Anda di halaman 1dari 8

POTENSI TERAPI TUNGGAL ANTIMALARIA EKSTRAK ETANOL AKAR WIDURI

(Calotropis gigantea) SECARA IN VIVO

Fiisyatirodiyah1, Abdul Hakim2, Roihatul Muti’ah2, Elok Kamilah Hayati1

1
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, Malang Indonesia
2
Jurusan Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, Malang Indonesia

ABSTRAK

Tanaman Widuri mengandung beberapa golongan senyawa aktif, diantaranya


flavonoid, alkaloid, terpenoid dan steroid. Senyawa-senyawa tersebut telah terbukti
bermanfaat sebagai antimalaria. Selain itu, daun Calotropis procera berpotensi
antimalaria, sehingga diduga akar Calotropis gigantea juga berpotensi sebagai
antimalaria karena mempunyai kekerabatan dalam satu genus. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas antimalaria ekstrak etanol 80 % akar Widuri (Calotropis
gigantea) pada mencit terinfeksi Plasmodium berghei dan identifikasi golongan
senyawa aktifnya.
Tahapan penelitian ini meliputi analisis kadar air sampel basah, preparasi
sampel, analisis kadar air sampel kering, kemudian ekstraksi senyawa aktif dengan
maserasi. Setelah itu, dilakukan uji antimalaria dan dilanjutkan dengan uji fitokimia.
Senyawa aktif yang positif terhadap uji fitokimia diidentifikasi dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis.
Hasil kadar air sampel basah sebesar 51,17 %, sedangkan kadar air sampel
keringnya sebesar 4,96 %. Isolasi senyawa aktif dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 80 %. Efektivitas antimalaria ekstrak etanol 80 % akar
tanaman Widuri (Calotropis gigantea) dalam menghambat pertumbuhan Plasmodium
berghei pada mencit adalah sangat baik dengan nilai ED50 sebesar 4,26 mg/Kg BB.
Golongan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak etanol 80 % akar Widuri
(Calotropis gigantea) berdasarkan uji reagen adalah golongan senyawa terpenoid dan
saponin. Hasil identifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis menunjukkan bahwa
eluen terbaik untuk golongan senyawa terpenoid adalah n-heksana : etil asetat (2 : 8)
yang menghasilkan penampakan warna ungu pada panjang gelombang 366 nm
dengan pereaksi Lieberman-Burchard, sedangkan eluen terbaik untuk saponin adalah
kloroform : aseton (4 : 1) dengan penampakan warna ungu pada panjang gelombang
366 nm dengan pereaksi H2SO4 0,1 M.

Kata kunci : Calotropis gigantea, antimalarial, Fitokimia, Kromatografi Lapis Tipis

PENDAHULUAN Pada tahun 1997 sebanyak 93.7 juta


Malaria adalah penyakit infeksi penduduk Indonesia terancam terkena
yang paling luas penyebarannya di penyakit malaria (WHO, 2001).
dunia dan diperkirakan 1/3 penduduk di Penyebab penyakit ini adalah parasit
dunia terkena penyakit infeksi. Malaria Plasmodium yang termasuk protozoa
sampai saat ini masih merupakan (protista mirip hewan). Plasmodium
masalah kesehatan dunia, khususnya merupakan golongan sporozoa yang
di daerah tropis seperti di Indonesia. membutuhkan vektor berupa nyamuk

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 3


Anopheles. Ada empat spesies sebagai antimalaria, maka
Plasmodium, yaitu Plasmodium vivax, dimungkinkan juga bahwa Calotropis
Plasmodium ovale, Plasmodium gigantea memiliki aktivitas yang sama.
falciparum dan Plasmodium malariae Hal ini didasarkan kekerabatannya
(Widjajanti, 1988). dalam satu genus, maka tumbuhan
Salah satu faktor utama tersebut dimungkinkan memiliki
penyebab peningkatan infeksi tersebut kandungan kimia yang relatif sama
adalah timbulnya strain resisten serta memiliki aktifitas yang mirip. Oleh
terhadap obat malaria yang tersedia. karena itu perlu dilakukan kajian lebih
Permasalahan resistensi terhadap obat lanjut untuk membuktikan aktifitas
malaria semakin lama semakin farmakologinya (Marianne, dkk., 2011).
bertambah. Di wilayah Amazon dan Penelitian ini diharapkan dapat
Asia Tenggara telah ditemukan bahwa memberikan kontribusi di bidang
Plasmodium falciparum telah resisten pengobatan herbal dan digunakan
terhadap klorokuin. Plasmodium vivax sebagai alternatif pengobatan malaria
juga ditemukan telah resisten klorokuin yang mudah, murah, aman dan efektif.
di wilayah Papua Nugini, Papua Barat
dan Sumatera (Widoyono, 2010).
Pemanfaatan tumbuhan sebagai METODE PENELITIAN
obat tradisional diharapkan dapat Bahan
menjadi salah satu alternatif dalam Bahan-bahan yang digunakan
mengatasi penyakit malaria. Pada pada penelitian ini adalah akar
peneltian ini akan diuji efektivitas tanaman widuri (Calotropis gigantea),
antimalaria dari akar tanaman Widuri etanol 80 %, reagen Dragendroff,
(Calotropis gigantea). Mayer, Lieberman-Burchard, metanol
Uji fitokimia pada akar Widuri 50 %, logam Mg, HCl 2 %, HCl pekat,
(Calotropis gigantea) mengandung kloroform, asam asetat anhidrat,
alkaloid, karbohidrat, glikosida, aquades, larutan FeCl3 1 %, H2SO4 -
senyawa fenolik/tanin, flavonoid, pekat, HCN 1 N, n-heksana, aseton, etil
saponin, sterol, protein dan asam asetat, asam asetat, H2SO4 0,1 M,
amino dan senyawa-senyawa asam mencit putih jantan galur Balb/C, pakan
serta resin (Kumar et al., 2013). mencit (pellet), darah jantung dari
Penelitian yang dilakukan Ravi et al. mencit donor yang terinfeksi parasit,
(2011), menunjukkan aktivitas sitotoksik EDTA, larutan Alsever’s, gliserol 10 %,
dari ekstrak etanol akar Calotropis larutan PBS, buffer Giemsa, Giemsa
gigantea dengan konsentrasi yang fluka, metanol, klorokuin, larutan CMC-
berbeda menggunakan metode BSLT Na 1 %.
diperoleh nilai LC50 sebesar 62,12
µg/mL. PROSEDUR PENELITIAN
Terdapat aktivitas antimalaria Preparasi Sampel
secara in vitro pada ekstrak daun Akar tanaman Widuri diambil
Calotropis procera menggunakan sebanyak 2 Kg. Kemudian dicuci dan
variasi pelarut etanol, n-heksana, dikeringkan di udara terbuka, dipotong
kloroform, metanol, etil asetat dan air. kecil-kecil. Selanjutnya, dikeringkan
Pada penelitian tersebut menunjukkkan dengan oven pada suhu 30 – 37 ˚C
adanya penurunan aktivitas plasmodia selama 5 – 6 jam. Setelah kering, akar
seiring bertambahnya konsentrasi tanaman Widuri diblender sampai
ekstrak daun Calotropis procera (Mudi terbentuk serbuk dan diayak dengan
dan Bukar, 2011). ukuran 60 mesh sehingga terbentuk
Calotropis gigantea dan serbuk yang homogen.
Calotropis procera merupakan dua Ekstraksi Senyawa Aktif
jenis tumbuhan yang berbeda spesies Serbuk akar tanaman Widuri
saja. Jika Calotropis procera berpotensi ditimbang sebanyak 100 g dan

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 4


direndam dengan dengan pelarut selama 1 jam untuk menjenuhkan uap
etanol 80 % selama 24 jam pada suhu eluennya.
kamar dengan pengocokan 120 rpm Pemisahan dengan KLT ini
selama 3 jam menggunakan shaker. digunakan plat silika gel F254. Plat silika
Filtrat yang diperoleh dipekatkan diaktivasi terlebih dahulu dengan
dengan rotary evaporator sampai pemanasan dalam oven pada suhu 60
diperoleh ekstrak pekat. Ekstrak pekat – 70 ˚C selama 10 menit. Masing-
tersebut dioven pada suhu 37 ˚C untuk masing plat dipotong dengan ukuran
menghilangkan residu etanolnya. 1x102 cm. Ekstrak etanol akar Widuri
Kemudian ditimbang sampai diperoleh (Calotropis gigantea) ditotolkan pada
berat yang konstan. plat KLT pada jarak ± 1 cm dari tepi
Uji Antimalaria bawah plat menggunakan pipa kapiler.
Ekstrak akar Widuri diujikan Kemudian dielusi dengan masing-
secara in vivo pada hewan coba. masing fase gerak golongan
Hewan coba yang digunakan adalah senyawanya. Noda disemprot dengan
mencit jantan Mus musculus yang pereaksi dan diperiksa dibawah sinar
dinfeksikan Plasmodium berghei dan UV pada panjang gelombang 366 nm.
dikelompokkan menjadi 6 kelompok, Kemudian diamati noda tersebut dan
yaitu kelompok non infeksi; kontrol dihitung nilai Rf.
negatif; kontrol positif (klorokuin dosis Analisis Data
5,71 mg/KgBB); ekstrak akar widuri Nilai efektivitas dosis 50 % (ED50)
dengan dosis 0,1 mg/KgBB; 1 dihitung berdasarkan analisa probit %
mg/KgBB dan 10 mg/KgBB. Terapi penghambatan parasit selama 4 hari
dilakukan ketika derajat parasitemia dan ditunjukkan dengan analisis regresi
setelah infeksi mencapai 1 – 5 % yang linear dengan program Microsoft Office
dihitung sebagai hari ke-0. Terapi Excel. Persen penghambatan juga
dilakukan setiap hari selama 4 hari. dianalisis menggunakan MINITAB 16
Pengamatan derajat parasitemia dengan ANOVA two way dan
dilakukan setiap hari ke-0, hari ke-1, dilanjutkan dengan uji tukey.
hari ke-2, hari ke-3 dan hari ke-4.
Uji Fitokimia .
Uji fitokimia merupakan analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitatif yang digunakan untuk Preparasi Sampel
mengetahui kandungan golongan Pengeringan sampel dilakukan
senyawa aktif yang terdapat dalam terlindung dari sinar matahari dengan
suatu bahan. Uji fitokimia dalam harapan tidak merusak kandungan
penelitian ini meliputi uji flavonoid, senyawa metabolit sekunder yang
alkaloid, terpenoid, tanin dan saponin. terkandung dalam sampel (Goeswin,
Hasil positif dari uji fitokimia, 2007). Kemudian, sampel diblender
diidentifikasi lebih lanjut dengan untuk memperkecil ukuran partikel
mengggunakan Kromatografi Lapis sehingga diperoleh serbuk akar widuri.
Tipis (KLT). Sampel kering diayak dengan ukuran
Pemisahan Senyawa Aktif dengan 60 mesh. Ukuran 60 mesh merupakan
Kromatografi Lapis Tipis ukuran yang cukup efektif agar pelarut
Proses identifikasi merujuk pada dapat mengabsorbsi seluruh bagian sel
sumber literatur Harbone (1987) dan terutama dinding sel. Dinding sel
Sastrohamidjojo (1985). Ekstrak pekat tumbuhan terbuka pada ukuran serbuk
akar Widuri sebanyak 1000 mg 60 mesh, sehingga memudahkan
dilarutkan dalam 1 mL etanol 80 %. meresapnya pelarut selama proses
Kemudian, dimasukkan campuran ekstraksi (Dewi, 2007).
eluen ke dalam bejana pengembang
dan ditutup bejana pengembang Ekstraksi Senyawa Aktif

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 5


Ekstrak pekat yang diperoleh Terapi obat atau ekstrak
berwarna kuning kecoklatan sebesar dilakukan ketika derajat parasitemia
3,93 gr. Ekstrak ini digunakan untuk uji telah mencapai 1 – 5 % yang dihitung
antimalaria secara in vivo pada mencit sebagai hari ke-0. Pemberian bahan uji
jantan, uji golongan senyawa aktif dilakukan sekali sehari selama 4 hari
dengan reagen dan identifikasi berturut-turut karena obat malaria
golongan senyawa aktif menggunakan pemberiannya cukup sehari sekali dan
Kromatografi Lapis Tipis dengan variasi dalam waktu empat hari sudah dapat
berbagai eluen. menghambat pertumbuhan parasit
secara efektif (Kusumawardhani, dkk.,
Tabel 1. Rata-rata derajat parasitemia 2005).
serta standar deviasi ekstrak Aktivitas antimalaria ditetapkan
etanol 80 % akar Widuri melalui pengukuran derajat parasitemia
pada hari ke-0 sampai 4. Penentuan
Kelompok Rerata derajat parasitemia (%) ± derajat parasitemia pada hari ke-0
Perlakuan Standar Deviasi bertujuan untuk menentukan derajat
Hari Hari Hari Hari Hari
ke-0 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
parasitemia semua mencit telah berada
Kontrol 2,1 2,7 3,3 ± 3,7 4,3 pada range sekitar 1 – 5 % pada hari
negatif ± ± 0,30 ± ± dilakukannya terapi. Pemeriksaan
0,43 0,64 0,42 0,73 derajat parasitemia pada hari ke-1,
Kontrol 2,4 1,7 1,3 ± 1,2 1,0 sampai ke-4 bertujuan untuk
positif ± ± 0,32 ± ±
1,40 0,60 0,31 0,25
mengetahui profil perkembangan
Dosis 1 1,8 2,5 1,6 2,0 parasit selama dilakukan terapi. Hasil
1,8 ± pemeriksaan derajat parasitemia dari
± ± ± ±
0,22
0,64 0,57 0,27 0,66 hari ke-0 hingga hari ke-4 dapat
Dosis 2 2,1 2,0 1,9 1,6 ditunjukkan pada Tabel 1.
1,9 ±
± ± ± ±
1,24 0,43
0,59
0,59 0,43
Berdasarkan Tabel 1 rata-rata
Dosis 3 1,9 2,0 1,9 1,5 derajat parasitemia kelompok kontrol
1,7
± ± ± ± negatif semakin besar dengan
±0,24
0,76 0,59 0,29 0,54 bertambahnya hari terapi, sedangkan
Keterangan: kelompok kontrol positif semakin kecil
Kontrol negatif : pemberian pelarut dengan bertambahnya hari terapi. Hal
CMC-Na 1% yang ini disebabkan oleh perbedaan
diinfeksi Plasmodium perlakuan dari kedua kelompok
berghei. tersebut. Kelompok kontrol positif
Kontrol positif : kelompok perlakuan diterapi menggunakan obat klorokuin,
klorokuin dosis 5,71 sedangkan kontrol negatif tidak.
mg/Kg BB. Kelompok dosis menunjukkan adanya
Dosis 1 : terapi ekstrak etanol perubahan fluktuatif. Hal ini disebabkan
80 % akar widuri dosis oleh perbedaan reaksi tubuh mencit
0,1 mg/Kg. terhadap infeksi yang berbeda-beda,
Dosis 2 : terapi ekstrak etanol seperti metabolisme dan sistem
80 % akar widuri dosis kekebalan tubuhnya.
1 mg/Kg BB. Eritrosit yang terinfeksi parasit
Dosis 3 : terapi ekstrak etanol dimulai dengan merozoit yang masuk
80 % akar widuri dosis ke aliran darah dan menginfeksi
10 mg/Kg BB. eritrosit. Kemudian, merozoit akan
mengalami perubahan morfologi
menjadi tropozoit (Widoyono, 2010).
Uji Antimalaria Eritrosit yang terinfeksi parasit
ditunjukkan oleh anak panah.

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 6


yang diperoleh menghubungkan antara
respon dengan dosis.
Pada kurva tersebut diperoleh
persamaan garis liniernya, yaitu y =
0.175 x + 5,24. Nilai ED50 ekstrak
etanol 80 % akar Widuri kurang dari 10
mg/Kg BB. Artinya, ekstrak etanol 80 %
akar Widuri dapat memiliki aktivitas
antiplasmodial yang sangat bagus
(Herintsoa, et al., 2010).
Gambar 1. Gambaran sel darah merah
kontrol positif dengan Tabel 3. Hasil uji fitokimia golongan
pemberian klorokuin dosis senyawa aktif ekstrak etanol
5,71 mg/Kg BB pada hari 80 % akar Widuri
ke-0 sampai ke-4 No. Golongan Hasil kualitatif
senyawa aktif
Nilai derajat parasitemia yang 1. Alkaloid -
digunakan adalah pada hari ke-4 atau 2. Flavonoid -
hari terakhir pascaterapi. Setelah 3. Terpenoid ++
ditentukan derajat parasitemia masing- 4. Saponin ++
masing kelompok perlakuan, 5. Tanin -
selanjutnya dihitung persen
penghambatan parasit dengan
menggunakan rumus berikut: Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk
mengetahui kandungan golongan
senyawa aktif yang terkandung pada
Prosentase penghambatan ekstrak etanol 80 % akar Widuri secara
pertumbuhan parasit dengan kualitatif. Hasil uji fitokimia golongan
menggunakan rumus di atas pada hari senyawa aktif ekstrak etanol 80 % akar
ke-4 pascaterapi ditunjukkan pada Widuri ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2.
Komponen aktif yang terdapat
Tabel 2. Persen penghambatan pada akar widuri adalah terpenoid dan
pertumbuhan parasit ekstrak saponin. Kandungan terpenoid
etanol 80 % akar Widuri pada hari ditunjukkan dengan terbentuknya cincin
ke-4 kecoklatan di antara dua pelarut yang
Persen tidak saling bercampur, sedangkan
Dosis adanya senyawa saponin ditandai
penghambatan
(mg/Kg dengan adanya busa lagi yang tidak
pertumbuhan parasit
BB) hilang selama 30 detik pada uji Forth.
(%)
0,1 51,4
1 61,7 Pemisahan Senyawa Aktif dengan
10 64,1 Kromatografi Lapis Tipis
Sampel yang diidentifikasi
dengan Kromatografi Lapis Tipis
Penentuan dosis efektif dalam
merupakan golongan senyawa aktif
menghambat 50 % pertumbuhan
yang positif terhadap uji fitokimia.
parasit dengan menggunakan analisis
probit % penghambatan. Selanjutnya,
Terpenoid
dilakukan analisis regresi linier dengan
Eluen n-heksana : etil asetat (2 :
menggunakan Microsoft Excel. Kurva
8) mampu memisahkan senyawa

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 7


terpenoid yang terkandung dalam akar ungu pada panjang gelombang 366 nm
Widuri dengan sangat baik. Hal ini (Halimah, 2010).
ditunjukkan dengan munculnya 5 noda
yang tidak berekor. Penampakan noda Senyawa terpenoid diduga
pada panjang gelombang 366 nm teridentifikasi pada Rf 0,19; 0,68; 0,76
adalah warna ungu. Hasil pemisahan karena memiliki penampakan warna
dengan eluen n-heksana : etil asetat (2 ungu pada panjang gelombang 366 nm.
: 8) ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil KLT golongan Gambar 3. Hasil KLT golongan


senyawa terpenoid eluen n- senyawa saponin dengan
heksana : etil asetat (2 : 8) eluen kloroform : aseton (4 : 1)
dengan pereaksi Liebermann- dengan pereaksi H2SO4 0,1 M
Burchard

Tabel 4. Hasil KLT senyawa terpenoid Saponin


dengan eluen n-heksana:etil Campuran eluen kloroform :
asetat (2 : 8) aseton (4 : 1) menghasilkan 2 buah
Warna Warna noda yang terpisah dengan sangat
noda noda baik. Pola noda yang terbentuk
Rf dengan dengan berbentuk bundar dan tidak berekor.
Noda
Tiap sinar UV sinar UV Penampakan noda pada panjang
ke-
Noda 366 nm 366 nm gelombang 366 nm adalah warna ungu.
sebelum setelah Hasil pemisahan dengan eluen
disemprot disemprot kloroform : aseton (4:1) ditunjukkan
1 0,19 Ungu Ungu pada Gambar 3.
muda muda
2 0,68 - Ungu Identifikasi saponin menggunakan
3 0,76 - Ungu Kromatografi Lapis Tipis dengan
kebiruan campuran eluen kloroform : aseton (4 :
4 0,9 - Biru 1) menghasilkan nilai Rf sebesar 0,77
5 0,99 Biru Biru (Suryanti, 2005). Senyawa saponin
diduga teridentifikasi pada kedua noda
tersebut karena menunjukkan
Identifikasi golongan terpenoid penampakan warna ungu pada panjang
menggunakan KLT dengan eluen n- gelombang 366 nm seperti pada Tabel
heksana : etil asetat (2 : 8) 5.
menghasilkan penampakan warna

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 8


Tabel 5. Hasil KLT senyawa saponin Fakultas Kehutana Institut
dengan eluen kloroform : aseton Pertanian Bogor.
(4 : 1) Goeswin, A. 2007. Teknologi Bahan
Noda Rf Warna Warna Alam. Bandung: ITB Press
ke- Tiap noda noda Halimah, N. 2010. Uji Fitokimia dan Uji
Noda dengan dengan Toksisitas Ekstrak Tanaman
sinar UV sinar UV Anting-anting (Acalypa indica L.)
366 nm 366 nm Terhadap Larva Udang (Artemia
sebelum setelah salina Leach). Skripsi Tidak
disemprot disemprot Diterbitkan. Malang: UIN Maulana
1 0,5 Ungu Ungu Malik Ibrahim Malang
muda Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia
2 0,75 Ungu Ungu Penuntun Cara Modern
muda Menganalisis Tumbuhan.
Bandung: Penerbit ITB
KESIMPULAN Herintsoa, R., Robijaona RB, R.A.S.,
Kesimpulan dari penelitian ini Rasoamahanina AM., R.E.K.F.,
adalah efektivitas antimalaria ekstrak Rakotoarimanana, H.,
etanol 80 % akar tanaman Widuri Rakotondrabe. MH., Raminosoa,
(Calotropis gigantea) dalam M., Rakotozafy, A., Ranaivoravo,
J., Rajanoarison, JF.,
menghambat pertumbuhan
Ratsimamanga, S., Gatson, LT.,
Plasmodium berghei pada mencit Gauthier, KM., Solomon, D. dan
secara in vivo adalah sangat baik Jacob, O.M. 2005. Screening of
dengan nilai ED50 sebesar 4,26 Plant Extracts for Searching
mg/Kg BB. Sedangkan golongan Antiplasmodial Activity. 11th
senyawa aktif yang terkandung dalam Madagascar: NAPRECA
ekstrak etanol 80 % akar Widuri Symposium Book of Proceedings,
(Calotropis gigantea) berdasarkan hasil Antananarivo
identifikasi menggunakan uji reagen Kumar, S.P., Suresh dan Kalvathy, S.
adalah golongan senyawa terpenoid 2013. Review on a Potential Herb
dan saponin. Hasil identifikasi Calotropis gigantea Linn.
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Annamalai University
menunjukkan bahwa eluen terbaik Kusumawardhani, D., Widyawaruyanti,
golongan senyawa terpenoid adalah n- A. dan Kusumawati, I. 2005. Efek
heksana : etil asetat (2 : 8) yang Antimalaria Ekstrak Sambiloto
menghasilkan penampakan warna Terstandar (Parameter Kadar
ungu pada panjang gelombang 366 nm Aandrografolida) Pada Mencit
dengan pereaksi Lieberman-Burchard, Terinfeksi Plasmodium berghei.
sedangkan eluen terbaik senyawa Majalah Farmasi Airlangga. Vol.5.
saponin dengan eluen terbaik kloroform No.1. Surabaya: Ilmu Bahan Alam
: aseton (4 : 1) dengan penampakan Fakultas Farmasi Universitas
warna ungu pada panjang gelombang Airlangga
366 nm dengan pereaksi H2SO4 0,1 M. Marianne, Y. dan Rosnani. 2011.
Antidiabetic Activity From Ethanol
DAFTAR PUSTAKA Extract of Kluwih’s Leaf
Dewi, K.L. 2007. Kajian Ekstrak Umbi (Artocarpus camansi). Jurnal
Gadung (Dioscorea hispida), Biji Natural. Universitas Syiah Kuala,
Rerak (Sapindus rarak) dan Biji Darussalam, Banda Aceh
Sirsak (Annona muricata L.) Mudi, S.Y. dan Bukar, A. 2011.
Sebagai Bahan Pengawet Alami Antiplasmodia Activity of Leaf
Kayu. Skripsi Diterbitkan. Bogor: Extracts of Calotropis procera

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 9


Linn. Nigeria: Biochemistry Vol.
23, No. 1
Ravi, R.G., Harikesh D., Chandrasehar,
T.R., Pramod, Y.G. dan Angad,
P.M. 2011. Cytotoxic Activity of
Ethanolic Root Extract of
Calotropis gigantean Linn.
International Journal of Drug
Development and Research.
Netherland
Sastrohamidjojo, H. 1985.
Kromatografi. Yogyakarta: UGM
Press
Suryanti, V., Martiana, S.M. dan
Kristinawati, D. 2005. Komponen
Kimia Buah Pare Belut
(Trichosanthes anguina L.).
Jurnal Alchemy. Volume 4,
Nomor 2: 28–34
Widjajanti, N. 1998. Obat-obatan.
Yogyakarta: Kanisius
Widoyono. 2010. Penyakit Tropis:
Epidemologi, Penularan,
Pencegahan dan
Pemberantasannya Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga

Jurnal Farma Sains Vol. 1 (1) Juli 2015 10

Anda mungkin juga menyukai