Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

“BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)”

A. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku
Nanda, (2013).
Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang
teratur).
2. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan
=KMK).
3. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

B. Klasifikasi
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk
masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
C. Etiologi

1. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan


antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi trauma , dan lain-lain.

2. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban


pecah dini.

3. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status


ekonomi sosial.

D. Manifestasi Klinik

1. Sebelum bayi lahir


a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya .
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut
dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.
2. Setelah bayi lahir
a. Berat lahir < 2500 gram
b. Panjang badan < 45 cm
c. Lingkaran dada < 30 cm
d. Lingkaran kepala < 33 cm
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kepala relatif lebih besar dari badannya
g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
i. Tangisnya lemah dan jarang
j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan
kepala mengarah ke satu sisi.
m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema
q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

E. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih
menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR.
Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang
berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa
dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi
kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau
mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin
sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan
baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus
ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi
komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik
anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif
lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang
berkurang

2. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada


BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah

3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat


dari motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah

4. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi


urine berkurang

5. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang


karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.

6. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur


sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi
menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini
menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan
oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur
sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta
menemukan gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.

2. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.

3. Pemerioksaan hematokrit.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK

5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita


aspirasi mekonium.

G. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi
BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan
menghindari infeksi.
1. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan
lemak coklat ( brown fat).
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi oksigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat
dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang
dari 2000 gr adalah 35 C dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai
2500 gr 34 C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang
lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan.
Suhu inkubator dapat di turunkan 1 C per minggu untuk bayi dengan
berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat diletakkan di
dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 C-29 C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau
dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau
dengan menggu nakan metode kangguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 C-
37 C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti
pada bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan
inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (thermistor
probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh
alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan
pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat
untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting
untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan
tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga
penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.
2. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,
khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi
terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi
disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih
rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi
diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan
(kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum.
Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu
tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat
badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap
bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak
dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan
abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat,
perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat
– alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat
pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang
terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang
tepat.
3. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian
dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI
(Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap.
ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup
mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi
BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip mirip ASI
atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya
udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang
minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik
pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan
dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat
mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada
ibunya, makanan diberikan melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan
berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan
pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.
4. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke
alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia
dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi
dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir
dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan
apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen
yang cukup yang sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi
seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi
lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan
menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan
ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium
bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah
terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus
mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.
H. Prognosis BBLR
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi,
makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan
pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental
fibro plasia, infeksi, gangguan metabolik
(asidosis,hipoglikemi,hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah oinfeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperilirunbinemia, hipoglikemia,
dan lain-lain).
I. Pengamatan Lanjutan (follow up)
Bila bayi BBLR ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya,
maka perlu diamati selanjjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan
mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor
susunan saraf pusat dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus,serebral palsy,
dsb.
J. Komplikasi
1. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.

2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna .

3. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral


disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan
terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Biodata pasien
b. Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20
jam.
c. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada
dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan,
mengorok, pernafasan cuping hidung,
d. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan
kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan
dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena
refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir 120-150ml/kg BB/ hari.
e. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
f. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
g. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan
kering.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas
b. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Ketidakefektifan pola minum bayi
f. Hipotermi
g. Resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Kathleen. 1994. Pediatric Care Planning, Springhouse: USA

Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak: Jakarta

Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby


Company: Philadelphia

Wong, Donna L, 1997, Pediatric Nursing, Mosby Company: St Louis,


Missouri Arvin, BMK., Egman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.

Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat.


Jakarta.EGC

Ilyas, Jumarni, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta.


EGC MacDonald. 2002. Obstetri Wilms. Jakarta. EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi Kedua.


Jakarta. EGC Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi
Kedua. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
2. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3) Resiko kekurangan volume cairan
4) Resiko syok hipovelemia
5) Resiko perdarahan
6) Ansietas

3. Rencana keperawatan

Har No Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


i/T . Hasil
gl Dx
1 Setelah dilakukan 1. Kaji suhu dan tanda- 1. Memantau perubahan
tindakan tanda vital setiap jam suhu tubuh
keperawatan 2. Berikan kompres 2. Menurunkan suhu yang
diharapkan suhu hangat meningkat
tubuh pasien 3. Meingkatkan hidrasi
kembali normal, 3. Anjurkan pasien untuk
dengan kiteria banyak minum 4. pakaian tipis membantu
hasil : 4. Anjurkan untuk tidak mengurangi penguapan
 Suhu tubuh memakai selimut dan tubuh
pasien kembali pakaian yang tebal 5. pemberian cairan sangat
normal 5. Berikan terapi cairan penting bagi pasien
 Pasien merasa intravena dan obat- dengan suhu tinggi
nyaman dan obatan sesuai program
tidak gelisah. dokter
2 Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pada 1. Diharapkan pasien mau
tindakan pasien tentang makan
keperawatan pentingnya makan bagi
diharapkan tubuh 2. Diharapkan kebutuhan
kebutuhan nutrisi 2. Beri porsi makan nutrisi pasien terpenuhi
pasien terpenuhi, sedikit tapi sering 3. Nafsu makan pasien
dengan kiteria 3. Anjurkan pada meningkat dan dapat
hasil : keluarga untuk mengurangi rasa mual
 Nafsu makan member makan pasien
meningkat kesukaan klien dalam
 Menghabiskan keadaan hangat dan 4. Untuk mengetahui
porsi makanan bervariasi perkembangan nutrisi
yang 4. Timbang BB setiap pasien
dihidangkan hari atau sesuai 5. Memenuhi kebutuhan
 Berat badan indikasi nutrisi melalui infuse
stabil 6. Diharapkan pasien
 Keadaan umum 5. Observasi tetesan mendapatkan diit yang
baik infuse sesuai dengan keadaan
6. Kolaborasi dengan tim penyakit pasien
gizi dalam pemberian
diet yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien

3 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Penurunan sisrkulasi


tindakan kekurangan cairan dan volume cairan
keperawatan elektrolit menyebabkan kekeringan
diharapkan mukosa
keseimbangan 2. Pantau intake dan 2. Dehidrasi dapat
cairan dan output meningkatkan laju filtrasi
elektrolit glomerulus membuat
dipertahankan keluaran tak adekuat
secara maksimal, untuk membersihkan sisa
dengan kriteria metabolisme.
hasil : 3. Mendeteksi kehilangan
 TTV Stabil 3. Timbang BB setiap cairan , penurunan 1 kg
dalam batas hari atau sesuai BB sama dengan
normal indikasi kehilangan cairan 1 Liter
 Rasa haus 4. Mengganti cairan dan
berkurang elektrolit yang hilang
 Turgor kulit 4. Anjurkan keluarga secara oral
baik untuk memberi pasien 5. Memenuhi kebutuhan
 Membrane banyak minum cairan dan elektrolit
mukosa mulut 5. Observasi tetesan melalui infuse
tidak kering infuse
4 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan 1. Memantau kondisi pasien
tindakan umum dan TTV selama masa perawatan
keperawatan terutama saat terjadi
diharapkan resiko perdarahan untuk
terjadinya syok memastikan tidak
hipovolmia terjadinya pre syok / syok
berkurang, pada pasien.
dengan kriteria 2. Ciptakan Lingkungan 2. Lingkungan yang aman
hasil : yang aman dan nyaman dan nyaman dapat
 TTV stabil menghilangkan stress
dalam batas sehingga mempercepat
normal proses penyembuhan
 Pasien terlihat 3. Ganti spray tempat 3. Diharapkan pasien merasa
tidak gelisah tidur pasien nyaman
4. Puasa makan dan 4. Puasa membantu
minum pada mengistirahatkan saluran
perdarahan saluran pencernaan untuk
cerna sementara selama
perdarahan berasal dari
saluran cerna.
5 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Penurunan trombosit
tindakan penurunan trombosit merupakan tanda
keperawatan yang disertai gejala kebocoran pembuluh
diharapkan tidak klinis darah.
terjadi 2. Anjurkan pasien untuk 2. Aktivitas pasien yang
perdarahan, banyak istirahat tidak terkontrol dapat
dengan kriteria menyebabkan perdarahan
hasil : 3. Beri penjelasan untuk 3. Membantu pasien
 TTV stabil segera melapor bila ada mendapatkan penanganan
dalam batas tanda perdarahan lebih sedini mungkin
normal lanjut 4. Untuk mengetahui
 Trombosit 4. Anjurkan pasien untuk penurunan/kenaikan
150.000- cek lab 2 hari sekali jumlah trombosit dalam
400.000 darah
6 Setelah dilakukan 1. Jelaskan penyakit 1. Agar pasien dan keluarga
tindakan yang diderita mengetahui tentang
keperawatan 2. Temani pasien untuk penyakit pasien
diharapkan tidak memberikan 2. Untuk mengurangi rasa
terjadi keamanan dan takuk
perdarahan, mengurangi takut saat 3. Memberi motivasi dan
dengan kriteria di berikan tindakan mengurangi cemas
hasil : 3. Dorong keluarga 4. Mengurangi cemas dan
 Pasien mampu untuk menemani anak sedikit lebih rilex
mengucapkan 4. Instruksikan pasien 5. Mengetahui hasil TTV
gejala cemas menggunakan tehnik
 Mampu relaksasi
mengontrol 5. Observasi TTV
cemas
 TTV dalam
batas normal
 Ekspresi
wajah
menunjukan
berkurangnya
cemas
4.Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan adalah proses untuk melakukan kegiatan yang telah


direncanakan untuk mencapai tujuan dan untuk menanggulangi masalah
yang dihadapi oleh klien

5.Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana proses


evaluasi ini dilakukan terus menerus, diperlukan untuk menentukan
seberapa baik rencana keperawatan bekerja

Anda mungkin juga menyukai