Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Pada era perkembangan pasar modal saat ini, investor menjadikan pasar modal
sebagai lahan bisnis yang dapat memberikan peluang keuntungan yang sangat besar.
Untuk itu dapat dipastikan bahwa investor akan mempertimbangkan secara detail
mengenai kemungkinan hasil yang akan diterima dengan mencari informasi sebanyak-
keuangan adalah sumber informasi perusahaan bagi pihak luar. Pernyataan Standar
Umumnya seluruh bagian dari laporan keuangan adalah penting dan diperlukan
dalam menilai kinerja perusahaan dan pengambilan keputusan. Salah satu informasi
keuangan yang paling banyak digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah
laba. Menurut PSAK No 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi
sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan
arus kas dari sumber daya yang ada dan untuk perumusan pertimbangan tentang
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2010). Akan
jumlah laba dan tidak memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Kondisi
dalam memenuhi target yang diberikan oleh para investor adalah dengan melakukan
dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan investor. Keadaan
beberapa informasi yang tidak diketahui investor, serta dapat mempengaruhi angka-
angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan
manajemen laba.
perusahaan besar seperti kasus yang terjadi pada Xerox, Eron, Worldcom, Adelphia,
Microstrategy, dll (Stice et al.: 2007). Kasus kecurangan tentang pelaporan keuangan
juga terjadi di Indonesia pada tahun 2018 yang lalu, tepatnya pada PT Bank Bukopin
Tbk. PT Bank Bukopin melakukan revisi terhadap laporan keuangan tahun 2016 akibat
adanya perubahan yang cukup signifikan pada sejumlah variable. Misalnya, laba tahun
2016 sebelumnya tercatat sebesar Rp 1,08 triliun, namun dalam laporan keuangan
perusahaan tahun 2017, laba perusahaan tercatat sebesar Rp 183,53 miliar. Manajemen
pencatatan tak wajar dari sisi pendapatan bisnis kartu kredit. Akibatnya terjadi
penurunan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR), dimana pada
tahun 2016 CAR berada di batas aman yakni 15,03%, namun setelah dilakukan revisi,
Menurut Scott (2009:403) manajemen laba sebagai pilihan yang dilakukan oleh
laporan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Manajemen laba merupakan upaya
dengan tingkat perolehan laba (earnings) atau prestasi suatu perusahaan, sehingga tidak
Perilaku manajemen laba selalu diasosiasikan dengan perilaku yang negatif, karena
keadaan sebenarnya. Hal ini terjadi akibat dari asimetri informasi antara manajemen,
Graham, et al. (2005) membagi praktik manajemen laba menjadi dua yaitu
laba dalam tiga kategori yaitu frudalent accounting, accruals management, dan real
akrual, padahal pada kenyataanya praktik manajemen laba tidak hanya dilakukan
dengan manipulasi akrual, tetapi juga dilakukan dengan tindakan manajemen laba riil.
manajemen laba akrual ke manajemen laba riil adalah manipulasi akrual sering menjadi
perhatian auditor dan regulator daripada keputusan tentang penetapan harga dan
risiko pada perusahaan, karena fleksibilitas yang terbatas dalam melaporkan aktivitas
Manajemen laba riil adalah suatu tindakan yang terjadi ketika manajer melakukan
tindakan yang menyimpang dari praktek yang sebenarnya untuk meningkatkan laba
yang dilaporkan selama periode akuntansi berjalan (Gunny, 2005). Manajemen laba riil
dilakukan dengan tujuan spesifik yaitu untuk memenuhi target laba tertentu,
manajemen laba riil dengan cara manipulasi penjualan, produksi secara berlebihan, dan
Manajemen laba riil dapat meningkatkan laba perusahaan pada periode berjalan,
perusahaan yang baik. Para investor cenderung tertarik pada perusahaan yang
profitable, apabila informasi laba yang meningkat dapat ditangkap dengan baik oleh
calon investor maka akan berpengaruh pada nilai perusahaan. Fama (1978) menyatakan
bahwa nilai perusahaan tercermin dari harga saham perusahaan, salah satu yang
meningkatkan harga saham adalah informasi laba, apabila harga saham meningkat
struktur modal sebuah perusahaan. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Belkaoui,
(2006: 189), menyatakan bahwa semakin tinggi utang/ekuitas perusahaan, yaitu sama
terdapat pada perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran
perjanjian serta terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar kemungkinan
Selain itu, perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan menghadapi risiko yang
lebih tinggi juga, sehingga para investor akan menginginkan return yang semakin besar.
jumlah yang sangat besar sehingga pengawasan yang dilakukan tentunya lebih aktif
(Wiranata dan Nugrahanti, 2013). Maka dari itu, dengan adanya saham yang dimiliki
manajemen laba riil. Devi dan Iskak (2018) meneliti tentang pengaruh corporate
governance, profitabilitas, leverage, dan kualitas audit terhadap manajemen laba riil.
Hasil dari penelitian Devi dan Iskak (2018) menunjukkan bahwa profitabilitas dan
governance dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba riil.
Selain itu, penelitian dilakukan oleh Budi dan Putri (2018) mengenai pengaruh
riil.
institusional dan leverage terhadap manajemen laba riil, yang menunjukkan hasil yang
berbeda dari penelitian Devi dan Iskak (2018), serta Budi dan Putri (2018). Hasil dari
manajemen laba riil, dan leverage juga berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
banyaknya penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten akibat
beberapa faktor, yaitu periode penelitian dan jenis perusahaan yang diteliti. Hal ini
menjadikan sebuah isu yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, maka peneliti
1. Manfaat Teoritis
mengenai manajemen laba riil, serta dapat memberikan ide dan gagasan untuk
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademisi
manajemen laba riil, serta dapat memberikan ide dan gagasan untuk penelitian
b. Bagi Stakeholder
pengelolaan perusahaan.
manajemen laba.
3. Manfaat kebijakan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan