BAB II
DASAR TEORI
Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika :
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm – m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat lateralog di
anjurkan untuk dipakai.
Gambar 3.1. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi
(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei 1997)
………………………………………………… (3-7)
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang long normal device digunakan
untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi. Skema dasar dari
lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A dan B serta
dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O adalah
18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap kedalaman, sedangkan
elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan dialirkan melalui elektrode A,
sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan pada permukaan lingkaran yang
berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang dipindahkan ke elektrode M dan N adalah :
..................................................................... (3-8)
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan lapisan cukup
tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya potensial yang dicatat pada referensi
O adalah sebanding dengan besarnya resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan tersebut
dipenuhi dan pengaruh diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah resistivity semu bukan
resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran dipengaruhi oleh diameter lubang
bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan
zone invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya (Rs).
Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity relative tinggi. Log ini
digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft
dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.
C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang konduktif sebagai
penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun peralatan pengukuran resistivity
diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil base mud dan fresh
water serta udara. Untuk mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan yang dapat
berfungsi dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log secara skematis
dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi ( 20000 cps) yang
mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter coil yang ditempatkan pada insulating
sehingga menimbulkan arus induksi didalam formasi. Medan magnet ini akan menimbulkan arus
berputar yang akan menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini ditempatkan pada
mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal yang dihasilkan
receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya tergantung pada konduktivitas formasi
yang terletak diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding terbalik dengan
nilai resistivity.
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang jauh didalam
lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat diturunkan didalam semua
jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil terbaik dari induction log adalah dalam
suatu kondisi sebagai berikut, didalam susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan
ketebalan lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt maka
induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction log tidak sensitif terhadap
perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity sekitar 400-500 ohm-m tidak dapat
dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi induction log ini adalah menggunakan lumpur yang tidak
banyak mengandung garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-m tapi
akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak dipengaruhi oleh
batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana atau tidak
memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat melengkapi informasi
yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor, lapisan yang
berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.6.), suatu arus Io yang konstan dialirkan
melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus tersebut diatur secara otomatis oleh
kontak pengontrol sehingga dua pasang elektrode penerima M1M2 dan M’1M’2 mempunyai
potensial yang sama. Selisih potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan
electrode dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M’1M’2 dan M1M2 dibuat nol,
maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa mengalir horizontal
kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog 8. Perbedaan dari
ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang
dideteksi berbeda. Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt dengan
Induction Log mengalami kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan dalam
jenis lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar (salt mud, resistivity
tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil base mud, inverted mud,
lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.
Gambar 3.6. Skema Alat Laterolog
(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei 1997)
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan sebagai indikator
lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake. Hasil pembacaan Rxo dipengaruhi
oleh tahanan mud cake(Rmc) dan ketebalan mud cake (hmc). Ketebalan dari mud cake dapat
dideteksi dari besar kecilnya diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity
log yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL), Proximity Log (PL),
MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel, karena dengan
pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu interval total. Pada prinsipnya
microlog menggunakan tiga electrode dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng (pad)
karet, dengan tujuan agar tetap dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini mempunyai tiga
electrode yang mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0, M1, dan M2 yang
dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 3.7.)
Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur pada elektrode M1
dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada saat pengukuran, ketiga elektrode
tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor dengan menggunakan pegas yang dapat
dikembangkan antara 6 inch sampai 16 inch.
Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing A0O = 1 ½ inch,
dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini arus listrik yang diberikan dari Ao
kemudian diukur perbedaan potensialnya pada titik antara elektrode M1 dan M2. Sistem inverse
pada intinya mengukur resistivity mud cake pada lapisan permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem ini mempumyai
investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari sistem A0M1M2 dan pada sistem ini
arus listrik yang diberikan dari A0 diukur perbedaan potensialnya pada M2. Micronormal digunakan
untuk mengukur resistivity dari flush zone (Rxo). Adanya mud cake inilah yang menyebabkan
terjadinya pemisahan dari kedua kurva microlog tersebut. Lapisan porous permeable ini ditandai
dengan adanya mud cake pada permukaan dinding lubang bor yang dinyatakan oleh munculnya
separasi dari dua kurva microlog.
Microlog tidak akan memberikan keterangan yang berarti jika arus yang dipancarkan hanya berada
di sekitar mud cake (short circuit). Hal ini dapat terjadi jika resistivity formasi sangat tinggi dan tidak
berfungsi pada keadaan oil base mud. Separasi dua kurva positif jika R2” > R1”x1” dan fluida
hidrokarbon yang terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan hidrokarbon air tawar.
Separasi negatif dapat terjadi jika R2” < R1”x1” dan fluida yang terkandung biasanya air asin. Bila
SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat digunakan untuk menentukan letak
lapisan-lapisan yang porous dan permeabel. Kriteria yang harus dipertimbangkan agar pengukuran
microlog optimum yang pertama sebagai indikator lapisan porous permeabel didalam susunan sand-
shale dengan range tahanan batuan formasi 1 – 200 ohm-m, porositas batuan lebih besar dari 15 %,
Rxo/Rmc lebih kecil dari 15, ketebalan mud cake kurang dari ½ inch dan kedalaman invasi lumpur
lebih besar atau sama dengan 4 inch. Microlog juga bermanfaat dalam memperkirakan porositas,
menghitung faktor formasi (F), melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan water-oil contact
dibawah kondisi tertentu. Dan juga mencarikan batasan yang akurat dari batas lapisan dan deliniasi
dari zone produktif dan zone non produktif. Microlaterolog (MLL) Alat ini digunakan untuk
menentukan Rxo pada batuan yang keras, dimana lumpur yang digunakan mempunyai kadar garam
yang tinggi. Sehingga dengan mengetahui Rxo maka harga F bisa ditentukan berdasarkan F =
Rxo/Rmf sehingga selanjutnya besarnya porositas efektif dapat ditentukan. MLL hanya merekam
satu kurva yaitu tahanan flush zone (Rxo). Alat ini mempunyai 4 elektrode yaitu sebuah elektrode
pusat (Ao) dan 3 elektrode cincin M1, M2, dan A1 yang letaknya konsentris terhadap Ao, seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 3.8. Gambar 3.8. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode MLL didalam
Lubang Bor (Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997) Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah arus konstan Io
yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao dan lainnya dialirkan melalui
elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara otomatis dan kontinyu diatur sedemikian rupa
sehingga perbedaan potensial antara elektrode M1 dan M2 praktis sama dengan nol sehingga tidak
ada arus yang mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari Ao dipaksa mengalir horizontal
kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding dengan potensial yang dicatat. MLL hanya
dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya salt mud, dan tidak berfungsi didalam oil
base mud, inverted emulsion mud serta keadaan lubang bor yang terisi gas atau sudah dicasing.
Jika invasi lumpur dangkal (kurang dari 4 inch) MLL mungkin mengukur tahanan batuan zone
uninvaded (Rt) karena MLL digunakan untuk daerah penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud
cake juga mempengaruhi pembacaan harga Rxo. Proximity Log (PL) Proximity Log pada
prinsipnya adalah sama dengan ML ataupun MLL, akan tetapi PL dirancang untuk mengukur daerah
yang lebih dalam lagi yaitu pada penyelidikan 16 inch dan tidak tergantung pada ketebalan mud
cake yang terbentuk. Proximity Log mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: dapat mengukur Rxo
tanpa dipengaruhi oleh mud cake sampai ketebalan mud cake ¾ - 1 inch, mempunyai radius
investigasi yang lebih besar dari ML maupun MLL, kurang sensistif terhadap ketidakhomogenan
lubang bor, biasanya alat ini diturunkan bersama-sama dengan ML untuk mendeteksi adanya mud
cake. Dalam pembacaan PL banyak dipengaruhi oleh besarnya harga tahanan batuan zone
uninvaded (Rt). Oleh karena itu harus diadakan koreksi. Hasil pembacaan proximity log (RPL)
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : RPL ………………………………..……….. (3-9)
dimana J adalah faktor pseudogeometric dari zone invaded. Harga J merupakan fungsi dari
diameter invasi (Di). Sebagai harga pendekatan, jika Di > 40 inch harga J mendekati 1 (satu). Jika Di
< 40 inch maka harga RPL berada diantara Rxo dan Rt, biasanya lebih mendekati harga Rxo. PL
akan mengukur Rt jika invasi filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara praktis harga RPL = Rt.
Operasi pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang optimum pada kondisi batuan
invaded karbonat atau sand, range tahanan batuannya 0.5 – 100 ohm-m, invasi lumpur dalam, dan
ketebalan mud cake lebih kecil dari ¾ inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa dengan alat microlog,
pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan elektroda khusus yang ditekan ke
dinding lubang bor dengan batuan sebuah kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang suatu
rangkaian bingkai logam yang konsentrik (lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag mempunyai
fungsi memancarkan, mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang hamper sama dengan
cara kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan elektrodenya berdekatan sehingga
hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang bor yang diselidiki yang mengakibatkan kita
mempunyai suatu pengukuran dari resistivity didaerah rembesan. Pengukuran terhadap diameter
lubang bor secara bersamaan oleh caliper yang merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari neutron dipancarkan secara
kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang ditempatkan didalam sonde logging yang diletakkan
pada jarak spacing pendek sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi logging,
neutron meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan berkurang karena
bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen turut serta dalam
pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan massa atom yang sama
dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi neutron banyak berkurang kemudian neutron
tersebut akan menyebar didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap dan
terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikon. Inti-inti ini akan
terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma akan merekam
radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak dan gas atau didalam
lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada jarak yang sangat dekat dengan sumber
dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini yang menjadi
dasar hubungan antara jumlah sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini menunjukkan
apabila jumlah sinar gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah. Proses pelemahan
partikel neutron dapat dilihat pada gambar 3.11. Porositas dari neutron log ( ) dalam satuan
limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
.....…………………………….…… (3-14)
dimana:
= porositas terbaca pada kurva neutron log
Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:
Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang mengandung liquid
dengan porositas antara 1 % – 10 %.
Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada formasi non shaly
yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.
Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat sebelumnya.
3.1.2.3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur density bulk batuan,
disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan
besama-sama dengan neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan membantu
didalam evaluasi lapisan shaly.
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi sinar
gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar gamma menembus batuan, sinar
tersebut akan bertumbukkan dengan elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar
gamma akan kehilangan sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali,
yang kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi. Intensitas sinar
gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi. Skema rangkaian dasar density
log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya energi sinar gamma tersebut sesuai dengan
persamaan:
……………………………….............…………. (3-15)
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan menunjukkan besarnya
densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi akan menghasilkan jumlah elektron yang
rendah pada detektor. Densitas elektron merupakan hal yang penting disini, hal ini disebabkan yang
diukur adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas elektron akan berhubungan
dengan densitas batuan sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung pada densitas matrik, porositas
dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi penggunaan untuk density log adalah pada
formasi dengan densitas rendah dimana tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak
dapat digunakan pada lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya terpengaruh
sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan porositas 20 % -
40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan peralatan
kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel pada dinding bor,
sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi batuan dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
…………………….....………………………….... (3-16)
dimana:
ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
= porositas dari density log , fraksi
Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh karena itu dalam
pembacaan ρb perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
………………….. (3-17)
dimana:
ρclay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
3.1.3. Sonic Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain density log dan
neutron log dengan cara mengukur interval transite time (Δt), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log
menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver (penerima).
Jarak antar keduanya adalah 1 ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut akan merambat
kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan tergantung pada sifat elastisitas
batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi. Kemudian gelombang ini akan terpantul
kembali menuju lubang bor dan akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu penerimaan ini
direkam oleh log dengan satuan microsecond per feet (μsec/ft) yang dapat dikonversikan dari
kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (Δt) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan porositasnya. Sehingga
bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada porositasnya. Pada tabel III-2. dapat dilihat
beberapa harga transite time matrik (Δtma) dengan berbagai lithologi.
Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log Δt harus terdapat hubungan antara transit
time dengan porositas. Seorang sarjana teknik, Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata yang
merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas. Persamaan tesebut dapat dilihat dibawah
ini :
.............................................................................. (3-18)
dimana :
Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft
Δtf = transite time fluida, μsec/ft
= 189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft
ФS = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat digunakan sebagai
indentifikasi lithologi.
3.1.4. Caliper Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi (diameter) dan lithologi
terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper log dapat dilihat pada gambar 3.13. Untuk
menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang
dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan
rod. Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang bor
guna menentukan volume semen pada operasi cementing, selain itu dapat berguna untuk pemilihan
bagian gauge yang tepat untuk setting packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan
mengalami kesalahan apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit) oleh
karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya, perhitungan kecepatan lumpur di
annulus yang berhubungan dengan pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi karena caliper log
dapat membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.
A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada porositas tetapi juga
lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu penentuan porositas harus mengetahui
lithologinya. Harga dari porositas neutron (ФN) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
dibawah ini (dalam limestone unit):
............................................................ (3-35)
dimana:
ФNlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (ФNc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФNsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan fluida batuan.
Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan ФD yang mempunyai harga sesuai dengan
persamaan dibawah ini:
................................................................................ (3-37)
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (ФDc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФDsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ρma = densitas matrik batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap kedalaman yang dianalisa, gr/cc
ρf = densitas fluida (air), gr/cc
C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau density log. Harga ФS
dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
......................................................................... (3-39)
dimana:
Δtlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik untuk setiap kedalaman, μ
sec/ft
Δtma = transite time matrik batuan, μ sec/ft
Δtf = transite time fluida (air), μ sec/ft
3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air formasi (Sw),
diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan Indonesia, persamaan Dual Water,
persamaan Waxman-Smith, dan persamaan Simandoux. Dalam penulisan tugas akhir ini,
persamaan yang digunakan dalam menentukan saturasi air formasi adalah persamaan Indonesia,
persamaan Dual Water, dan persamaan Simandoux.
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
......................................................................... (3-40)
Menentukan porositas dari neutron log
............................................................ (3-41)
................................................................... (3-42)
Menentukan porositas dari density log
................................................................................. (3-43)
................................................................... (3-44)
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log
........................................................................ (3-45)
Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)
.............................................. (3-46)
Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
……………………………………………... (3-56)
…………………………………………………….. (3-57)
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
…………………………………………………….. (3-58)
Menentukan resistivity air ikat didekat lapisan shale
……………………………………………………. (3-59)
Menentukan Rwa didaerah shaly sand
……………………………………………………... (3-60)
Menentukan saturasi air total yang dikoreksi terhadap shale
……………………………………….…… (3-61)
……………………………………………………. (3-62)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................................................. (3-63)
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)
........................................................................ (3-64)
Menentukan volume shale (Vsh)
- Older rocks (consolidated):
......................................................................... (3-65)
- Tertiary rocks (unconsolidated):
..................................................................... (3-66)
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
- Porositas dari sonic log
............................. (3-67)
dimana :
Δtlog = interval transit time formasi, μsec/ft
Δtma = interval transit time matriks batuan, μsec/ft
Δtf = interval transit time fluida, μsec/ft (189 μsec/ft untuk fresh mud, 185 μsec/ft untuk salt mud)
Δtsh = interval transit time shale, μsec/ft
Vsh = volume shale
- Porositas dari density log
............................................... (3-68)
dimana:
Vsh = volume shale
ρma = densitas matriks batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk, gr/cc
ρf = densitas fluida, gr/cc
ρsh = densitas bulk pada lapisan shale, gr/cc
- Porositas dari kombinasi neutron-density log
................................................... (3-69)
................................................. (3-70)
............................................................... (3-71)
Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai fungsi kedalaman. Ada
dua macam pencatatan yang dibedakan menurut waktu pengambilan data, yaitu :
a. Log listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus lubang bor dengan
kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke
dalam...Read More
Log radioaktif
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole) maupun yang tidak dicasing
(open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini dibandingkan dengan...Read More
Log sonic
Log sonic merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan dengan prinsip
kerja mengukur waktu tempuh gelombang bunyi pada suatu jarak tertentu didalam...Read More
Log caliper
Log calliper adalah alat logging sumur yang memberikan informasi lanjutan mengenai pengukuran
dari ukuran dan bentuk lubang bor dan dapat digunakan untuk eksplorasi...Read More
Data-data yang didapat dari logging antara lain : resistivitas, porositas, tebal lapisan permeabel, mud
cake pada dinding sumur, sifat radioaktif, sifat rambat suara, temperatur dan tekanan formasi,
tekanan jenis fluida dalam formasi, lithologi, parameter drilling dll.
Tujuan utama well logging adalah mencari kandungan migas yang bisa diproduksikan secara
ekonomis di dalam batuan. Dari hasil well logging dapat dilakukan :
1. Evaluasi formasi
2. Analisa kualitas semen
3. Korelasi antar sumur
4. Pemeriksaan dan pemantauan reservoir
5. Deteksi daerah dengan tekanan
6. Analisa mekanika reservoir
7. Pemetaan Reservoir
Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada umumnya reservoir minyak memiliki
karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana terjadi
akumulasi hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya
batuan reservoir, lapisan penutup dan perangkap. Beberapa syarat terakumulasinya minyak dan gas bumi adalah :
Merupakan batuan sedimen yang mengandung bahan organik seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang telah
mengalami proses pematangan dengan waktu yang sangat lama sehingga menghasilkan minyak dan gas bumi.
Merupakan batuan sedimen yang mempunyai pori, sehingga minyak dan gas bumi yang dihasilkan batuan induk
Merupakan batuan yang berfungsi sebagai penghalang bermigrasinya minyak dan gas bumi lebih jauh.
Merupakan batuan sedimen yang tidak dapat dilalui oleh cairan (impermeable), sehingga minyak dan gas bumi
Merupakan jalan minyak dan gas bumi dari batuan induk sampai terakumulasi pada perangkap.
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu mineral dibentuk dari beberapa ikatan kimia.
Komposisi kimia dan jenis mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk. Batuan
reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan
shale (sedimen non-klastik) atau kadang-kadang vulkanik. Masing-masing batuan tersebut mempunyai komposisi
kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat fisiknya. Pada hakekatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai
batuan reservoir asal mempunyai kemampuan menyimpan dan menyalurkan minyak bumi. Komponen penyusun
batuan serta macam batuannya dapat dilihat pada Gambar 1.
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh
suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan
dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang jika dirumuskan :
Dimana :
Vp = Volume pori-pori, cc
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume batuan total yang dinyatakan
dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume batuan
Dimana :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses pengendapan
berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan
komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1.
berikut :
1.2. Permeabilitas ( k )
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media
berporinya tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu ada
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati suatu
lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy.
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang melewatkan fluida dengan viskositas 1
centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1
6. Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut
hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak atau gas saja.
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya
(minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai
ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas dan air.
• Permeabilitas relatif (Krel)
Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap permeabilitas absolute.
Harga permeabilitas relative antara 0 – 1 darcy. Dapat juga dituliskan sebagai beikut :
Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga didalam reservoir akan terdapat
Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas relatif minyak (Kro), Permeabilitas relatif gas (Krg) dimana
persamaannya adalah :
Dimana :
1.3. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu terhadap total
volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume
pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air
(Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana secara matematis dapat ditulis :
fluida yang tidak dapat diproduksi lagi atau disebut dengan irreducible saturation sehingga berapa besarnya fluida
yang diproduksi dapat dihitung dalam bentuk saturasi dengan persamaan berikut :
Dimana :
1.4. Resistiviti
Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori. Padatan-padatan mineral tersebut
tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan reservoir tergantung pada
geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas bersifat tidak menghantarkan arus listrik
sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik apabila air melarutkan garam.
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk menentukan apakah
material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter resistiviti.
Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus listrik, secara matematis
Dimana :
r = tahanan, ohm
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan konsep “faktor formasi” dari Archie
yang didefinisikan :
Dimana :
Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa fluida atau kecenderungan dari
suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila
gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri.
Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti
berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak diantara matrik batuan.
Gambar 3 memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat, dengan sudut kontak sebesar θ.
Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0o – 180o, yaitu
antara air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan persamaan :
Dimana :
A. Wetting-Phase Fluid
Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan batuan. Akan tetapi karena adanya gaya
tarik menarik antara batuan dan fluida, maka fasa pembasah akan mengisi ke pori-pori yang lebih kecil dahulu dari
batuan berpori. Fasa fluida pembasah umumnya sangat sukar bergerak ke reservoir hidrokarbon.
Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya gaya repulsive (tolak) antara batuan
dan fluida menyebabkan non-weting phase fluid umumnya sangat mudah bergerak.
Batuan reservoir umumnya water wet dimana air akan membasahi permukaan batuan. Kondisi batuan yang water
wet adalah :
Batuan reservoir disebut sebagai oil wet apabila fasa minyak membasahi permukaan batuan. Kondisi batuan oil wet
adalah :
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water) meningkat sedangkan saturasi non-
wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa pembasah meningkat seiring dengan meningkatnya saturasi fasa
pembasah. Misalnya pada proses pendesakan pada reservoir minyak dimana batuan reservoir sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah menurun dan saturasi non-wetting
phase meningkat.
Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :
yang tidak bercampur dalam kondisi statis. Secara matematis dapat dilihat bahwa :
Dimana :
Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan sebuah sistim tabung kapiler.
Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik bila ditempatkan didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang
sangat kecil. Hal ini diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi yang bekerja pada permukaan tabung. Besarnya
tegangan adhesi dapat diukur dari kenaikkan fluida , dimana gaya total untuk menaikan cairan sama dengan berat
kolom fluida. Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan kecenderungan rongga pori batuan untuk
menata atau mengisi setiap pori batuan dengan fluida yang berisi bersifat membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan dua fasa fluida. Fluida pada sisi konkaf
(cekung) mempunyai tekanan lebih besar dari pada sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa
Dimana :
h = tinggi kolom, m
Setiap reservoir yang ditemukan, akan diperoleh sekelompok molekul yang terdiri dari elemen kimia Hidrogen (H)
dan Karbon (C). Minyak dan gas bumi terdiri dari kedua elemen ini, yang mempunyai proporsi yang beraneka ragam.
Apabila ditemukan deposit hidrokarbon disuatu tempat, akan sangat jarang dapat ditemukan di tempat lain dengan
Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa cair (minyak
bumi) maupun fasa gas, tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang ditempati. Perubahan
kondisi reservoir akan mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik fluida reservoir.
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan sifat cairan pada umumnya. Pada fasa cair,
jarak antara molekul-molekulnya relatif lebih kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak bumi yang akan dibahas adalah
densitas dan spesifik grafiti, viskositas, faktor volume formasi, kelarutan gas, kompressibilitas dan tekanan bubble
point.
Densitas didefinisikan sebagai masa dari satuan volume suatu fluida (minyak) pada kondisi tekanan dan temperatur
Dimana :
m = massa minyak, lb
Sedangkan spesifik grafiti merupakan perbandingan dari densitas suatu fluida (minyak) terhadap densitas air. Baik
densitas air maupun fluida tersebut diukur pada kondisi yang sama (60° F dan 14.7 Psia).
Dimana :
Meskipun densitas dan spesifik grafiti dipergunakan secara meluas dalam industri perminyakan, namun API grafiti
merupakan skala yang lebih sering dipakai. Grafiti ini merupakan spesifik grafiti yang dinyatakan dengan rumus :
API grafiti dari minyak mentah pada umumnya memiliki nilai antara 47 °API untuk minyak ringan sampai 10 °API
Viskositas fluida merupakan sifat fisik suatu fluida yang sangat penting yang mengendalikan dan mempengaruhi
aliran fluida didalam media berpori maupun didalam pipa. Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas yang terlarut dalam minyak tersebut.
Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas minyak dan dengan bertambahnya gas yang terlarut dalam
minyak maka viskositas minyak juga akan turun. Hubungan antara viskositas minyak dengan tekanan ditunjukkan
pada Gambar 6.
Gambar 6 menunjukkan bahwa tekanan mula-mula berada di atas tekanan gelembung (Pb), dengan penurunan
tekanan sampai (Pb), mengakibatkan viskositas minyak berkurang, hal ini akibat adanya pengembangan volume
minyak. Kemudian bila tekanan turun dari Pb sampai pada harga tekanan tertentu, maka akan menaikkan viskositas
minyak, karena pada kondisi tersebut terjadi pembebasan gas dari larutan minyak.
Faktor volume formasi minyak didefinisikan sebagai volume minyak pada tekanan dan temperatur reservoir yang
ditempati oleh satu stock tank barrel minyak dan gas dalam larutan. Harga ini selalu lebih besar atau sama dengan
Dimana :
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STBO
T = temperature, °F
Faktor volume formasi minyak merupakan fungsi dari tekanan. Gambar 7 memperlihatkan faktor volume formasi
minyak.
1. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik dengan berkurangnya tekanan sampai
mencapai Pb, sehingga volume sistem cairan bertambah sebagai akibat terjadinya pengembangan minyak.
2. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya tekanan, disebabkan karena semakin banyak
Kelarutan gas bumi didefinisikan sebagai cuft gas yang diukur pada keadaan standar (14.7 Psi ; 60 °F) didalam
larutan minyak sebanyak satu barrel stock tank minyak pada saat minyak dan gas berada pada tekanan dan
temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan komposisi minyak dan gas. Pada
temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas tertentu akan bertambah pada setiap penambahan tekanan. Pada
tekanan yang tetap kelarutan gas akan berkurang terhadap kenaikan temperatur.
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak akibat adanya perubahan tekanan. Secara
Dengan menggunakan grafik korelasi, maka harga kompressibilitas minyak dapat diperoleh dengan persamaan :
Kompressibilitas minyak pada kondisi dibawah bubble point akan cenderung membesar bila dibandingkan dengan
harga ketika diatas bubble point karena dengan turunnya tekanan, gas membebaskan diri dari larutan. Volume total
minyak yang tertinggal sebenarnya berkurang dengan turunnya tekanan terebut, akibatnya volume fluida total yang
terdiri dari minyak dan gas makin lama menjadi besar seiring dengan turunnya tekanan.
Tekanan bubble point (titik gelembung) suatu sistem hidrokarbon didefinisikan sebagai tekanan tertinggi dimana
gelembung gas mulai pertama kali terbebaskan dari minyak. Harga ini ditentukan secara eksperimen terhadap
minyak mentah dengan melakukan test ekspansi constant-composition (test flash liberation).
Apabila pengukuran laboratorium tidak tersedia untuk menentukan tekanan bubble point, maka dapat digunakan
korelasi Standing. Secara matematis, tekanan bubble point dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Minyak bumi tidak mungkin mengalir sendiri dari reservoir ke lubang sumur produksi bila tidak terdapat suatu
energi yang mendorongnya. Hampir sebagian besar reservoir minyak memiliki energi pendorong yang berbeda-beda
untuk memproduksikan suatu reservoir. Dengan turunnya tekanan pada reservoir minyak dapat mempengaruhi
besarnya tenaga pendorong pada reservoir tersebut yang berperan pada pergerakan minyak mula-mula pada media
berpori.
Tenaga ini berasal dari beban overburden batuan di atas dan selalu berubah akibat diproduksikannya fluida (minyak)
dari reservoir tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 8 yang memperlihatkan pengaruh kompaksi batuan
terhadap fluida yang berada didalamnya.
Gejala alam yang mempengaruhi fluida formasi yang menyebabkan terjadinya pemisahan akibat perbedaan berat
jenis dari fluida reservoir. Gambar 9. menggambarkan pengaruh grafitasi terhadap kelakuan fluida yang mana pada
fluida yang mempunyai densitas yang lebih besar akan bermigrasi kebagian bawah struktur reservoir sedangkan
fluida yang mempunyai densitas yang lebih kecil akan bermigrasi kebagian atas reservoir.
Jika air berada dibawah zona minyak pada suatu reservoir, maka dengan tekanan yang dimiliki oleh air ini akan
membantu minyak bergerak keatas. Jika minyak dieksploitasi, tekanan direservoir akan dijaga (mainteained) oleh
gaya hidrostatik air yang masuk menggantikan minyak yang telah terproduksi. Energi ini dihasilkan oleh air (aquifer)
yang berada pada kondisi bertekanan. Pada umumnya reservoir minyak dan gas berasosiasi dengan aquifer. Dengan
merembesnya air ke reservoir sehingga menjadi suatu tenaga pendorong yang biasa disebut dengan water drive.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 10. yang memperlihatkan proses pendorongan air terhadap minyak.
Reservoir berpendorong air memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
3. Produksi air mula-mula sedikit kemudian bertambah banyak karena minyak didorong oleh air
Solution gas drive atau depletion gas drive adalah mekanisme pendorong yang berasal dari ekspansi larutan gas yang
berada dalam minyak dan pendesakan terjadi akibat berkurangnya tekanan. Setelah terjadi penurunan tekanan pada
dasar sumur, maka gas yang terlarut dalam minyak akan bebas keluar sebagai gelembung-gelembung yang tersebar
merata dan merupakan fasa yang terdispersi yang tidak kontinu sehingga mencapai saturasi minimum. Setelah
seluruh gas tergabung dan mencapai saturasi kritik, maka gas akan mulai bergerak. Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 11.
Reservoir jenis pendorong solution gas drive mempunyai ciri sebagai berikut :
2. Perbandingan komulatif produksi gas (Gp) dengan komulatif produksi minyak (Np) meningkat dengan cepat
(GOR) meningkat
Energi alamiah ini berasal dari dua sumber yaitu ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang terlarut kemudian
melepaskan diri. Adanya gas cap dalam reservoir antara lain disebabkan oleh adanya pemisahan secara gravitasi dari
minyak dan fasa gas bebas dibawah tekanan titik gelembung. Karena tekanan reservoir berada dibawah tekanan
gelembung maka komponen hidrokarbon ringan akan terbebaskan dari fasa cairnya dan membentuk fasa gas.
Penurunan tekanan secara kontinu akan membebaskan gas lebih banyak lagi dan akan membentuk gas cap pada
bagian atas dari minyak. Hal tersebut akan menyebabkan terdorongnya minyak karena pengembangan dari gas cap
akibat penurunan tekanan secara kontinu. Gamabar 12. memperlihatkan proses pendorongan gas cap terhadap
minyak.
2. Kenaikan GOR sejalan dengan pergerakan permukaan minyak dengan gas kearah bawah (meningkat secara
kontinu)
Mekanisme pendorong dari tipe ini adalah kombinasi dari beberapa tipe pendorong yang telah dijelaskan
sebelumnya. Combination drive yang paling umum adalah kombinasi antara gas cap drive dan water drive. Hal ini
Jika terjadi suatu retakan atau perekahan pada batuan induk (source rock) maka minyak dan gas akan mengalami
migrasi keluar yang biasa disebut dengan migrasi primer. Setelah itu minyak dan gas bumi akan bermigrasi terus
sampai terjebak didalam suatu wadah yang tidak bisa dilalui oleh minyak dan gas, yang biasa disebut dengan
reservoir.
Reservoir adalah suatu tempat berkumpulnya minyak dan gas bumi. Dalam hal ini akan dibahas jenis reservoir jenuh
Reservoir jenuh (saturated) biasanya mengandung hidrokarbon dalam bentuk minyak yang dijenuhi oleh gas terlarut
dan dalam bentuk gas bebas yang terakumulasi membentuk gas cap. Bila minyak dan gas diproduksikan,
kemungkinan akan ada air yang ikut terproduksi, tekanan reservoir akan turun. Dengan turunnya tekanan reservoir,
maka volume gas yang membentuk gas cap akan mengembang dan merupakan pendorong keluarnya fluida dari
dalam reservoir. Selain pengembangan volume gas cap dan pembebasan gas terlarut, mungkin juga terjadi
Reservoir tidak jenuh (under saturated) pada keadaan mula-mula tidak terdapat gas bebas yang terakumulasi
membentuk gas cap. Apabila reservoir diproduksikan, maka gas akan mengalamai pengembangan yang
menyebabkan bertambahnya volume minyak. Pada saat tekanan reservoir mencapai tekanan bubble point maka gas