Anda di halaman 1dari 9

Nama : Destian

NIM : 1503833

Kelas : 6A

Belajar dan Pembelajaran

A “Methodical” History of Language Teaching

Approach, Method, and Technique

Sekitar 4 dekade yang lalu, Edward Anthony (1963) membuat konsep tentang metode yaitu
kedua dari tiga elemen hirarkis yang dinamakan pendekatan (Approach), metode (Method), dan
teknik (technique). Pendekatan adalah sekumpulan asumsi-asumsi yang berurusan dengan sifat
bahasa, pembelajaran, dan pengajaran. Metode digambarkan sebagai rencana keseluruhan untuk
penyajian bahasa yang sistemik berdasarkan pendekatan yang dipilih. Teknik adalah aktifitas
khusus yang diwujudkan dalam kelas secara konsisten dengan sebuah meted dan juga selaras
dengan sebuah pendekatan. Jack Richards dan Theodore Rodgers (1982, 1986) juga mengusulkan
konsep tentang metode, yaitu pendekatan (approach), desain (Design), dan prosedur (procedure).
Menurut Richards dan Rodgers, sebuah metode adalah sebuah payung untuk spesifikasi dan
keterkaitan antara teori dan praktik (1982: 154). Sebuah pendekatan menjelaskan asumsi-asumsi,
keyakinan, dan teori-teori tentang sifat bahasa dan bahasa pembelajaran. Desain menentukan
hubungan antara teori-teori tersebut kepada materi dan aktivitas di kelas. Prosedur ada teknik-
teknik dan praktik yang diturunkan dari satu pendekatan dan satu desain. Dibawah ini merupakan
beberapa istilah yang berkaitan dengan bab ini:

1. Metodologi: Praktik pedagogis secara umum (termasuk dasar teoritis dan penelitian
terkait). Berhubungan juga dengan “bagaimana cara mengajar”.
2. Pendekatan: secara teoritis posisi dan kepercayaan yang baik tentang sifat bahasa, dan
penerapan untuk kedua hal terbut dalam situasi pedagogis.
3. Metode: satu set umum dari spesifikasi kelas untuk mencapai tujuan linguistik
(kebahasaan).
4. Kurikulum atau silabus: desain-desain pengajaran untuk melaksanakan program bahasa
tertentu.
5. Teknik: berbagai latihan, aktivitas, atau tugas yang digunakan dalam kelas bahasa untuk
mewujudkan tujuan pelajaran.

The grammar Translation Method

Pada abad kesembilan belas, metode klasik muncul dan dikenal sebagai Metode
Penerjemahan Tata Bahasa (grammar translation method). Prator dan Celce-Murcia (1979:3)
menguraikan karakteristik yang utama pada metode ini:

1. Kelas-kelas diajarkan dengan bahasa ibu dengan sedikit penggunaan bahasa target secara
aktif.
2. Banyak kosa kata diajarkan dalam bentuk daftar kata-kata terisolasi.
3. Panjang dan penjelasan yang rumit dari seluk-beluk tata bahasa diberikan.
4. Tata bahasa menyediakan aturan-aturan untuk menyusun kata secara bersamaan dan
terkadang petunjuk tersebut fokud terhadap bentuk dan perubahan pada kata.
5. Membaca teks klasik yang sulit telah dimulai sejak awal.
6. Dibutuhkan sedikit perhatian kepada konten pada teks yang diperlukan sebagai latihan di
analisis tata bahasa.
7. Terkadang hanya mengerjakan latihan soal pada terjemahan kaliamt dari bahasa target ke
bahasa ibu.
8. Pelafalan kata tidak terlalu diperhatikan.

Gouin and the Series Method

Sejarah tentang bahasa asing yang modern bisa dikatakan telah dimulai pada akhir tahun
1800s dengah Francious Gouin, seorang guru bahasa prancis dan latin dengan wawasan yang luar
biasa. Menurutnya, bahasa adalah saran berpikir dan untuk mewakili dunia dan untuk diri sendiri.
Lalu, Gouin merancang metode pembelajaran yang akan diikuti dari wawasannya tersebut.
Rangkaian metode telah dibuat, yaitu sebuah metode yang mengajarkan secara langsung kepada
pelajar tanpa terjemahan kata dan secara konseptual tanpa aturan tata bahasa dan penjelasan.
Sebuah rangkaian yang menyatukan kalimat-kalimat yang mudah untuk diketahui. Pelajaran
pertama dari mempelajari bahasa asing akan diajarkan lewat lima belas rangkaian kata:

I walk towards the door. I draw near tod the door. I draw nearer to the door. I get to the door. I
stop at the door.
The Direct Method

Premis dasar dari metode langsung hampir sama dengan rangkaian metode Gouin yang
mana pembelajaran bahasa kedua harus seperti pembelajaran bahasa pertam, banyak latihan
interaksi lisan, penggunaan bahasa secara spontan, tidak ada terjemahan kata antara bahasa
pertama dan kedua. Richards and Rodgers (1986:9-10) meringkas prinsip-prinsip tersebut menjadi
berikut ini:

1. Instruksi kelas dilakukan khusu pada bahasa target.


2. Hanya memepelajari kosa kata dan kalimat sehari-hari.
3. Kemampuan komunikasi lisan dibangun secara hati-hati, seperti melakukan tanya jawab
antara guru dan murid.
4. Tata bahasa dipelajari secara induktif.
5. Pengajaran yang baru dilakukan melalui permodelan dan latihan.
6. Kosa kata yang konkrit dipelajari melalui demonstrasi secara langsung terhadap objek dan
gambar.
7. Pemahaman dalam berbicara dan mendengarkan juga dipelajari.
8. Pelafalan kata dan tata bahasa yang benar ditekankan.

The Audiolingual Method

Metode ini didasarkan pada prinsip-prinsip perilaku psikologi. Metode ini banyak diadaptasi
dari prosedur “Direct Method” sebagai reaksi terhadap kurangnya keterampilan berbahasa. Materi
baru disajikan dalam bentuk dialog. Berdasarkan prinsip bahwa pembelajaran bahasa adalah suatu
bentuk kebiasaan dan peniruan. Alur pembelajaran dengan “Metode Audiolingual,” secara
bertahap menggunakan pola latihan berulang atau “repetitif drills,” sedikit penjelasan tentang
tatabahasa (tata bahasa diajarkan secara induktif).
Urutan keterampilan berbahasa yang diajarkan adalah mendengar, berbicara, membaca dan
menulis. Kosakata sederhana dipelajari dalam suatu konteks. Poin pengajaran ditentukan oleh
adanya analisis antara B1 dan B2. Terdapat banyak penggunaan laboratorium bahasa, kaset dan
alat. Ada perpanjangan periode pra-membaca di awal pelatihan. Sangat mementingkan
pronounsiasi. Penggunaan bahasa ibu oleh pengajar diperbolehkan agar memudahkan pembelajar.
Ketepatan tanggapan pembelajar sangat diperhatikan untuk menghindari kesalahan. Ada
kecenderungan untuk terlalu berfokus pada bahasa target dengan mengabaikan isi dan makna
kebahasaan.
Istilah audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun
1964. Metode ini mengklaim sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran
bahasa asing dan menyatakan sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya
sebuah metode keilmuan bahasa. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi
pandangan dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan Aural-Oral,
dan psikologi Behavioristik. Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan
pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut:
- Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
- Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
- Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
- Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
- Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards & Rodgers (dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran
yang telah menjadi dasar psikologi audio-lingualisme dan penerapannya sebagai berikut:
- Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaan
yang mekanistik,
- Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada
bahasa target disajikan dalam bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tulis.
- Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pembelajar bahasa daripada
bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan penjelasan tentang kaidah-kaidah.
- Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa
dan kebudayaan dan tidak berdiri sendiri.
Richards & Rogers (Brown,2001:23) juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan
dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan pengajaran dan
pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan (drills) dan latihan
pola (pattern practice), (Prator & Celce-Murcia, 1979).
Cognitive Code Learning

Belajar dengan kode kognitif atau “Cognitive Code Learning,” merupakan pendekatan
yang menekankan pada kesadaran mempelajari bahasa kedua (bahasa target) sebagai aplikasi
kehidupan, (Carrol,1966).

Metode ini adalah reaksi dari praktek penggunaan “Metode Audiolinguistik” yang
behavioristik dan praktik metode “Grammar Translation. Pada masa itu, para praktisi bahasa
merasa perlu mengkaji pengembangan potensi siswa dalam kemampuan berkomunikasi, sehingga
diperlukan metode kode kognitif.

“Designer” methods of the spirited 1970s


Pada era 1970-an, sejarah pengajaran bahasa mencatat dua hal penting. Pertama makin
berkembangnya desain metode pengajaran bahasa, ketelitian pengajaran bahasa kedua, dan
berkembangnya pengajaran bidang linguistik. Semakin banyaknya ahli bahasa yang
mengkhususkan diri pada studi pemerolehan bahasa kedua (bahasa target) di dalam dan di luar
kelas.Kedua, adanya semangat meneliti dan berinovasi yang menjadi dasar pembaharuan
pendekatan, metode dan teknik pengajaran bahasa di kemudian hari. Mereka telah mempermudah
kita dalam mengintegrasikan pendekatan-pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa. Mari
kita cermati lima produk inovatif yang lahir di era 1970-an.
1. Community Language Learning
Metode ini diperkenalkan oleh Charles A. Curran dan rekan-rekannya (1976).
Curran sendiri bukan seorang guru bahasa, melainkan seorang ahli psikologi yang
mengambil spesialisasi dalam penyuluhan (counseling).Penerapan teknik-teknik pe-
nyuluhan pada pelajaran pada. umumnya dikenal dengan nama pelajaran
penyuluhan (counseling learning). Curran mengarang suatu metode khusus untuk
mengajar bahasa yang diberi nama "belajar bahasa secara berkelompok" atau BBSB untuk
singkatnya (community language learning).
Metode ini sering disebut orang sebagai contoh dari pendekatan humanistis pada
pengajaran bahasa (humanistic approach to language teaching).Menurut Moskowitz, yang
dikutip Richards dan Rodgers (Brown,2001:25), istilah "humanistis" di sini berarti
"percampuran dari sernua emosi dan perasaan-perasaan lain dari pelajar dalam proses
belajar-mengajar BT, yang meliputi, antara lain, harga diri dan perasaan bangga akan
pencapaian cita-cita dengan usaha sendiri (kemandirian).
Teori yang mendasari BBSB ini ialah pernikiran bahwa apa yang sebenarnya
dipelajari oleh manusia pada umumnya itu bersifat kognitif danafektif. Pelajaran disajikan
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu suasana yang memungkinkan pelajar (bahasa)
berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama pelajar secara bebas. Dengan demikian,
pelajar (bahasa) mengalami semua masukan dari luar secara menyeluruh, yakni melalui
pikiran (kemampuan kognitio) dan perasaannya (kemampuan afektio).
2. Suggestopedia
Metode ini agak sukar untuk diterjemahkan dengan hanya menggunakan satu atau
dua kata, tetapi harus diuraikan dengan menggunakan beberapa paragraf.
Suggestopedia adalah suatu metode yang dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri dan
pendidikan dari Bulgaria bemama Georgi Lozanov (1979). Georgi Losanov percaya bahwa
dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi. Suggestopedia merupakan aplikasi
sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pembelajar mengalami kegagalan dapat
dihilangkan. Dalam model pembelajaran suggestopedia, kendala psikologi pembelajar
dapat diatasi (Brown,2001:28).
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian
rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah
lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang berhubungan
dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru menyapa dalam bahasa ibu
kemudian meyakinkan siswa/pebelajar kalau nereka tidak perlu berusaha untuk belajar tapi
pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar musik klasik kemudian
mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan cara menarik nafas panjang. Selanjutnya guru
mengajak pebelajar berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka
membuka mata, mereka bermain peran. Setelah itu, guru membaca sambil
memperdengarkan musik. Guru tidak memberi pekerjaan rumah.
3. The Silent Way
Metode diam (the silent way) dicetuskan oleh Caleb Cattegno (1972), seorang ahli
pengajaran bahasa yang menerapkan prinsip-prinsip kognitivisme dan ilmu filsafat dalam
pengajarannya (Brown, dalam Chamot & McKeon 1984:2). Perlu ditekankan di sini bahwa
Gattegno mengembangkan teori dan metode pelajarannya terpisah dari teori Chomsky,
meskipun ada banyak persamaan dalam teorinya.
Prinsip-prinsip filsafat yang merupakan ide-ide dasar metode ini, adalah antara
lain ; Diri seseorang (the self) sama dengan tenaga yang bekerja dalam tubuhnya melalui
pancaindera, dan bertujuan untuk mengatur masukan-masukan dari luar itu. Diri itu
membuang yang dianggap tidak berguna dan menyimpan yang dianggap menjadi bagian
dari diri itu. Diri ini, sebagai suatu tenaga, bukanlah sama dengan "kerja", melainkan sama
dengan "kemampuan untuk bekerja".
Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa
belajar bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat
menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka
berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan
berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi
dengan vocal konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat
guru hanya memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk
melafalkan sampai benar.Dalam proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya
mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran.

Total Physical Response

Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang mendekatkan pada
pentingnya ‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada
pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar
bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia
dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi untuk berbicara. Seorang
anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.

Pada Natural Approach (dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan
guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran.
Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa
kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hampir sama dengan Direct Method. PadaTotal Physical
Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang
diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, dan ‘Jump’.

The Natural Approach

Pendekatan alamiah yang disebut oleh Krashen (1981), dan Krashen dan Terrell (1983),
mengingatkan kita pada pemikiran-pemikiran yang mendasari metode langsung pada tahun
1960-an. Tetapi, Krashen dan Terrell memberikan teori atau hipotesis yang lain dalam hal
"pemerolehan bahasa". Berbeda dengan pandangan audiolingualisme, yang menganggap bahasa
pertam sebagai "penghambat proses belajar-mengaiar BT" yang, disebutinterferensi
(interference), dalam teori monitor diambil sikap yang lebih positif terhadap pengaruh BS pada
BT. Dalam teori monitor,,BS tidak dianggap sebagai penghambat atau interferensi BT.
Penggunaan unsur-unsur atau dri-dri dari BS dalam BT dianggap justru sebagai "pengisian lubang-
lubang atau kekurangan-kekurangan" dalam kemampuandalam BT. jadi, pernbicara (pelajar BT)
itu menggunakan unsur/ciri bahasa yang sudah dimilikinya (BS) bila dia belum memperoleh
kemampuan itu dalarn BT.

Dengan demikian, pengaruh BS dapat dianggap sebagai indikator tingkat pernerolehan,


dan makin banyak pengaruh BS, makin rendah tingkat pernerolehan BT. Pernikiran ini mendorong
beberapa ahli pengajaran bahasa untuk menyarankan suatu "kurun waktu sunyi" (silent
period), baik bagi pelajar muda maupun pelajar yang sudah dewasa, walaupun "sunyi" ini berarti
waktu mendengarkan saja. Dalam pendekatan alamiah yang dibicarakan ini termasuk lagi satu
hipotesis yang penting diketahui, yakni hipotesis masukan (input hypothesis).Yang dimaksud
dengan ini ialah bahwa sumber dari masukan untuk pelajar BT adalah ruang kelas di mana mereka
memperoleh masukan yang dapat dipahami dan yang diperlukan untuk mencapai kemampuan
dalam BT.Masukan merupakan suatu unsur yang terpenting dalam pendekatan alamiah ini.
Demikianlah secara singkat teori-teori pendekatan pernahaman dan pendekatan alamiah.

Beyond Method: National-Functional Syllabuses

Ketika metode-metode inovatif tahun 1970-an sedang diminati dan dikritisi oleh orang
banyak, muncullah apa yang disebut “Notional-Funcional Syllabus (NFS)” atau “gagasan
tentang silabus”. Silabus sebagai landasan yang signifikan untuk pengajaran bahasa pertama
kali digagas di Eropa dan digunakan di Inggris tahun 1970-an.
Pengembangan silabus bahasa merupakan salah satu aspek dari penyelenggaraan program
pengajaran bahasa, yang berhubungan dengan upaya-upaya penyediaan dan pengadaan pedoman
atau panduan bagi guru untuk melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas, supaya tujuan yang telah ditetapkan dapat terwujud. Upaya-upaya
tersebut dapat dilakukan oleh beberapa pihak, seperti guru baik secara individual maupun
kelompok, lembaga-lembaga penyelenggara program bahasa, atau pemerintah.

Daftar Pustaka
Brown, H. D. (2001). Teaching by principles: An interactive approach to language pedagogy,
second edition. New York: Addison Wesley Longman.

Anda mungkin juga menyukai