Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang berkaitan dengan keuntungan
perusahaan, sehingga merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diteliti
kelayakanya. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi
dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan.

Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan
keputusan investasi, pendanaan dan dividen.

Keputusan investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan (a)
kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, (b) kebijakan modal kerja (c) kebijakan
invesasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas (merger dan akuisisi)
(Damodaran, 1997).

Keputusan pendanaan difokuskan untuk medapatkan usaha optimal dalam rangka


mendapatkan dana atau dana tambahan untuk mendukung kebijakan investasi. sumber dana
dibagi dalam 2 kategori yakni :

(a) Internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)


(b) Sumber eksternal yaitu:
1. Dalam bentuk utang yang meliputi penundan pembayaran utang, pinjaman jangka
pendek sebagai tambahan modal kerja dan pinjaman jangka panjang (obligasi)
sebagai dana investasi.
2. Menerbitkan Saham, baik dalam bentuk saham perdana (initial public offer/IPO)
maupun saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam rangka ekspansi
perusahaan.
Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendaan adalah menetapkan struktur
modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar dalam memutuskan berapa
jumlah dana dan bagaimana komposisi jumlah dana pinjaman dan dana sendiri yang
ditambahakan untuk mendukung kebijakan investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan
dapat tumbuh secara sehat. Disamping itu konmposisi struktur modal harus
pula dipertimbangkan hubungan antara perusahaan, kreditur maupun pemegang saham
sehingga tidak terjadi konflik.

Keputusan dividen ditentukan dari jumlah keuntungan perusahaan setelah pajak (earning
after tax). Oleh karena itu tujuan memaksimumkan keuntungan yang dibagikan kepada
pemegang saham (dividen) dengan kendala memaksimumkan laba ditahan untuk
diinvestasikan kembali sebagai sumber dana internal.dengan kata lain semakin banyak jumlah
laba ditahan berqarti semakin sedikituang yang tersedia bagi pembayaran dividen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bentuk Kebutuhan Dana Untuk Aktiva Tetap ?
2. Bagaimana Bentuk Kebutuhan Dana Untuk Modal Kerja ?
3. Bagaimana Bentuk-Bentuk Sumber Dana ?
4. Bagaimana Pentingnya Aliran Kas Proyek ?
5. Bagaimana Komponen Aliran Kas Proyek ?
6. Bagaimana Menaksir Aliran Kas Proyek ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan Bentuk Kebutuhan Dana Untuk Aktiva Tetap
2. Mendeskripsikan Bentuk Kebutuhan Dana Untuk Modal Kerja
3. Mendeskripsikan Bentuk-Bentuk Sumber Dana
4. Mendeskripsikan Pentingnya Aliran Kas Proyek
5. Mendeskripsikan Komponen Aliran Kas Proyek
6. Mendeskripsikan Taksiran Aliran Kas Proyek

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat Mengetahui Bentuk Kebutuhan Dana Untuk Aktiva Tetap
2. Dapat Mengetahui Bentuk Kebutuhan Dana Untuk Modal Kerja
3. Dapat Mengetahui Bentuk-Bentuk Sumber Dana
4. Dapat Mengetahui Pentingnya Aliran Kas Proyek
5. Dapat Mengetahui Komponen Aliran Kas Proyek
6. Dapat Mengetahui Cara Menafsirkan Aliran Kas Proyek
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEBUTUHAN DAN SUMBER DANA

Kebutuhan dana

Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh
ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi
permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis
tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah
dapat dipastikan usaha bisnis tersebut akan terancam gagal.
Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatu
aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan (forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran
ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran dana yang
dibutuhkan tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri,
misalnya penentuan lokasi bisnis yang bergantung kepada harga tanah. Semakin mahal harga
tanah maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Disamping
itu, terdapat pula faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan selama umur bisnis tersebut.
Menurut carter dan Usry, biaya adalah: nilai tukar, pengeluaraan, pengorbanan untuk
memperoleh manfat. Biaya seringkali sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi dalam
kategori (diklasifikasi) menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi, biaya tidak
langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biayaproduk, baiya periode, biaya
bersama (joint cost), biaya estiamsi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost) dan biaya tunai.
Studi keuangan akan lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana dana akan
dialokasikan. Secara umum, pengalokasian dana tersebut dapat dilakukan kedalam dua bentuk,
yaitu untuk aktiva tetap (fixed assets), dan untuk modal kerja (working capital).

1. Alokasi Dana Untuk Aktiva Tetap.


Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud (tangible assets), dan aktiva tetap tidak
berwujud (intangible assets). Menurut Baridwan (1989.) aktiva tetap berwujud adalah aktiva
yang berwujud yang dapat digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.
seperti tanah, gedung perkantoran dan peralatannya, gedung pabrik dan mesin-
mesin, dan aktiva tetap lainnya. Aktiva tetap tidak berwujud adalah: aktiva tetap yang tidak
berwujud secara fisik yang memiliki umur lebih dari satu tahun seperti hak patent, lisensi,
copyright, goodwill, biaya pendahuluan, biaya-biaya praoperasional, dan lain sebagainya.

2. Alokasi Dana Untuk Modal kerja.


Weston & Copeland mendefenisikan modal kerja adalah investasi perusahaan dalam
bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi beban lancar. Sedangkan
Sawir, menyatakan modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari.
Secara umum modal kerja dapat diartikan dalam dua bentuk, yaitu: gross working capital
dan net working capital. Menurut Varn Horne dan wachowichz JR, gross working capital
adalah: keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan dalam operasi. Sedangkan net working
capital menunjukkan kelebihan aktiva lancer di atas hutang lancer. Modal kerja di sini akan
diartikan sebagai keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan untuk kegiatan operasional
bisnis, diluar dari penggunaan dana untuk aktiva tetap yang tersebut diatas. Estimasi dari modal
kerja tergantung kepada rencana produksi dan penjualan dari bisnis tersebut.
Semakin besar rencana produksi dan penjualan yang akan dilaksanakan oleh suatubisnis,
maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.

3. Sumber dana

Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu bisnis dapat
dijalankan atau tidak. Akhir-akhir ini, telah banyak berkembang berbagai lembaga keuangan
maupun non-keuangan yang telah bersedia untuk mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja
dengan persyaratan tertentu. Sumber dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut sebagai
modal asing (modal pinjaman). Menurut Suratman (2001), sumber dana dari modal asing
adalah: sumber dana yang didapatkan dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki
perusahaan tersebut seperti Bank, Perusahaan Leasing, dan Lain Sebagainya. Sumber dana dari
modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka
pendek. Sumber dana itu sendiri dapat juga berasal dari pihak internal perusahaan yang akan
melakukan aktivitas bisnis. sumber dana ini disebut juga sebagi sumber dana modal sendiri.
Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud Modal Saham dan Laba Ditahan.
Masalah yang sebenarnya yang pada akhirnya akan dibahas di dalam Studi Aspek
Keuangan itu sendiri – perihal modal – adalah bagaimana bisnis tersebut akan didanai baik
dengan modal sendiri, modal asing ataupun gabungan keduanya, akan dapat mencapai
keuntungan yang ekonomis. Artinya: bagaimana struktur modal tersebut disusun agar dapat
meminimumkan biaya modal (cost of capital), sehingga akan optimal penggunaannya. Oleh
karena itu, pembahasan biaya modal ini – yang nanti akan dibahas juga dalam makalah ini –
sangat penting dilakukan untuk menentukan tingkat keuntungan (cut off rate) yang diharapkan
dari suatu aktivitas bisnis. artinya, suatu aktivitas bisnis tersebut, baik akan didanai oleh modal
asing atau modal sendiri atau gabungan keduanya sangat bergantung kepada biaya modal
perusahaan.

Dengan melakukan studi keuangan, akan diketahui informasi mengenai total pasiva, biaya
modal, sistem anggaran, proses akuntansi, tingkat suku bunga, dan neraca pembukuan
perusahaan tersebut, yang berguna untuk memperoleh dana pembelanjaan atau investasi
(Purba, 2001). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dana pembelanjaan dapat
diperoleh dari 2 sumber, diantaranya:

1. Hutang/ kredit/modal asing


2. Modal sendiri

1. Pembelanjaan Hutang

Pembelanjaan Hutang (debt) sebagai sumber pendanaan akan memiliki resiko (risk) berupa
pembayaran bunga (interest) dan pengembaliannya (repayment). Hal ini dikarenakan adanya
prinsip The Risk – return Tradeoff, yaitu: kecenderungan investor untuk memberikan investasi
kepada proyek dengan resiko yang tinggi, dengan tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return) akan tinggi pula. Artinya: hutang/kredit dapat dipenuhi, apabila tingkat suku
bunga terhadap pinjaman tersebut sesuai dengan keinginan kreditor atau investor.

Hutang yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan dapat dibagi dua, yaitu:

1) Hutang jangka pendek (short term debt)


2) Hutang jangka panjang (long term debt)
1) Hutang Jangka Pendek

Menurut Warren, Reeve & Fess, such liabilities that are to be paid out of current assets
and are due within a short time, usually one year, are called current liabilities. Artinya: hutang
jangka pendek akan dikembalikan dalam tempo waktu kurang dari 1 tahun. Hutang jangka pendek
ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka pendek pula, mis: pembiayaan
aktiva lancar atau modal kerja.

Pendanaan hutang jangka pendek dapat berasal dari:

1. Pinjaman dari Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan biasanya akan memiliki beberapa penilaian tentang layak atau tidaknya
suatu bisnis menerima pinjaman investasi. Penilaian tersebut berkenaan dengan faktor-faktor
sebagai berikut:

a. rencana penggunaan pinjaman perusahaan


b. kondisi keuangan bisnis perusahaan
c. peramalan tentang industri atau lingkungan di sekitar bisnis perusahaan
d. adanya jaminan dari perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman

Persyaratan-persyaratan tersebut akan menentukan jumlah pinjaman, jangka waktu pinjaman,


jaminan terhadap pinjaman, dantingkat suku bunga pinjaman.

2. Menerbitkan Surat Dagang.


Surat dagang mis: surat hutang wesel, dan surat hutang lainnya dengan tingkat suku bunga yang
menarik.

3. Kredit Dagang
kredit dagang adalah surat hutang yang memiliki kekuatan hokum lebih lemah dibandingkan
surat dagang.

4. Sumber Keuangan Lainnya


mis: pegadaian, masyarakat pemodal (kreditor), dan sebagainya.

2) Hutang Jangka Panjang

Menurut Warren, Reeve, & Fess, liabilities that will be due for a long time (usually more
than one year) are called long-term liabilities. Artinya hutang jangka panjang akan
diharapkan dibayarkan kembali dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun, mis: obligasi (bonds),
hipotik (mortage), dan sebagainya. Hutang jangka panjang dapat digunakan untuk pembiayaan
modal kerja ataupun membiayai aktiva tetap.

Banyak perusahaan besar, yang umumnya membutuhkan dana yang besar, memilih
memperoleh dana dari obligasi, yaitu merupakan surat hutang jangka panjang yang dibeli oleh
para investor dari Negara. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga obligasi yang relatif lebih rendah
dibandingkan pinjaman terhadap lembaga keuangan lainnya.

Ketika sebuah perusahaan berencana akan menerbitkan obligasi, maka perusahaan tersebut
akan membuat suatu indent document (dokumen inden). Dokumen inden adalah suatu dokumen
resmi yang menerangkan atau menjamin kesanggupan perusahaan untuk membayarkan hutang
kepada pemegang Obligasi. Dokumen inden juga mengungkapkan suatu Ciri call, yaitu hak
kepada perusahaan penerbit obligasi untuk melakukan pembelian kembali obligasi yang telah
diterbitkan sebelum jatuh temponya obligasi tersebut.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan pendanaan hutang
untuk membelanjai aktivitas usaha suatu bisnis, yaitu:

1. biaya
2. resiko
3. syarat-syarat yang ditetapkan kreditor.
4. tingkat inflasi
5. kemampulabaan
6. posisi likuidiatas
7. keamanan usaha.

2. Pembelanjaan Modal Sendiri

Pembelanjaan yang akhir-akhir ini umumnya dipakai oleh banyak aktivitas bisnis adalah
Pembelanjaan modal sendiri. Pembelanjaan modal sendiri disebut juga sebagai pembelanjaan atau
pendanaan ekuitas, yang digunakan untuk waktu yang tidak terbatas. Artinya pendanaan tersebut
akan digunakan selama umur perusahaan.
Di dalam pendanaan ekuitas, terdapat 2 hal yang penting, yaitu:

1. Laba Ditahan

Perusahaan akan memilih menahan laba daripada mendistribusikannya langsung kepada


pemilik untuk memperoleh pendanaan ekuitas, mis untuk tujuan memperluas ekspansi perusahaan.

Perusahaan besar biasanya akan menahan sebahagian labanya untuk deviden, dan
sebahagian lagi untuk ditahan. Sementara perusahaan kecil akan menahan sebahagian besar
labanya untuk tujuan tertentu.

2. Penerbitan Saham

Pendanaan ekuitas, biasanya akan sering menggunakan saham pada perseroan terbatas
sebagai sumber pendanaannya, atau pada persekutuan komanditer (CV) dan Firma (Fa) digunakan
modal sekutu. Sementara untuk perusahaan perseorangan, pembelanjaan sendirinya menggunakan
modal pribadi. Saham adalah sebuah tanda bukti keikutsertaan seseorang atau suatu pihak akan
kepemilikan suatu perusahaan atau suatu bisnis. saham akan diterbitkan oleh perusahaan yang
membutuhkan pendanaan ekuitas.

Saham yang akan diterbitkan dibagi menjadi dua, yaitu: saham biasa dan saham preferen.
Saham biasa adalah sekuritas yang mewakili sebagian kepemilikan dari perusahaan tertentu.
Saham memiliki nilai nominal (parvalue), dan dibukukan berdasarkan pada nilai nominalnya.

Di dalam perusahaan perseroan terbatas, yang menggunakan pendanaan ekuitas, akan


terdapat suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di dalam RUPS tersebut, hanya para
pemegang saham biasa yang memiliki suara di dalam mengambil keputusan-keputusan
perusahaan. Sementara pemegang saham preferen akan memiliki prioritas utama di dalam
penerimaan deviden, apabila sebuah perusahaan tidak membayarkan deviden selama periode
tertentu. Deviden adalah balas jasa yang diterima oleh pemegang saham (stock holder’s) berupa
bunga deviden atas investasi yang dilakukan oleh mereka. Besarnya deviden yang dibayar, dapat
ditentukan berdasarkan perlembar atau persentase. Deviden yang diterima oleh para investor, akan
ditentukan berdasarkan suatu kebijakan perusahaan di dalam RUPS. Produk kebijakan tersebut,
disebut juga devidend payout ratio, yang besarnya antara 0-100% dihitung dari pendapatan yang
tersedia bagi para pemegang saham biasa (earnings available to common
stock holder’s) Saham preferen juga memiliki hak klaim yang utama terhadap aktiva perusahaan,
bila perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.

Saham diperdagangkan pada pasar modal (capital market). Harga dari saham yang dijual
oleh perusahaan (emisi saham) akan menghadapi tiga kemungkinan, yaitu:

1). harga pasar (market price) > nilai nominal (par value)

Apabila hal ini terjadi, maka proyek dinyatakan surplus. Para pemegang saham yang bebas
memperdagangkan sahamnya, akan memperoleh pendapatan modal (capital gain).

2). harga pasar = nilai nominal

Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi suatu kondisi Break Event Point (BEP).

Artinya: para pemegang saham berada pada titik impas.

3). harga pasar < nilai nominal

Apabila hal ini terjadi, maka proyek dikatakan akan mengalami kerugian atau sering disebut
deficit. Sementara para pemegang saham, akan mengalami kerugian modal (capital loss).

3. Pembelanjaan Campuran

Seperti dijelaskan sebelumnya, di dalam menjalankan usahanya, suatu entitas bisnis


diharapkan harus memiliki modal yang cukup untuk melakukan pembiayaan terhadap aktivitas-
aktivitas bisnisnya dalam rangka pemenuhan atas barang ataupun jasa terhadap kepuasan
konsumen. Dari aktivitas pembiayaan tersebut, diharapkan suatu perusahaan mampu
menghasilkan laba.

Untuk memenuhi modal yang cukup tersebut, perusahaan akan melakukan kegiatan
pencarian modal. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Dalam
kenyataannya, jumlah kredit atau hutang di dalam kegiatan permodalan suatu perusahaan untuk
membelanjai proyek selalu terbatas.

Semakin tinggi peranan hutang di dalam pembiayaan aktivitas bisnis suatu perusahaan,
maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai kemampulabaan modal sendiri yang
tinggi dari perusahaan tersebut, diikuti semakin tingginya resiko, namun keamanan yang dijamin
akan semakin rendah. Sebaliknya, bila peranan modal sendiri yang semakin tinggi,
maka resiko yang dihadapi perusahaan akan lebih rendah, sementara keamanan akan lebih tinggi,
dan sekaligus pula kemampulabaan akan modal sendiri semakin rendah.

Karena factor-faktor di atas, banyak pimpinan proyek selalu menggunakan pembelanjaan


campuran didalam mendanai kegiatan bisnisnya. Pembelanjaan campuran (financing mix) adalah
penggunaan pembelanjaan dengan mengkombinasikan antara pembelanjaan modal sendiri dan
pembelanjaan hutang/kredit. Dengan pembelanjaan campuran, diharapkan perusahaan dapat
menghasilkan laba dengan cara yang efektif.

Pertimbangan didalam memilih penggunaan pembelanjaan campuran adalah dengan


melihat tiga factor sebagai berikut:

1. Kemampulabaan (return on equity)


2. Resiko
3. Keamanan.

Resiko Dan Kemampulabaan (Return On Equity)


Tujuan untuk menentukan biaya penggunaan modal adalah dalam rangka penentuan
investasi yang terbaik. Kalau berinvestasi menggunakan modal sendiri, maka cut off rate-nya
adalah biaya modal sendiri.

Kemampulabaan atau Return On Equity (ROE) adalah merupakan tingkat pengembalian


perusahaan bisnis terhadap investasi yang diberikan oleh para kreditor. Sedangkan resiko adalah
tingkat perbedaan antara nilai yang diharapkan (expected value), dengan nilai yang sebenarnya
akan diterima (actual value) di masa depan.

Tingkat pengembalian investasi adalah balas jasa dari resiko. Artinya semakin besar resiko
suatu proyek, maka akan semakin besar pula ROE yangdiharapkan akan diterima di masa depan.
Sebaliknya, semakin kecil resiko suatu proyek, akan semakin rendah pula tingkat ROE yang
diharapkan akan diterima.

Untuk menganalisis resiko biasanya dilakukan dengan mengukur secara operasional suatu
standard deviasi. Standard deviasi adalah: ukuran lebar dispersi titik tengah distribusi probabilitas.

Resiko yang muncul dari kegiatan pendanaan adalah Resiko Ekonomi (economic risk), dan
resiko keuangan (financial risk). Resiko ekonomi berhubungan dengan factor permintaan
dan factor penawaran. Resiko Keuangan berkaitan erat dengan penggunaan kredit untuk aktivitas
pembiayaan itu sendiri, yang sering digambarkan dengan tingkat bunga dan keamanan
pembayaran kembali (repayment).

Keamanan

Setiap penanam modal/investor tentunya menanamkan modalnya, mis dalam bentuk


saham, dengan tujuan ingin memperoleh kompensasi tambahan lebih dari modal yang akan ia
tanamakan pada suatu perusahaan. Namun, meskipun demikian, kompensasi atau tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor dimasa depan, tentunya tidak selamanya akan sesuai
dengan harapan si pemegang saham. Sebab masa depan penuh dengan resiko dan ketidakpastian.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tingkat keamanan dari perusahaan yang dapat digambarkan dari
laporan keuangan dan analisis pengembalian modal saham dari perusahaan yang bersangkutan.

Telah dikemukakan bahwa resiko menggambarkan suatu kondisi, dimana diperoleh lebih
dari satu dampak terhadap satu keputusanyang dibuat. Probabilitas dari setiap kemungkinan
tersebut, dapat diramalkan terlebih dahulu, atau diestimasi. Probabilitas suatu peristiwa itu sendiri
adalah: kesempatan dari suatu kejadian untuk muncul atau terjadi. Dengan mencatat segala
kemungkinan yang dapat muncul dari suatu peristiwa, dapat dlakukan sebuah distribusi
probabilitas.

Keterkaitan antara keamanan dengan analisis keuangan, terutama kegiatan pembelanjaan


campuran, Yaitu: semakin lama jangka waktu (Validitas) jatuh tempo suatu dana yang digunakan
dalam aktivitas pendanaan perusahaan, maka akan semakin aman pula lah aktivitas pendanaan
tersebut digunakan untuk membiayai proyek. Sehingga dapat kita simpulkan, dana yang paling
aman digunakan untuk membelanjai aktiva adalah dari modal sendiri. Sebab modal sendiri dapat
digunakan untuk membiayai proyek selama umur proyek, artinya dana modal sendiri memiliki
probabilitas pembayaran kompensasi nilai lebih besar dibandingkan dengan hutang/kredit. Dan
dana yang paling tidak aman untuk diinvestasikan adalah yang bersumber dari hutang lancar,
karena hutang lancar akan dilunasi dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.
B. ALIRAN KAS PROYEK
1. Pengertian Arus Kas (Cash Flow)

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada diperusahaan dalam suatu periode
tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan
jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash
out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.

Uang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak tertentu.
Uang masuk juga dapat diperoleh dari penghasilan atau pendapatan yang diperoleh dari
penghasilan atau pendapatan yang diperoleh dari yang berhubungan langsung dengan usaha
yang sedang dijalankan seperti penjualan. Disamping itu, uang masuk bisa pula berasal dari
pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama.

Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode,
baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada
hubungannya saama sekali dengan usah utama. Uang keluar ini merupakan biaya-biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan kegiatan usaha,
seperti pembayaran cicilan utang dan bunga pinjaman, biaya produksi, biaya tenaga kerja,
biaya pemasaran dan biaya lain-lainnya.

Dalam cash flow semua data pendapatan yang akan diterima dan biaya yang akan
dikeluarkan baik jenis, maupun jumlahnya di estimasi1 sedemikian rupa, sehingga
menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran dimasa yang akan datang.

Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa pendapatan yang akan
diperoleh dan berapa besarnya biaya yang akan dikeluarkan dalam suatu periode. Kemudian
jenis-jeis pendapatan dan biaya apa saja yang dikeluarkna serta berapa besar pendapatan yang
diperoleh dan biaya yang dikeluarkan setiap pos. Pada akhirnya cash flow aka terlihat pada kas
akhir yang diterima perusahaan.

1
pendugaan
Jadi, arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai
dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi tersebut. Dalam hal ini bagi
investor yang terpenting adalah berapa kas bersih yang diterima dari uang yang diinvestasikan
dasuatu usaha pentingnya kas akhir bagi investor jika dibandingkan dengan laba yang diterima
perusahaan dikarenakan:

1. Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai sehari-hari


2. Kas digunakan untuk membayar semua kewajiban yang jatuh tempo
3. Kas juga digunakan untuk melakukan investasi kembali

Mengukur kelayakan suatu proyek secara finansial dimulai dari estimasi biaya dan
pendapatan yang dihasilkan dari proyek tersebut. Estimasi biaya akan mencakup :

1) Estimasi biaya investasi awal

Estimasi segala biaya yang merupakan pengeluaran yang dipergunakan untuk memperoleh aset
fisik yang diharapkan memiliki umur pemakaian lama, meliputi biaya memperoleh ijin usaha,
biaya peralatan, biaya instalansi, biaya engineering, biaya pelatihan, biaya pembelian tanah,
dan lain-lain.

2) Estimasi biaya operasi

Biaya operasi umumnya diklasifikasikan atas:

a. biaya langsung (segala biaya yang terkait langsung dengan proses produksi
mencakup biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung),

b. biaya tidak langsung (segala biaya yang tidak terkait langsung dengan proses
produksi mencakup biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung) dan

c. biaya komersial (mencakup biaya pemasaran, biaya administrasi).

3) Estimasi pendapatan

Proyeksi pendapatan dapat dilakukan dengan melakukan estimasi jumlah konsumen yang
mampu diraih, serta pendapatan yang diperoleh per konsumen yang terkait dengan komponen
harga produk per unit.
Pada akhirnya dapat dilakukan evaluasi atas kelayakan suatu proyek secara finansial
berdasarkan cash flow yaitu aliran kas yang akan dihasilkan oleh suatu proyek. Perlu dicatat
bahwa dasar evaluasi adalah menggunakan cash flow dan bukan menggunakan pendapatan,
karena hanya kas-lah yang dapat dipergunakan oleh perusahaan kelak untuk membayar dividen
atau dipergunakan untuk investasi kembali.

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai
penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode meliputi:

1. Aktivitas Operasi (operating activities)


2. Aktivitas Investasi (investing activities)
3. Aktivitas Pembiayaan (financing activities)

Jenis-jenis cash flow yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari:

1. Inital cash flow atau lebih dikenal kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran
pada awal periode untuk investasi. Contoh biaya pra-investasi adalah pembelian tanah,
gedung, mesin peralatan, dan modal kerja.
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab
itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar
(cash out flow).
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan nilai
sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan
peralatan proyek

CF = EAT + (1-t)bunga + DEP

CF = (1-t)EBIT + DEP

Contoh 1 :

PT. XYZ melakukan investasi senilai Rp. 3.000.000,-. Seluruh modal berasal dari pemilik.
Umur ekonomis investasi 3 tahun dan disusutkan dengan menggunakan metode garis
lurus, tanpa nilai sisa. Perkiraan pendapatan per tahun sebesar
Rp. 4.000.000,- dan biaya pertahun Rp. 2.000.000,- (belum termasuk penyusutan) serta
dikenakan pajak sebesar 50%.

Pertanyaan :

Berapa kas bersih yang diterima pada akhir tahun.

Jawab :

Penyusutan : 3.000.000 / 3 tahun = 1.000.000 / tahun

Estimasi Laba Rugi

Pendapatan 4.000.000

Biaya yang dikeluarkan :

Total biaya 2.000.000

Penyusutan 1.000.000

Total 3.000.000

Laba sebelum pajak (Earning Before Tax) 1.000.000

Pajak 50% 500.000

Laba bersih 500.000

Aliran kas masuk bersih = EAT + Penyusutan

Aliran kas masuk bersih = 500.000 + 1.000.000 = 1.500.000

Contoh 2 :

PT. XYZ melakukan investasi senilai Rp. 3.000.000,-. 50% modal berasal dari pemilik,
sedangkan sisanya berasal dari pinjaman dengan bunga 20% per tahun. Umur ekonomis
investasi 3 tahun dan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus, tanpa nilai sisa.
Perkiraan pendapatan per tahun sebesar Rp. 4.000.000,- dan biaya
pertahun Rp. 2.000.000,- (belum termasuk penyusutan) serta dikenakan pajak sebesar
50%.

Pertanyaan :

Berapa kas bersih yang diterima pada akhir tahun.

Jawab :

Penyusutan : 3.000.000 / 3 tahun = 1.000.000 / tahun

Bunga : 1.500.000 x 20% = 300.000 / tahun

Estimasi Laba Rugi

Pendapatan 4.000.000

Biaya yang dikeluarkan :

Total biaya 2.000.000

Penyusutan 1.000.000

Total 3.000.000

Laba sebelum pajak dan pajak (EBIT) 1.000.000

Bunga 20% 300.000

Laba sebelum pajak (EBT) 700.000

Pajak 50% 350.000

Laba bersih 350.000

Aliran kas masuk bersih = EAT + Penyusutan + Bunga (1-t)

Aliran kas masuk bersih = 350.000 + 1.000.000 + 300.000(1-50%)

= 1.500.000
1.1 Klasifikasi Proyek

Perusahaan dapat mengklasifikasikan proyek kedalam beberapa kategori, antara lain :


1. Penggantian : pemeliharaan bisnis
Kategori ini terdiri dari pengeluaran untuk mengganti peralatan yang sudah usang atau
rusak yang digunakan dalam membuat produk yang menguntungkan.
2. Penggantian : pengurangan biaya.
Kategori ini termasuk pengeluaran untuk mengganti peralatan yang telah usang. Tujuannya
adalah untuk mengurangi biaya te-naga kerja, bahan dan input lainnya.
3. Ekspansi produk atau pasar yang ada.
Kategori ini termasuk pengeluaran untuk meningkatkan output produk yang sudah ada,
atau untuk memperluas outlet ritel atau fasilitas distribusi dalam pasar yang sekarang
dilayani.
Ekspansi ke dalam produk atau pasar baru.
Investasi ini untuk menghasilkan produk baru atau untuk mem-perluas ke daerah geografi
yang saat ini tidak terlayani.
4. Proyek pengaman dan/atau lingkungan.
Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk meme-nuhi permintaan
pemerintah, perjanjian tenaga kerja, atau polis asuransi.

1.2 Pentingnya laporan arus kas

Dengan adanya Laporan Laba/Rugi dan Neraca, kita bisa mengetahui posisi
keuangan perusahaan pada saat tertentu (dilihat dari Neraca) dan mengetahui hasil aktivitas
usaha (Laba atau Rugi) perusahaan untuk periode tertentu. Akan tetapi karena laporan
keuangan sebagian besar menganut sistem accrual (pendapatan dan cost/biaya diakui pada
saat transaksi terjadi meskipun realisasi kas belum terjadi).

Adapun fungsinya adalah untuk mengetahui realisasi kas masuk dan keluar
perusahaan, sehingga dapat diprediksi potensi realisasi kas di masa yang akan datang
(tingkat liquiditas). Termasuk juga untuk mengetahui potensi kemampuan perusahaan
untuk membagikan keuntungan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk kas
(pembagian dividen).
Walaupun saldo akhir kas sudah bisa dilihat pada Neraca, tetapi dari neraca, belum
tergambar secara terperinci, mengenai :

(-) Dari aktivitas apa saja kas dihasilkan ?

(-) Untuk aktivitas apa saja kas dikeluarkan ?

Untuk itulah, Laporan Arus Kas diperlukan.

2. KOMPONEN ALIRAN KAS

Realisasi Kas (kas masuk/keluar) dikelompokkan ke dalam tiga jenis aktifitas, yang
selanjutnya menjadi elemen Laporan Arus Kas, yaitu :

 Aktifitas Operasi (Operating Activities)


Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari kegiatan utama perusahaan (yang biasa disebut
operasional perusahaan), yang tercermin dari Laporan Laba/Rugi perusahaan.
 Aktifitas Investasi (Investing Activities)
Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari aktivitas-aktivitas investasi. Kegiatan yang
digolongkan ke dalam kelompok ini adalah semua kegiatan kas yang terkait dengan
aktifitas pembelian/penjualan aktiva perusahaan, penerimaan/pengeluaran kas terkait
dengan piutang perusahaan dengan entitas lain.
 Aktifitas Pendanaan (Financing Activities)
Arus kas yang berasal dari transaksi utang (kewajiban) perusahaan, baik yang berupa
penambahan maupun pelunasan utang. Arus kas yang berasal dari penerbitan saham atau
instrument sekuritas lainnya pun dimasukkan kedalam kelompok ini.

2.1 Metode Arus Kas (Cash Flow Report)


1. Metode Cash Flow Langsung (Direct)
Metode langsung ini menggunakan arus kas (cashflow) yang berasal dari
kegiatan operasional yang diperinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar
yang nantinya akan diperinci kembali menjadi beberapa jenius penerimaan
ataupun pengeluaran dari arus kas perusahaan. Berikut adalah contoh laporan
arus kas dengan metode langsung (Direct)
2. Metode Cash Flow Tidak Langsung (Indirect)
Berbeda dengan metode langsung, metode tidak langsung pada arus kas
ditentukan dengan mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi
perusahaan. Beberapa hal yang termasuk diantaranya biaya penyusutan, laba
atau rugi karena pelepasan investasi dan hal lainnya. Metode tidak langsung
merupakan rekonsiliasi (pencocokan) dari laba bersih yang diperoleh
perusahaan. Dalam Indirect Method penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih
dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan
dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan,
naik turun pos aktiva dan hutang lancar. Berikut adalah contoh laporan arus kas
dengan metode indirect.

3. MENAKSIR ALIRAN KAS

Masalah dalam penaksiran arus kas bukan hanya menyangkut akurasi taksiran, tetapi juga
perlu memahami arus kas yang relevan. Per definisi, karena taksiran menyangkut masa yang
akan datang. Maka selalu terbuka peluang untuk melakukan kesalahan. Kesalahan mungkin
tidak sengaja dilakukan, tetapi mungkin juga senngaja dilakukan. Sponsor yanng sangat ingin
proyek tersebut dilaksanakan, akan cenderung memberikan taksiran yang selalu optimis.
Karena itulah diperlukan evaluasi oleh bagian keuangan. Tidak kalah pentingnya adalah
penaksiran arus kas yang relevan. Bagian keuangan sering bartanggung jawab dalam masalah
ini. Untuk menaksir arus kas yang relevan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

 Taksirlah arus kas atas dasar setelah pajak. Perhatikan bahwa yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan adalah kaas masuk bersih setelah pajak.
 Taksirlah arus kas atas dasar incremental atau selisih. Rencana peluncuran produk baru
mungkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk lama (kanibalisme), lebih-
lebih kalau produk-produk tersebut ternyata mempunyai pasar yang sama. Dengan
demikian perlu diperhatikan pengurang kas masuk dari produk lama akibat peuncuran
produk baru.
 Taksirlah arus kas yang timbul karena keputusan investasi. Aruus kas karena keputusan
pendanaan, seperti membayar bunga pinjaman, mengangsur pokok pinjaman, dan
pembayaran dividen, tidak perlu diperhatikan. Perhatikan yang kita analisis adalah
profitabilitas investasi.
 Jangan memasukkan sunk cost2. Apa yang telah terjadi tidak mungkin berubah karena
keputusan yang kita ambil. Hanya biaya yang berubah karena keputusan kitalah yang
relevan dalam analisis.

Seringkali dalam arus kas dipergunakan taksiran rugi laba sesuai dengan prinsip
akuntansi, dan kemudian merubahnya menjadi taksiran atas dasar arus kas.

Taksiran arus kas dengan memodifikasi laporan akuntansi

Menurut penjelasan Arus kas


akuntansi
Penjualan Rp. 2.000 juta Kas masuk Rp. 2.000 juta

Biaya-biaya yang Rp. 1.000 juta Kas keluar Rp. 1.000 juta
sifatnya tunai

Penyusutan Rp. 500 juta

Laba operasi Rp. 500 juta

Pajak (tarif 30%) Rp. 150 juta Kas keluar Rp. 150 juta

Laba setelah pajak Rp. 350 juta Kas masuk bersih Rp. 850 juta

Sesuai dengan prinsip akuntansi, laba bersih dilaporkan sebesar Rp. 350 juta. Sedangkan
menurut arus kas. Pada periode tersebut proyek tersebut menghasilkan kas masuk beersih
sebesar Rp. 850 juta. Perhatikan bahwaa kas masuk bersih = laba setelah pajak ditambah
penyusutan. Perhatikan pula dalan taksiran rugi laba sam sekali tidak dimunculkan transaksi
yang menyangkut keputusan pendanaan, yaitu pembayaran bunga (kalau ada). Ini merupakan
cara yang benar.Misalkan taksiran arus kas pada tabel di atas merupakan taksiran arus kas
dari proyek peluncuran produk baru. Sayangnya ternyata peluncuran produk baru tersebut
mengakibatkan penurunan kas masuk bersih dari produk lama sebesar Rp. 150 juta. Dengan
demikian arus kas yang relevan untuk proyek

2
Biaya yang telah terjadi sehingga tidak akan berubah karena keputusan yang akan kita ambil
peluncuran produk baru tersebut adalah Rp. 850 juta dikurangi Rp. 150 juta, yaitu sebesar Rp.
700 juta.

Misalkan untuk pengembangan produk baru tersebut telah dikeluarkan biaya riset dan
pengembangan senilai Rp. 10 miliar. Seandaina perusahaan akan memproduksi roduk baru
tesebut, apakah biaya riset dan pengembangan ini harus dimasukkan sebagai komponen
investasi? arus kas yang relevan dalam penilaian investasi adalah arus kas yang terjadi apabila
investasi tersebut dilaksanakan dan tidak terjadi apabila tidak dilaksanakan. Sebagai misal,
untuk pembuatan produk tersebut diperlukan mesin tertentu senilai Rp. 30 miliar, arus kas
untuk membeli mesin ini relevan dalam perhitungan karena arus kas tersebut akan terjadi
kalau memutuskan untuk membuat produk baru tersebut, dan tidak terjadi kalau tidak
membuat produk baru. Sebaliknya pengeluaran biaya untuk riset dilakukan, dan apapun
keputusan kita (artinya melaksanakan atau tidak proyek tersebut) tidak akan meruabh arus
kas itu, karen itu arus kas ini tidak relevan dalam penilaian investasi. Biaya yang telah
dikeluarkan disebut sebagai sunk cost. Yang menunjukkan bahwa kita tidak bisa merubahnya
apapun keputusan kita. Karena itu tidak relevan.
STUDI KASUS PADA PT INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL Tbk
DAN ENTITAS ANAKNYA / AND ITS SUBSIDIARIES

SUMBER DANA PERUSAHAAN


PT Sidomuncul merupakan perusahaan yang tidak ingin menentukan modalnya pada
pihak bank. Pihaknya lebih mengutamakan sumber modal yang dipakai berasal dari uang
pribadi atau saham.
Sidomuncul menggunakan sebagian besar uang pribadi dan saham yang dimiliki untuk
menambah modal dalam proses kegiatan. Terdapat beberapa penggunaan dana dari hasil
saham yang dibuka oleh sidomuncul.
Penggunaan dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum ini, setelah dikurangi biaya-
biaya emisi, seluruhnya akan digunakan untuk keperluan sebagai berikut:
1) Sekitar 56% akan digunakan sebagai modal kerja Perseroan, yaitu untuk
meningkatkan jumlah persediaan bahan baku dan pembantu serta barang jadi Perseroan.
2) Sekitar 42% akan digunakan untuk investasi dengan rincian sebagai berikut:
a. Sekitar 55% akan digunakan untuk investasi Perseroan dalam pembelian tanah dan
pembangunan pabrik baru beserta dengan pembelian fasilitas penunjangnya, yang
keduanya terletak di wilayah Semarang dan ditujukan untuk mendukung kegiatan
produksi Tolak Angin dengan rincian sebagai berikut:
 Sekitar 6% akan digunakan untuk pembelian tanah;
 Sekitar 44% akan digunakan untuk pembangunan pabrik baru; dan
 Sekitar 50% akan digunakan untuk pembelian mesin dan fasilitas penunjang.
b.Sekitar 21% akan digunakan untuk investasi pada Entitas
Anak yaitu PT Muncul Mekar dalam rangka pembelian tanah seluas ±18.000 m untuk
pembangunan gudang barang jadi beserta dengan fasilitas penunjangnya yang
terletak di wilayah Kabupaten Semarang dengan rincian sebagai berikut:
 Sekitar 16% akan digunakan untuk pembelian tanah;
 Sekitar 71% akan digunakan untuk pembangunan gudang barang jadi; dan
 Sekitar 13% akan digunakan untuk pembelian fasilitas penunjang.
3) Sekitar 24% akan digunakan untuk investasi pada Entitas Anak yaitu PT Semarang
Herbal Indo Plant dalam rangka pembangunan pabrik ekstraksi dan pembelian mesin
ekstraksi dan peralatan penunjang produksi lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Aspek keuangan merupakan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam bidang


keuangan. Jika dilihat dari segi pandang keuangan memungkinkan untuk mendapat jawaban
nilai layak atau tidak suatu usaha yang akan dijalankan.

Aspek keuangan dinilai dari sumber dana yang diperoleh , menghitung secara
keseluruhan biaya investasi sebelum dan sesudahnya sampai pada perhitungan rasio keuangan
yang digunakan. Setelah itu dilihat lagi dari segi keluar masuknya uang (arus kas) dan menilai
kriteria investasi.

Setelah semua metode dalam menilai kriteria investasi dihitung sesuai dengan
kebutuhan usaha yang akan dijalankan, dan akan lebih bagusnya semua metode tersebut
digunakan agar hasil layak atau tidaknya terlihat dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Rasio_finansial

http://www.ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7074/ekonomi+dan+keuangan.ppt

http://www.sidomuncul.id

Anda mungkin juga menyukai