Anda di halaman 1dari 11

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MODEL CTL (Contextual


Teaching and Learning) MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI
DAN MEDIA LINGKUNGAN DITINJAU DARI
SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR

1
Nuning Rahayuningsih, 2Ashadi, 3 Sarwanto
1
Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 63257, Indonesia
nuningrahayuningsih95@yahoo.co.id
2
Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
ashadi-uns@yahoo.com
3
Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sar1to@yahoo.com

Abstrak

.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model CTL menggunakan media animasi dan
lingkungan ditinjau dari sikap ilmiah dan gaya belajar terhadap prestasi belajar ranah kognitif dan afektif.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari bulan Oktober-Desember 2012. Populasi
penelitian ini adalah semua siswa kelas VII MTsN Kembangsawit Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran
2012/2013. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas, kelas VII A
menggunakan media animasi dan kelas VII B menggunakan media lingkungan. Data dikumpulkan dengan
metode tes untuk prestasi belajar kognitif, dan angket untuk prestasi afektif, sikap ilmiah, dan gaya belajar.
Analisis data penelitian menggunakan anava. Dari hasil analisis data disimpulkan: 1) ada pengaruh model CTL
menggunakan media animasi dan media lingkungan terhadap prestasi kognitif dan afektif, 2) ada pengaruh sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 3) ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif siswa, 4) tidak ada interaksi antara media dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif siswa, 5) ada interaksi antara media dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif siswa, 6) tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar terhadap prestasi kognitigf dan afektif,
7) tidak ada interaksi antara media, sikap ilmiah dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif siswa.

Kata Kunci: Model CTL, Animasi, Lingkungan, Sikap Ilmiah, Gaya Belajar.

173
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Pendahuluan yang mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan


pengamatan di lapangan hal itu juga terjadi di
Perubahan dan perkembangan ilmu dan
MTsN Kembangsawit Kebonsari Madiun. Pada
teknologi yang semakin pesat sebaiknya diikuti
umumnya kegiatan proses belajar mengajar di
oleh kerja pendidikan yang profesional dan
MTsN Kembangsawit masih cenderung kurang
bermutu tinggi. Lembaga pendidikan adalah salah
bervariasi karena masih menggunakan metode
satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa
dengan paradigma lama yaitu banyak ceramah,
bangkit dari keterpurukan kualitas pendidikan
menghafal, dan pemberian tugas, sehingga dalam
dalam semua aspek dan jenjang pendidikan.
proses belajar mengajar siswa sering sulit
Kualitas pendidikan sangat diperlukan untuk
menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh
mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan
guru. Selain itu masih banyak guru yang belum
terampil agar bisa bersaing diera global.
memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
Termaktub dalam UU SISDIKNAS Nomor 20
sekolah dengan maksimal, khususnya
Tahun 2003, yang menyatakan bahwa Pendidikan
menggunakan media pembelajaran. Akibatnya
adalah usaha sadar dan terencana untuk
prestasi belajar siswa rendah.
mewujudkan suasana belajar dan proses
Pemilihan model dan media pembelajaran
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
yang kurang sesuai, mengakibatkan kurang adanya
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
daya tarik dan motivasi siswa dalam proses
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
pembelajaran. Kurangnya inovasi guru dalam
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
memanfaatkan media serta keterbatasan media
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
pembelajaran, mempengaruhi daya tangkap dan
bangsa, dan negara.
daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah
kurang optimal, bahkan mudah dilupakan. Untuk
banyak mengalami perubahan. Kurikulum yang
meningkatkan hasil belajar siswa guru harus
digunakan saat ini adalah KTSP (Kurikulum
mampu memotivasi siswa. Hal ini dapat dilakukan
Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam proses
dengan menggunakan variasi model pembelajaran
pembelajaran, selain kurikulum juga diperlukan
dan media pembelajaran yang sesuai sehingga
strategi, model, teknik, pendekatan, metode yang
siswa dapat bersemangat dalam belajar.
sesuai dengan konsep yang diajarkan. Hal ini
Salah satu model pembelajaran yang
bertujuan untuk mempermudah siswa dalam
digunakan untuk memotivasi siswa dan
pemahaman materi yang disampaikan oleh guru.
menjadikan siswa lebih aktif adalah model
Pembelajaran merupakan inti dari proses
pembelajaran CTL (Contextual Teaching dan
pendidikan secara keseluruhan yang mengandung
Learning). Alasan memilih model pembelajaran
interaksi antara guru dan siswa atas dasar
CTL dalam pnelitian ini adalah 1) pembelajaran
hubungan timbal balik untuk mencapai tujuan
ini berpusat pada keaktifan siswa, siswa terlibat
pendidikan. Guru sebagai fasilitator dan motivator
langsung dalam pengalaman belajarnya dan
dalam menyampaikan pengetahuannya agar terjadi
menerapkan pengetahuan tersebut bukan hanya
perubahan sikap, tingkah laku, maupun cara
menghafal ; 2) pembelajaran CTL melatih siswa
berfikir siswa (Depdiknas, 2006).
untuk berfikir kritis dan kreatif dalam
Banyak metode pembelajaran yang
mengumpulkan data dan memecahkan masalah; 3)
diterapkan dalam pembelajaran, tetapi cenderung
pembelajaran berpusat pada proses dan hasil
tidak berkembang (monoton). Dalam
sehingga assesmen dan evaluasi memegang peran
pembelajaran guru sering bersikap otoriter dan
penting untuk mengetahui pencapaian standar
mendominasi kelas tanpa melibatkan peran aktif
perfomance (kerja). Menurut Nurhadi (2002),
siswa sebagai peserta didik. Hal inilah yang
pembelajaran CTL merupakan prosedur
menyebabkan tidak adanya interaksi yang
pendidikan yang bertujuan membantu peserta
seimbang antara guru dan siswa, sehingga dalam
didik memahami makna bahan pelajaran yang
proses pembelajaran siswa menjadi pasif dan sulit
mereka pelajaran dengan cara menghubungkan
memahami materi pelajaran yang disampaikan
dengan kontek kehidupan mereka sendiri dalam
oleh guru. Keadaan ini menjadi salah satu faktor

174
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Siswa motivasi belajar siswa; 2) proses pembelajaran
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, lebih jelas dan menarik; 3) bahan pelajaran akan
sedikit demi sedikit melalui proses lebih bermakna sehingga akan lebih dipahami oleh
mengkonstruksi sendiri yang nantinya bisa siswa dan memungkinkannya menguasai dan
digunakan sebagai bekal memecahkan masalah mencapai tujuan pembelajaran; 4) metode
dalam kehidupan. mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
Sejalan dengan penjelasan di atas menurut komunikasi verbal melalui penuntunan kata-kata
Muslich, (2007) ada beberapa kelebihan dari oleh guru, sehingga siswa tidak merasa bosan dan
model pembelajaran CTL antara lain sebagai guru tidak kehabisan tenaga; 5) memberi
berikut: a) memberikan kesempatan pada siswa pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan
untuk dapat maju terus sesuai potensi yang kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
dimiliki sehingga siswa lebih aktif dalam proses Media pembelajaran yang digunakan dalam
belajar mengajar; b) siswa dapat berfikir kritis dan penelitian ini adalah media lingkungan dan media
kreatif dalam mengumpulkan data, memahami animasi. Pembelajaran dengan media lingkungan
sesuatu dan memecahkan masalah dan guru lebih dapat merangsang motivasi, pikiran, perasaan, dan
kreatif; c) pembelajaran lebih menyenangkan dan kemauan setiap siswa sehingga dapat mendorong
tidak membosankan; d) membantu siswa bekerja terciptanya proses belajar dalam diri siswa yang
dengan efektif dalam kelompok; e) terbentuknya nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi siswa
sikap kerja sama yang baik antara individu itu sendiri. Dengan menggunakan media
maupun kelompok lingkungan siswa lebih mudah memahami dan
Adapun kekurangan model pembelajaran menerima materi karena dihadapkan langsung
CTL yaitu: a) dalam proses pembelajaran dengan dengan lingkungan nyata (Sudjana, N dan Rivai,
model CTL akan nampak jelas antara siswa yng A. 2005).
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang Menurut Sudjana (2005), Ada beberapa
mempunyai kemampuan kurang, yang kemudian keuntungan yang diperoleh dari pembelajarn
rasa tidak percaya diri bagi yang kemampuannya dengan menggunakan media lingkungan antara
kurang; b) pengetahuan yang didapat oleh siswa lain: a) dengan menggunakan media lingkungan
berbeda-beda karena tidak merata; c) bagi siswa kegiatan belajar lebih menarik dan tidak
yang tertinggal dalam proses pembelajaran CTL membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam,
akan terus tertinggal dan kesulitan untuk mengejar sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi;
karena dalam pembelajaran ini kesuksesan siswa b) hakikat belajar akan lebih bermakna sebab
tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan
(Muslich, 2007). sebenarnya atau bersifat alami; c) bahan-bahan
Didalam mengajar dibutuhkan media yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual
pembelajaran sebagai alat bantu untuk sehingga kebenarannya lebih akurat; d) kegiatan
menyampaikan pesan atau informasi dengan siswa lebih komprehensip dan lebih efektif sebab
tujuan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005), dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
bahwa media pembelajaran merupakan segala mengamati, bertanya, wawancara, membuktikan
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan atau mendemonstrasikan, menguji fakta dan lain-
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan lain; e) sumber belajar menjadi lebih kaya sebab
siswa yang dapat mendorong terjadinya proses lingkungan yang dapat dipelajari bisa
belajar pada dirinya. Dengan adanya alat bantu beranekaragam seperti lingkungan sosial,
dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat lingkungan alam, lingkungan buatan dan lain-lain;
disampaikan oleh guru dengan kata-kata atau f) siswa dapat memahami dan menghayati aspek-
kalimat. aspek kehidupan yang ada di lingkungan, sehingga
Menurut Sudjana dan Rivai dalam Arsyad dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan
(2009), manfaat menggunakan media dalam kehidupan disekitarnya, serta dapat memupuk
pembelajaran adalah 1) pembelajaran akan lebih cinta lingkungan.
menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan

175
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Selain kelebihan di atas media berusaha mengetahuinya, senang mengajukan


lingkungan memiliki kekurangan yaitu: a) siswa pertanyaan tentang obyek dan peristiwa,
yang kurang aktif akan sulit untuk menyerap dan menggunakan alat indra sebanyak mungkin untuk
mengkonstruksi konsep yang sedang dipelajari; b) menyelidiki suatu masalah, memperlihatkan
kegiatan belajar yang kurang dipersiapkan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas, bersikap
sebelumnya menyebabkan kurang afektif sehingga kritis, senang bekerja sama dengan orang lain,
terkesan main-main; c) kegiatan dengan senang membantu teman dalam belajar, tidak
menggunakan media lingkungan membutuhkan mudah menyerah meskipun menjumpai kesulitan
waktu yang lama; d) pengetahuan yang didapat dan berusaha menyelesaikanya.
siswa tidak sama; e) siswa yang mempunyai Gaya belajar adalah kebiasaan belajar
kemampuan kurang akan tertinggal. Hal tersebut seseorang merasa paling efesien dan efektif, dalam
sejalan dengan pendapat teori Piaget (1989), menerima, memproses, menyimpan dan
bahwa prestasi belajar ditentukan dari interaksi mengeluarkan sesuatu yang dipelajari.
siswa dengan sumber belajar. Keberhasilan atau prestasi belajar juga
Dalam penelitian ini saya menggunakan dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Dengan
animasi yang diharapkan dapat membantu siswa mengetahui gaya belajar siswa kita lebih bisa
dalam memahami materi yang disampaikan oleh mencari cara agar pembelajaran mudah diterima
guru dan dapat memotivasi siswa untuk belajar dan menyenangkan. Sebagaimana untuk
sehingga prestasi belajar siswa dalam ranah mengetahui bahwa belajar membutuhkan
kognitif, afektif, dan psikomotorik bisa maksimal konsentrasi, setuasi, dan kondisi. Untuk
sesuai tujuan yang diharapkan. Kelebihan dari konsentrasi sangat berhubungan dengan gaya
media animasi adalah: 1) pembelajaran lebih belajar. Dalam penelitian ini saya mengambil
inovatif dan interaktif; 2) membawa obyek yang materi tentang ekosistem sesuai dengan
sukar didapat atau dibawa dalam lingkungan karakteristik materinya yang merupakan materi
belajar; 3) menampilkan obyek yang tidak bisa yang sangat kongkrit dan berhubungan dengan
dilihat secara langsung; 4) menampilkan obyek lingkungan kehidupan sehari-hari.
yang terlalu besar ke dalam kelas. Adapun
kekurangan dari media animasi adalah aktifitas Metode Penelitian
siswa terbatas, siswa yang kurang paham dalam
menggunakan multimedia akan mengalami Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kesulitan, bagi siswa yang memiliki gaya belajar siswa kelas VII MTsN Kembangsawit Kebonsari
kinestetik akan merasa bosan, belum memadainya Madiun tahun 2012/2013, sebanyak 2 kelas yaitu
infrastruktur didaerah tertentu, biaya yang VII A, VII B, dengan jumlah total 64 siswa.
dikeluarkan cukup mahal. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
Menurut Purwanto (1996), untuk menggunakan teknik cluster random sampling,
menghasilkan prestasi yang baik, guru harus yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan
memperhatikan beberapa faktor yang unsur kelas atau kelompok yang terdapat dalam
mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor populasi. Sampel penelitian yang digunakan
internal dan eksternal siswa. Salah satunya faktor sebanyak 2, kelas yang diberi perlakuan model
internal siswa adalah sikap ilmiah dan gaya pembelajaran CTL dengan menggunakan media
belajar. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, animasi dan media lingkungan. Rancangan
sikap menentukan bagaimana individu bereaksi penelitian yang digunakan adalah desain faktorial
terhadap situasi serta menentukan yang dicari 2 x 2 x 2.
individu dalam kehidupan. Menurut Mulyasa Instrumen yang digunakan berupa silabus,
(2005) ada beberapa sikap ilmiah yang biasa RPP, LKS dan instrumen pengambilan data,
dilakukan oleh para ahli dalam menyelesaikan instrumen bentuk tes untuk mengukur prestasi
masalah berdasarkan metode ilmiah antara lain: kognitif dan angket untuk mengukur prestasi
sikap ingin tahu, apabila menghadapi suatu afektif, sikap ilmiah dan gaya belajar. Validitas isi
masalah yang baru dikenalnya, maka akan instrumen dilakukan oleh tim ahli sebelum

176
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

diujicobakan. Try out yang dilaksanakan di Selain pemilihan model pembelajaran yang
sekolahan lain, maka instrumen prestasi kognitif diterapkan, pemilihan media juga memberikan
digunakan untuk menguji reliabilitas, tingkat kontribusi yang sangat besar terhadap keberhasilan
kesukaran, dan uji daya beda. Untuk prestasi proses pembelajaran. Arsyad (2009) memberikan
afektif, sikap ilmiah dan gaya belajar dilakukan uji batasan media pembelajaran sebagai segala
reliabilitas instrumen. sesuatu yang dapat digunakan untuk membawa
pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
Hasil Penelitian dan Pembahasan instruksional atau maksud-maksud pengajaran.
Levie dan Lentz dalam Arsyad (2009) salah satu
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas fungsi media adalah merangsang pikiran,
data untuk nilai kognitif, afektif menunjukkan data perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
terdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
data dianalisa melalui (Anava) tiga jalan. Hasil uji diri siswa. Dalam materi ekosistem siswa dituntut
disajikan pada Tabel 1. untuk melakukan pengamatan ekosistem sawah
sehingga siswa mampu menjelaskan pengertian
Tabel 1. Hasil Uji Anava Prestasi Kognitif dan Afektif dan satuan ekosistem. Melalui media lingkungan
dan animasi, siswa melakukan pengamatan tentang
Yang diuji Sig
Kognitif Afektif
ekosistem sawah.
Media 0,037 0,013 Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata nilai
Sikap Ilmiah 0.000 0,005 ulangan ekosistem siswa yang dikenai media
Gaya Belajar 0,001 0,001
Media*Sikap Ilmiah 0,309 0,384
lingkungan dan animasi untuk prestasi kognitif
Media*Gaya Belajar 0,032 0.030 berturut-turut adalah 85,8 dan 81,1. Implikasinya
Sikap Ilmiah*Gaya Belajar 0,122 0,903 adalah penerapan CTL menggunakan media
Media*Sikap Ilmiah*Gaya 0,852 0,590
Belajar lingkungan lebih cocok digunakan untuk
pembelajaran ekosistem. Hasil penelitian ini
1. Pengaruh model pembelajaran CTL dengan sejalan dengan penelitian Cimer (2011) yang
menggunakan media animasi dan media menyatakan bahwa media lingkungan
lingkungan terhadap prestasi belajar. (environment media) menjadi salah satu strategi
Tabel 2. Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Media
pembelajaran biologi yang efektif dan dapat
Pembelajaran menarik perhatian siswa. Aktivitas siswa di
Media Rata-rata lingkungan (practical work in environment)
Kognitif Afektif merangsang siswa untuk mencari tahu fenomena
Lingkungan 85,8 85,3 yang sedang mereka pelajari. Siswa cenderung
Animasi 81,1 80,3 lebih aktif ditandai dengan banyaknya pertanyaan
yang muncul saat dan setelah melakukan
Model pembelajaran CTL yang dilakukan pengamatan.
dalam penelitian ini memberi kesempatan pada Pada pembelajaran CTL menggunakan
siswa untuk terlibat aktif dalam KBM, berpikir media lingkungan siswa lebih semangat dan aktif
kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, karena dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan
memahami dan memecahkan masalah secara yang sebenarnya yaitu lingkungan sawah.
bersama dalam kelompoknya. Penerapan model Pembelajaran CTL dengan media lingkungan
CTL dipilih untuk pembelajaran ekosistem karena membuat siswa lebih kritis dan kreatif dalam
model CTL mampu menghubungkan materi yang mengumpulkan data dan memecahkan masalah.
diajarkan dengan kondisi nyata dan mendorong Hal ini terbukti dengan pada saat siswa diberi
siswa membuat hubungan pengetahuan yang tugas untuk mengamati lingkungan sawah, lebih
dimiliki dengan menerapkannya dalam kehidupan aktif bertanya pada guru, berusaha mencari
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan karakteristik informasi baru, mengumpulkan data-data dari hasil
materi ekosistem yang bersifat konkret dan penemuan mereka, menganalisis, dan
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. memecahkan masalah dengan cara berdiskusi,

177
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

saling bertukar pendapat atau saling memberikan dan menganalisis data melalui diskusi kelompok
gagasan, mencari ide-ide baru, menyimpulkan dan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang
mempresentasikan di depan kelas dengan kompak. diberikan. Selain itu materi ekosistem menuntut
Hal ini berbeda dengan pembelajaran siswa dapat mengelompokkan contoh komponen
dengan media animasi. Siswa cendrung pasif, ekosistem, menggambarkan rantai makanan, dan
kurang kritis dan kurang kreatif serta lambat menjelaskan interaksi antar organisme dalam
dalam mengerjakan tugas. Terlihat pada saat diberi ekosistem. Sementara itu sikap ilmiah yang
tugas untuk mengamati dan menganalisis animasi dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap yang
tentang ekosistem sawah, siswa cenderung kurang diwujudkan dalam bentuk perilaku kecenderungan
konsentrasi, sehingga pada saat diskusi untuk yang bersifat keilmuwan terhadap stimulasi
mencari jawaban mereka saling menunggu tertentu. Komponen sikap ilmiah yang dimaksud
jawaban dari teman lain, saat diskusi hanya dalam penelitian ini adalah mencakup teliti, jujur,
sebagian saja yang aktif dalam memberikan ide bekerjasama, disiplin, kritis, menghargai pendapat,
atau gagasan untuk memecahkan masalah, serta meyampaikan pendapat, tanggung jawab dan sikap
kurang bertanggung jawab. Berdasarkan ingin tahu. Komponen sikap ilmiah sangat
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang
penggunaan media lingkungan lebih baik daripada diberikan kepada siswa. misalnya, ketika siswa
media animasi. Sesuai hipotesis bahwa media diminta mencari komponen-komponen ekosistem
pembelajaran mempengaruhi prestasi belajar siswa di sawah sebanyak-banyaknya, maka dibutuhkan
2. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar. kerja sama dan tanggung jawab antar anggota
Tabel 3. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Sikap kelompok dan ketika siswa diminta untuk
Ilmiah. mengelompokan komponen-komponen ekosistem
Sikap Ilmiah Rata-rata tersebut ke dalam tabel, siswa diharapkan teliti,
Kognitif Afektif berdiskusi, saling menyampaikan pendapat untuk
Tinggi 86,2 84,6
menyelesaikan masalah.
Rendah 79,2 80,9
Dari hasil analisis anava rata-rata skor prestasi
siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi lebih
Berdasar uji anava tersebut dapat disimpulkan baik daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah
bahwa ada pengaruh prestasi belajar ranah kognitif rendah. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
dan afektif antara siswa yang memiliki sikap lebih cepat menyelesaikan tugas, lebih kritis dan
ilmiah tinggi dan rendah. Rata-rata prestasi kreatif dalam mengumpulkan data dan
kognitif dan afektif siswa dengan sikap ilmiah memecahkan masalah. Hal ini terbukti pada saat
tinggi berturut-turut sebesar 86,2 dan 84,6. diajar mereka lebih aktif bertanya, mempunyai
Sedangkan rata-rata prestasi kognitif dan afektif rasa keingintahuan yang besar terhadap sesuatu
siswa dengan sikap ilmiah rendah 79,2 dan 80,9. yang baru, berusaha mencari informasi baru,
Dalam pembelajaran, perlu upaya dalam menganalisis dan menjawab pertanyaan
mengaktifkan faktor-faktor yang memberikan juga baik, pada saat diskusi suka memberikan
kontribusi positif terhadap pencapaian hasil belajar gagasan atau ide-ide, bertanggung jawa dan tidak
mencakup prestasi belajar kognitif dan afektif. putus asa.
Sikap ilmiah merupakan salah satu faktor internal Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah
yang mendukung pencapaian hasil belajar, rendah, pada saat diajar dan diberi tugas kurang
khususnya pada materi ekosistem. Ekosistem kritis dan kurang kreatif dalam mengumpulkan
merupakan materi yang konkret yang berhubungan data-data, dalam menganalisis kurang baik, rasa
dengan kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini keingintahuannya terhadap sesuatu yang baru
prestasi belajar kognitif dan afektif sebagai bagian kurang, mudah putus asa, kurang bertanggung
dari hasil belajar, secara bersamaan dipengaruhi jawab, kurang berusaha dalam menyelesaikan
oleh sikap ilmiah siswa. Sesuai dengan silabus tugas ditandai dengan kurang bertanya pada saat
IPA SMP Kelas VII pada materi ekosistem siswa melakukan pengamatan meskipun sebenarnya
dituntut melakukan pengamatan, mengambil data

178
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

belum paham, akhirnya pada saat presentasi dan kelas. Berbeda dengan siswa yang mempunyai
menjawab pertanyaan kurang tepat. gaya belajar kinestetik. Dalam melakukan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengamatan dan menganalisis kurang teliti dan
bahwa sikap ilmiah tinggi prestasinya lebih baik kurang kreatif. Hal ini dikarenakan siswa yang
dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah mempunyai gaya belajar kinestetik kemungkinan
rendah. Sesuai hipotesis bahwa sikap ilmiah lebih cocok untuk melakukan praktikum,
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sejalan mencatat, memegang alat-alat peraga. Dengan cara
dengan hasil penelitian di atas, Cook dan Mulvihill demikian mereka bisa menyerap informasi dengan
(2008) bahwa biology attitude memberikan apa yang mereka lakukan. Selain itu materi
kontribusi positif terhadap prestasi. Hasil ekosistem ini membutuhkan kemampuan visual
penelitian Chen, H. C dan Howard, B (2010) daripada kemampuan kinestetik. Siswa
menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap menitikberatkan pada kemampuan visualnya
ilmiah tinggi terhadap materi biologi mempunyai melalui pengamatan obyek-obyek dilingkungan
prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang sekolah, siswa mampu memperoleh informasi
memiliki sikap ilmiah rendah. yang dibutuhkan kemudia didiskusikan untuk
3. Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar. mengkonstruksi pengetahuan barunya. Dari
Tabel 4. Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Gaya penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
Belajar. ynag mempunyai gaya belajar visual prestasinya
Gaya Belajar Rata-rata lebih baik dibanding siswa yang mempunyai gaya
Kognitif Afektif belajar kinestetik. Sesuai hipotesis bahwa gaya
Visual 84,5 85,6
belajar mempengaruhi prestasi belajar.
Kinestetik 80,5 80,1
Hasil penelitian ini didukung pula dengan
teori belajar Piaget (1989) mengenai tahapan
Berdasarkan hasil anava tersebut dapat
perkembangan kognitif untuk siswa SMP kelas
disimpulkan bahwa secara umum terdapat
VII masih berada dalam tahap operasional
pengaruh prestasi belajar ranah kognitif dan afektif
konkret. Pada usia ini siswa memiliki operasi-
antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan
operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah
kinestetik. Rata-rata prestasi kognitif dan afektif
yang konkret saja atau dengan kata lain siswa pada
siswa untuk gaya belajar kinestetik dan visual
usia ini belum dapat mengakaitkan dengan materi
berturut-turut sebesar 80,5; 84,5; dan 80,1; 85,6.
abstrak. Gaya belajar visual lebih cocok untuk
Sejalan dengan hasil penelitian di atas, Dunn
diterapkan pada materi eksosistem yang bersifat
(2009) dalam journalnya menyatakan bahwa gaya
konkret.
belajar merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan dalam penentuan prestasi belajar.
4. Interaksi media dan sikap ilmiah terhadap
Materi ekosistem adalah materi yang dapat
prestasi belajar.
dipelajari dengan cara mengamati fenomena Tabel 5. Hasil Belajar Berdasarkan Interaksi Media
sekitar yang terjadi di alam. Dalam penelitian ini, Dengan Sikap imiah
siswa yang memiliki gaya belajar visual Media Rata-rata
mempunyai prestasi belajar kognitif dan afektif Sikap Ilmiah Kognitif Afektif
Lingkungan Tinggi 88,3 87,8
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang Rendah 79,9 79,8
memiliki gaya belajar kinestetik. Siswa yang Animasi Tinggi 84,1 82,5
mempunyai gaya belajar visual pada saat Rendah 78,4 79,8

melakukan pengamatan dalam mengumpulkan


data-data lebih kritis dan kreatif, seperti mencari Dari hasil analisis tersebut dikatakan bahwa
contoh benda biotik dan abiotik lebih teliti, tidak terdapat interaksi antara penggunaan media
berusaha mencari tahu sesuatu yang mereka lihat, pembelajaran dengan sikap ilmiah tinggi dan
berdiskusi kelompok dengan sesuatu yang mereka rendah terhadap prestasi belajar. Rerata kognitif
temukan, dan menganalisis secara teliti serta dan afektif siswa yang memiliki sikap ilmiah
bertukar pendapat dalam menyelesaikan masalah, tinggi dan rendah yang dikenai media lingkungan
menyimpulkan dan mempresentasikan di depan adalah 88,3; 79,9 dan 87,8;79,8. Sedangkan rerata

179
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kognitif dan afektif siswa yang memiliki sikap belajar kinestetik dan visual dengan media
ilmiah tinggi dan rendah yang dikenai media pembelajaran lingkungan berturut-turut sebesar
animasi adalah 84,1; 78,4 dan 82,5; 79,8. Siswa 80,4; 87,8 dan 83,7; 85,2. Sedangkan rata-rata
dengan sikap ilmiah tinggi jika diajar dengan prestasi kognitif dan afektif siswa yang memiliki
media lingkungan memiliki rataan prestasi gaya belajar kinestetik dan visual dengan media
kognitif dan afektif yang tidak jauh beda dengan animasi berturut-turut 80,5;82,1 dan 77,6; 84,8.
siswa dengan sikap ilmiah tinggi yang diajar Dari hasil analisis tersebut dapat di lihat
dengan media animasi. Demikian pula pada siswa bahwa prestasi belajar siswa baik kognitif maupun
yang memiliki sikap ilmiah rendah yang diajar afektif dengan menggunakan lingkungan atau
dengan media lingkungan mempunyai prestasi animasi siswa yang mempunyai gaya belajar
kognitif dan afektif yang tidak jauh berbeda visual lebih baik daripada siswa yang mempunyai
dengan yang diajar menggunakan media animasi. gaya belajar kinestetik. Dalam proses
Hal ini terbukti pada proses pengamatan, pembelajaran siswa yang mempunyai gaya belajar
keaktifan, kekritisan, dan kreativitas dalam visual lebih aktif, kritis, dan kreatif pada saat
mengumpulkan data, menganalisis, dan melakukan pengamatan dalam mengumpulkan
memecahkan masalah, membuat gagasan atau ide data-data, menganalisis, memberikan gagasan atau
tidak jauh beda. Sehingga dapat disimpulkan ide dalam kerja kelompok sehingga bisa
bahwa tidak terjadi interaksi antara media baik memecahkan masalah dengan baik. Selain itu
lingkungan maupun animasi dengan sikap ilmiah siswa yang mempunyai gaya belajar visual akan
siswa terhadap prestasi belajar. Artinya tingkat lebih mudah mengamati dengan segala sesuatu
sikap ilmiah dan penggunaan media pembelajaran yang mereka lihat sehingga mereka bisa menyerap
mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi informasi dengan baik, dalam mengamati
belajar biologi siswa pada materi ekosistem. Hal ekosistem yang ada di lingkungan maupun
ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat dengan animasi. Sejalan dengan pendapatnya Uno
mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar (2009), ada beberapa pendekatan yang bisa
baik dari dalam maupun dari luar diri siswa di luar digunakan untuk siswa yang mempunyai gaya
faktor metode pembelajaran, sikap ilmiah, dan belajar visual agar prestasi lebih baik. Salah
gaya belajar yang digunakan dalam penelitian ini, satunya dengan menggunakan media animasi,
serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian vidio, gambar atau dengan membawa siswa ke
ini sehingga tidak dapat mengontrol faktor-faktor lingkungan yang nyata. Hal ini berbeda dengan
tersebut di luar kegiatan belajar mengajar. siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik,
Menurut Purwanto (1996) bahwa untuk pada proses pembelajaran untuk mengamati,
menghasilkan prestasi yang baik guru harus mengumpulkan data-data, menganalisis kurang
memperhatikan faktor internal dan eksternal siswa. baik, kurang kritis, dan kurang kreatif bila
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai gaya
5. Interaksi media dan gaya balajar terhadap belajar visual. Kemungkinan dikarenakan gaya
prestasi belajar. belajar kinestetik lebih cocok untuk melakukan
Tabel 6. Hasil Belajar Berdasarkan Interaksi Media Dengan praktikum, mendemostrasikan suatu torso,
Gaya Belajar melakukan gerak pada saat belajar, misalnya
Media Rata-rata
Gaya Belajar Kognitif Afektif mengetuk-ngetuk pena, dengan begitu mereka
Lingkungan Visual 87,8 85,2 lebih nyaman untuk belajar dan mengingat dengan
Kinestetik 80,4 83,7 apa yang mereka sentuh. Sejalan dengan pendapat
Animasi Visual 82,1 84,8
Kinestetik 80,5 77,6 De Potter (2002), bahwa gaya belajar dapat
menentukan prestasi belajar siswa, jika diberi
Berdasarkan uji anava tersebut, dapat strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, siswa
disimpulkan bahwa ada interaksi antara media dapat berkembang dengan baik. Gagne dalam
pembelajaran dengan gaya belajar untuk prestasi Sagala (2010) yang mengungkapkan tipe belajar
ranah kognitif dan afektif. Rata-rata prestasi memecahkan masalah yang dapat diterapkan
kognitif dan afektif siswa yang memiliki gaya melalui berbagai gaya pembelajaran akan

180
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

memberikan kontribusi positif terhadap hasil pengamatan, secara kritis dan kreatif dalam
belajar siswa. Media pembelajaran yang mengumpulkan data-data, memiliki rasa ingin tahu
digunakan dalam penelitian ini baik lingkungan yang besar, mempunyai kemampuan menganalisis,
maupun animasi sangat sesuai untuk tipe belajar memberikan ide atau gagasan serta berdiskusi
CTL. Kedua media tersebut sama-sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah
menitikberatkan pada daya pikir siswa untuk dengan baik, begitu pula siswa yang memiliki
memecahkan masalah sebagai alat untuk sikap ilmiah rendah dengan gaya belajar apapun
membangun pengetahuan melalui pertanyaan- tetap dapat mengikuti proses pmbelajaran dengan
pertanyaan yang diberikan sebelum siswa baik juga. Dari penjelasan di atas dapat
melakukan pengamatan terhadap ekosistem sawah. disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara sikap
ilmiah dengan gaya belajar terhadap prestasi
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan belajar.
bahwa ada interaksi penggunaan media animasi
dan lingkungan dengan gaya belajar terhadap 7. Interaksi media, sikap ilmiah dan gaya
prestasi belajar. belajar terhadap prestasi belajar.
6. Interaksi sikap ilmiah dan gaya belajar terhadap Tabel 8. Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Interaksi Antara
prestasi belajar. Media, Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar.
Tabel 7. Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Interaksi Sikap
Media Sikap Gaya Rata-rata
Ilmiah dan Gaya Belajar Ilmiah Belajar
Kognitif Afektif
Sikap Ilmiah Gaya Belajar Rata-rata Lingkungan Tinggi Visual 87,4 86,9
Rendah Kinestetik 84,9 82,5
Kognitif Afektif Animasi Tinggi Visual 82,4 83,0
Tinggi Visual 87,4 86,9 Rendah Kinestetik 75,8 78,8
Kinestetik 84,9 82,5
Rendah Visual 82,4 83,0
Kinestetik 75,8 78,8 Dari hasil uji compare mean yaitu rerata
kognitif dan afektif yang menggunakan media
Rata-rata kognitif siswa yang memiliki sikap lingkungan dan animasi dengan sikap ilmiah dan
ilmiah tinggi dengan gaya belajar kinestetik dan gaya belajar sebagai berikut: 85,7; 90,9; 75,0;
visual berturut-berturut adalah 84,9 dan 87,4, dan 84,8; 84,2; 84,0; 76,7; 80,1 untuk kognitif
untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah sedangkan untuk afektif sebagai berikut: 86,4;
dengan gaya belajar kinestetik dan visual berturut- 87,4; 81,0; 83,0; 78,5; 86,5; 76,7; 83,0. Hal ini
turut adalah 75,8 dan 82,4. Pada prestasi afektif berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara model
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan CTL yang menggunakan media lingkungan dan
gaya belajar kinestetik dan visual berturut-turut animasi dengan sikap ilmiah siswa dan gaya
memiliki rata-rata 82,5 dan 86,9 dan untuk siswa belajar siswa terhadap prestasi belajar.
yang memiliki sikap ilmiah rendah dengan gaya Tidak adanya interaksi antara model
belajr kinestetik dan visual memiliki rata-rata pembelajaran CTL yang menggunakan media
berturut-turut 78,8 dan 83,0. Pada penelitian ini lingkungan dan animasi dengan sikap ilmiah dan
tidak terdapat interaksi yang signifikan antara gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa
sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap dapat dijelaskan dengan hasil statistik yang
prestasi kognitif dan afektif. Hal ini dapat menunjukkan bahwa model CTL dengan
dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai gaya menggunakan media lingkungan lebih baik
belajar kinestetik dan visual dengan kemampuan daripada menggunakan media animasi, siswa yang
sikap ilmiah tinggi maupun rendah dapat memiliki sikap ilmiah tinggi lebih baik daripada
membentuk konsep yang sama pada diri siswa, siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, siswa
yang ditunjukkan dengan sikap siswa pada saat yang memiliki gaya belajar visual lebih baik dari
proses pembelajaran. Siswa yang memiliki sikap siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Hal
ilmiah tinggi dengan gaya belajar apapun tetap tersebut kemungkinan disebabkan siswa belum
dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas terbiasa dengan model pembelajaran CTL yang
dengan baik, mereka dapat melakukan digunakan dalam penelitian ini. Ketika

181
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pembelajaran hanya sebagian siswa yang aktif, pembelajaran ekosistem sehingga penentuan
kritis, dan kreatif dalam menyelesaikan masalah media pembelajaran sesuai dengan karakteristik
dalam kelompok, sementara siswa yang lain materi dan siswa. Sikap ilmiah dapat ditingkatkan
cendrung melakukan aktivitas yang tidak berkaitan dengan banyak latihan dalam melakukan kerja di
dengan pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan yang laboratorium, mengamati, merumuskan masalah
diajukan siswa sebagai wujud rasa ingin tahu dan menyelesaikan masalah. Bagi peneliti Perlu
dalam aspek sikap ilmiah juga masih kurang. dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain
selain itu ada banyak faktor yang mempengaruhi yang merupakan faktor internal dan eksternal
dari dalam maupun dari luar diri siswa. Sesuai yang dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi
dengan teori Gagne dalam Wilis (1989) belajar siswa; perlu dilakukan penelitian
menyatakan bahwa hasil belajar siswa ditentukan penggunaan media pembelajaran yang lain sesuai
oleh interaksi faktor internal dan eksternal siswa. dengan karakteristik materi pembelajaran biologi
Model dan media pembelajaran merupakan faktor yang akan dipelajari; perlu diadakan penelitian
eksternal, sedangkan sikap ilmiah dan gaya belajar lebih lanjut mengenai penggunaan model
merupakan faktor internal. Dari penjelasan di atas pembelajaran CTL dengan menggunakan media
dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi lingkungan dan animasi pada materi lain yang
antara media, sikap ilmiah, dan gaya belajar bersifat informatif.
terhadap prestasi belajar siswa.

Kesimpulan dan Rekomendasi Daftar Pustaka

Dari analisis data dan pembahasan, maka dapat Arsyad, A. ( 2009). Media Pembelajaran. Jakarta. PT
ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. ada Grafindo Persada.
pengaruh penggunaan media lingkungan dan
animasi terhadap prestasi belajar kognitif maupun Cimer, A (2011). What Makes Biology Learning
afektif; 2. ada pengaruh Sikap ilmiah tinggi dan Difficult And Effective: Students’ Views.
rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan Fatih Faculty of Education, Karadeniz
afektif; 3. ada pengaruh gaya belajar kinestetik dan Technical University, Trabzon. Turkey
Educational Research and Reviews. 7 (3): 61-
visual terhadap prestasi belajar kognitif dan
71.
afektif; 4. tidak ada interaksi antara media Chen, H. C dan Howard, B. (2010). Effect of Life
pembelajaran yang menggunakn lingkungan dan Simulation on Middle School Students and
animasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi Learning to ward Science Education
belajar kognitif dan afektif; 5. ada interaksi antara Tecnology and Society. 13 (1): 133-139.
media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi kognitif dan afektif; 6. tidak ada Cook, M. dan Mulvihill, T. (2007). Examining US
interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar College Students’ Attitudes Towards Science:
terhadap prestasi kognitif dan afektif; 7. tidak Learning From Non-Science Majors.
terdapat interaksi antara media pembelajaran, Educational Research And Review 3 (1): 038-
047
sikap ilmiah, dan gaya belajar terhadap prestasi
kognitif dan afektif. DePorter, B dan Hernacki, M. (2002). Quantum
Berdasarkan hasil penelitian ini, bagi Learning . Bandung: Mizan Pustaka.
pendidik dalam penerapan media lingkungan dan
animasi memerlukan persiapan yang baik, supaya Depdiknas. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan Pendidikan Untuk Sekolah Menengah Atas.
rencana yang tertuang dalam RPP; selain itu perlu Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan
disiapkan kelompok-kelompok siswa yang Dasar dan Menengah. Jakarta.
heterogen, lembar kerja dan panduan bekerja
dalam kelompok yang jelas; sikap ilmiah dan gaya Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
belajar siswa perlu diperhatikan dalam

182
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 173-183)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Dunn, R. (2009). Learning Style: State of the Science.


Theory into Practice, Matching Teacher and
Learning Styles (Winter, 1984), Publised by:
Lawrence Erbaum Associates (Taylor and
Francis Group) 23 (1):10-19

Mulyasa E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004


Panduan Pembelajaran KBK. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Muslich M. (2007). KTSP, Pembelajaran Berbasis


Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT .
Bumi Aksara
Nurhadi. (2005). Kurikulum 2004. Jakarta: Gransindo.

Purwanto, N. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung:


PT. Remaja Rosda Karya.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran.


Bandung: Alfabeta

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar


Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sudjana, N. dan Rivai, A. (2005). Media Pembelajaran.


Jakarta: Gransindo.

Uno H. (2009). Model Pemmbelajaran Menciptakan


Proses Belajar Mengajar yang Kreaktif dan
Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 Tahun


(2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas Republik Indonesia, Jakarta.

183

Anda mungkin juga menyukai