Anda di halaman 1dari 2

Galau oleh Gula

Harga bensin yang menurutku tetap mahal menjadikanku tidak selalu berani pulang ke rumah
saat istirahat kantor. Jarak rumah-sekolah yang sekitar 12 km bisa menyedot dompet kisaran 10
ribu rupiah sekali pulang. Nilai segitu sudah bisa untuk makan siang ala kadarnya di Pantura.
Inilah kebiasaan yang aku alami dalam menjalani hari hari di sekolah sejak Pemerintah propinsi
menerapkan lima hari kerja. Yah, sekitar dua tahun belakangan.

Ada hal yang mengganjal di hati sebenarnya. Ketika aku harus makan di kantin sekolah atau
warung sebelah, aku tidak bisa menolak, karena rasa pekewuh atas tawaran wajib ibu kantin:
“Ngersakke minum nopo Pak?” Masak aku jawab “Air Putih Bu”. Maka, terpaksa aku pilih kata:
“Jeruk anget”. Tentu yang dimaksud adalah perasan jeruk yang diberi gula pasir pada wadah gelas
dan disiram air panas lalu disebut wedang jeruk. Pemberian gula pada minuman menjadikanku
cukup risih. Terkadang wedang tidak saya aduk untuk mengurangi gula yang kuminum. Parahnya
jika jeruk terlalu asam maka mau tidak mau gula harus sedikit diaduk untuk mengimbangi
asamnya.

Kehati-hatianku terhadap gula adalah untuk mengimbangi kebiasaanku di rumah. Sudah menjadi
pola wajib bahwa setiap pagi aku selalu minum teh manis saat sarapan. Demikian juga saat
pulang kantor. Sebagaimana yang pernah kubaca bahwa asupan gula ( dibaca gula pasir ) yang
masih ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 5 sendok teh per hari. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa gula pasir memiliki indek glikemik paling tinggi di antara jenis gula yang lain.
Indek glikemik menggambarkan tingkat kesulitan suatu jenis gula saat diproses oleh tubuh
menjadi energi. Dalam proses ini organ yang berperan vital adalah pankreas. Terhadap gula pasir
pankreas bekerja seharian hanya untuk memproses lima sendok teh. Dapat dibayangkan betapa
lelahnya pankreas ini jika asupan gula kita berlebih. Pankreas yang sering kelelahan lama
kelamaan akan mengalami keausan dini. Jika sudah begini maka tejadi gangguan insulin. Suatu
gangguan yang melekat dengan penyakit gula atau diabetes.

Banyak orang yang paham bahwa penyakit ini diakibatkan oleh kelebihan asupan gula. Namun
gula di sini diartikan sebagai semua ragam karbohidrat dari berbagi sumber pangan. Masih sedikit
orang yang berhati hati terhadap gula yang sebenarya yaitu gula pasir. Terutama menyangkut
batasan aman konsumsi. Ternadap gula ini perlu dipahami bahwa kandungannya betul betul
hanya gula murni, tidak memiliki nilai gizi apapun. Proses pabrikasi telah membuang semua
elemen/mineral yang lazim terdapat dalam bahan pangan. Hal ini menjadikan gula tidak alami
lagi. Akibatnya, tubuh menganggap gula laksana benda asing. Andai hal itu benda asing
sungguhan malah jauh lebih aman karena tubuh akan membuangnya melalui urin sebagaimana
jenis pemanis buatan tertentu. Namun, tidak demikian dengan gula. Agar gula dapat diproses
maka dengan suatu mekanisme di dalam tubuh sendiri sifat asingnya dihilangkan supaya menjadi
alami lagi. Elemen yang dibutuhkan adalah mineral kalsium, magnesium dan vitamin B komplek.
Parahnya, semua ini diambil dari sistem saraf, tulang dan gigi. Akhirnya Osteophorosis pun
mengancam.

Tidak hanya osteophorosis, beberapa penyekit penyerta akan mengikuti seperti penuaan kulit,
jerawat, gigi berlubang, hipertensi, dan gagal jantung

Beberapa Rujukan:

1. https://womantalk.com/health-fitness/articles/gula-pasir-putih-bersih-disukai-namun-berba
haya-bagi-kesehatan-xRznQ

2. https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/apa-itu-gula-rafinasi-bahaya/

3. https://gulasemutku.com/7-bahaya-gula-pasir/

Rujukan Fisik:

4. Kantin Bu Turut

5. Kantin Bu Tono

6. Kantin Bu Pri

Anda mungkin juga menyukai