Anda di halaman 1dari 27

KABUPATEN WONOGIRI

KECAMATAN ...................................................

DESA .............................................................

KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...........................

KECAMATAN .............................. KABUPATEN WONOGIRI

NOMOR: ....... BPD....... / 2018

Menimbang : a. Bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah


Kabupaten WONOGIRI Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Badan Permusyawaratan Desa, maka perlu
meningkatkan fungsi-fungsinya sebagai Mitra
Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Desa secara
berdaya guna dan berhasil guna.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu
ditetapkan Peraturan Tata Tertib Badan
Permusyawaratan Desa dengan keputusan Badan
Permusyawaratan Desa
....................................................
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4168);.
3. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);

1
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2018 tentang
Kecamatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6206);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1221);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
2036);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun
2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1222); Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang

2
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1222);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
2036);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun
2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 89);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 17
Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengesahan dan
Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala
Desa. (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun
2016 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Wonogiri Nomor 150) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri
Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 17
Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengesahan dan
Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala
Desa. (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun
2018 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Wonogiri Nomor 170 );
16. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 8
Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2018
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Wonogiri Nomor 171);

telah dimusyawarahkan / dimufakatkan dalam Rapat


Badan Permusyawaratan Desa
....................................................

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


....................... KECAMATAN ..........................
KABUPATEN WONOGIRI TENTANG PERATURAN TATA
TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
.........................

3
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten WONOGIRI;


2. Bupati adalah Bupati WONOGIRI;
3. Bupati atau Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang berwenang dan
berhak mengesahkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.
4. Kecamatan adalah Bagian Wilayah dari daerah yang dipimpin oleh Camat;
5. Camat adalah pemimpin kecamatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah;
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.;
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa;
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.;
9. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah
10. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis;
11. Pengawasan kinerja Kepala Desa adalah proses monitoring dan evaluasi
BPD terhadap pelaksanaan tugas Kepala Desa
12. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh BPD
khusus untuk Pemilihan Kepala Desa antarwaktu.
13. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa;
14. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan Mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat;
15. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
16. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan Desa
17. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP Desa, adalah
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun

4
18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa
19. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang selanjutnya
disingkat LKPPD atau yang disebut dengan nama lain adalah laporan
Kepala Desa kepada BPD atas capaian pelaksanaan tugas Kepala Desa
dalam satu tahun anggaran
20. Pihak Ketiga adalah instansi, lembaga, Badan Hukum dan perorangan
diluar Pemerintah Desa, antara lain Pemerintah, Pemerintah Propinsi,
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Negara Asing, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Desa, Koperasi,
Swasta Nasional, dan Swasta Asing, Lembaga Keuangan Dalam dan Luar
Negeri.

BAB II

SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN,

FUNGSI SERTA LARANGAN

Bagian Pertama

Susunan Keanggotaan

Pasal 2

Susunan keanggotaan BPD terdiri dari pimpinan dan bidang

Pasal 3

(1) Pimpinan BPD terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris.
(2) Bidang sebagaimana dimaksud pada pasal 2 terdiri atas :

a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembinaan


kemasyarakatan; dan
b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh ketua bidang.
(4) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagai anggota BPD

Bagian Kedua

Kedudukan

Pasal 4

(1) BPD sebagai Badan Permusyawaratan merupakan wahana untuk


melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.
(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Desa.

5
Bagian Ketiga

Fungsi, Tugas, dan Wewenang

Pasal 5

BPD mempunyai fungsi:

a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala


Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Pasal 6

BPD mempunyai tugas :

a. menggali aspirasi masyarakat;


b. menampung aspirasi masyarakat;
c. mengelola aspirasi masyarakat;
d. menyalurkan aspirasi masyarakat;
e. menyelenggarakan musyawarah BPD;
f. menyelenggarakan musyawarah Desa;
g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala
Desa antar waktu;
i. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;
k. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
l. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan
lembaga Desa lainnya; dan
m. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang- undangan.

Pasal 7

BPD berwenang:
a. mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapatkan aspirasi;
b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan
dan tertulis;
c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya;

6
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa;
e. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada
Pemerintah Desa;
f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan
Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
h. menyusun peraturan tata tertib BPD;
i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada
Bupati melalui Camat;
j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD
secara tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rancangan
Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa;
k. mengelola biaya operasional BPD;
l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa
kepada Kepala Desa; dan
m. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Bagian Keempat

Hak dan Kewajiban

Pasal 8

(2) Anggota BPD berhak:


a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan/atau pendapat;
d. memilih dan dipilih; dan
e. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
(3) Hak anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf d digunakan dalam musyawarah BPD.
(4) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD berhak:
a. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan
pelatihan, sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan
yang dilakukan di dalam negeri; dan

7
b. penghargaan dari Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten bagi
pimpinan dan anggota BPD yang berprestasi.

Pasal 9

Anggota BPD mempunyai kewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan/atau golongan;
d. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa;
e. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
Pemerintah Desa dan lembaga desa lainnya; dan
f. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan
Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Paragraf 1

Hak Meminta Pertanggungjawaban Kepala Desa

Pasal 10

(1) BPD dapat menerima Pertanggungjawaban Kepala Desa selaku Pimpinan


Pemerintah Desa dalam Rapat Paripurna BPD pada:
a. Setiap akhir tahun anggaran;
b. Menjelang berakhir masa jabatan;
c. Dalam hal-hal tertentu atas permintaan sekurang-kurangnya 1/3
(sepertiga) dari jumlah anggota BPD.
(2) Tata cara permintaan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Paragraf 2

Hak Meminta Keterangan Kepada Pemerintah Desa

8
Pasal 11

(1) Sekurang-kurangnya 1/3 (sepertiga) dari jumlah anggota BPD dapat


mengajukan usul kepada Pimpinan BPD untuk meminta keterangan
kepada Pemerintah Desa tentang suatu kebijakan Pemerintah Desa.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara singkat, jelas,
dan ditandatangani oleh para pengusul serta disampaikan kepada
Pimpinan BPD.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan nomor pokok oleh
Sekretaris BPD.
(4) Usul meminta keterangan tersebut disampaikan oleh Pimpinan BPD pada
Rapat Paripurna BPD dengan memberikan kesempatan kepada para
pengusul menyampaikan penjelasan secara lisan atas usul permintaan
keterangan tersebut.
(5) Pembicaraan mengenai suatu usul untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah Desa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada para
pengusul.
(6) Keputusan atas usul permintaan keterangan kepada Pemerintah Desa
dapat disetujui atau ditolak, dan selanjutnya ditetapkan dalam Rapat
Paripurna itu atau Rapat Paripurna lainnya.
(7) Selama usul permintaan keterangan belum mendapatkan keputusan,
maka para pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik
kembali.
(8) Apabila usul permintaan keterangan kepada Pemerintah Desa disetujui
sebagai permintaan keterangan BPD maka permintaan keterangan tersebut
dikirimkan kepada Kepala Desa / Pemerintah Desa untuk memberikan
keterangan.
(9) Pada saat pemberian keterangan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) melalui suatu pembicaraan dalam rapat BPD, dengan
memberikan kesempatan kepada para pengusul maupun anggota BPD
lainnya untuk memberikan keterangan.
(10) Terhadap pandangan pengusul atau anggota BPD lainnya, maka Kepala
Desa / Pemerintah Desa wajib memberikan jawaban.
(11) Atas usul sekurang-kurangnya 1/3 (sepertiga) dari jumlah anggota BPD,
anggota BPD dapat menyatukan pendapatnya terhadap jawaban tersebut.
(12) Apabila sesudah jawaban Kepala Desa / Pemerintah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) tidak lagi diajukan suatu usul pernyataan
pendapat, maka pembicaraan mengenai keterangan Kepala Desa /
Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dinyatakan selesai
oleh BPD.

Paragraf 3

Hak Mengadakan Perubahan Rancangan Peraturan Desa

Pasal 12

(1) Setiap anggota BPD dapat mengajukan usul perubahan atas Rancangan
Peraturan Desa.
(2) Pokok-pokok usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan dalam pemandangan para anggota BPD pada Pembicaraan
Tahap I.

9
(3) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh
anggota BPD dalam Pembicaraan Tahap II untuk dibahas dan diambil
keputusan.

Paragraf 4

Hak Mengajukan Rancangan Peraturan Desa

Pasal 13

(1) Sekurang-kurangnya 1/3 (sepertiga) dari jumlah anggota BPD dapat


mengajukan suatu usul prakarsa mengenai pengaturan suatu urusan /
kewenangan Desa.
(2) Usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Pimpinan BPD dalam bentuk Rancangan Peraturan Desa.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberi nomor register oleh
Sekretariat BPD, dan disampaikan pada Rapat Paripurna BPD.
(4) Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) para
pengusul diberikan kesempatan memberikan penjelasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(5) Pembicaraan mengenai suatu usul prakarsa dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada:
a. Anggota BPD lainnya untuk memberikan pandangan;
b. Kepala Desa / Pemerintah Desa memberikan pendapat;
c. Para Pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota BPD
lainnya dan pendapat Kepala Desa / Pemerintah Desa.
(6) Pembicaraan diakhiri dengan Keputusan BPD yang menerima atau
menolak usul prakarsa menjadi Prakarsa BPD.
(7) Selama usul prakarsa BPD belum diputuskan menjadi prakarsa BPD,
maka para pengusul berhak mengajukan perubahan atau mencabutnya
kembali.
(8) Tata cara perubahan Rancangan Peraturan Desa atas usul prakarsa
anggota BPD mengikuti ketentuan yang berlaku dalam pembahasan
Rancangan Peraturan Desa atas prakarsa Kepala Desa / Pemerintah Desa.

Paragraf 5

Hak Menentukan Anggaran Belanja BPD

Pasal 14

(1) BPD menyusun dan menetapkan Anggaran Belanjanya sendiri termasuk


untuk kepentingan Sekretariat BPD dengan memperhatikan kemampuan
Keuangan Desa dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

10
(2) Anggaran Belanja BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan
dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Paragraf 6

Hak Menetapkan Peraturan Tata Tertib BPD

Pasal 15

(1) BPD menyusun dan menetapkan Peraturan Tata Tertib BPD sebagai
landasan dalam melaksanakan tugas, wewenang, hak dan kewajiban
sebagai wakil rakyat dari desa yang bersangkutan.
(2) Peraturan Tata Tertib BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dalam
Rapat Paripurna dengan memperhatikan serta menyesuaikan dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Paragraf 7

Hak Mengajukan Pertanyaan Bagi Masing-masing Anggota BPD

Pasal 16

(1) Anggota BPD dapat mengajukan pertanyaan kepada Kepala Desa /


Pemerintah Desa.
(2) Pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara singkat,
jelas dan tertulis, dan disampaikan kepada Pimpinan BPD.
(3) Pimpinan BPD memusyawarahkan dengan penanya tentang bentuk dan isi
pertanyaan dan meneruskan pertanyaan tersebut kepada Kepala Desa /
Pemerintah Desa.
(4) Jawaban Kepala Desa / Pemerintah Desa atas pertanyaan tersebut
disampaikan secara tertulis.
(5) Penanya dapat meminta jawaban Kepala Desa / Pemerintah Desa terhadap
pandangannya secara lisan. Apabila permintaan tersebut dipenuhi, maka
penanya wajib mengemukakan kembali pertanyaan dimaksud secara
singkat dan jelas, sehingga Kepala Desa / Pemerintah Desa dapat
memberikan keterangannya dengan lebih jelas.

Pasal 17

Dalam melaksanakan tugasnya BPD berhak meminta Kepala Desa, Perangkat


Desa, warga masyarakat, dan Pihak Ketiga untuk memberikan keterangan
tentang sesuatu yang perlu ditangani demi kepentingan Negara, Bangsa,
Pemerintah dan Pembangunan di Desa.

Bagian Kelima

Larangan

11
Pasal 18

Pimpinan dan anggota BPD dilarang:

a. Merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa;


b. Sebagai pelaksana Proyek Desa;
c. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
d. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan /
atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya;
e. Menyalahgunakan wewenang; dan
f. Melanggar sumpah / janji jabatan.

BAB III

KEANGGOTAAN

Pasal 19

Masa keanggotaan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali
untuk 1 (satu) kali masa keanggotaan berikutnya.

Pasal 20

(1) Anggota BPD berhenti karena:


a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota BPD
yang baru.
(2) Anggota BPD diberhentikan karena:
a. Berhalangan tetap;
b. Meninggalkan tugas secara berkelanjutan 6 (enam) bulan berturut-
turut;
c. Terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
d. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma adat-istiadat
masyarakat setempat;
e. Melanggar larangan bagi anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17.

Pasal 21

(1) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan diusulkan oleh pimpinan
BPD beserta usulan pergantiannya kepada Bupati melalui Camat.

12
(2) Anggota BPD yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) harus mendapatkan persetujuan 1/3 (sepertiga) dari jumlah
anggota BPD.
(3) Anggota BPD yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) huruf c, diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui
Camat.

Pasal 22

(1) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti adalah sisa waktu yang belum
dijalankan oleh Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan.
(2) Mekanisme penetapan Anggota BPD pengganti dilakukan dengan cara
musyawarah dan mufakat.
(3) Musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
untuk menetapkan anggota pengganti dengan memperhatikan
keterwakilan wilayah.

BAB IV

PEMILIHAN PIMPINAN BPD

Pasal 23

(1) Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota, 1
(satu) orang Wakil Ketua) merangkap anggota, dan 1 (satu) orang
Sekretaris merangkap anggota.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif
kolegial yang mencerminkan demokrasi asli pada tingkat desa.
(3) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dalam Rapat
Paripurna Khusus yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota BPD, dan untuk pertama kali dipimpin oleh anggota
tertua usia dan dibantu anggota termuda usia.
(4) Apabila jumlah anggota BPD belum mencapai quorum sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pimpinan dapat menunda rapat paling lama satu
jam.
(5) Pemilihan Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil.
(6) Pimpinan BPD mempunyai tugas:
a. Menyusun Rencana Kerja dan Mengadakan Pembagian Kerja antara
Ketua dan Wakil Ketua dengan Suatu Keputusan Pimpinan BPD;
b. Memimpin rapat-rapat BPD serta pelaksanaannya;
c. Memimpin rapat BPD dengan menjaga agar Peraturan Tata Tertib
dilaksanakan dengan seksama. Memberi izin berbicara dan menjaga
agar pembicara dapat menyampaikan pandangannya dengan tidak
terganggu;
d. Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya;
e. Melaksanakan keputusan-keputusan rapat;
f. Menyampaikan keputusan rapat kepada Pihak-pihak yang
bersangkutan;

13
g. Memberitahukan hasil musyawarah yang dianggap perlu kepada Kepala
Desa;
h. Mengadakan konsultasi dengan Kepala Desa.

Pasal 24

(1) Selama Pimpinan BPD belum terbentuk, rapat-rapat sementara waktu


dipimpin oleh anggota BPD yang tertua usianya dan dibantu oleh anggota
BPD yang termuda usianya, yang disebut Pimpinan Sementara BPD.
(2) Pimpinan Sementara BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan BPD (dalam suatu rapat khusus).
(3) Pimpinan Sementara BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera
mengadakan rapat BPD untuk menyusun Keputusan BPD tentang
Peraturan Tata Tertib dan memilih Pimpinan Definitif (Ketua, Wakil Ketua,
dan Sekretaris) BPD.
(4) Pelaksanaan rapat untuk memilih Pimpinan BPD dilakukan dalam suatu
Rapat Paripurna Istimewa dengan mengacu kepada Peraturan Tata Tertib
BPD.

BAB V

TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Bagian Pertama

Tata Cara Pemilihan Kepala Desa

Pasal 25

(1) BPD membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa dengan Suatu Keputusan
BPD.
(2) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keanggotaannya terdiri dari:
a. Perangkat Desa;
b. Tokoh Masyarakat, Kaum Muda, dan Kaum Perempuan.
(3) Jumlah anggota Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
sesuai kondisi desa, beban tugas, kemmapuan pembiayaan dan jumlahnya
dalam angka ganjil (7, 9, 11, 13, 15... orang)
(4) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara dipilih dari dan oleh
anggota Panitia sendiri.
(5) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten
Wonogiri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengesahan Dan
Pengangkatan, Pelantikan Dan Pemberhentian Kepala Desa..
(6) Apabila ada anggota Panitia Pemilihan tersebut yang ditetapkan sebagai
Bakal Calon atau Calon yang berhak dipilih, maka keanggotaannya diganti
oleh Tokoh Masyarakat atau Perangkat Desa lainnya dengan keputusan
BPD.
(7) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada
BPD
(8) Dalam hal anggota panitia tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dapat
diberhentikan dengan keputusan BPD.

14
Pasal 26

(1) Yang dapat memilih Kepada Desa adalah penduduk desa Warga Negara
Republik Indonesia yang memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam
Pasal (8) ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 17 Tahun
2016.
(2) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga
Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana
diatur dalam Pasal (8) ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri
Nomor 17 Tahun 2016.

Pasal 27

(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa bahwa akan berakhir masa
jabatannya secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa
jabatannya dengan tembusan kepada Bupati dan Camat.
(2) Kepala Desa sesudah mendapatkan pemberitahuan tersebut, mengajukan
permohonan berhenti kepada Bupati dengan tembusan kepada Camat dan
BPD.
(3) Setelah mendapat pemberhentian dari Bupati, BPD membentuk Panitia
Pemilihan Kepala Desa, 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatan
Kepala Desa.

Pasal 28

Apabila Proses Pemilihan Kepala Desa diperpanjang waktunya dan apabila


sampai akhir waktu perpanjangan tersebut ternyata belum menghasilkan
Kepala Desa terpilih, Pejabat yang berwenang menetapkan Pelaksana Tugas
Harian Kepala Desa atas usul BPD.

Pasal 29

(1) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal (15) ayat
(4) Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 17 Tahun 2016
ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan laporan dan Berita Acara
Pemilihan dari Panitia.
(2) Apabila ada dua orang calon atau lebih yang berhak dipilih memperoleh
suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan jumlah yang
sama, maka diadakan pemilihan ulang hanya untuk calon-calon yang
berhak dipilih dengan perolehan jumlah suara terbanyak yang sama dan
dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari.
(3) Apabila pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hasilnya
tetap sama, maka untuk menetapkan calon terpilih diadakan pemilihan
ulang hingga mendapatkan calon dengan jumlah suara terbanyak.
(4) Calon Kepala Desa Terpilih yang mendapat perolehan suara terbanyak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh BPD dan disahkan
oleh Bupati dengan Surat Keputusan Bupati tentang Pengesahan Calon
Terpilih sebagai Kepala Desa, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa.

15
Pasal 30

(1) Kepala Desa diangkat untuk masa jabatan 6 (enam) tahun, terhitung sejak
tanggal pelantikan.
(2) Kepala Desa dapat dipilih kembali hanya untuk 1(satu) kali masa jabatan
berikutnya dan telah menyampaikan laporan pertanggungjawaban akhir
masa jabatan.

Bagian Kedua

Tata Cara Pemberhentian Kepala Desa

Pasal 31

(1) BPD mengusulkan Pemberhentian Sementara Kepala Desa kepada Bupati


untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati apabila Kepala Desa
tersangkut dalam suatu tindak pidana yang sedang dalam proses Peradilan
Tingkat Pertama.
(2) Selama Kepala Desa dikenakan pemberhentian sementara, pelaksana
tugas harian dilakukan oleh seorang Penjabat Kepala Desa yang diangkat
Bupati berdasarkan usulan BPD.
(3) Apabila berdasarkan pemberitahuan dari Penyidik Umum dan / atau
berdasarkan Putusan Pengadilan Tingkat Pertama dinyatakan bahwa
Kepala Desa yang bersangkutan tidak terbukti melakukan perbuatan yang
dituduhkan, maka BPD mengusulkan kepada Bupati agar mencabut Surat
Keputusan Bupati tentang Pemberhentian Sementara.

Pasal 32

(1) BPD mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati karena


Kepala Desa:
a. Meninggal Dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan dan / atau melanggar sumpah /
janji;
d. Telah berakhir masa jabatan dan telah dilantik Kepala Desa baru;
e. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku atau norma hidup yang
berkembang di Masyarakat Desa.
f. Berdasarkan Putusan Pengadilan Tingkat Pertama terbukti melakukan
perbuatan yang dituduhkan dan / atau setelah dilakukan upaya
banding selama paling lama 1 (satu) tahun sejak Putusan Pengadilan
Tingkat Pertama, ternyata upaya tersebut belum selesai.
g. Melalaikan tugasnya hingga merugikan negara dan / atau Daerah dan
Masyarakat Desa yang berakibat Kepala Desa dikenakan Tindakan
Administratif dan / atau Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan
Ganti Rugi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) huruf c, e, f, dan
g adalah pemberhentian dengan tidak hormat, sehingga yang

16
bersangkutan tidak dapat dipertimbangkan untuk dicalonkan pada periode
mendatang.

Pasal 33

(1) BPD mengusulkan kepada Bupati untuk menunjuk Sekretaris Desa dan /
atau Kepala-kepala Bidang untuk menjalankan tugas, wewenang, dan
kewajiban sebagai Kepala Desa apabila Kepala Desa tidak dapat
menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban karena sakit atau
mengalami kecelakaan dalam melaksanakan tugasnya sampai dengan 6
(enam) bulan berturut-turut.
(2) BPD mengusulkan kepada Bupati untuk memberhentikan Kepala Desa
sekaligus menetapkan Penjabat Kepala Desa, apabila selama 6 (enam)
bulan Kepala Desa yang bersangkutan belum dapat menjalankan tugas,
wewenang, dan kewajiban berdasarkan Keterangan Majelis Penguji
Kesehatan Pegawai.

Pasal 34

(1) BPD mengusulkan kepada Bupati pengangkatan Penjabat Kepala Desa


dengan Surat Keputusan Bupati.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Sekretaris Desa dan / atau Kepala-kepala Bidang sesuai usulan BPD.

BAB VI

PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA

Pasal 35

(1) Kepala Desa mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, wewenang,


dan kewajiban kepada masyarakat melalui BPD dan menyampaikan
laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan
Camat.
(2) Pertanggungjawaban Kepala Desa dan Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan sekurang-
kurangnya sekali dalam satu tahun pada akhir Tahun Anggaran.
(3) Pertanggungjawaban Kepala Desa disampaikan dalam Rapat BPD.
(4) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dihadiri oleh
masyarakat dan seluruh anggota BPD atau 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
anggota BPD untuk memenuhi quorum rapat.

Pasal 36

(1) BPD membahas dan menilai Pertanggungjawaban Kepala Desa untuk


menetapkan Keputusan BPD tentang menerima atau menolak
Pertanggungjawaban Kepala Desa.
(2) Apabila BPD menolak Pertanggungjawaban Kepala Desa termasuk
Pertanggungjawaban Keuangan, maka harus dilengkapi dan

17
disempurnakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari dan disampaikan
kembali kepada BPD.
(3) Pertanggungjawaban Kepala Desa yang telah dilengkapi dan
disempurnakan, apabila ditolak BPD untuk kedua kalinya maka BPD
mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati.

BAB VII

RAPAT-RAPAT BPD

Bagian Pertama

Rapat dan Jenis Rapat

Pasal 37

(1) Rapat BPD dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam setahun.


(2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Ketua BPD.
(3) Dalam hal Ketua BPD berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua BPD.
(4) Rapat BPD dilaksanakan atas permintaan 1/3 (sepertiga) dari jumlah
anggota BPD dan / atau Pemerintah Desa.
(5) BPD mengadakan rapat atas undangan Ketua BPD.

Pasal 38

Jenis-jenis rapat BPD terdiri dari:

a. Rapat Paripurna adalah rapat yang dipimpin oleh Ketua dan / atau Wakil
Ketua BPD dan merupakan Forum Tertinggi dalam melaksanakan tugas
dan wewenang BPD antara lain untuk menyetujui Rancangan Peraturan
Desa menjadi Peraturan Desa dan menetapkan Keputusan BPD.
b. Rapat Paripurna Istimewa adalah Rapat Anggota BPD yang dipimpin oleh
Ketua dan / atau Wakil Ketua BPD untuk melaksanakan suatu acara
tertentu dengan tidak mengambil keputusan antara lain Pelantikan
Anggota BPD Pengganti Antar Waktu.
c. Rapat Paripurna Khusus adalah Rapat Anggota BPD yang dipimpin oleh
Ketua dan / atau Wakil Ketua BPD untuk membahas hal-hal khusus
antara lain untuk menyetujui atau menolak personil yang diusulkan
Kepala Desa sebagai Sekretaris BPD dan Perangkat Desa.
d. Rapat Kerja adalah Rapat antara BPD dengan Pemerintah Desa (Kepala
Desa dan Perangkat Desa).
e. Rapat Dengar Pendapat adalah Rapat antara BPD dengan Pemerintah
Desa, Lembaga / Badan / Organisasi Kemasyarakatan yang ada di desa.

Pasal 39

18
(1) Rapat-rapat BPD pada dasarnya bersifat terbuka untuk umum kecuali atas
permintaan Kepala Desa atau permintaan sekurang-kurangnya 1/3
(sepertiga) dari jumlah anggota BPD atau apabila dipandang perlu oleh
Pimpinan BPD untuk dinyatakan sebagai Rapat Tertutup.
(2) Rapat Terbuka adalah Rapat Anggota BPD yang dapat dihadiri oleh umum,
sedangkan Rapat Tertutup adalah Rapat Anggota BPD yang tidak dihadiri
oleh umum.
(3) Pembicaraan dalam Rapat Tertutup bersifat rahasia dan tidak boleh
diumumkan.
(4) Sifat rahasia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga harus dipegang
teguh oleh mereka yang mengetahui pembicaraan dalam Rapat Tertutup
tersebut.
(5) Setiap Rapat Tertutup dibuat laporan tertulis tentang pembicaraan yang
dilakukan dan dengan jelas dicantumkan pernyataan mengenai sifat rapat
yaitu: RAHASIA.
(6) Pimpinan BPD dapat memutuskan bahwa suatu hal yang dibicarakan
dalam Rapat Tertutup tidak dimasukkan dalam laporan.

Bagian Kedua

Waktu dan Tata Cara Rapat

Pasal 40

(1) Waktu-waktu rapat BPD dapat dilakukan pada hari Senin sampai dengan
hari Minggu termasuk hari libur lainnya sesuai dengan kondisi desa dan
terjadi pada:
a. Siang : Hari Senin – Kamis & Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB

Hari Jumat : 08.00 – 11.00 WIB

Hari Minggu / Libur : 10.00 – 14.00 WIB

b. Malam : Pukul 18.00 – 22.00 WIB.


(2) Penyimpangan dari waktu rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan oleh rapat yang bersangkutan.

Pasal 41

(1) Sebelum menghadiri rapat, setiap anggota BPD harus menandatangani


Daftar Hadir. Undangan yang hadir menandatangani Daftar Hadir pada
Daftar Hadir yang telah dipisahkan.
(2) Rapat Terbuka oleh Pimpinan Rapat apabila quorum telah tercapai, yaitu
dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota BPD, khusus untuk Rapat
Paripurna BPD dalam rangka Pertanggungjawaban Kepala Desa, baru
dapat dibuka oleh Pimpinan Rapat apabila quorum telah tercapai yaitu
dihadiri lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota BPD.
(3) Apabila pada waktu yang telah ditetapkan untuk pembukaan rapat jumlah
anggota BPD belum mencapai quorum, Ketua Rapat mengundurkan rapat
paling lama 1 (satu) jam.

19
(4) Apabila pada akhir waktu pengunduran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) quorum belum juga tercapai, Ketua Rapat menunda rapat sampai
waktu yang ditentukan.
(5) Setelah rapat dibuka, Sekretaris BPD memberitahukan surat-surat
mengenai urusan BPD.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pembicaraan

Pasal 42

(1) Untuk kelancaran jalannya rapat, ketua rapat dapat menetapkan babak
pembicaraan dan pembicara supaya menyebutkan namanya terlebih
dahulu sebelum pembicaraan mengenai suatu hal dimulai.
(2) Ketua rapat menetapkan lamanya waktu pembicaraan, sehingga apabila
ada pembicara yang telah melampaui batas waktu yang telah ditentukan,
Ketua dapat memperingatkannya untuk mengakhiri pembicaraannya.
(3) Ketua rapat dapat memperingatkan pembicara yang menyimpang dari
pokok permasalahan.
(4) Ketua rapat hanya dapat berbicara selaku Pimpinan Rapat untuk
menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan dan
menyimpulkan Pembicaraan dalam rapat.
(5) Apabila Ketua rapat hendak berbicara selaku anggota rapat, maka untuk
sementara Pimpinan Rapat diserahkan kepada Anggota Rapat lainnya.

Pasal 43

(1) Anggota BPD berbicara di tempat yang disediakan setelah mendapat izin
dari Ketua rapat dan selama berbicara tidak boleh diganggu.
(2) Giliran berbicara diberikan sesuai urutan permintaan, namun bisa
dilakukan penyimpangan apabila dipandang perlu oleh Ketua rapat.
(3) Ketua rapat memperingatkan pembicara apabila pembicaraannya
menyimpang atau bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib.
(4) Pada saat anggota BPD sedang berbicara kepada anggota BPD yang lain
dengan seizin Ketua rapat dapat menyampaikan Pembicaraaan Sela
(interupsi) untuk:
a. Meminta penjelasan tentang duduk permasalahan yang sebenarnya
mengenai hal-hal yang sedang dibicarakan serta hal-hal yang
berkaitan.
b. Usul menunda pembicaraan.
(5) Permasalahan mengenai hal-hal yang dibicarakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak diadakan perdebatan.

Pasal 44

20
(1) Apabila seorang pembicara dalam rapat menggunakan perkataan yang
tidak layak dan melakukan perbuatan yang mengganggu rapat, Ketua
memperingatkan supaya pembicaraan dapat tertib kembali.
(2) Ketua rapat memberikan kesempatan kepada pembicara untuk menarik
kembali perkataan yang tidak layak dan apabila pembicara menggunakan
kesempatan tersebut maka perkataan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak dimuat dalam Risalah Rapat.
(3) Apabila seorang pembicara tidak memenuhi peringatan Ketua Rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan mengulangi hal yang sama,
maka Ketua rapat melarang meneruskan pembicaraannya.
(4) Apabila larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masih tidak
diindahkan oleh yang bersangkutan maka Ketua Rapat meminta yang
bersangkutan untuk meninggalkan rapat dan jika dipandang perlu yang
bersangkutan dilarang untuk menghadiri rapat yang membicarakan hal
yang sama.
(5) Apabila terjadi peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3),
dan ayat (4) dan Ketua Rapat berpendapat bahwa rapat tidak mungkin
diteruskan maka Ketua Rapat menunda rapat dalam waktu tidak lebih dari
12 (dua belas) jam.

Bagian Keempat

Risalah, Catatan, dan Laporan Rapat

Pasal 45

(1) Untuk setiap Rapat Paripurna dan Rapat Istimewa dibuat Risalah resmi
yang ditandatangani oleh Sekretaris BPD dan diketahui oleh Ketua / Wakil
Ketua Rapat.
(2) Risalah adalah catatan Rapat Paripurna atau Rapat Istimewa yang secara
lengkap memuat jalannya pembicaraan termasuk kesimpulan dan
keputusan rapat dalam hal rapat mengambil keputusan serta dilengkapi
dengan keterangan mengenai:
a. Jenis dan sifat rapat;
b. Hari dan tanggal rapat;
c. Tempat rapat;
d. Acara rapat;
e. Waktu pembukaan dan penutupan rapat;
f. Ketua dan sekretaris rapat;
g. Jumlah dan nama anggota BPD yang hadir; dan
h. Undangan yang hadir.
(3) Sesuai rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sekretaris BPD
secepatnya menyusun rancangan risalah sementara untuk dibagikan
kepada anggota BPD dan Pihak yang bersangkutan.
(4) Setiap anggota BPD dan pihak yang bersangkutan diberikan kesempatan
untuk mengoreksi rancangan risalah atau risalah sementara dalam waktu
1 (satu) minggu sejak diterimanya dan setelah itu mengembalikan kepada
Sekretaris BPD.
(5) Apabila terjadi beda pendapat tentang isi risalah sementara, maka
keputusan diserahkan kepada Ketua Rapat yang bersangkutan.

21
(6) Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris BPD
segera menyusun risalah resmi untuk dibagikan kepada anggota BPD dan
pihak yang bersangkutan.

Pasal 46

(1) Untuk setiap rapat Pimpinan BPD dibuat catatan rapat yang dihadiri oleh
Ketua rapat yang bersangkutan.
(2) Catatan rapat yang dimaksud pada ayat (1) adalah catatan yang memuat
pokok pembicaraan, kesimpulan, dan keputusan serta dilengkapi pula
keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2).
(3) Untuk rapat Panitia Khusus dibuatkan Laporan tertulis mengenai hasil
rapat untuk disampaikan kepada Pimpinan BPD.

Bagian Kelima

Perubahan Acara Rapat

Pasal 47

(1) Acara rapat dapat diubah atas usul sekurang-kurangnya 1/3 (sepertiga)
dari jumlah anggota BPD dan disampaikan melalui Pimpinan BPD.
(2) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik berupa
perubahan waktu, pokok pembicaraan maupun yang menghendaki supaya
pokok pembicaraan baru dimasukan ke dalam acara rapat disampaikan
melalui Pimpinan BPD (Ketua dan Sekretaris).

Bagian Keenam

Undangan dan Peninjauan Rapat

Pasal 48

(1) Undangan ialah mereka yang bukan anggota BPD yang hadir dalam rapat
atas undangan Pimpinan BPD.
(2) Peninjau ialah mereka yang hadir dalam rapat Paripurna BPD tanpa
undangan Pimpinan BPD.
(3) Untuk undangan dan peninjau disediakan tempat tersendiri.
(4) Undangan dan peninjau wajib mentaati Tata Tertib rapat dan / atau
ketentuan lain yang diatur oleh BPD.
(5) Undangan rapat berbicara dalam rapat atas persetujuan Ketua Rapat
tetapi tidak mempunyai hak suara.
(6) Peninjau tidak mempunyai hak suara dan tidak boleh menyatakan sesuatu
baik dengan perkataan maupun dengan cara yang lain.
(7) Surat undangan untuk rapat Pimpinan BPD, Rapat Paripurna, dan rapat-
rapat BPD lainnya ditandatangani oleh Pimpinan BPD.

22
BAB VIII

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 49

(1) Pengambilan keputusan dalam rapat Pimpinan BPD dan rapat Paripurna
BPD pada dasarnya diusahkan sejauh mungkin dengan cara musyawarah
untuk mufakat.
(2) Apabila mufakat yang dimaksud pada ayat (1) belum tercapai maka
Pimpinan BPD berusaha untuk mendapatkan kata mufakat dengan pihak
yang memberikan kata mufakat, dalam semangat persatuan serta
menginsafi kedudukannya sebagai anggota BPD yang mewakili dan
mempertahankan kepentingan Masyarakat Desa.
(3) Apabila usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah diikhtiarkan
dengan sungguh-sungguh tidak juga tercapai maka keputusan ditetapkan
berdasarkan persetujuan suara terbanyak.
(4) Keputusan berdasarkan persetujuan suara terbanyak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ialah keputusan yang ditetapkan berdasarkan
pemungutan suara dengan jumlah suara yang diperoleh lebih dari separuh
jumlah anggota BPD yang hadir.

Pasal 50

(1) Produk hukum BPD terdiri dari Keputusan BPD dan Keputusan Pimpinan
BPD.
(2) Peraturan Desa dan Keputusan BPD ditetapkan melalui rapat BPD.
(3) Keputusan Pimpinan BPD ditetapkan dalam Rapat Pimpinan BPD.

BAB IX

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA

Bagian Pertama

Penyusunan Peraturan Desa

Pasal 51

(1) Kepala Desa dengan persetujuan BPD menetapkan Peraturan Desa.


(2) Rancangan Peraturan Desa berasal dari Kepala Desa dan / atau atas usul
prakarsa BPD.

Bagian Kedua

Rancangan Peraturan Desa

Pasal 52

23
(1) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa disampaikan
kepada Pimpinan BPD dengan Surat Pengantar Kepala Desa.
(2) Rancangan Peraturan Desa yang merupakan usul prakarsa BPD beserta
penjelasannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 disampaikan
secara tertulis kepada Pimpinan BPD.
(3) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) disampaikan oleh Pimpinan BPD kepada seluruh anggota BPD
paling lambat 3 X 24 jam sebelum rapat BPD untuk pembahasan
Peraturan Desa.

Pasal 53

Apabila terdapat 2 (dua) Rancangan Peraturan Desa yang diajukan yang


mengatur hal yang sama, maka yang dibicarakan adalah Rancangan
Peraturan Desa yang diterima lebih dahulu dan Rancangan Peraturan Desa
yang diterima kemudian digunakan sebagai pelengkap

Bagian Ketiga

Tahapan Pembicaraan

Pasal 54

(1) Pembahasan Rancangan Peraturan Desa dilakukan melalui 3 (tiga)


tahapan pembicaraan, yaitu Tahap I, Tahap II, dan Tahap III, kecuali
ditentukan lain oleh Pimpinan BPD.
(2) Sebelum dilakukan Pembicaraan Tahap II, diadakan rapat Pimpinan BPD.
(3) Apabila dipandang perlu, Pimpinan BPD dapat menentukan bahwa
pembicaraan Tahap II dilakukan dalam Panitia Khusus (PANSUS)

Pasal 55

(1) Pembicaraan Tahap I meliputi:


a. Penjelasan Kepala Desa dalam rapat Paripurna terhadap Rancangan
Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa;
b. Tanggapan anggota BPD berupa pemandangan terhadap Rancangan
Peraturan Desa yang disampaikan secara lisan dan tertulis;
c. Jawaban Kepala Desa terhadap pemandangan anggota BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b;
d. Penjelasan Pimpinan PANSUS atas nama BPD terhadap rancangan
Peraturan Desa atas usul prakarsa;
e. Pendapat Kepala Desa dalam rapat Paripurna terhadap rancangan
Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
f. Jawaban Pimpinan PANSUS atas nama BPD dalam rapat Paripurna
terhadap pendapat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e.
(2) Pembicaraan Tahap II ialah pembahasan dalam rapat Paripurna dan / atau
rapat PANSUS BPD yang dilakukan bersama-sama dengan Kepala Desa
dan Perangkat Desa serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
(3) Pembicaraan tahap III meliputi:
24
a. Pengambilan keputusan dalam rapat Paripurna yang didahului:
1. Laporan hasil pembicaraan Tahap II yang disampaikan oleh
Pimpinan BPD dan / atau Pimpinan PANSUS BPD.
2. Pendapat akhir yang disampaikan oleh anggota BPD.
b. Pemberian kesempatan kepada Kepala Desa untuk menyampaikan
sambutan terhadap pengambilan keputusan tersebut.

Pasal 56

Suasana pembahasan Peraturan Desa dalam rapat BPD yang diadakan untuk
itu, supaya tetap dipelihara dalam semangat kekeluargaan untuk mencapai
musyawarah / mufakat dan harus mencerminkan keinginan Masyarakat Desa.

Bagian Keempat

Penetapan Peraturan Desa

Pasal 57

(1) Peraturan Desa ditetapkan secara musyawarah / mufakat dan harus


mencerminkan keinginan Masyarakat Desa serta tidak boleh bertentangan
dengan Kepentingan Umum, Peraturan Daerah, dan Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
(2) Dalam Penetapan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sejauh mungkin dihindari adanya pemungutan suara.
(3) Dalam hal musyawarah / mufakat tidak tercapai maka BPD memberikan
kesempatan kepada Kepala Desa untuk memberikan tambahan
pengarahan.

Pasal 58

(1) Peraturan Desa yang telah memperoleh persetujuan BPD ditandatangani


oleh Kepala Desa.
(2) Peraturan Desa yang telah ditetapkan tidak memerlukan pengesahan
Bupati, tetapi wajib disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 2
(dua) minggu setelah ditetapkan, dengan tembusan Camat.
(3) Peraturan Desa yang telah ditetapkan dilaksanakan oleh Kepala Desa dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada BPD.
(4) BPD berkewajiban melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Desa oleh Kepala Desa.

25
BAB X

KEUANGAN

Pasal 59

(1) Anggota BPD dalam melaksanakan fungsinya disediakan penghasilan


setiap bulan sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
(2) Penghasilan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
setiap bulan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Pasal 60

(1) Untuk keperluan kegiatan BPD dapat disediakan biaya sesuai dengan
kemampuan keuangan Desa yang dikelola oleh Sekretariat BPD.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

BAB XI

SEKRETARIAT BPD

Pasal 61

(1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BPD diangkat 1


(satu) orang tenaga staf administrasi BPD.
(2) Tenaga staf administrasi BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditunjuk dari Perangkat Desa atau staf Perangkat Desa.
(3) Tenaga staf administrasi BPD dari Perangkat Desa atau staf Perangkat
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(4) Tenaga staf administrasi BPD bertugas mengelola administrasi BPD.
(5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tenaga
staf administrasi BPD bertanggung jawab kepada Ketua BPD.
(6) Honorarium staf administrasi BPD dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.

BAB XII

PENYIDIKAN TERHADAP ANGGOTA BPD

Pasal 62

(1) Tindakan penyidikan terhadap Anggota BPD dilaksanakan setelah adanya


persetujuan tertulis dari Bupati.

26
(2) Hal-hal lain yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah :
a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
b. Diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati.
(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan
kepada Bupati paling lama 3 (Tiga) Hari.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 63

(1) Dengan berlakunya Keputusan ini maka semua Keputusan BPD yang
mengatur tentang hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Keputusan ini disebut PERATURAN TATA TERTIB BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA.
(3) Apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang belum sesuai dan / atau
belum diatur dalam Peraturan Tata Tertib ini maka akan disesuaikan.

Pasal 64

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

DITETAPKAN DI
...................................................

PADA TANGGAL ..... Desember 2018

PIMPINAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


...................................................

KECAMATAN ...................................................

KABUPATEN WONOGIRI

KETUA

(...........................................................................)

27

Anda mungkin juga menyukai