Anda di halaman 1dari 6

1.

AMP :
Pengertian : Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah
seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan
dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi
persyaratan tertentu
Fungsi : fungsi untuk memproduksi bahan pelapisan permukaan jalan lentur yaitu
campuran beraspal panas.
Jenis : (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu :
- Tipe takaran atau tipe Batch
- Tipe drum/menerus atau tipe continues
Pada tipe Batch, pencampuran bahan-bahannya terjadi tiap kali membuat Batch
atau campuran dan dilaksanakan didalam komponen mixer atau pugmill.
Sedang pada tipe drum (menerus), maka proses pencampurannya terjadi terus
menerus dan dilaksanakan didalam drum dryer atau didalam pugmill. Pada
proses pencampuran didalam drum dryer biasa di sebut tipe drum mix.
Proses : Asphalt Mixing Plant (AMP) tipe Batch
Penyiapan bahan
a. Agregat dimuatkan dalam masing-masing bin dingin untuk tiap
ukuran (Fraksi) sesuai dengan yang di perkirakan dalam campuran
(Sesuai dengan job mix formula)
b. Aspal disiapkan didalam tangki persediaan.
c. Filler apabila dibutuhkan disiapkan didalam filler.
Proses Produksi
a. Agregat dari masing-masing ukuran dikeluarkan dari masing- masing binnya.
Banyaknya masing-masing ukuran agregat.
b. Didalam dryer agregat tersebut akan dikeringkan dengan cara dipanaskan melalui
semburan api dari burner agregat yang panas dan kering akan keluar diujung dryer dan
dialihkan kedalam elevator panas (Hot Elevator).
c. Agregat panas dalam hot elevator akan dibawa naik keatas memakai mangkok-
mangkok (bucket) kecil yang dipasang sepanjang rantai yang berputar naik keatas
didalam hot elevator agregat dalam mangkuk-mangkuk kecil tersebut setelah sampai
diatas ditumpahkan keatas saringan panas bergetar untuk dipilah- pilah kembali sesuai
dengan ukuran butirannya semula.
d. Filler dimuatkan kedalam bin filler secara manual melalui filler elevator.
e. Aspal didalam tangki dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu kira-kira
165°C.
f. Proses pencampuran dilaksanakan sebagai berikut:
1) Agregat panas dari masing-masing fraksi dikeluarkan dari compartment masing-
masing untuk ditimbang masing-masing sesuai dengan job mix formula di tamping
dalam bin penimbang.
2) Filler ditimbang sesuai dengan JMF.
3) Aspal panas ditimbang sebanyak yang di butuhkan untuk setiap kali mencampur
(batch) aspal panas hasil timbangan disimpan didalam tangki penimbang aspal.
4) Semua agregat panas yang sudah ditimbang didalam pugmill yang lengan-lengannya
berputar.
2. Proses Pekerjaan Jalan :
Lapisan permukaan (surface course)
Lapisan pondasi atas (base course)
Lapisan pondasi bawah (subbase course)
Lapisan tanah dasar (subgrade)

1. Lapisan Permukaan (surface course)


Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan, berfungsi antara lain sebagai
berikut:
1. Lapisan perkerasan penahan beban roda, dengan persyaratan harus mempunyai stabilitas
tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan di
bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
3. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem
kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain
dengan daya dukung yang lebih buruk
1. Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air.
 Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal
maksimum 2 cm.
 Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal padat
maksimum 3,5 cm.
 Latasir (lapis tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal
dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.
 Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal taburan
pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
 Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur
secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
 Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan nama hot rolled sheet (HRS),
merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi
timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara 2,5-3,0 cm.
2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan
beban roda kendaraan.
 Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini
biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat
bervariasi antara 4-10 cm.
 Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran
antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan
secara dingin. Tebal pada tiap lapisannya antara 3-5 cm.
 Laston (lapis tipis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus,
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
2. Lapisan Pondasi Atas (base course)
Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan
dinamakan lapis pondasi atas (base course). Karena terletak tepat di bawah permukaan
perkerasan, maka lapisan ini menerima pembebanan yang berat dan paling menderita akibat
muatan, oleh karena itu material yang digunakan harus berkualitas sangat tinggi dan
pelaksanaan konstruksi harus dilakukan dengan cermat. Fungsi base course antara lain:
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkannya ke
lapisan di bawahnya.
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
3. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan
CBR > 50% Plastisitas Index (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah,
stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai base course. Jenis lapis
pondasi atas yang digunakan di Indonesia antara lain:
1. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas batu pecah kelas A, batu pecah kelas B dan
batu pecah kelas C. Batu pecah kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu
pecah kelas B, dan batu pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C.
2. Pondasi macadam
3. Pondasi telford
4. Penetrasi macadam (lapen)
5. Aspal beton pondasi (asphalt concrete base/ asphalt treated base)
6. Stabilisasi yang terdiri dari:
 Stabilisasi agregat dengan semen (cement treated base)
 Stabilisasi agregat dengan kapur (lime treated base)
 Stabilisasi agregat dengan aspal (asphalt treated base)
3. Lapis Pondasi Bawah (subbase course)
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis
pondasi bawah (subbase) yang berfungsi:
1. Bagian dari kontruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapisan
ini harus cukup kuat, mempunyai CBR < 20% dan Plastisitas Index (PI) > 10%.
2. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah dibandingkan
dengan lapisan perkerasan di atasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan dengan
kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca,
atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-roda alat berat.
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
Untuk itu lapis pondasi bawah haruslah memenuhi syarat filter.

Alat Berat :
Bulldozer digunakan untuk membantu pada pekerjaan pembersihan lahan.
Excavator digunakan untuk penggalian. Baik itu penggalian pada pelebaran jalan maupun
penggalian untuk saluran atau drainase samping jalan.
Motor grader atau grader digunakan untuk pekerjaan pengupasan tanah, pembentukan
lapis pondasi, penghamparan agregat maupun penghamparan tanah timbunan.
Vibratory roller Digunakan untuk memadatkan tanah dasar, lapisan timbunan tanah,
memadatkan lapis pondasi agregat seperti LPA, LPB, dan LPC.
Water tanker digunakan jika lapisan tanah atau agregat yang akan dipadatkan memiliki
kadar air yang lebih rendah dari kadar air optimumnya.
Asphalt finisher yaitu alat penggelar atau penghampar campuran aspal
Tandem roller yaitu Alat pemadat dengan roda besi / roller untuk memadatkan campuran
aspal yang telah dihampar oleh Asphalt finisher
Pneumatic tyre rollers alat pemadat dengan roda karet ini digunakan untuk pemadatan
akhir pada lapisan aspal jalan.
Dump truck berfungsi sebagai alat pengangkut material.
Kerusakan Jalan
Retak Kulit Buaya (Alligator Cracking) Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban lalu lintas
yang berulang-ulang.

Adapun penyebab dari kegemukan (bleeding) yaitu:


a. Penggunaan aspal yang tidak merata atau berlebihan.
b. Tidak menggunakan binder (aspal) yang sesuai.
c. Akibat dari keluarnya aspal dari lapisan bawah yang mengalami kelebihan
aspal.
Adapun penyebab dari retak kotak-kotak (block cracking)
yaitu:
a. Perambatan retak susut yang terjadi pada lapisan perkerasan di bawahnya.
b. Retak pada lapis perkerasan yang lama tidak diperbaiki secara benar
sebelum pekerjaan lapisan tambahan (overlay) dilakukan.
c. Perbedaan penurunan dari timbunan atau pemotongan badan jalan dengan
struktur perkerasan.
penyebab dari cekungan (bumps and sags) juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Bendul atau tonjolan yang dibawah PCC slab pada lapisan AC.
b. Lapisan aspal bergelombang (membentuk lapisan lensa cembung).
c. Perkerasan yang menjumbul keatas pada material disertai retakan yang
ditambah dengan beban lalu lintas (kadang-kadang disebut tenda).
penyebab dari keriting (corrugation) juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Stabilitas lapis permukaan yang rendah.
b. Penggunaan material atau agregat yang tidak tepat, seperti digunakannya
agregat yang berbentuk bulat licin.
c. Terlalu banyak menggunakan agregat halus.
d. Lapis pondasi yang memang sudah bergelombang.
Adapun penyebab dari amblas (depression) juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
a. Beban kendaran yang berlebihan, sehingga kekuatan struktur bagian bawah
perkerasan jalan itu sendiri tidak mampu memikulnya.
b. Penurunan bagian perkerasan dikarenakan oleh turunnya tanah dasar.
c. Pelaksanan pemadatan tanah yang kurang baik.
Adapun penyebab dari retak pinggir (edge cracking) juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Kurangnya dukungan dari arah lateral (dari bahu jalan).
b. Drainase kurang baik.
c. Bahu jalan turun terhadap permukaan perkerasan.
d. Konsentrasi lalu lintas berat di dekat pinggir perkerasan
RIGID PAVEMENT
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton
sebagai bahan utama perkerasn tersebut,
flexible pavement adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal
sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya.

Dowel adalah material penghubung antara 2 (dua) komponen struktur. Dowel berupa batang baja
polos maupun profil, yang digunakan sebagai sarana penyambung / pengikat pada perkerasan jalan
tipe rigid pavement.
Untuk fungsi dari dowel adalah sebagai berikut :
Sebagai penyalur beban pada sambungan yang dipasang dengan separuh panjang terikat dan
separuh panjang dilumasi atau dicat untuk memberi kebebasan bergeser.
Untuk menguatkan konstruksi badan jalan.
Untuk menghambat retakan yang terjadi di salah satu segmen agar tidak menjalar atau menerobos
ke segmen selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai