Anda di halaman 1dari 12

TEORI KARL MARX

Teori Karl Marx menjelaskan tentang teori struktural fungsional. Menurut Karl Marx,
stratifikasi yang berbeda-beda itu mempunyai fungsi tersendiri. Karl Marx melahirkan suatu
aliran, yaitu aliran komunisme. Agama adalah candu yang terdapat didalam masyarakat.
Dalam prakteknya seperti orang katolik. Fungsi tersebut didalamnya terdapat suatu konflik.
Adanya pembagian masyarakat itu memicu terjadinya suatu konflik. Mark juga menjelaskan
tentang suatu revolusi karena menurutnya kita sebagai masyarakat haruslah mengambil alih
secara cepat dalam berbagai bidang apapun. masyarakat juga tidak mempunyai stratifikasi
kelas karena memiliki suatu alat, dalam artian sama rata. Karl Marx mempunyai semboyan
yang sangat khas, yaitu “sama rata sama rasa”. Menurut Karl Marx, agama itu tidak boleh
karena menimbulkan suatu konflik. Tetapi jika agama dilarang, maka kita tidak akan
mempunyai suatu pedoman untuk hidup didalam dunia ini. Karl Marx juga menjelaskan
tentang konsep kapitalisme. Paradigma yang dianut oleh Karl Marx adalah paradigma fakta
sosial. Jadi semakin miskin seseorang sebagai rakyat maka semakin miskin juga seseorang
dalam hal apapun. Tetapi semakin kaya seseorang maka semakin kaya juga seseorang
tersebut dalam hal apapun. Marx juga berpendapat bahwa kolektifitas selalu menimbulkan
suatu perbedaan. Sedangkan yang mendorong adanya suatu kesadaran itu adalah setiap
materi-materi yang diberikan dan dipahami. Dalam teorinya Marx ini terdapat pemaksaan
terhadap kelas bawah dan bukan karena konsensus. Pemaksaan disini berarti stabilitas dalam
teori konflik. Konflik dalam teori ini merupakan konflik vertikal karena tentang suatu alat
reproduksi.
Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang
memperhatikan fenomena konflik di dalam masyarakat. Asumsi dasar teori ini ialah bahwa
semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga
masyarakat secara keseluruhan bias menjalankan fungsinya dengan baik. Namun demikian,
teori ini mempunyai akar dalam karya Karl Marx di dalam teori sosiologi klasik dan
dikembangkan oleh beberapa pemikir sosial yang berasal dari masa-masa kemudian. Karl
Marx melahirkan sebuah aliran, yaitu aliran komunisme. Teori konflik adalah satu perspektif
di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari
bagian-bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda
dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna
memenuhi kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya.
Pada dasarnya pandangan teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak banyak berbeda
dari pandangan teori funsionalisme structural karena keduanya sama-sama memandang
masyarakat sebagai satu sistem yang tediri dari bagian-bagian. Perbedaan antara keduanya
terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentang elemen-elemen pembentuk
masyarakat itu. Menurut teori fungsionalisme struktural, elemen-elemen itu fungsional
sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa berjalan secara normal. Sedangkan teori
konflik, elemen-elemen itu mempunyai kepentingan yang berbeda-beda sehingga mereka
berjuang untuk saling mengalahkan satu sama lain guna memperoleh kepentingan sebesar-
besarnya. Kunci untuk memahami Marx adalah idenya tentang konflik sosial. Konflik sosial
adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk merebut aset-aset bernilai.
Bentuk dari konflik sosial itu bisa bermacam-macam, yakni konflik antara individu,
kelompok , atau bangsa. Marx mengatakan bahwa potensi-potensi konflik terutama terjadi
dalam bidang pekonomian, dan ia pun memperlihatkan bahwa perjuangan atau konflik juga
terjadi dalam bidang distribusi prestise/status dan kekuasaan politik.
Segi-segi pemikiran filosofis Marx berpusat pada usaha untuk membuka kedok sistem nilai
masyarakat, pola kepercayaan dan bentuk kesadaran sebagai ideologi yang mencerminkan
dan memperkuat kepentingan kelas yang berkuasa. Meskipun dalam pandangannya, orientasi
budaya tidak seluruhnya ditentukan oleh struktur kelas ekonomi, orientasi tersebut sangat
dipengaruhi dan dipaksa oleh struktur tersebut. Tekanan Marx pada pentingnya kondisi
materiil seperti terlihat dalam struktur masyarakat, membatasi pengaruh budaya terhadap
kesadaran individu para pelakunya. Terdapat beberapa segi kenyataan sosial yang Marx
tekankan, yang tidak dapat diabaikan oleh teori apa pun yaitu antara lain adalah, pengakuan
terhadap adanya struktur kelas dalam masyarakat, kepentingan ekonomi yang saling
bertentangan diantara orang-orang dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari posisi
kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang serta bentuk kesadaran dan berbagai pengaruh
dari konflik kelas dalam menimbulkan perubahan struktur sosial, merupakan sesuatu hal yang
sangat penting.
Marx lebih cenderung melihat nilai dan norma budaya sebagai ideologi yang mencerminkan
usaha kelompok-kelompok dominan untuk membenarkan berlangsungnya dominasi mereka.
Selanjutnya, mereka pun berusaha mengungkapkan berbagai kepentingan yang berbeda dan
bertentangan yang mungkin dikelabui oleh munculnya konsensus nilai dan norma. Apabila
konsensus terhadap nilai dan norma ada, para ahli teori konflik menduga bahwa konsensus itu
mencerminkan kontrol dari kelompok dominan dalam masyarakat terhadap berbagai media
komunikasi (seperti lembaga pendidikan dan lembaga media massa), dimana kesadaran
individu dan komitmen ideologi bagi kepentingan kelompok dominan dibentuk.
Perspektif konflik yang berakar pada pemikiran Karl Marx, betapapun radikalsme diakui
sebagai salah satu jalan keluar sehingga sangat erat dengan revolusi, hal ini tidak
dimaksudkan menumpahkan darah. George Ritzer misalnya mengatakan bahwa tidak benar
kalau Marxisme dikatakan sebagai ideology radikal yang haus darah (a bloodthirsty radical
ideology). Marx adalah seorang humanis. Hatinya terluka melihat pnderitaankaum buruh
akibat eksploitasi di bawah sistem yang kapitalistik. Rasa kemanusiaan itu mendorongnya
untuk mencetuskan keinginan merubah tatanan kapitalistik dalam sistem yang mapan tetapi
dalam praktek mengeksplotasi masyarakat. Oleh karena itu, sistem tersebut harus diubah agar
menjadi lebih manusiawi. Tetapi hal itu hanya harus mungkinterjadi dalam sistem sosialis.
Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa
di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. masyarakat. Teori
konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-
beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan
subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan. Teori konflik
juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial.
Karl Marx berpendapat bahwa bentuk-bentuk konflik yang terstruktur antara berbagai
individu dan kelompok muncul terutama melalui terbentuknya hubungan-hubungan pribadi
dalam produksi. Sampai pada titik tertentu dalam evolusi kehidupan social manusia,
hubungan pribadi dalam produksi mulai menggantikan pemilihan komunal atas kekuatan-
kekuatan produks. Dengan demikian masyarakat terpecah menjadi kelas-kelas social
berdasarkan kelompok-kelompok yang memiliki dan mereka yang tidak memiliki kekuatan-
kekuatan produksi. Jadilah kelas dominan menjalin hubungan dengan kelas-kelas yang
tersub-ordinasi dalam sebuah proses eksploitasi ekonomi.
Teori Marx di atas memandang eksistensi hubungan pribadi dalam produksi dan kelas-kelas
social sebagai elemen kunci dalam banyak masyarakat. Ia juga berpendapat bahwa
pertentangan antara kleas dominan dan kelas yang tersubordinasi memainkan peranan sentral
dalam menciptakan bentuk-bentuk penting perubahan social. Sebenarnya sebagaimana yang
ia kumandangkan, sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga kini adalah sejarah
pertentangan-pertentangan kelas. Marx menghadirkan suatu analisis yang kompleks dan
masih relevan tentang dasar-dasar historis ketidaksetaraan di dalam kapitalisme dan
bagaimana cara mengubahnya. Walaupun teori-teorinya terbuka untuk berbagai interpretasi,
namun kita tidak mencoba untuk menghadirkan interpretasi tentangnya yang membuat teori-
teorinya konsisten dengan studi-studi historis aktualnya.
Marx percaya bahwa masyarakat terbentuk di sekeliling kontradiksi-kontadiksi yang hanya
bisa di selesaikan melauli perubahan sosial yang aktual. Salah satu kontradiksi mendasar
yang di lihat Marx adalah antara sifat dasar manusia dan syarat-syarat kerja di dalam
kapitalisme. Bagi Marx sifat dasar manusaia dikaitkan dengan kerja yang mengekspresikan
dan mentranfomasikan hakikat kita. Dibawah kapitelisme, kerja kita kita dijual sebagai
komoditas, dan hal lain menyebabkan kita teraliensi dari aktivitas produktif kita. Analisis
marx terhadap masyarakat kapitalis. Kita mulai dengan konsep sentral tentang komoditas-
komoditas, kemudian melihat kontradiksi antara nilai-guna komoditas tersebut dan nilai-
tukarnya. Di dalam kapitalisme, nilai komoditas tukar cenderung melebihi penggunaanya
yang aktual di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, oleh karena itu, komoditas-
komoditas mulai tampak terpisah dari kerja manusia dan kebutuhan manusia dan pada
akhirnya tampak menjadi berkuasa atas manusia. Marx menyebut hal ini dengan fetisisme
komoditas. Fetisisme ini merupakan suatu bentuk reifikasi, dan pengaruhnya lebih dari
sekedar terhadap komoditas-komoditas: secara khusus, mempengaruhi sistem ekonomi yang
mulai terlihat seperti kekuatan objektif dan nonpolitis yang menentukan kehidupan manusia.
Karena refikasi ini, kita tidak melihat bahwa ide kapital memuat suatu relasi sosial yang
kontadiktif antara orang-orang yang mengambil keuntungan dari investasi-investasi dan
orang-orang yang bekerja menyediakan nilai-surplus yang membentuk keuntungan. Marx
percaya kalau kapitalisme adalah sesuatu yang baik dan bahwa kritik pedasnya terhadap
kapitalisme adalah sesuatu yang baik dari sudut kemungkinannya dimasa yang akan datang.
Marx merasa mampu memperkirakan nasib kapitalisme dimasa depan karena dia
berpegangan pada pemahaman materialisme historisnya. Dengan fokus pada kekuatan
produksi, Marx mampu memperkirakan tren sejarah yang memungkinkanya menentukan di
titik-titik mana saja aksi-aksi politik dapat efektif. Aksi dan refolusi politik sangat diperlukan
karena relasi produksi dan ideologi menentukan perkembangan kekuatan-kekuatan produksi.
Dalam pandangan Marx perubahan-perubahan ini akhirnya akan melahirkan masyarakat
komunis.

https://nurhidayati494.wordpress.com/2014/03/02/teori-karl-marx/

1. Persepsi Marx dalam Kependudukan


Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Tatkala Thomas Robert Malthus
meninggal di Inggris pada tahun 1834, mereka berusia belasan tahun. Kedua-duanya lahir di
Jerman kemudian secara sendiri – sendiri hijrah ke Inggris. Pada waktu itu teori Malthus
sangat berpengaruh di Inggris maupun di Jerman. Marx dan Engels tidak sependapat
dengan Malthus yang menyatakan bahwa apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan kekurangan bahan pangan.

Menurut Marx tekanan penduduk yang terdapat di suatu negara bukanlah tekanan
penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja.
Kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat,
tetapi kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara – negara kapitalis.
Kaum kapitalis akan mengambil sebagaian pendapatan dari buruh sehingga menyebabkan
kemelaratan buruh tersebut.

Selanjutnya Marx berkata, kaum kapitalis membeli mesin – mesin untuk menggantikan
pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan oleh buruh. Jadi penduduk yang melarat bukan
disebabkan oleh kekurangan bahan pangan, tetapi karena kaum kapitalis mengambil
sebagian dari pendapatan mereka. Jadi menurut Marx dan Engels sistem kapitalisasi yang
menyebabkan kemelaratan tersebut. Untuk mengatasi hal – hal tersebut maka struktur
masyarakat harus diubah dari sistem kapitalis ke sistem sosialis.

Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan
makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham
Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham
Maltus bertentangan dengan nurani manusia.

Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang
sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan
Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau
mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di
suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan
terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa
semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan
demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.

Pendapat Aliran Marxist:


a. Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
b. Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum
kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
c. Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi
tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini
berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.

Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi di kuasai oleh buruh, sehingga gaji
buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh
karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Marx juga mengatakan bahwa
semakin banyak jumlah manusia, semakin tinggi hasil produktivitasnya, jadi tidak perlu
diadakan pembatasan pertumbuhan penduduk. Marx dan Engel menentang usaha-usaha
moral restraint yang dicetuskan oleh Malthus.

Dalam hal ini pendapat Marx banyak yang menganutnya seperti halnya dengan Malthus.
Setelah Perang Dunia II dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama, negara-negara
kapitalis yang umumnya cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika Serikat,
Ingris, Prancis, Australia, Canada, dan Amerika latin; kedua, negara yang menganut sistem
sosial, seperti Uni Soviet, negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara
dan Vietnam; ketiga, negara-negara nonblok seperti India, Mesir dan Indonesia.
Beberapa kritik yang telah dilontarkan terhadat teori Marx ini diantaranya adalah sebagai
berikut: Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis merupakan anti
thesa hukum kependudukan di negara kapitalis. Menurut hukum ini apabila di negara
kapitalis tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama rendah maka di negara sosialis
akan terjadi kebalikannya yaitu tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama tinggi.
Namun kenyatanya tidaklah demikian, tingakat pertumbuhan penduduk di negara Uni
Soviet hampir sama dengan negara-negara maju yang sebagian besar merupakan negara
kapitalis.

2. Proletarisasi dan Akumulasi Primitif dalam Teori Kependudukan Marxis


Tepat kiranya apa yang dikatakan ekonom Michael Perelman bahwa “akumulasi primitif
memotong cara hidup tradisional ibarat gunting” (Perelman, 2000: 14). Mata gunting
pertama mematikan kesanggupan orang-orang kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri dan mata gunting kedua menghalangi orang-orang kebanyakan
menemukan alternatif lain di luar sistem kerja upahan untuk tetap bertahan hidup. Kedua
mata gunting akumulasi primitif inilah yang hingga kini memungkinkan kelas kapitalis
menghisap kerja dan hasil kerja kelas proletariat. Itulah mengapa penciptaan hubungan
sosial produksi kapitalis beserta akumulasi primitifnya “layak disebut sebuah revolusi kaum
kaya melawan kaum miskin” (Polanyi, 2001: 37).

http://rizkie-library.blogspot.com/2015/09/aliran-marxisme-dalam-teori-kependudukan.html

KARL MARX DENGAN SEGALA


PEMIKIRANNYA
2 Mei 2010 09:38 Diperbarui: 26 Juni 2015 16:28 5309 0 0

Karl Marx

Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun 1818. lahir
setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The Principles
of Political Economy”. Dia merupakan pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan seorang
teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis,
sosiologis, dan seorang revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang
Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah menyelesaikan gelar Ph. D dalam
filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran
Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David
Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari
teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat juka,”sejarah berproses
melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segea akan
berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini
akan terus berulang, sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang berproses
menjdai lebih baik.”

Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku “Das
Kapital”, yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan.
Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter
alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang
dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lai yang
diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam bukunya tersebut antara lan :

1.pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan publik.
2.pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.

3.pengapusan seluruh hak-hak warisan.

4.penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau pemberontak.

5.sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal negara dan monopoli
yang bersifat eksklusif.

6.sentralisasi alat-alat komunikasi, dan transportasi di tangan negara.

7.perluasan pabrik dan alat-alat produksi yang dimilki oleh negara, menggarap tanah yang
tanah, dan meningkatkan guna tanah yang sesuai dengan perencanaan umum.

Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri.
Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka
rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar,
khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan
sejati, karena dia menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendepat bahwa dalam ekonomi
klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh kebradaan pasar
pada manusia. Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi,
ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan kompetisi, nilai
dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi
klasik adalah, is tidak memeperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan
produksi.

Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :

1.
2. masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh
tuan-tuan tanah.
3. Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung,
namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimanafeudalisme
juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan
dengan masyarakat sosialise.
4. Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa
kapitlisme.
5. Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau
materi.

Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:

1.
2. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
3. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-
bahan produksi.

Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam masyarakat, dengan meneliti
antara kekuatan dan relasi produksi. Dimana nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang
berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem feodal menjadi
penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya satu-satunya biaya sosial untuk
memproduksi barang adalah buruh.

Analisa karl marx tentang Kapitalisme

karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis memunculkan akibat social yang tidak
diinginkan dan sebagai pertentangan pada kapitalisme menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu.
Kritik karl marx ini tertuang pada hukum Karl Marx tentang kapitalisme, yang berisi tentang :

1.Surplus pengangguran

Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx berpendapat bahwa selalu terjadi
kelebihan penawaran tenaga kerja yang erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga
menjadi surplus value dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx melihat ada 2 faktor
penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi
akibat penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect
Recruitment yang terjadi akibat adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki pasar
tenaga kerja.

2.Penurunan tingkat keuntungan

Dalam model Karl Marx dirumuskan bahwa tingkat keuntungan (P) mempunyai hubungan
positif dengan tingkat surplus Value (S’) dan mempunyai hubungan negative dengan organic
komposition of capita (Q).

P=S’(1-Q)

Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk tidak berubah. Setiap kenaikan
dalam organic composition of capital akan menghasilkan penurunan pada tingkat
keuntungan, melalui mekanisme sebagai berikut.

Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk menghimpun modal.
Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya fariabel modal yang digunakan
untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat
pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya
upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan
mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin dengan menambah organic composition of
capital. Jika tingkat surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada
organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level yang lebih
rendah.
3.Krisis Bisnis

Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa adanya perubahan
orientasi atau tujuan dari proses produksi dari tujuan nilai guna pada zaman ekonomi barter
berubah menjadi tujuan nilai tukar dan keuntungan saat dibawah kapitalisme, menyebabkan
terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi barter, produse hanya menghasilkan barang
untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan komoditi yang lain, sehingga pada saat
ekonomi barter ini tidak pernah terjadi over produksi. Sedangkan ketika tujuan produksi
berubah menjadi nilai tukar dan keuntungan maka terjadinya over produksi pada suatu
perekonomian akan mungkin terjadi. Over produksi itu sendiri akan berdampak pada
menurunnya tingkat keuntungan. Perubahan tingkat keuntungan tersebut akan berdampak
pada pengeluaran untuk infestasi. Volatility dari pengeluaran infestasi inilah yang menurut
pendapat Karl Mark merupakan penyebab umum dari fluktuasi pada keseluruhan aktifitas
ekonomi. menghasilkan siklus bisnis, hal ini Karl Marx bercermin pada pertumbuhan
dramatic pada industry tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai berikut. Adanya ledakan
pada teknologi akan menyebabkan peningkatan akumulasi dari modal dan permintaan pada
tenaga kerja. Jumlah pengangguran akan berkurang, tingkat upah akan naik, surplus value
akan berkurang, dan tingkat surplus value akan berkurangdan akhirnya akan mengurangi
tingkat keuntungan. Penurunan tingkat keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi
modal dan akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx depresi ini mempunyai
elemen yang akhirnya, cepat atau lambat akan menyebabkan ekspansi yang baru pada
kegiatan ekonomi.

Teori klasikmelihat bahwaadanya pasar di harapkan dapat memecahkan masalah alokasi


sumber daya yang ada, hal ini akan menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam jangka
panjang.

4.Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis

Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas bergantung pada kapitalis itu
sendiri yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi
profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai hukumnya itu untuk
menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh
profit yang besar, aliran kapitalis menambah komposisi modal an ternyata hal itu justru
menurunkan profit.

Kaum kapitalis secara periodic akan berusaha menanggulangi jatuhnya nilai profit dengan
mengurangi infestasi secara berlebih yang dapat menyebabkan aktifitas ekonomi mengalami
fluktuasi yang nantinya bias menyebabkan krisis.

Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi dalam aktifitas bisnis,
yaitu: jatuhnya nilai profit, factor teknologi baru yang tidak sama, dan tidak proporsionalnya
pengembangan dalam suatu sector ekonomi yang nantinya dapat menyebabkan penurunan
dalam level kegiatan ekonomi.

Fluktuasi menurutnya terjadi dalam suatu system karena pada dasarnya kebanyakan dari
aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari jumlah profit sebanyak mungkin.

Adapun teori karl marx tentang krisis bisnis mungkin banyak terdapat kekurangan secara
internal, tidak diragukan lagi bahwa pandangannya tentang kapitalis secara mendasar belum
stabil. Meskipun begitu, visi dari karl marx tentang teori kapitalis ini secara lebih lanjut tidak
mendapat smabutan oleh teori orthodox sapai tahun 1930.

5.Konsentrasi modal

Meskipun model karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan sempurna
dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun
karena ketatnya persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri kecil
sehingga akan mengurangi persaingan.

Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan peusatan modal. Pemusatan
modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa
perusahaan yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang
perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar itu dapat
memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara perusahaan yang besar dan
yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh
dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.

6.Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar

kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya tingkat kesengsaraan


pada kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan secara absolut menunjukkan pendapatan
dari masyarakat secara global menurun dalam sistem kapitalis dan juga menunjukan bahwa
bagian pendapatan nasional mereka menjadi turun di kemudian hari.

Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal yang harus dilakukan
untuk menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan pada kualitas hidup
mereka.

https://www.kompasiana.com/ade_henry/54ffc0f4a33311576350fd38/karl-marx-dengan-segala-
pemikirannya

Fungsionalisme adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandang
secara menyeluruh. Apa yang dilakukan manusia sebagai aksi adalah hal yang kompleks
yang merupakan manifestasi dari jiwa dan mempunyai maksud tertentu bukan hanya
disebabkan oleh sesuatu hal. Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental,
persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.

Beberapa ciri fungsionalisme diantaranya adalah menekankan fungsi dibanding elemen


mental, memandang penting kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan
lingkungannya, serta menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental
manusia.

Terdapat dua metode yang digunakan dalam fungsionalisme, yaitu : Metode observasi
tingkah laku terbagi menjadi Metode Fisiologis dan Metode Variasi Kondisi, serta Metode
Instrospeksi.
Pendiri fungsionalisme adalah William James dan John Dewey. Aliran Fungsionalisme terdiri
atas aliran fungsionalisme Chicago ( John Dewey, James Rowland Angel ) dan
fingsionalisme California ( James Cattel dan Thorndike ).

http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/aliran-fungsionalisme.htm

Teori fungsionalisme adalah teori dominan dalam antropologi. Teori ini memandang budaya
sebagai satu kesatuan, dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara bagian-
bagian masyarakat yang tercipta dan bagaimana bagian ini fungsional (bermakan memiliki
konsekuensi yang menguntungkan pada individu dan masyarakat) dan disfungsional
(bermakna memiliki konsekuensi negatif). Teori ini memandang masyarakat sebagai sistem
yang kompleks yang mana bagian tersebut bekerja bersama untuk mempromosikan
solidaritas dan stabilitas; ini menandakan bahwa kehidupan sosia kita dituntun berdasar pada
struktur sosial, yang pola perilaku sosialnya secara relatif stabil (Macionis, 1997)

Seluruh struktur sosial berkntribusi pada operasi masyarakat. Dua antropolog inggris
terkemuka Radcliff Brown dan Bronslaw Malinowski, menggambarkan dua standar teori:
Struktural fungsionalisme, yang menekankan pada keunggulan dari masyarakat dan
menyusun para individu, dan bagaimana berbagai macam elemenfungsi struktur sosial untuk
memelihara permintaan sosial dan keseimbangan. Dan Psikologi strukturalisme, yang mana
menekankan pada kbutuhan individual untuk bertemu dengan masyarakat.

Kelemahan teori fungsional adalah gagalnya menjelaskan kenapa masyarakat itu berbeda atau
justru memiliki kesamaan. Ontropolog fungsionalisme menganggap dunia tertib, memberi
sedikit perhatian atau bahkan tidak memberi perhatian pada kompetisi dan konflik (Howard
dan Dunaif-Hattis, 1992). Teori ini tidak berhubungan dengan sejarah, mengabaikan proses
sejarah. (Scupin dan De Corse, 1995) teori ini juga tidak dapat menjelaskan perubahan sosial
dan budaya, sebagaimana ia dulu memandang masyarakat sebagai sesuatu yang stabil dan
tetap. meskipun memiliki kelemahan, teori fungsionalisme mempengaruhi perjanjian besar
penelitian empirik dalam antropologi.

Sumber:

Teori Fungsional

Teori fungsional adalah istilah teori yang berasal dari Bahasa Inggris “functional theory”
yang berusaha secara fungsionalis melacak faktor penyebab perubahan sosial masyarakat
sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi
kehidupan mereka. Teori ini berhasil mempersingkat perubahan sosial yang tingkatnya
moderat, bukan memandang pada konflik sosial sebagai bagian kehidupan manusia.

Teori Fungsional Menurut Para Ahli

Adapun, teori sosiologi dan tokohnya yang memberikan penjelasan mengenai teori
fungsional ini antara lain adalah sebagai berikut;
William Ogburn

William Ogburn adalah tokoh ilmu sosial berusaha memeperjelas padangan perubahan sosial
dalam kerangka fungsionalis. Menurut William meskipun unsur kehidupan masyarakat saling
berhubungan diantara perbedaan yang ada, akan tetapi beberapa unsurnya bisa saja berubah
dengan sangat cepat sementara unsur lainnya berjalan dengan lamban sehingga keadaan ini
menjadikan ketertinggalan yang berakibat pada bentuk kesenjangan sosial dan budaya.
Selengkapnya, baca; Pengertian Kesenjangan Sosial, Dampak, dan Contohnya di Masyarakat

Tokoh ini juga menyebutkan bahwa pengaruh teknologi dalam teori fungsionalis akan
menyebabkan perubahan yang berpengaruh besar dalam kehidupan, keadaan ini karena
masyarakat mengalami kemajuan dalam kehendak yang dilakukannya. Meskipun begitu
semua akan berjalan sesuai dengan kebutuhan, sejalan dengan kesadaran masyarakat yang
terbentuk,

Dari penjelasan mengenai teori fungsional diatas, dapat dikatkan bahwa pandangan mengenai
teori fungsional ini lebih mengarah pada perubahan sosial. Perubahan sosial yang diarahkan
selalu menjadi jalan dalam terbentuknya masyarakat yang sesuai dengan keadaan dan
kenyataan yang ada. Selengkapnya, baca; “Perubahan Sosial” Pengertian, Proses, Teori,
Bentuk, Faktor, dan Dampaknya

Contoh Teori Fungsional

Berbagai contoh yang bisa menjelaskan tentang teori fungsional ini, antara lain adalah
sebagai berikut;

Penggunaan Alat Kontrasepi

Alat kontrasepsi yang dipergunakan masyarakat pada saat ini dilakukan berdasarkan pada
kebutuhan yang awalnya ditentang banyak pihak, penentangan ini muncul karena anggapan
di larang oleh agama, dan tidak pantas secara kehidupan sosial.

Akan tetapi lambat laun dengan kesadaran masyarakat bahwa jumlah penduduk harus
dikendalikan akhirnya masyarakat menyadari pentingnya penggunaan alat ini, apalagi setelah
masyarakat merasaan manfaatnya bahwa penggunaan alat kontrepsi bukan hanya dilakukan
dalam pengendalian penduduk akan tetapi dilakukan dalam upaya menjaga kesehatan yang
ada pada sisi psikologis keluarga.

Keadaan mengenai awal mula pertentangan dalam pengunaan alat kontrasepsi dan akhirnya
diterima masyarakat ini secara utuh dikaji dalam teori fungsional bahwa kesadaran
masyarakat akan terbentuk dengan adanya paradigma atas pengetahuan baru yang di
dapatkannya.

https://www.kompasiana.com/avitarini/551fb795813311466e9de64f/teori-fungsionalisme
Penggunaan Media Sosial

Awal mula perkembangan media sosial dianggap sebagai salah satu bentuk ancaman bagi
intraksi sosial langsung, karena manjakan masyarakat dengan hubungan secaa elektronik.
Banyak pihak yang memilih tidak menggukan media sosial, akan tetapi pada akhirnya dengan
kesadaran masyarakat yang terjadi serta betapa pentingnya media sosial ini menjadikan nilai
kebutuhan bahwa media sosial adalah bagian daripada syarat interkasi sosial dalam
masyarakat yang terjadi dengan sangat gampang.

Pertentangan masyarakat dan ketidakterimaan masyarakat dalam hal-hal yang baru inilah
pada akhirnya diterima menjadi salah satu intisari daripada teori fungsional dijalankan, kajian
mengenai teori ini terlepas begitusaja dengan konflik, karena semua berjalan sebagaimana
waktunya. Meskipun demikian banyak pertentangan yang muncul, salah satu pertentangan
atau kritik yang ada dalam teori fungsional ini adalah pandangan yang sama terhadap teori
struktural fungsional yang hanya dijakaji dengan proses menunggu.

Artikel Terkait;

1. Contoh Teori Fungsional dalam Perubahan Sosial


2. 100 Kamus Istilah Sosiologi Beserta Artinya [A-Z]
3. Sejarah Sosiologi [Awal-Akhir]

Demikianlah pembahasan dan penjelasan secara lengkap mengenai teori fungsional menurut
para ahli dan contohnya, semoga dengan adanya penjelasan ini bsia memberikan wawasan
dan pengetahuan bagi segenap pembaca yang pada saat ini sedang membutuhkan referensi
mengenai “teori sosiologi”. Khususnya, pada teori fungsional, trimakasih.

http://dosensosiologi.com/teori-fungsional-menurut-para-ahli-dan-contohnya-lengkap/

Anda mungkin juga menyukai