NIM : H1A117513
KLS :F
Ada tiga isu penting yang diperdebatkan didalam sidang –sidang Konsituante,
yakni: tentang dasar Negara ( 1957); hak asasi ( 1958 ) dan tentang kembali ke UUD
1945 pada tahun 1959
Dengan demikian hak asasi manusia dan masalah kekuasaan dan masalah
kekuasaan tidak patut di permasalahkan. Padahal pengakuan terhadap hak asasi
manusia serta control terhadap kekuasaan Negara oleh lembaga perwakilan rakyat
merupakan cirri khas Negara konstitusioanal.
Negara islam, bersumber dari Quran sebagai perintah Tuhan. Quran dengan
penjelasanya di dalam sunnah nabi, mengandung bukan saja aturan agama untuk
perorangan melaingkan juga prisip-prinsip dan ketentuan ketentuan tentang kehidupan
bermasyarakat termasuk mengatur kehidupan Negara.
Debat tentang dasar Negara di atas segala gala-galanya adalah suatu konfronsi
antar ideologi, antara pandangan hidup yang berbedah, yang besumber pada premis-
premis yang bagi penganuntnya merupakan kebenaran mutlak.Para pembicara mencob
a meyakinkan pihak lawanya dengan bertolak dari premis-premis semacam ini.
Akibatnya merrka hanya lebih mampu meyakinkan diri sendiri dan golongan yang
sepaham denganya,sedangkan pihak lawan, justru semakin menjauh dari kesepakatan.
Debat tentang Hak Asasi Manusia berbeda dalam dua segi penting.pertama, jika
perdebatan tentang dasar Negara bersifat abstrak dan jauh dari problem –problem
praktis yang diperlukan untuk menciptakan kerangka pengaturan Negara, debat tentang
hak asasi manusia bersifat kongkrit dan terarah pada perlindungan terhadap orang-
orang yang lemah dan golongan terbelakang, serta pencegahan terhadap
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah dan golongan-golongan kuat dalam
masyrakat.
Kedua, jika debat tentang Dasar Negara ditandai oleh pertentangan idiologi yang
didominasi oleh tendasi sentrifuga , debat hak asasi manusia justru tendasi sentripetal
yang menguasainya. Konsensus tentang hak asasi manusia dan sifat berlakunya yang
universal, dicapai melalui perebatan dari berbagai sudut pandangan ( perspektif):
keagamaan; hakekat manusia; budaya Indonesia; perkembangan masyrakat;
perjuangan kemerdekaan dan sejarah kemanusiaan.
Kesepakatan tidak hanya menyangkut hak hak asasi manusia perorangan bagi
warga Negara, melainkan juga meliputi pengunaan hak –hak asasi sebagai batu ujian
terhadap kebujakan pemerintah yang demokratis dan praktek-praktek yang melanggar
hokum. Hak asasi manusia juga dilihat sebagai pedoman normatif dalam
mengembangkan kebijakan social ekonomi dan dalam pertumbuhan demokrasi di
Indonesia.
Ada beberapa alasan yang bersumber pada tuhan atau pada hakekat manusia,
dan caraperumusan yang lebih atau kurang implisit yang masih mengganjal. Yang
terakhir, khususnya bertalian dengan kebebasan beragama. Bila hal ini di rumuskan
secara lebih eksplisit, seperti dikehendaki oleh partai non-islam, memberikn suatu
kesan yang bertentangan dengan peraturan islam yang konkrit. Andai kata sidang pleno
dapat menyediakan masalah ini, kiranya dapat dipastikan akan tercapai suatu
perumusan kompromi tentang ke 13 hak tersebut, yang dapat di terma baik oleh
golongan pancasila maupun koalisi islam.dengan demikian seluruh deklarasi universal
Hak Asasi Manusia, bahkan ditambah dengan hak-hak lainya, akan menjadi sala satu
bab penting dari UUD yang definitif.
Daftar hak asasi manusia yang diterimah oleh konstiuante dapat di pandang
sebagai norma-norma konstitusional substantif dari republik indoesia.dia merupakan
proklamasi kemerdekaan “ ke dalam “ dari wargaNegara Indonesia yang statusnya
sama dengan proklamasi 17 Agustus 1945 yang merupakan pernyataan kemerdekaan
Indonesia “ ke luar “.
Tepat apa yang dikemukakan PM Djuanda atas nama pemerintah pada tanggal
27 Mei 1959 setelah debat keras tengtan hak asasi manusia dalam rangka perdebatan
masalah kembali ke UUD 1945, bahwa pasal –pasal tentang hak asasi manusia yang
telah disetujui oleh sidang pleno merupakan ketentuan konstitusioanl yang mengikat ,
dan dimuat dalam piagam Bandung sebagai amademen terhadap UUD 1945.
Patut dicatat bahwa semua proses di dalam perjalanan konstitunte yang di mulai
10 November 1956 sampai Juli 1959 berlangsun demokratis.Aturan-aturan lain,
termasuk soal penentuan dan pemilihan ketua Majelis Komisi-komisi, persidangan-
persidang sampai hal-hal kecil seperti soal reses atau honor angota konstitusiante
ditentukan secara demokratis.Agenda-agenda yang di bicarakan jia berlansung secara
demokratis.Semua aspek yang harus ada didalam sebuah konstitusiante yang
demokratis sesuai dengan konsep constitutional Government diagendakan dan di
bahas bersama.bahwa saya lebih menyoroti masalah perdebatan tengtan dasar Negara
dan hak asasi mansusia,karena kedua masalah tersebut dibahas secara mendalam dan
intensif serta betul-betul mencerminkan komitmen konstituante yang ingin mewujudkan
pemerintahan yang demokratis sebagaimana dikemukakan ketua konstituante,Wilolo
SH ,suatu pemerintahan konstitusioanal itu adalah pemerintahan yang dibatasi hukum
serta oleh HAM serta hak-hak warga Negara .
Dalam kaitan itu ada baiknya kalau dilihat apa itu konsep “pemerintahan
konstitusional” atau constitutional Government atau konstiusioanl.konsep pemerintahan
yang constitutional bukan semata-mata merupakan pemerintahan yang sesuai dengan
undang-undang dasar yang berlaku.Defenisi semacam ini dapat menjebab kita kearah
sikap yang konstitusioanalistik walapun secara substansial tidak sejalan dengan konsep
konstitusionalisme yang sebenarnya.apa yang dapat di pahami dari pandangan dan
anggota konstitusi dilihat bahwa pandangan mereka sejalan yang dikemukakan para
ahli hokum ketatanegaraan.konsep pemerintahan konstiusioanal menuntut lebih banyak
dari pada yang terkandung dari defenisi di ata.konsep tersebut mengandung aspirasi
dan cita-cita atau nilai-nilai yang diperjuangkan oleh rakyat tanpa harus ditetapkan
secara khusus dalam konstitusi.dalam kaitan ini seluruh anggota konstituante
menunjukkan komitmen yang sangat kuat terhadap demokrasi dan hak asasi manusia
serta perlunya pembatasan kekuasaan pemerintah/ Negara. Secara tepat Wilopo
mengambil kesimpulan, bahwa pemerintah yang di batasi oleh hukum dan
penghormatan terhadap HAM. Sehingga setuju UUD, sebagaimana di kemukakan oleh
ahli konstitisi berkebangsaan jepang, Naoki Kobayashi,
Pandangan tentang materi diatas menurut saya seharusnya kita tidak perlu melakukan
perdebatan tentang dasar Negara.karena kenapa saya mengatakan tidak perlu
melakukan perdebatan karena tidak direlakkan, dalam perdebatan semacam ini para
pihak yang berbeda pemikiran atau pendapat tidak akan bisa dipertemukan.dan jika kita
melihat undang-undang yang berlaku sekarang di Negara kita banyak para masyarakat
atau para penduduk warga Negara tidak memperhatikan yang namanya undang-
undang sehingga mereka melakukan hal-hal yang dia inginkan tampa berpikir apa
yang akan terjadi kedepanya.
Jadi menurut saya solusi yang harus kita lakukan adalah pemerintah dengan
masyarakat harus melakukan hubungan yang baik antara warga Negara dengan
melakukan silahtu rahmi antara pihak pemerintah dengan masyarakat dan kemudian
juga sebagai pejabat Negara, harus selalu melakukan pertemuan atau sosialisasi
dengan memberikan arahan kepada masyarakat mengenai dasar-dasar Negara yang
berlaku sekarang ini khususnya di Negara kita agar masyarakat dapat mengerti.
SUMBER