
39
19. Screw Conveyor (343.SC)
Fungsi : Mengangkut sisa material dari
conditioning tower dan electrostatic
precipitator
Buatan : Fuller
Jumlah : 5 unit
20. Bucket Elevator ( 353.BE-1)
Fungsi : Mengangkut material dari Cyclone ke
Blending silo
Kapasitas : 780 ton/jam
21. Air Slide (353.AS)
Fungsi : Mengangkut produk raw mill masuk ke
blending silo
Kapasitas : 365 ton/jam
40
3. Junction Box(413.JB)
Fungsi : Penampung sementara material dari
blending silo yang akan masuk ke
suspention preheater
Kapasitas : 250 ton
Jumlah alat : 1 unit
4. Bucket Elevator (423.BE)
Fungsi : Mengangkut umpan kiln ke feed bin
Tipe : Belt
Kapasitas : 780 ton/jam
Jumlah alat : 2 unit
5. Kiln Feed Bin (423.BI)
Fungsi : Menampung umpan kiln yang siap untuk
dibakar
Kapasitas : 90 ton
Jumlah alat : 3 unit
6. Air Slide (413.AS dan 423.AS)
Fungsi : Mengirim umpan kiln
Tipe : Tertutup
Kapasitas : 710 ton/jam
Jumlah alat : 5 unit
7. Suspension Preheater (443.PH)
Fungsi : Sebagai pemanas awal umpan kiln
sehingga material terkalsinasi sebagian
Tipe : Low Pressure Loss Cyclone dengan
double string, tiap string 4 cyclone
Kapasitas : 260 ton/jam
41
8. Preheater ID Fan (443.FN)
Fungsi : Menarik gas panas dari SLC Calsiner dan
ILC Calsiner
Tipe : FISSTDR – 324- 3TDSA
Kapasitas : 706.000 m3/jam
Jumlah alat : 2 unit
9. Rotary Kiln (443.KL-1)
Fungsi : Membakar material menjadi clinker
Kapasitas : 7.800 ton/jam
10. Clinker Cooler (443.CC-1)
Fungsi : Mendinginkan clinker secara mendadak
Tipe : Reciprocating Hydraulic Grate
Kapasitas : 7.500 ton/jam
11. Electrostatic Precipitator (443.EP-1)
Fungsi : Memisahkan debu dari cooler
Tipe : Belt
Kapasitas : 780 ton/jam
12. Fan (443.FN)
Fungsi : Mendinginkan kiln shell dan penyedia
udara primer
Tipe : No. 40 RTS
Kapasitas : 10.870 m3/jam
Jumlah alat : 32 unit
13. Screw Conveyor (343.SC)
Fungsi : Mengangkut material dari electrostatic
precipitator
Jumlah : 3 unit
14. Drag Conveyor (443.DB)
Fungsi : Alat transportasi Clinker menuju bin
Clinker dan Clinker storage silo
Jumlah : 5 unit
42
15. Bag Filter (453.BF1)
Fungsi : Menghisap debu dan memisahkan
material dari gas sehingga bisa dihasilkan
udara bersih yang aman dilepas ke udara
bebas
Tipe : Jet Pulse
16. Bin Clinker(453.BI1)
43
3. Belt Conveyor (513.BC)
Fungsi : Mengangkut Trass dan Gypsum ke bin
Jumlah alat : 4 unit
4. Hopper ( 513.HP1)
Fungsi : Menerima trass dan gypum dari dump
truck
Tipe : trass Hopper
Kapasitas : 75 ton
Jumlah alat : 1 unit
5. Appron Conveyor (513.AC)
Fungsi : Mengangkut trass dan gypsum dari
hopper kedalam crusher untuk di size
reduction
Tipe : Roller supported
Kapasitas : 350 ton/jam
Jumlah alat : 1 unit
6. Bucket Elevator (523.BE dan 513.BE)
Fungsi : Mengangkut Clinker, trass dan gypsum
menuju belt conveyor yang akan
ditransfer ke bin
Tipe : Chain
Kapasitas : 320 ton/jam
Jumlah alat : 2 unit 523.BE dan 1 unit 513.BE
7. Bin Gypsum (513.BI)
Fungsi : Tempat penampungan gypsum
Kapasitas : 175 ton
Jumlah : 2 unit ( 513.BI-1 dan 513.BI-4 )
8. Bin Trass (513.BI)
Fungsi : Tempat penampungan trass
Kapasitas : 175 ton
Jumlah : 2 unit ( 513.BI-2 dan 513.BI-5 )
44
9. Bin Klinker (513.BI)
Fungsi : Tempat penampungan klinker
Kapasitas : 175 ton
Jumlah : 2 unit ( 513.BI-3 dan 513.BI-6 )
10. Weight Feeder(543.WF 3 dan 6)
Fungsi : Menimbang clinker yang keluar dari bin
clinker
Kapasitas : 250 ton/jam
Jumlah Unit : 2 unit
11. Weight Feeder(543.WF 1 dan 4)
Fungsi : Menimbang Gypsum yang keluar dari bin
nya
Kapasitas : 20 ton/jam
Jumlah Unit : 2 unit
12. Weight Feeder(543.WF 2 dan 5)
Fungsi : Menimbang Trass yang keluar dari bin
nya
Kapasitas : 50 ton/jam
Jumlah Unit : 2 unit
13. Belt Conveyor( 543. BC)
Fungsi : Mengangkut trass, gypsum, dan clinker
ke finish mill
Jumlah alat : 5 unit
Kapasitas : 1200 ton/jam
14. Hidrolik Roll Crusher (543.CR-1)
Fungsi : Sebagai penggiling awal dari klinker dan
gypsum sebelum masuk ke finish mill
Tipe : Hidraulic Roll Crusher
Jumlah alat : 1 unit
45
15. Finish Mill (541.BM-1)
Fungsi : Menggiling campuran terak dan gypsum
atau terak, gypsum, dan trass
Tipe : Tube Mill ( Ball Mill )
Kapasitas : 315 ton/jam
16. Air Separator (543.SR-1)
Fungsi : Memisahkan antara material semen
yang halus dan gas yang terikut
Jenis : High Eff Separator O – Sepa
Kapasitas : 215 ton/jam
17. Air Silde Conveyor(543.AS)
Fungsi : Mengangkut produk ball mill menuju ke
bucket elevator
Tipe : Tertutup
Kapasitas : 300 ton/jam
Jumlah : 5 unit
18. Bucket Elevator( 543.BE)
Fungsi : Mengangkut Clinker, trass dan gypsum
menuju ball mill dan silo semen
Tipe : Chain
Kapasitas : 320 ton/jam
Jumlah alat : 2 unit
46
Kapasitas : 300 ton/jam
Jumlah : 5 unit
3. Bucket Elevator(633.BE)
Fungsi : Mengangkut semen ke bin semen
Tipe : Belt
Kapasitas : 780 ton/jam
Jumlah alat : 2 unit
4. Vibrating Screen (623.VS)
Fungsi : Memisahkan semen halus dan kasar
Tipe : E 1600 x 4000 G
5. Bin semen (633.BI)
Fungsi : Tempat penampungan produk semen
Kapasitas : Bin besar 1.000 ton
Bin kecil 200 ton
Jumlah alat : 2 unit (633.BI-1 dan 633.BI-2)
6. Packer Machine (633.PM-1)
Fungsi : Memasukkan semen ke dalam kantong
Jumlah alat : 1 unit
7. Belt Conveyor(633.BC)
Fungsi : Mengangkut semen dalam bentuk
kantong menuju ke truck semen
Jumlah alat : 5 unit
Kapasitas : 1200 ton/jam
8. Belt Scale(633.BW)
Fungsi : Sebagai alat penimbang semen dalam
bentuk kantong
Kapasitas : 700 ton/jam -1.800 ton /jam
Jumlah alat : 1 unit
47
4.2 Pesawat Utama dan Prinsip Kerjanya
4.2.1 Hammer Crusher
Alat ini banyak dipakai pada industi semen. Hammer crusher
merupakan alat size reduction atau pengecilan ukuran material batu kapur
dari bongkahan berukuran maks 1200 mm menjadi material kecil
berukuran ≤ 90mm.
Prinsip Kerja
48
Prinsip Kerja
Pencampuran material berdasarkan pembentukan layer-layer material
yang berbeda komposisi yang akan bercampur sewaktu material keluar dari
silo.
4.2.4Suspention Preheater
Suspention Preheater berfungsi sebagai pemanas awal umpan kiln
sehingga terkalsinasi sebagian. Tipe dari Suspention Preheater yang
digunakan di PT Semen Gresik Tuban adalah tipe double string, dimana
pada setiap string pada preheater terdiri dari 4 tahap (stage) cyclone yang
terpasang secara seri satu diatas yang lain. Cyclone pada stage teratas di
pasang ganda, yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pemisahaan
antara gas panas dan material di dalam preheater. Material akan
mengalami proses kalsinasi awal disuspension preheater sebesar 90%.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari suspention preheater adalah memanfaatkan gaya
sentrifugal, gaya gravitasi dan gaya angkat yang timbul akibat adanya
pusaran gas panas yang bercampur dengan material yang berputar dengan
arah tangensial. Butiran material kasar karena pengaruh gaya sentrifugal
akan menumbuk dinding cyclone dan jatuh ke bawah karena pengaruh gaya
gravitasi, sedangkan material halus dipengaruhi oleh gaya angkat gas.
49
Perputaran kiln yang berlawanan arah dengan arah jarum jam dan
dengan posisi kiln yang miring menyebabkan terjadinya gaya dorong
umpan sehingga material bisa bergerak keluar ke arah clinker cooler
setelah mengalami kontak dengan gas panas.
Prinsip Kerja
Prinsip Kerja
Penghancuran material terjadi karena tumbukan dan gesekan antara
bola-bola baja dan material.
50
4.2.8 ElectroStatic Presipitator
Prinsip Kerja
Electrostatic Presipitator (EP) adalah peralatan yang membersihkan
gas-gas hasil proses dengan menggunakan kekuatan medan listrik untuk
memindahkan partikel padat yang terbawa dalam bentuk gas. EP
mempunyai efisiensi sebesar 99,99%.
51
BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
5.1 Utilitas
Utilitas adalah unit penunjang produksi yang ada pada suatu pabrik untuk
membantu dan mempertahankan kondisi proses produksi secara normal dan
dapat dipakai untuk menunjang kebutuhan diluar pabrik.
52
diletakkan dimasing-masing unit serta untuk perkantoran menggunakan 6
buah generator. Generator ini digunakan bila pasokan listrik dari PLN
terhenti, kemudian sebuah breaker akan mengalihkan pengambilan daya
listrik dari PLN ke generator dalam waktu kurang dari lima menit. Setelah
pasokan listrik berfungsi seperti biasa, posisi breaker akan dikembalikan
seperti semula.
Bahan bakar yang digunakan oleh PT. Semen Indonesia ada 2 jenis,
yaitu :
53
5.2 Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Semen Indonesia ada 3 jenis, yaitu :
1. Limbah Gas
Limbah debu yang berasal dari proses pembuatan semen
2. Limbah Padat
Sampah kertas yang berasal dari arsip perkantoran yang tidak
terpakai dan kantong semen yang rusak
3. Limbah Cair
Buangan air sanitasi
Limbah minyak IDO bila terjadi kebocoran pada pipa-pipa
salurannya.
5.2.2 Pengolahan Limbah Gas
54
5,5–6 bar, maka akan menyebabkan debu–debu terlepas dari
kantongnya.
Electrostatic Precipitator
Penanganan limbah kertas arsip dan kantong semen dengan cara dijual
kepada masyarakat dengan harga Rp 700,00/kg.
Pengelompokan sampah-sampah tersebut dikelompokan oleh unit
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) K3 PT. Semen Indonesia telah
menyediakan tempat sampah atau tabung sampah yang sudah disesuaikan
warnanya sesuai dengan jenis atau kelompok sampah sehingga sampah
tidak dapat bercampur.
55
5.2.4 Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair yang utama berasal dari limbah air sanitasi, limbah
pencucian mesin-mesin dan peralatan pesawat. Penanganannya yaitu
dengan mengalirkan limbah tersebut ke danau/bozem yang ada di kawasan
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban, kemudian air dari
danau tersebut diolah lagi bersama air dari sumur bor untuk digunakan
kembali sebagai air sanitasi dan air pendingin. Proses pengolahan air
tersebut dengan proses kapur soda.
Limbah cair yang lain berasal dari limbah minyak IDO bila terjadi
kebocoran pada pipa-pipa salurannya. Namun limbah ini sangat kecil
kemungkinannya, karena setiap satu bulan sekali diadakan tindakan
preventif untuk mencegah terjadinya kebocoran pada pipa. Penanganan
limbah minyak yaitu dengan mengalirkan limbah ke bak-bak untuk
dipisahkan, didalam bak pemisahan, minyak dipisahkan dari air dengan
cara fisis, yaitu dengan cara gravitasi. Minyak akan dipompa ke dalam
tangki dan dapat digunakan kembali untuk proses heating up.
56
BAB VI
LABORATORIUM
57
2. Analisa Bahan Setengah Jadi
3. Analisa Produk
58
6.2 Analisa Bahan Setengah Jadi
6.2.1 Analisa Clinker Hasil Kiln
Analisa clinker dilakukan untuk mengetahui mutu clinker atau
terak terutama untuk mengetahui kadar freelime (% CaO bebas) dalam
clinker, karena sesuai standart yang ditentukan kandungan freelime tidak
boleh lebih dari 2%.
6.2.2 Analisa freelime dalam clinker
Untuk mengetahui kadar freelime yang terkandung dalam clinker.
59
c. Pengujian Pemuaian (Expansion)
Yaitu mengetahui pemuaian spesimen semen yang dibuat
bentuk balok dan disimpan dalam almari dengan
kelembaban 95% selama 24 jam, pengujian ini dilakukan dalam
suatu autoclave pada tekanan 275 psi selama tiga jam komparator
yang berfungsi sebagai pengukur perubahan panjang benda.
d. False Set dan Flash Set
False Set adalah pengembangan kekakuan secara cepat
dalam pasta semen, yang kekakuannya dapat dihilangkan dan
plastisitasnya dapat diperoleh dengan pengadukan kembali tanpa
penambahan air.
e. Compressive Strength atau Kekuatan Tekan
Untuk mengetahui kuat tekan dari semen dan diuji pada hari
ke 3, hari ke 7 dan hari ke 28.
60
DAFTAR PUSTAKA
Alsop, Philip. A. 1998. Cement Plant Operations Handbook for Dry Process
Plants. Houston: Tradeship Publication Ltd.
Austin, G.T. 1996. Industri Proses Kimia . Erlangga: Jakarta
61