Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TUBERKULOSIS (TBC)

Pokok Bahasan : Tuberculosis


Sub Pokok Bahasan : Pengertian, penyebab, tanda dan gejala pengobatan
Audiens : Keluarga Pasien An. G
Hari/tanggal : Jumat, 23 November 2018
Tempat : Bangsal Dadap Serep, RSUD Pandan arang Boyolali
Waktu : 11.00 WIB
Pelaksana : Mahasiswa program ners Stikes Kusuma Husada

A. Latar Belakang
Bakteri tuberkulosis ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun

1882 dan sering menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh

manusia. Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade

terakhir ini di seluruh dunia. Pada tahun 1993, WHO merencanakan

kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di dunia,

penyakit TB tidak terkendali, terutama penderita menular (TB positif).

Demikian pula di Indonesia, TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi

angka kematian (mortalitas), diagnosis dan terapinya. Indonesia menempati

urutan ketiga setelah India dan China di dunia. Hasil survei Depkes RI

tahun1992, menunjukkan bahwa TB merupakan penyebab kematian kedua

setelah penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya. Pada tahun 1999 WHO

Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita

TB baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate sekitar 130

per 100.000 penduduk.TB banyak terdapat di kalangan penduduk dengan

kondisi sosial ekonomi lemah dan menyerang golongan usia produktif (15-54
tahun). Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB

batuk, sedangkan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari

penderita TB dewasa. Bakteri ini sering masuk dan berkumpul di dalam paru-

paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya

tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melaui pembuluh darah atau

kelenjar getah bening (Castillo,2004).

Seseorang dikatakan terinfeksi TB apabila kuman TB berada dalam tubuhnya

meskipun tidak aktif. Seringkali setelah kuman TB memasuki badan,

kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut. Kuman ini hidup dalam tubuh

bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat kuman tidak aktif maka

penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain.

Meningkatnya penularan infeksi TB banyak dihubungkan dengan

memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan

kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai

tempat tinggal, dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan

tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman memegang peranan penting dalam

terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan kenyataan tersebut, melalui analisa model tuberkulosis akan

dipelajari dinamik dari penyakit ini, terutama model tuberkulosis dengan

tingkat perkembangan cepat dan lambat. Analisis dinamik bertujuan

mendapatkan nilai ambang batas untuk mengetahui ada tidaknya epidemik.

Model tuberkulosis dengan tingkat perkembangan cepat adalah keadaan

individu yang sehat tetapi rentan tertular penyakit berubah menjadi individu
terinfeksi. Sedangkan model tuberkulosis tingkat perkembangan lambat adalah

keadaan individu yang sehat tetapi rentan tertular penyakit sebelum berubah

menjadi individu terinfeksi menjadi individu menderita TB tetapi tidak aktif

(Mccluskey, 2006).

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penkes tentang TBC, klien mampu memahami

dan mengaplikasikan materi penkes dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat :
a. Memahami mengenai pengertian penyakit tuberculosis.

b. Memahami mengenai penyebab penyakit tuberculosis.

c. Memahami mengenai cara penularan penyakit tuberculosis.

d. Memahami mengenai gejala-gejala penyakit tuberculosis.

e. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyebaran penyakit tuberculosis

f. Mengetahui tentang tes yang dilakukan untuk mengetahui penyakit

tuberculosis.

g. Mengetahui mengenai cara pencegahan penyakit tuberculosis.

D. Sasaran
Keluarga pasien An. G di ruang Dadap Serep, RSUD Pandan Arang Boyolali
E. Materi (terlampir)
a. Pengertian penyakit tuberculosis.

b. Penyebab penyakit tuberculosis

c. Cara penularan penyakit tuberculosis

d. Gejala-gejala penyakit tuberculosis.

e. Faktor-faktor penyebab penyebaran penyakit tuberculosis

f. Tes yang dilakukan untuk mengetahui penyakit tuberculosis.


g. Cara pencegahan penyakit tuberculosis.

F. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
G. Media
Leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan Peserta
Penyuluhan
1 Pembukaan 5 Menit  Mengucapkan  Menjawab salam
salam  Memperhatikan
 Memperkenalan  Memperhatikan
diri
 Menjelaskan
maksud dan
tujuan
2 isi 20 Menit  Menggali  Memperhatikan dan
pengetahuan mendengarkan
pasien dan  Bertanya
keluarga  Memperhatikan dan
 Pengertian mendengarkan

penyakit

tuberculosis.

 Penyebab

penyakit

tuberculosis
 Cara penularan

penyakit

tuberculosis

 Gejala-gejala

penyakit

tuberculosis.

 Faktor-faktor
penyebab
penyebaran
penyakit
tuberculosis
 Tes yang
dilakukan untuk
mengetahui

 Memberikan
kesempatan
kepada pasien dan
keluarga pasien
untuk bertanya
 Menjawab
pertanyaan
3 Penutup 5 Menit  Memberikan  Memperhatikan
review tentang  Memperhatikan
materi yang telah  Memperhatikan
disampaikan  Menjawab Salam
 Menyimpulkan .
 Menyampaikan
harapan kepada
peserta
 Salam penutup

I. Setting tempat

2 2 2

Keterangan gambar :
1. Penyaji
2. Peserta
J. Rencana Evaluasi
a. Struktur
1. Persiapan media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap
dan siap digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet.
2. Persiapan materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dan
akan disebarluaskan dalam bentuk leaflet yang berisi gambar dan
tulisan.
b. Proses penyuluhan
1. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan
lancar dan sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan.
2. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluhan dan sasaran yang akan diharapkan penyuluhan.
3. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
c. Hasil penyuluhan
setelah dilakukan penyuluhan tentang Asfiksia diharapkan peserta
mampu :
1. Klien dapat memahami pengertian penyakit tuberculosis.

2. Klien dapat memahami penyebab penyakit tuberculosis

3. Klien dapat memahami cara penularan penyakit tuberculosis

4. Klien dapat memahami gejala-gejala penyakit tuberculosis.

5. Klien dapat memahami faktor-faktor penyebab penyebaran

penyakit tuberculosis.

6. Klien dapat memahami tes yang dilakukan untuk mengetahui

penyakit tuberculosis.

7. Klien dapat memahami cara pencegahan penyakit tuberculosis.


Lampiran Materi

A. Pengertian Penyakit Tuberculosis

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan

bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk

mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru

dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah

mengenal penyakit ini. TB bukanlah penyakit keturunan, dan TB dapat

disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, lengkap dan teratur.

B. Penyebab Tuberculosis

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri

ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,

sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.

Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch

Pulmonum (KP).

Mycobacterium tuberculosa, bakteri ini menyebar dari orang ke orang

melalui tetesan mikroskopis dilepaskan ke udara. Udara merupakan media

penyebaran bakteri mikobakterium tuberkulosa dalam penularan penyakit

TBC.
C. Cara Penularan Penyakit Tuberculosis

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC

batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita

TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru

akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya

tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau

kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi

hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran

pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian

organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka

dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).

Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha

dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel

paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya

menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat).

Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada

pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap

dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem

kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan

sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk

sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat

diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif

terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak

dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi

sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,

meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan

adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang

lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang

memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

D. Gejala Penyakit Tuberculosis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala

khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis

tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk

menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam

seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.


2. Gejala khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat

penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan

suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang

yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit

di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan

disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah

demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

E. Faktor Penyebab Penyebaran Penyakit Tuberculosis

Karena penyebarannya melalui udara maka proses penyebarannya

dengan cepat menyebar. Beberapa faktor yang menyebabkan penyebaran TBC

paru di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan yang tidak higienis. TBC menyebar dengan cepat pada

tempat tinggal yang kurang ventilasi, sempit dan sesal, karenanya angka

penularan tinggi terjadi di lingkungan yang penuh sesak dan kumuh.

2. Kurangnya akses ke perawatan medis, baik karena ketidakmampuan

ekonomi atau ketidaktahuan. Kondisi ini membuat ia tidak mendapatkan

tindakan medis yang cukup sehingga memperburuk penyebaran.


3. Turunnya kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh bekerja dengan

baik, maka sel darah putih akan menjadi benteng pelindng dari bakteri

TB. Tapi jika sistem imunnya berkurang, maka kuman akan lebih mudah

masuk ke dalam tubuh.

4. Kontak dengan penderita penyakit TBC lainnya. Jika hidup dengan

penderita TBC aktif yang tidak mendapatkan pengobatan akan membuat

risiko tertular semakin tinggi, baik di lingkungan keluarga ataupun rekan

kerja.

5. Jenis kelamin dan usia. Umumnya jenis kelamin laki-laki dan orang

dewasa lebih berisiko terkena TBC.

6. Masuknya zat-zat kimia yang berlebihan ke dalam tubuh.

F. Tes yang Dilakukan Untuk Mengetahui Penyakit Tuberculosis

1. Tes Kulit Tuberkulin (Tes Mantoux) menunjukkan apakah seseorang

mungkin terinfeksi.

2. Rontgen X-ray dada dapat menunjukkan apakah ada kesan-kesan TBC pada

paru-paru.

3. Tes dahak menunjukkan apakah ada kuman TBC dalam dahak yang

dibatukkan.

G. Cara Pencegahan Penyakit Tuberculosis

1. Bagi penderita, tutup mulut bila batuk.

2. Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu:

a. Menimbun dahak dengan pasir.

b. Tampung dahak dalam kaleng berisi lysol, air sabun, spiritus, dan buang

di lubang wc atau lubang tanah.


3. Memeriksakan anggota keluarga yang lain.

4. Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin ).

5. Istirahat cukup.

6. Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien.

7. Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi & pencahayaan baik, hindari

rokok.

8. Berikan Imunisasi BCG pada bayi.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/tbc-paru.htm

http://macammacampenyakit.com/penyakit-tbc-tuberkulosis/

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, ECG, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 431, 432, Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Simon, Harvey E., 2002, Infections due to Mycobacteria, in Infectious Disease: The

Clinician’s Guide to Diagnosis, Treatment, and Prevention, WebMD

Profesional Publishing

Anda mungkin juga menyukai