Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun oleh :

NAMA : RIZKI RESTIYANI

NIM : P1337420216002

KELAS : 3A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018

A. KONSEP TEORI
1
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner
& Suddarth, 2002)
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan
berat. (Mansjoer, 2007)
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempetahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala
uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2001)

2. Klasifikasi
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease (CKD).
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan
harapan klien datang/ merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara
konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT
(clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF
(cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan
derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
a. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium:
1) Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
a) Kreatinin serum dan kadar BUN normal
b) Asimptomatik
c) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR

2) Stadium II : Insufisiensi ginjal


a) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
b) Kadar kreatinin serum meningkat
c) Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal :
a) Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b) Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
c) Kondisi berat
2
2% - 20% fungsi ginjal normal

3) Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia


a) kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
b) ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
c) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

b. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan


pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) :
1) Stadium : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten
dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2) Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
60 -89 mL/menit/1,73 m2)
3) Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
4) Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
5) Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.
(Udjianti, 2010)

3. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron
ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
a. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
b. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubuler ginjal.
f. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
g. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
h. Nefropati obstruktif
i. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
j. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital
pada leher kandung kemih dan uretra.
(Kasuari, 2002)

4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai

3
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan
semakin berat.
a. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi
darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan
menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea
darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang
paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh
tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi
seperti steroid.
b. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien
sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal
jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare

4
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status
uremik.
c. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic
seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus
gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat
(HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
d. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal.
Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi,
disertai keletihan, angina dan sesak napas.
e. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu
menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat
peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan
pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-
dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.
f. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat
dan keseimbangan parathormon.
(Kasuari, 2002)

5
5. PATHWAY

6
6. Manifestasi Klinik
a. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia

7
1) Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna,
gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum
meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
2) Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin
→ Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap
proses hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.
b. Kelainan Saluran Cerna
1) Mual, muntah, hicthcup
dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang
mukosa lambung dan usus.
2) Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak
mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
3) Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
c. Kelainan mata
d. Kardiovaskuler :
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
4) Pembesaran vena leher
5) Friction Rub Pericardial
e. Kelainan kulit
1) Gatal
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
a) Toksik uremia yang kurang terdialisis
b) Peningkatan kadar kalium phosphor
c) Alergi bahan-bahan dalam proses HD
d) Kering bersisik
e) Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah
kulit.
f) Kulit mudah memar
g) Kulit kering dan bersisik
h) rambut tipis dan kasar
f. Neuropsikiatri
g. Kelainan selaput serosa
h. Neurologi :
1) Kelemahan dan keletihan
2) Konfusi
3) Disorientasi
4) Kejang
5) Kelemahan pada tungkai
6) rasa panas pada telapak kaki
7) Perubahan Perilaku
8) Kardiomegali

8
9) Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal
yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif. Rangkaian
perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR
menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien
menderita apa yang disebut Sindrom Uremik
Terdapat dua kelompok gejala klinis :
a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan
metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.
b. Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan lainnya
(Carpenito, 2001)

7. Komplikasi
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. neuropati perifer
j. hiperuremia
(Mansjoer, 2007)

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
a) Ureum kreatinin.
b) Asam urat serum.
2) Identifikasi etiologi gagal ginjal
a) Analisis urin rutin
b) Mikrobiologi urin
c) Kimia darah
d) Elektrolit
e) Imunodiagnosis
3) Identifikasi perjalanan penyakit
a) Progresifitas penurunan fungsi ginjal
9
b) Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:
Laporan Pendahuluan Chronic Kidney Disease (CKD)/ Gagal Ginjal
Kronik

Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
Endokrin : PTH dan T3,T4
Pemeriksaan lain : berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal,
misalnya: infark miokard.
b. Diagnostik
1) Etiologi CKD dan terminal
a) Foto polos abdomen.
b) USG
c) Nefrotogram.
d) Pielografi retrograde.
e) Pielografi antegrade.
f) Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
a) RetRogram
b) USG
( Smeltzer, 2001)

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis

10
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang
bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
3) Operasi
a) Pengambilan batu
b) Transplantasi ginjal
(Santosa, 2007)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat
terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting
sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri
yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandung banyak senyawa / zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.

b. Riwayat Kesehatan

11
1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera
makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas
berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau anomia,
dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia
dan prostaktektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluraan kemih, infeksi
sistem perkemihan yang berulang, penyakit DM, dan penyakithipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi presdiposisi penyebab. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adannya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudiaan dokumentasikan.

4) Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan
peran pada keluarga (self esteem).
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit keturunan dikeluarganya supaya dapat
mengetahui ada anggota dikeluarganya yang mengalami penyakit yang sama.
Untuk mempermudah tindakan perawatan selanjutnya.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien
Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang sakit
parah. Pasien juga mengungkapkan telah menghindari larangan dari dokter.

12
Tandanya adalah pasien terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung
kenapa kondisinya seperti ini meski segala hal yang telah dilarang telah
dihindari.

2) Pola nutrisi dan metabolik


Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan
air naik atau turun.

3) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.

4) Aktifitas dan latihan


Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta pasien
tidak dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas dibantu.
5) Pola istirahat dan tidur
Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat kantung mata.
Tandanya adalah pasien terliat sering menguap.

6) Pola persepsi dan koknitif


Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah penurunan
kesadaran seperti ngomong nglantur dan tidak dapat berkomunikasi dengan
jelas.

7) Pola hubungan dengan orang lain


Gejalanya penurunan keharmonisan pasien, dan adanya
penurunan kepuasan dalam hubungan. Tandanya terjadi
penurunan libido, keletihan saat berhubungan, penurunan
kualitas hubungan.

8) Pola persepsi diri

13
Gejalanya konsep diri pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi edema,
citra diri jauh dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan peran, dan
percaya diri.

9) Pola mekanisme koping


Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan
dengan tepat, mudah terpancing emosi.

10) Pola kepercayaan


Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa bersalah
meninggalkan perintah agama. Tandanya pasien tidak dapat melakukan
kegiatan agama seperti
biasanya.

d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sistem tubuh secara keseluruhan dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultrasi. Klien dengan
CKD kemungkinan didapat data sebagai berikut :
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea,
nadi meningkat dan reguler.
3) Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebian
cairan.
4) Sistem neurosensori
Yang dikaji adalah fungsi saraf cranial, fungsi serebral, fungsi sensori serta
reflex. Pada klien gagal ginjal kronis terdapat keluhan sakit kepala. Penglihatan
kabur, kram otot/kejang, gangguan status mental, fasikulasi otot, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis.

14
5) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat nafas pendek, takipnea dispnea, kusmaull, batuk produktif
dengan sputum merah muda encer.
6) Sistem kardiovaskuler
Pada klien gagal ginjal terdapat kronik biasanya terjadi hipertensi, palpitasi,
nyeri dada, disritmia jantung, anemia.
7) Sistem gastrointestinal
Terdapat edema, malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati,
mual/muntah, diare/konstipasi.
8) Sistem perkemihan
Penurunan jumlah urine, oliguria, anuria, perubahan warna urine.
9) Sistem musculoskeletal
Terjadi kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
10) Sistem integumen
Kulit pucat, keabu-abuan dan kering bersisik serta pruritus,
kuku tipis dan mudah pecah, rambut kering dan mudah putus.
11) Sistem endokrin
Terdapat hiperparatiroidisme, infertilitas dan disfungsi seksual.
12) Pengkajian psikologis
Pada klien gagal ginjal kronis sering terdapat cemas dari
tingkat ringan sampai berat.
13) Pengkajian sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja, memperhatikan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
14) Pengkajian spiritual
Klien dapat melaksanakan kewajiban nya sebagai umat
beragama, bahkan mungkin lebih taat.

e. Data penunjang
1) Pemeriksaan urine
2) Pemeriksaan darah lengkap
3) USG
4) Pemeriksaan EKG

15
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
b. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
(Nanda, 2005)

3. Intervensi
a. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
NOC :
1) Respiratory status : Ventilation
2) Respiratory status : Airway patency
3) Vital sign Status
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC :
Fluid management
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : mengetahui intake dan output
2) Pasang urin kateter jika diperlukan
Rasional : mengetahui output cairan
3) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
Rasional : Mengetahui penurunan dan peningkatan
4) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
Rasional : mengetahui status hemodinamik
5) Monitor vital sign
Rasional : mengetahui tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
6) Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi
vena leher, asites)
Rasional : mengetahui indikasi retensi/ kelebihan cairan
7) Kaji lokasi dan luas edema
Rasional : mengetahui edema
8) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
Rasional : mengetahui masukan makanan/ cairan
9) Monitor status nutrisi

16
Rasional : mengetahui status nutris
10) Berikan diuretik sesuai interuksi
Rasional : memberikan diuretik
11) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
Rasianal : kolaborasikan dengan dokter jika memburuk
12) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
Rasional : mengetahui riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
13) Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
Rasional : mengetahui faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan
14) Monitor serum dan elektrolit urine
Rasional : mengetahui serum dan elektrolit urin
15) Monitor BP, HR, dan RR
Rasional : Mengetahui BP, HR, dan RR
16) Monitor tanda dan gejala dari odema
Rasional : mengetahui tanda dan gejala dari odema

b. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan
natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
NOC :
1) Electrolit and acid base balance
2) Fluid balance

Kriteria hasil :
1) Terbebas dari edema, efusi, anaskara
2) Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
3) Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
4) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan
vital sign dalam batas normal
5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
6) Menjelaskanindikator kelebihan cairan

NIC :
Fluid management
1) Timbang popok/pembalut jika diperlukaniran
Rasional : mengetahui output
2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : untuk mengetahui hasil
3) Pasang urin kateter jika diperlukan
Rasional : untuk mengetahui output
4) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin)
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan dan penurunan
5) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
Rasional : untuk mengetahui status hemodinamik

17
6) Monitor vital sign
Rasioanal : mengatahui vital sign
7) Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi
vena leher, asites)
Rasional : untuk mengetahui retensi/ kelebihan cairan
8) Monitor status nutrisi
Rasional : untuk mengetahui status nutrisi

Fluid Monitoring
1) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
Rasional : mengetahui intake cairan dan eliminasi
2) Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
Rasional : mengetahui adanya kelainan dari ketidakseimbangan
3) Monitor berat badan
Rasional : untuk mengetahui adanya kenaikan BB
4) Monitor serum dan elektrolit urine
Rasional : untuk mengetahui elektrolit urin
5) Monitor BP, HR, dan RR
Rasional : untuk mengetahui BP, HR, RR
6) Monitor tanda dan gejala dari odema
Rasional : untuk mengetahui adanya anda dan gejala odema

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


NOC :
Nutritional Status : food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :
Nutrition Management
1) Kaji adanya alergi makanan
Rasional : mengetahui adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Rasional : untuk mengetahui jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Rasional : menganjutkan pasien untuk intake Fe
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Rasional : untuk meningkatkan protein dan vitamin C

18
5) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Rasional : untuk mencegah konstipasi

Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
Rasional : untuk mengetahui BB pasien
2) Monitor adanya penurunan berat badan
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan berat badan
3) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Rasional : untuk mengetahui adanya kulit kering
4) Monitor turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui turgor kulit baik atau tidak
5) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Rasional : untuk menetahui keadaan rambut
6) Monitor mual dan muntah
Rasional : untuk mengetahui adanya mual dan muntah
7) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Rasional : mengetahui adanya kadar albumun, total protein, Hb, dan kadar Ht
8) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Rasional : untuk mengetahui konjungtiva
9) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
10) Rasional : untuk mengetahui adanya edema

4. Evaluasi
a. DX 1 : Pola nafas kembali efektif
b. DX 2 : Adanya keseimbangan cairan
c. DX 3 : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah. Edisi 8 vol 3. Jakarta:

EGC.

19
Carpenito. (2001). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan

dan Masalah Kolaboratif. Jakarta: EGC.


Kasuari. (2002). Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan

Pendekatan Patofisiology. Magelang : Poltekes Semarang PSIK Magelang.


Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius.
Nanda. (2005). Nursing Diagnoses Definition dan Classification. Philadelpia.
Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika.
Smeltzer, S.C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Udjianti, WJ. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai