Cdacimvc
Cdacimvc
PENDAHULUAN
Pada era perkembangan pasar modal saat ini, investor menjadikan pasar modal
sebagai lahan bisnis yang dapat memberikan peluang keuntungan yang sangat besar.
Untuk itu dapat dipastikan bahwa investor akan mempertimbangkan secara detail
mengenai kemungkinan hasil yang akan diterima dengan mencari informasi sebanyak-
keuangan adalah sumber informasi perusahaan bagi pihak luar. Pernyataan Standar
Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (PSAK No. 1
paragraf 07). Umumnya seluruh bagian dari laporan keuangan adalah penting dan
salah satu informasi keuangan yang paling banyak digunakan sebagai dasar
untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat
dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada dan
tambahan sumber daya (IAI, 2010). Akan tetapi, terkadang investor hanya
mendasarkan keputusan investasi pada besarnya jumlah laba dan tidak memperhatikan
berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat keuntungan laba yang dicapai. Cara
yang dapat dilakukan oleh manajemen dalam memenuhi target yang diberikan oleh
dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan investor. Keadaan
beberapa informasi yang tidak diketahui investor, serta dapat mempengaruhi angka-
angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan
manajemen laba.
Menurut Scott (2009:403) manajemen laba merupakan pilihan yang dilakukan oleh
mencapai beberapa tujuan tertentu. Manajemen laba merupakan upaya manajer untuk
tingkat perolehan laba (earnings) atau prestasi suatu perusahaan, sehingga tidak
Perilaku manajemen laba selalu diasosiasikan dengan perilaku yang negatif, karena
perusahaan besar seperti kasus yang terjadi pada Xerox, Eron, Worldcom, Adelphia,
Microstrategy, dll (Stice et al.: 2007). Kasus kecurangan tentang pelaporan keuangan
juga terjadi di Indonesia pada tahun 2018 yang lalu, tepatnya pada PT Bank Bukopin
Tbk. PT Bank Bukopin melakukan revisi terhadap laporan keuangan tahun 2016 akibat
adanya perubahan yang cukup signifikan pada sejumlah variable. Misalnya, laba tahun
2016 sebelumnya tercatat sebesar Rp 1,08 triliun, namun dalam laporan keuangan
perusahaan tahun 2017, laba perusahaan tercatat sebesar Rp 183,53 miliar. Manajemen
pencatatan tak wajar dari sisi pendapatan bisnis kartu kredit. Akibatnya terjadi
penurunan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR), dimana pada
tahun 2016 CAR berada di batas aman yakni 15,03%, namun setelah dilakukan revisi,
Skandal akuntansi merupakan isu bisnis yang selalu menarik karena menyangkut
trik penyajian informasi. Pihak penyusun mungkin merasa benar, tetapi pihak pembaca
menyalahkan karena tidak sesuai dengan aturan. Gap kepentingan ini akan selalu
terjadi dan memberikan celah untuk terjadinya praktik manajemen laba. Indikasinya
dalam suatu perusahaan akan memiliki dampak negatif terhadap perusahaan. Pihak
penyusun mungkin merasa benar, tetapi pihak pembaca menyalahkan karena tidak
sesuai dengan aturan. Gap kepentingan ini akan selalu terjadi dan memberikan celah
untuk terjadinya praktik manajemen laba. Adanya manajemen laba, akhirnya akan
berdampak pada biasnya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan
Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara mananajemen laba akrual (Accrual
Manajemen laba akrual dilakukan pada akhir periode dengan melihat laba sebelum
direkayasa sehingga dapat menentukan jumlah yang diperlukan agar target laba
tercapai. Namun, manajemen laba akrual dibatasi oleh GAAP dan manajemen laba
akrual di tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi ini dapat terdeteksi oleh
auditor, investor ataupun regulator sehingga dapat berdampak pada harga saham
bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Oleh karena itu, terdapat cara
lain yang sering dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu dengan manajemen
laba riil (Real Earnings Management). Manipulasi ini terjadi sepanjang periode
akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari
kerugian, dan mencapai target analyst forecast. Manajer melakukan manajemen laba
riil dengan cara manipulasi penjualan, produksi secara berlebihan, dan mengurangi
pengeluaran diskresioner.
Para investor cenderung tertarik pada perusahaan yang profitable atau perusahaan
yang memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba. Apabila informasi laba yang
meningkat dapat ditangkap dengan baik oleh calon investor maka akan berpengaruh
pada nilai perusahaan. Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on
Assets (ROA). Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka semakin baik
merupakan perbandingan dari total hutang dengan total aset. Menurut Madli (2014)
dalam Wiyadi et.al. (2016), rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan
mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri yang telah disetorkan
dengan jumlah pinjaman dari para kreditur. Sehingga perusahaan akan cenderung
menampilkan kinerja yang baik agar perusahaan tidak masuk dalam kategori ekstreme
leverage (utang ekstrem), dimana perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi
dalam melakukan manejemen laba. Menurut Savitri (2014), perusahaan yang memiliki
sumber dana eksternal yang lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang
pertumbuhan penjualannya rendah. Perusahaan dengan penjualan cenderung
meningkat akan membutuhkan dana yang lebih besar untuk meningkatkan kegiatan
operasionalnya yang mungkin tidak dapat tercukupi melalui sumber dana internal,
pertumbuhan penjualan, akan memberikan sinyal bagi para kreditur untuk memberikan
kredit atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Selain itu, perusahaan dengan
manajemen laba guna mempertahankan trend penjualan dan trend laba yang ada di
perusahaan.
Menurut Wiryadi dan Sebrina (2013), faktor lainnya yang memengaruhi jalannya
perusahaan yang akhirnya berpengaruh pada tindakan manajemen laba adalah struktur
kepemilikan. Hal ini disebabkan adanya kontrol yang mereka miliki. Salah satu struktur
saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi,
laba masa depan dibandingkan investor noninstitusional. Hal ini disebabkan investor
aktif karena investor institusional cenderung berinvestasi dalam jumlah yang sangat
besar sehingga pengawasan yang dilakukan tentunya lebih aktif (Wiranata dan
Nugrahanti, 2013). Maka dari itu, dengan adanya saham yang dimiliki institusional
manajemen laba riil. Devi dan Iskak (2018) meneliti tentang pengaruh corporate
governance, profitabilitas, leverage, dan kualitas audit terhadap manajemen laba riil.
Hasil dari penelitian Devi dan Iskak (2018) menunjukkan bahwa profitabilitas dan
governance dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba riil.
Selain itu, penelitian dilakukan oleh Budi dan Putri (2018) mengenai pengaruh
riil.
institusional dan leverage terhadap manajemen laba riil, yang menunjukkan hasil yang
berbeda dari penelitian Devi dan Iskak (2018), serta Budi dan Putri (2018). Hasil dari
manajemen laba riil, dan leverage juga berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
Dari paparan di atas, maka motivasi peneliti melakukan penelitian ini adalah
banyaknya penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten akibat
beberapa faktor, yaitu periode penelitian dan jenis perusahaan yang diteliti. Hal ini
menjadikan sebuah isu yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, maka peneliti
1. Manfaat Teoritis
mengenai manajemen laba riil, serta dapat memberikan ide dan gagasan untuk
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademisi
manajemen laba riil, serta dapat memberikan ide dan gagasan untuk penelitian
b. Bagi Stakeholder
pengelolaan perusahaan.
c. Bagi Manajemen Perusahaan
manajemen laba.
3. Manfaat kebijakan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan