Anda di halaman 1dari 6

1 E-Journal Prodi Pendidikan IPA Edisi ........

PENGEMBANGAN VIRTUAL LABORATORY IPA BERPENDEKATAN


INKUIRI TERBIMBING MATERI TRANSPORTASI AIR PADA
TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS
PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP
DEVELOPMENT OF VIRTUAL SCIENCE LABORATORY USING GUIDED INQUIRY
APPROACH FOCUSING ON PLANT’S WATER TRANSPORTATION ISSUES TO
IMPROVE ANALYTICAL ABILITY OF GRADE 8 JUNIOR HIGH SCHOOL
1
Oleh : Annisa Fitri Sholikhah; 2 Asri Widowati, M.Pd.; 3Widodo Setiyo Wibowo, M.Pd.
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Email : anfameow@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) kelayakan virtual laboratory IPA berpendekatan
inkuiri terbimbing materi Transportasi Air pada Tumbuhan untuk meningkatkan kemampuan analisis
peserta didik menurut dosen ahli dan guru IPA, (2) respon peserta didik terhadap virtual laboratory
IPA berpendekatan inkuiri terbimbing materi Transportasi Air pada Tumbuhan, dan (3) peningkatan
kemampuan analisis peserta didik setelah menggunakan media virtual laboratory IPA berpendekatan
inkuiri terbimbing. Penelitian ini merupakan penelitian R&D dengan menggunakan model
pengembangan 4D. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa berupa lembar penilaian
virtual laboratory IPA oleh dosen ahli dan guru IPA, angket respon pesera didik terhadap virtual
laboratory IPA, soal pretest-posttest dan lembar kerja peserta didik untuk mengetahui peningkatan
kemampuan analisis peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) virtual laboratory IPA
berpendekatan inkuiri terbimbing materi Transportasi Air pada Tumbuhan dinyatakan layak oleh
dosen ahli dan guru IPA dengan kategori sangat baik (A), (2) peserta didik memberikan respon yang
sangat baik dengan nilai A, dan (3) peningkatan kemampuan analisis peserta didik setelah
menggunakan virtual laboratory IPA berpendekatan inkuiri terbimbing berdasarkan perhitungan N-
gain score sebesar 0,72 dengan kategori sangat baik.

Kata kunci : virtual laboratory, pendekatan inkuiri terbimbing, kemampuan analisis.


.
Abstract
This research was conducted to: (1) determine the eligibility of virtual science laboratory
using guided inquiry approach focusing on plant’s water transportation issues based on expert
lecturers and science teachers, (2) perceieve student’s response toward virtual science laboratory
using guided inquiry approach focusing on plant’s water transportation issues, and (3) obtain the
improvement of analytical ability of students after using virtual science laboratory using guided
inquiry approach focusing on plant’s water transportation issues. This study was R&D with 4D
models. Instrument used in this study is validation sheet of eligibility of expert lecturers and science
teachers, student’s response questionnaire form, pre-test and post-test also student work sheet to
obtain the improvement of analytical ability of student. The result of this study shown that: (1) virtual
science laboratory using guided inquiry approach focusing on plant’s water transportation issues is
eligible declared by expert lecturers and science teachers and categorized as very good (A), (2)
student’s response to virtual science laboratory is highly positive valued by A, and (3) improvement of
student’s analytical ability after using virtual science laboratory using guided inquiry approach is
very high with N-gain score of 0,72.

Keywords : virtual laboratory, guided inquiry approach, analytical ability.


Pengembangan Virtual Laboratory... (Annisa Fitri Sholikhah) 2

PENDAHULUAN itu, kegiatan pembelajaran juga masih


Abad 21 merupakan era digital yang didominasi oleh guru, sehingga
ditandai dengan pesatnya perkembangan mengakibatkan peserta didik cenderung pasif
teknologi dan informasi. Perkembangan dan tidak dapat mengembangkan kemampuan
teknologi dan informasi ini mempengaruhi analisisnya.
segala aspek kehidupan, tak terkecuali bidang Salah satu pendekatan yang cocok
pendidikan. Pesatnya perkembangan zaman untuk pengembangan kemampuan HOT
ini juga berbanding lurus dengan khususnya kemampuan analisis adalah
perkembangan masalah-masalah yang pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri cocok
dihadapi, dimana masalah-masalah yang untuk mengembangkan kemampuan analisis
timbul menjadi semakin kompleks dan dikarenakan pada setiap tahapan inkuiri
diperlukan sumber daya manusia yang mampu sebenarnya menuntut peserta didik untuk
menghadapi masalah-masalah tersebut. Oleh berpikir analisis. Pendekatan inkuiri ini sangat
karena itu, pendidikan pada abad ini menjadi cocok bila diterapkan dalam pembelajaran
semakin penting untuk menjamin peserta IPA. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran
didik memiliki keterampilan belajar dan IPA biasanya dilakukan dalam bentuk
berinovasi, keterampilan menggunakan kegiatan eksperimen di laboratorium. Namun
teknologi dan media informasi, serta dapat kenyataan di lapangan, banyak kendala yang
bekerja, dan bertahan dengan menggunakan dialami guru untuk memaksimalkan kegiatan
keterampilan untuk hidup (life skills) (Trilling ekperimen yakni dikarenakan keterbatasan
& Fadel, 2009: 48) waktu, alat, maupun keterbatasan untuk
Salah satu isu vital pendidikan pada mengkonfirmasi ulang hasil yang diperoleh
abad 21 ini adalah untuk mengembangkan peserta didik saat melakukan kegiatan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (high eksperimen.
order thinking) peserta didik. Berdasarkan Permasalahan-permasalahan tersebut
hasil PISA tahun 2015 dalam bidang sains, sebenarnya dapat diatasi dengan adanya suatu
Indonesia mendapatkan skor 403 poin dari media pembelajaran berbasis komputer.
skor rata-rata internasional sebesar 493 poin. Dengan penggunaan media pembelajaran
Berdasarkan skor tersebut, menunjukkan berbasis komputer ini mempunyai banyak
bahwa kemampuan High Order Thinking keunggulan, diantaranya dapat digunakan
(HOT) peserta didik masih dalam kategori untuk memvisualisasikan hal yang bersifat
rendah dan perlu perbaikan. Salah satu upaya abstrak, dapat memvisualisasikan alat dan
yang dapat dilakukan adalah meningkatkan bahan yang tidak ada dalam laboratorium
pembelajaran yang berorientasi pada nyata, mengatasi masalah waktu, serta lebih
kemampuan HOT peserta didik salah satunya efisien karena bisa bigunakan secara
kemampuan analisis. Areesophonpichet berulang-ulang. Penggunaan media berbasis
(2013: 2) yang menyatakan bahwa komputer ini sebenarnya juga telah didukung
kemampuan analisis menjadi salah satu dengan fasilitas sekolah. Berdasarkan hasil
kemampuan penting yang harus dikuasai oleh observasi di SMP N 2 Bambanglipuro,
peserta didik di abad 21, khususnya pada diketahui bahwa sekolah mempunyai tiga
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. laboratorium komputer dan pada setiap
Hasil observasi pembelajaran IPA di kelasnya telah dilengkapi dengan LCD dan
kelas VIII D SMP N 2 Bambanglipuro proyektor. Namun, pemanfaatan fasilitas
menunjukkan bahwa kemampuan analisis tersebut dalam pembelajaran IPA masih
peserta didik masih belum terlatih secara belum optimal.
optimal. Pembelajaran di sekolah masih Berdasarkan pemaparan beberapa
berorientasi untuk mencapai C1-C3. Selain masalah yang ada di SMP N 2
Bambanglipuro, mendorong dilakukannya
3 E-Journal Prodi Pendidikan IPA Edisi ........

pengembangan media pembelajaran berbasis Terbimbing Materi Transportasi Air pada


komputer yang berupa virtual laboratory. Tumbuhan untuk Meningkatkan Kemampuan
Penggunaan virtual laboratory ini dapat Analisis Peserta Didik Kelas VIII SMP”.
menjadi alternatif untuk melakukan kegiatan
inkuiri. Kelebihan dari virtual laboratory METODE PENELITIAN
diantaranya adalah dapat mengatasi
Jenis Penelitian
keterbatasan sarana, alat dan bahan yang ada
Penelitian ini merupakan penelitian
di laboratorium, dapat mengatasi keterbatasan pengembangan dengan menerapkan 4D
waktu pembelajaran, dapat memvisualisasikan models sesuai dengan Thiagarajan & Semmel
materi yang abstrak, serta dapat mengatasi (1974: 5).
resiko bahaya yang dapat timbul saat
melakukan kegiatan praktikum di Prosedur
laboratorium.
Pemilihan virtual laboratory sebagai
produk yang akan dikembangkan disesuaikan
dengan karakteristik materi “Transportasi Air
pada Tumbuhan” yang digunakan dalam
penelitian ini. Proses penyerapan air pada
tumbuhan terjadi secara molekuler dan sulit
diamati secara langsung dengan panca indra
karena terjadi di dalam sel tumbuhan sehingga
sifatnya abstrak. Berdasarkan analisis tujuan
pembelajaran, pada materi ini memerlukan
kegiatan eksperimen di laboratorium. Namun,
selama beberapa tahun ini jarang dilakukan
kegiatan eksperimen di laboratorium untuk
membelajarkan materi ini, dikarenakan guru
mengalami kesulitan untuk menyiapkan alat
Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian
dan bahan diperlukan dalam melakukan
Pengembangan Virtual Laboratory
kegiatan eksperimen maupun dikarenakan (Modifikasi dari Thiagarajan, dkk. 1974: 6-9)
terbatasnya waktu untuk melakukan kegiatan
eksperimen. Oleh karena itu, materi ini Desain Uji Coba
memerlukan suatu media pembelajaran yang Desain penelitian yang digunakan
berupa virtual laboratory. dalam penelitian ini yaitu one group pretest
Pengembangan virtual laboratory IPA dan posttest design. Pola penelitian ini dapat
yang akan dikembangkan adalah virtual diilustrasikan dalam Tabel 1.
laboratory dengan pendekatan inkuiri. Pretest Treatment Posttest
Pendekatan inkuiri yang dipilih adalah inkuiri O1 X O2
terbimbing bukan inkuiri secara utuh. Hal ini (Sumber: Sugiono, 2008: 111)
dikarenakan peserta didik belum terbiasa
melakukan pembelajaran dengan pendekatan Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
inkuiri. Dengan demikian, masih perlu adanya Maret 2017 tahun pelajaran 2016/2017 yaitu
bimbingan, arahan, atau petunjuk guru kepada pada semester genap. Lokasi penelitian ini di
peserta didik selama pelaksanaan SMP Negeri 2 Bambanglipuro.
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini Teknik Analisis Data
mengambil judul “Pengembangan Virtual Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Laboratory IPA Berpendekatan Inkuiri
Pengembangan Virtual Laboratory... (Annisa Fitri Sholikhah) 4

Tabel 3. Kategori N-Gain Score


1. Analisis kelayakan virtual laboratory N-Gain Score Kategori
IPA g≥0,7 Tinggi
Analisis penilaian kelayakan
0,3≤g<0,7 Sedang
virtual laboratory IPA dilakukan dengan
menghitung rata-rata skor, kemudian g<0,3 Rendah
dikonversi menjadi skala lima yang (Sumber: Hake, 1998: 65)
tersaji pada Tabel 2
Tabel 2. Konversi Skor Skala Lima HASIL PENELITIAN DAN
No Rentang Skor Nilai Kategori PEMBAHASAN
1 X > 𝑋𝑖 + 1,8 sbi A Sangat
baik Kelayakan Virtual Laboratory IPA
Kelayakan virtual laboratory IPA
2 𝑋𝑖 + 0,60 sbi < X ≤ B Baik
dilihat dari hasil penilaian dua dosen ahli dan
𝑋𝑖 +1,80 sbi
guru IPA terhadap aspek pembelajaran,
3 𝑋𝑖 – 0,60 sbi < X ≤ C Cukup materi, rekayasa perangkat lunak, dan
𝑋𝑖 + 0,60 sbi komunikasi visual. Adapun hasil penilaian
4 𝑋𝑖 –1,80 sbi < X ≤ D Kurang kelayakan virtual laboratory dapat dilihat
𝑋𝑖 – 0,60 sbi pada Gambar 2.
5 X ≤ 𝑋𝑖 – 1,80 sbi E Sangat 35 32
28 28 29,5
26 27 27,5
kurang 30 2624,5
25
(Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 238)
Skor

20 14,515 16
Keterangan: 15
X = skor aktual skor yang dicapai 10
1 5
𝑋𝑖 = rerata skor ideal ( (skor tertinggi 0
2
Aspek Aspek Materi Aspek Aspek
ideal + skor terendah ideal)) Pembelajaran Rekayasa Komunikasi
sbi = simpangan baku skor ideal Perangkat Visual
1 1 Lunak
= ( ) ( ) (skor tertinggi ideal – skor
2 3
terendah ideal) Dosen Ahli Guru IPA Skor Maksimal
Skor tertinggi ideal = Σbutir kriteria x skor Gambar 2. Diagram Kelayakan Media Virtual
tertinggi Laboratory IPA oleh Dosen Ahli dan Guru
Skor terendah ideal = Σbutir kriteria x skor IPA
terendah Hasil penilaian oleh dosen ahli maupun
guru IPA menunjukkan bahwa masing-masing
2. Respon peserta didik terhadap virtual
komponen tersebut memperoleh nilai A atau
laboratory IPA
dengan kategori sangat baik. Berdasarkan
Analisis respon peserta didik
penilaian tersebut, maka dapat dikatakan
terhadap virtual laboratory IPA
bahwa virtual laboratory IPA berpendekatan
dilakukan dengan menghitung rata-rata
inkuiri terbimbing materi Transportasi Air
skor, kemudian dikonversi menjadi skala
pada Tumbuhan yang dikembangkan
lima seperti pada Tabel 2.
dikatakan telah layak digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Analisis kemampuan analisis peserta
didik
Respon Peserta Didik terhadap Virtual
Analisis peserta didik dilakukan
Laboratory IPA
dengan menghitung N-gain score dengan
Aspek penilaian respon peserta didik
rumus sebagai berikut.
terdiri dari aspek pembelajaran, materi,
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 rekayasa perangkat lunak, dan komunikasi
N-gain score =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 visual. Berikut ini hasil respon peserta didik.

Kriteria peningkatan kemampuan


analisis peserta didik dapat dilihat
berdasarkan kriteria pada Tabel 3.
5 E-Journal Prodi Pendidikan IPA Edisi ........

14,00 12,22 13 Didik Setyawarno (2016: 30) yang


12,00 9,38 10 menyatakan bahwa virtual laboratory
10,00
8,00 5 merupakan salah satu bentuk media
6,00 4,25
4,00 1,69 2 pembelajaran berbantuan komputer, yang
2,00 memungkinkan pembelajaran dapat
0,00
Aspek Aspek Materi Aspek Aspek memperoleh capaian berupa “complex skills”
Pembelajaran Rekayasa Komunikasi yang dibutuhkan di era global dan sekaligus
Perangkat Visual
Lunak dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran, termasuk dalam hal
Skor Rata-rata Peserta Didik Skor Maksimal keterampilan berpikir (thinking skill). Hal
Gambar 3. Diagram Penilaian Peserta Didik tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian
Brinson (2015: 218) yang menyatakan bahwa:
Berdasarkan hasil di atas, menunjukkan Student learning outcome
bahwa peserta didik memberikan respon yang achievement is equal or higher in Non
sangat baik terhadap virtual laboratory IPA Traditional Laboratory versus
yang dikembangkan Traditional Laboratory across all
learning outcome categories
Peningkatan Kemampuan Analisis (knowledge and understanding, inquiry
Peningkatan kemampuan analisis dapat skills, practical skills, perception,
dilihat berdasarkan perhitungan hasil pretest analytical skills, and social and
dan posttest dengan N-gain score. Adapun scientific communication).
hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Pernyataan tersebut menunjukkan
Gambar 4. bahwa virtual laboratory mengasah
kemampuan thinking skill karena dapat
150
memperkaya pengalaman belajar siswa
100 100
100 88,7 selama menggunakan virtual laboratory.
59,5 Adanya pendekatan inkuiri dalam
50 virtual laboratory memberikan peranan yang
penting terhadap tingkat penguasaan berpikir
0 tingkat tinggi salah satunya kemampuan
Pretest Posttest analisis peserta didik. Hal ini dikarenakan
pendekatan inkuiri melibatkan siswa secara
Nilai Nilai Maksimal
aktif dan merangsang siswa untuk berpikir
Gambar 4. . Diagram Nilai Pretest dan tingkat tinggi. Friedel et. al. (2008: 72)
Posttest Kemampuan Analiais Peserta Didik menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri dapat memfasilitasi peserta
Berdasarkan gambar tersebut, diketahui didik berpikir tingkat tinggi untuk
bahwa terdapat peningkatan pada hasil pretest mengembangkan suatu proses pemahaman
dan posttest peserta didik. Kemudian dari prinsip dan konsep. Hal ini dapat dibuktikan
hasil tes ini, digunakan menghitung besarnya dengan hasil penelitian Pannasan & Prasart
N-gain score peserta didik. Adapun dari hasil (2010: 254) yang menunjukkan bahwa
perhitungan menunjukkan bahwa N-gain pembelajaran inkuiri memiliki tingkat
score peserta didik sebesar 0,72. Hal ini efektifitas yang sama dengan pembelajaran
menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berbasis proyek, dengan menggunakan
analisis peserta didik termasuk dalam kategori pembelajaran inkuiri ini mampu
yang tinggi. Dari hasil tersebut, dapat meningkatkan prestasi peserta didik dan
dikatakan bahwa penggunaan media virtual kemampuan analisis.
laboratory berpendekatan inkuiri terbimbing
efektif untuk meningkatkan kemampuan SIMPULAN DAN SARAN
analisis peserta didik, terutama di SMP N 2
Bambanglipuro. Simpulan
Adanya peningkatan hasil peningkatan Berdasarkan hasil pengembangan
kemampuan analisis peserta didik ini setelah virtual laboratory IPA dapat disimpulkan
menggunakan virtual laboratory IPA sesuai beberapa hal yaitu: (1) virtual laboratory IPA
dengan Asri Widowati, Sabar Nurohman, dan berpendekatan inkuiri terbimbing materi
Pengembangan Virtual Laboratory... (Annisa Fitri Sholikhah) 6

Transportasi Air pada Tumbuhan Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi


dinyatakan layak sebagai media pembelajaran Program Pembelajaran.
oleh dosen ahli dan guru IPA dengan kategori Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
sangat baik (A), (2) peserta didik memberikan
respon yang sangat baik dengan nilai A, dan Friedel, C., Irani, T., Rudd, R., et al.
(3) peningkatan kemampuan analisis peserta (2008). Overtly Teaching Critical
didik setelah menggunakan virtual laboratory Thinking and Inquiry-Based
IPA berpendekatan inkuiri terbimbing Learning: a Comparison of Two
berdasarkan perhitungan N-gain score sebesar
Undergraduate Biotechnology Class.
0,72 dengan kategori sangat baik.
Journal of Agricultural Education
Saran [versi elektronik]. Volume 49,
Saran dari peneliti yaitu: (1) media Number 1, pp. 72 - 84 , DOI:
virtual laboratory IPA didesain lebih baik lagi 10.5032/jae.2008.01072.
dengan dilengkapi dengan adanya feedback
serta dilengkapi dengan halaman yang dapat Hake, R. R. (1998). Interactive-
terhubung dengan internet terutama pada Engagement Versus Traditional
bagian materi; (2) dilakukan pengembangan Methods: A Six-Thousand-Student
media virtual laboratory IPA pada materi lain Survey of Mecanics Test Data for
yang bersifat abstrak, terjadi pada tingkat Introductory Physics Courses. Am.
molekuler yang sulit diamati secara langsung; J. Phys, 64-74.
(3) penyebaran media virtual laboratory IPA
dilakukan dalam lingkup yang lebih luas, Panasan, M., & Prasant, N. (2010).
sehingga produk pengembangan tersebut Learning Outcome of Project- Based
dapat digunakan oleh banyak orang dan and Inquiry- Based Learning
menjadi lebih bermakna. Activities. Jurnal of Social Science,
252-255.
DAFTAR PUSTAKA
Remziye, E., Yeter, S., Sevigiil, S., et al.
Asri Widowati, Sabar Nurohman, & Didik (2011). The Effects of Inquiry-
Setyawarno. (2016). Pengembangan Based Science Teaching on
Virtual Laboratory IPA Berbasis Elementary School Students’
Inkuiri untuk Meningkatkan Science Process Skills and Science
Thinking Skill Siswa SMP. Attitudes. Bulgarian Journal of
Yogyakarta: FMIPA UNY. Science and education Policy
(BJSEP), volume 5, Number 1,
Areesophonpichet, S. (2013). A
2011. TURKEY: Uludag University.
Development of Analytical Thinking
Skills of Graduate Students by using Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Concept Mapping. Osaka: The Pendidikan (Pendektan Kuantitatif,
Asian Conference on Education. Kualitatif dan R & D). Bandung:
Alfabeta.
Brinson, J. R. (2015). Learning outcome
achievement in non-traditional Thiagarajan, S., Semmel, D. S., &
(virtual and remote) versus Semmel, M. I. (1974). Instructional
traditional (hands-on) laboratories: Development for Training Teachers
A review of the empirical research. of Exceptional Children.
Computers & Education. 218-237. Bloomington: Indiana University.
Retrieved from
http://dx.doi.org/10.1016/j.compedu. Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st
2015.07.003 Century Skills: Learning for Life in
Our Times. United States of
America: Jossey-Bass.

Anda mungkin juga menyukai