Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KOSMETIKA
SEMESTER GENAP 2018 – 2019
ANALISIS BAHAN AKTIF HIDROKUINON DALAM SEDIAAN
KOSMETIK KRIM PEMUTIH DENGAN METODE STANDAR ADISI
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV
II. Prinsip
2.1 Hukum Lambert-Beer
Absorbansi setara dengan konsentrasi dalam sampel,
sehingga semakin besar absorbansi maka semakin besar
konsentrasi atau kadar zat uji dalam sampel (Adeeniyo, 2013).
2.2 Standar Adisi
Sampel ditambahkan dengan larutan standar yang diketahui
konsentrasinya untuk meminimal-kan kesalahan yang disebabkan
oleh berbagai matriks (Selpiana, 2016).
III. Reaksi
-
VI. Prosedur
6.1 Preparasi Sampel
Menimbang sejumlah krim putih setara dengan kurang
lebih 20 mg hidrokuinon ( 0,3 gram ) , kemudian menggerus krim
dengan 50 ml methanol P.lalu menyaring dan masukan ke dalam
Erlenmeyer. mensonifikasi sampel, kemudian menyaring kembali
larutan ke dalam labu ukur 100 ml ad, ad hingga tanda batas (200
ppm). memipet 5 ml dan encerkan dalam 10 ml methanol
(100ppm), memipet 1 ml dari larutan 100 ppm dan diencerkan
dalam labu ukuran 10 ml (10 ppm). Selanjutnya Analisis kualitatif
untuk memastikan sampel telah terlarut sepenuhnya (KLT).
6.2 Pembuatan Larutan Stok Hidrokuinon
Menimbang hidrokuinon murni sebanyak 5 mg dan
dilarutkan dalam 2 mL metanol, kemudian Larutan tersebut
dipindahkan ke dalam labu ukuran 100mL dan ditambahkan
metanol hingga 100 mL dan larutkan dikocok hingga homogen.
Kemudian didapatlah konsentrasi baku dan hidrokuinon 50 mikro
gram/ml dalam methanol (50 ppm).
6.3 Pengenceran Larutan Stok Hidrokuinon
Mengambil larutan stok hidrokuinon 50 ppm sebanyak 10
ml. kemudian Memindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur
100 ml dan menambahkan methanol hingga garis batas dan larutan
sto dikocok hingga homogen. Kemudian Didapatkan konsentrasi
baku hidrokuinon 5 mikrogram/ml dalam methanol (5ppm).
6.4 Pencampuran Sampel dengan Variasi Volume Larutan
Hidrokuinon Baku
Menyiapkan 5labu ukur 10, lalu meneteskan 5 ml sampel
kedalam tiap labu ukur. Kemudian mencampurkan dengan larutan
hidrokuinon baku dengan variasi volume 1 ml; 2ml; 3ml; 4ml ; 5
ml. selanjutnya ad etanol hingga 10 ml.
6.5 Optimasi dan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Mencuci kuvet dengan methanol lalu dibilas. Mengisi
kuvet blanko dengan methanol hingga memenuhi ¾ volume kuvet.
Lalu memasukkan setiap variasi konsentrasi ke dalam kuvet hingga
memenuhi ¾ volume kuvet. Kemudian menentukan absorbansi dan
mencari rentang yang dapat terbaca dengan baik (0,2-0,9).
Selanjutnya melihat lamda maksimum.
6.6 Analisis Sampel dan Standar dengan Metode Spektrofotometri UV
Mencuci kuvet dengan methanol lalu dibilas. Mengisi kuvet
blanko dengan methanol hingga memenuhi ¾ volume kuvet. Lalu
memasukkan setiap variasi konsentrasi kedalam kuvet hingga
memenuhi ¾ volume kuvet. Selanjutnya menentukan absorbansi
dan kurva, membentuk persamaan dari kurva yang dihasilkan.
Preparasi Sampel
VIII. Perhitungan
1. Pengenceran HQ standar 1000 ppm → 25 ppm, 100 ml
4. Pengenceran Sampel
100 ppm
Absorbansi
0,3
0,2
0,1
0
0 1 2 3 4 5 6
Volume
6. Kadar sampel
IX. Pembahasan
Penentuan kadar hidrokuinon pada sediaan krim yaitu
menggunakan metode standar adisi UV. Metode standar adisi ini
merupakan suatu metode dimana sampel krim ditambahkan dengan
larutan baku standar hidrokuinon yang telah diketahui konsentrasinya
untuk meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh matriks.
Penggunaan metode ini karena zat yang akan dianalisis memiliki kadar
yang rendah pada sediaan, sehingga menggunakan metode kurva
standar. Selain itu sampel memiliki banyak kandungan lain selain yang
ingin dianalisis yang disebut dengan matriks yang di mana matriks
tersebut dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pada hasil akhir
karena matriks sendiri dapat menimbulkan efek pada hasil ataupun
matriks dapat berinteraksi dengan sampel sehingga mengganggu hasil
analisis. Pada metode ini sampel yang ditambahkan larutan standar
dengan konsentrasi yang telah diketahui dan variasi volume,
selanjutnya diencerkan hingga memiliki volume yang sama.
Mula-mula dilakukan pembuatan baku sampel terlebih dahulu
yaitu hidrokuinon 0,1%. Baku sampel dibuat dari 1000 ppm menjadi
25 ppm dalam 25 ml. Setelah itu, diujikan ke dalam spektro untuk
mengetahui apakah baku yang akan ditambahkan ke larutan sampel
sudah sesuai atau belum. Hal ini dikarenakan jika absorbansi yang
diperoleh kurang dari rentang yang semestinya yaitu 0,2-0,8 maka
larutan baku tidak dapat digunakan karena akan menimbulkan
terjadinya kesalahan pembacaan hasil. Setelah larutan baku 25 ppm
tersedia lalu dimasukkan ke alat spektrofotometer UV-Vis dan hasil
yang didapat adalah larutan baku tersebut masih masuk ke dalam
rentang yang baik, yaitu 0,628 sehingga tidak perlu dilakukan
pengenceran kembali.
Dalam prakitkum ini sampel yang digunakan untuk pengujian
adalah vitaquin dengan bobot 15 gram yang mengandung hidrokuinon
5 %. Hal yang pertama dilakukan adalah menimbang sampel krim
sebanyak 0,39 gram yang setara dengan 20 mg hidrokuinon pada
etiket. Kemudian dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 50 ml, tetapi
seharusnya menggunakan methanol karena hidrokuinon merupakan
senyawa yang larut dalam air, etanol, dan eter. Jika menggunakan
etanol sebagai pelarut dikhawatirnyya matriks yang lan ikut larut, jika
menggunakan eter untuk melarutkan hidrokuinon dikhawatirkan fase
air yang terdapat dalam krim tidak dapat terambil, dan jika
menggunakan air untuk melarutkan hidrokuinon dikhawatirkan fase
minyak yang terdapat dalam krim tidak dapat terambil. Oleh karena itu
menggunakan methanol karena memiliki kepolaran dibawah air dan
diatas etanol, sehingga hidrokuinon yang terdapat di fase minyak
ataupun air tidak banyak menarik banyak matriks yang ikut dalam
pelarutnya. selanjutnya menggerus krim hidrokuinon yang telah
dilarutkan dengan etanol menggunakan stamper agar meningkatkan
sudut kontak antara krim dengan pelarutnya, sehingga pelarut yang
digunakan dapat menarik senyawa hidrokuinon dalam krim.
Selanjutnya melakukan penyaringan agar memisahkan senyawa
hidrokuinon yang larut dalam pelarutnya dengan zat lain yang berada
dalam krim yang tidak larut. Kemudian larutan yang telah disaring,
disonifikasi bertujuan untuk lebih memisahkan antara hidrokuinon dan
basis krim. Kemudian disaring kembali dan di ad dengan etanol hingga
tanda batas 100 ml dalam labu ukur (200 ppm).
Selanjutnya dibuat larutan baku hidrokuinon dengan volume 25
ml (25 ppm), kemudian menentukan lamda maksimal dari sampel yang
akan diuji atau hidrokuinon dan juga untuk meningkatkan absorbansi
hidrokuinon pada sampel yang akan dibaca absorbansinya. Kemudian
di buat variasi untuk analisis kurva adisi. Variasi dari adisi standar ini
terdapat dua macam pengujian, yaitu variasi volume standar dan
variasi konsentrasi standar, yang digunakan pada praktikum kali ini
menggunakan variasi larutan standar dengan volume larutan sampel
tetap kemudian di ad dengan pelarut hingga batas volume total.
Pembuatan larutan variasi ini menggunakan 5 variasi dalam labu ukur
10 ml (1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5ml) lalu dikocok hingga homogen.
Pengujian kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis
menggunakan fase gerak methanol P : kloroform ( 50 : 50 ). Pengujian
ini bertujuan untuk memastikan sampel yang diuji mengandung
hidrokuionon atau tidak dengan menggunakan pembanding baku
hidrokuinon jika terdapat kesalahan pada analisis kualitatif. larutan uji
dan larutan baku ditotolkan pada silica gel P. Larutan sampel yang
digunakan adalah hidrokuinon di dalam sampek vitoquin 10 ppm. KLT
tersebut dimasukan ke dalam fase gerak yang telah dijenuhkan hingga
fase gerak mencapai tiga perempat dari panjang lempengnya. Setelah
itu plat KLT dimasukkan ke dalam alat spektro untuk dilihat hasil
bercaknya namun tidak terlihat sama sekali baik di 254 nm maupun
366 nm sehingga dilakukan penguapan. Hal ini dilakukan dengan
memanaskan plat KLT di atas penangas hingga bercak yang terdapat
pada silica gel terlihat, namun walaupun sudah dipanaskan, bercak
tetap tidak terlihat.
Sebelum melakukan perhitungan kadar hidrokuinon yang
terkandung dalam sampel, dilakukan pembacaan absorbansi dari
larutan baku 25 ppm terlebih dahulu agar diketahui lamda maksimal
dari senyawa hidrokuinon dengan menggunakan alat spektrofotometer
UV di panjang gelombang 200-400 nm. Hal ini karena senyawa
hidrokuinon yang diuji tidak memiliki gugus kromofor sehingga
pembacaan absorbansinya berada dalam range sinar UV. Penentuan
lamda maksimal dari senyawa hidrokuinon dilakukan dengan
menuangkan etanol pada kuvet blanko dan sampel sebagai reference.
Pembacaan absorbansi dari etanol ini diperlukan untuk mengetahui
absorbansi yang diberikan dari etanol di larutan tersebut sehingga
dapat dilanjutkan ke langkah berikutnya yaitu menuangkan larutan
baku hidrokuinon 25 ppm ke dalam kuvet sampel sebanyak ¾ dari
kuvet lalu dilihat panjang gelombang maksimum yang dimilikinya
pada alat spektrofotometer dan didapatkan hasil bahwa senyawa
hidrokuinon yang diuji mempunyai lamda maksimal pada panjang
gelombang 295 dengan absorbansi 0,628.
Setelah diketahui lamda maksimal dari senyawa hidrokuinon,
maka dapat diketahui absorbansi dari larutan variasi adiasi yang telah
dibuat sebelumnya. Saat dilakukan pembacaan absorbansi larutan
variasi adisi sebaiknya dimulai dari larutan yang mempunyai
konsentrasi terkecil terlebih dahulu agar dapat mengurangi terjadinya
kesalahan dalam pembacaan. Larutan variasi yang digunakan adalah 0
ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Adapun larutan sampel
berisi larutan variasi sebanyak 1 ml dan larutan baku 25 ppm yang
kemudian diad 10 ml hingga tanda batas di dalam labu ukur. Volume
akhir disamakan seluruhnya menjadi 10 ml bertujuan agar konsentrasi
sampel tetap terjada hanya satu variabel. Larutan variasi dicek
absorbansinya pada panjang gelombang 295 nm dan didapatkan hasil
absorbansinya dimulai dari konsentrasi terkecil hingga terbesar yaitu:
0,415; 0,256; 0,277; 0,377; 0,422; 0,442. Setelah didaptkan absorbansi
dari masing-masing larutan variasi maka diketahui kurva yang
dimilikinya barulah ditentukan kadar dari hidrokuinon yang terdapat
dalam sampel.
Perhitungan untuk penentuan kadar hidrokuinon di dalam
sampel yaitu produk vitaquin menggunakan prinsip Hukum Lambert
Beer. Menurut hukum Lambert Beer, absorbansi setara dengan
konsentrasi yang terdapat di dalam sampel sehingga jika semakin besar
absorbansi maka akan semakin tinggi pula konsentrasi atau kadar zat
uji yang dimiliki sampel. Absorbansi yang didapat adalah jumlah
absorbansi dengan komponen-komponen yang lainnya sehingga
didaptkan persamaan A= Ax + As.
Dari persamaan di atas dapat ditentukan besarnya kadar
hidrokuinon di dalam sampel krim vitaquin yaitu sebesar 43,39% Hal
ini tidak sesuai dengan kadar hidroquinon yang tertera pada etiket,
yang di mana kadar seharusnya yang terdapat dalam vitaquin hanyalah
sebesar 5%. Diduga perbedaan kadar yang cukup besar ini dikarenakan
pelarut yang digunakannya bukanlah methanol, melainkan etanol
sehingga mungkin saja masih terdapat pengotor atau matriks lain yang
mengganggu pembacaan di spektro sehingga mempengaruhi
absorbansi sampel pula. Selain itu, dapat disebabkan pula sampel yang
tidak terlarut secara sempurna di dalam etanol karena kelarutan sampel
di dalam etanol akan menentukan seberapa banyak hidrokuinon yang
akan tertarik ke luar dari sampel sehingga akan didapatkan hasil
pembacaan yang tepat.
X. Simpulan
Pada praktikum ini kadar hidrokuinon di dalam sampel krim
“Vitoquin” dapat ditentukan dengan menggunakan metode standar
adisi spektrofotometer UV dan didapatkan kadar sebesar 43,39% yang
dimana tidak sesuai dengan yang tertera di etiket yaitu sebanyak 5%.
Hal ini dapat disebabkan karena masih terdapatnya pengotor maupun
matriks lain pada sampel atau proses pemisahan hidrokuinon dengan
bahan lain yang tidak sempurna.
Daftar Pustaka