PENDAHULUAN
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.1,2,3
bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh
(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi
dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari
invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit
dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir,
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.2
Salah satu jenis dermatitis adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah suatu
epidermodermitis yang disebabkan oleh bahan / zat yang berkontak dengan kulit. Secara
umum dermatitis kontak ada 2 macam, yaitu Dermatitis Kontak Alergi (DKA) dan Dermatitis
Kontak Iritan (DKI).4 Dermatitis kontak merupakan kelainan yang sering ditemui. Di
Amerika, angka kejadian dermatitis kontak sekitar 20% pada populasi umum. Pada populasi
1
geriatri, angka kejadian berkisar 11%, meliputi dermatitis kontak alergik (DKA) dan
Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan kulit yang non-imunologik yang disebabkan
kontak kulit dengan bahan yang bersifat iritan secara fisis dapat merusak kulit, antara lain
bahan-bahan alkali, asam dan lain-lain. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan kulit
tanpa didahului reaksi alergi yang membedakan dengan Dermatitis Kontak Alergi yang
Berdasarkan hal tersebut di atas dan sulitnya membedakan antara Dermatitis Kontak
Iritan terhadap Dermatitis Kontak Alergi, maka pada referat ini akan lebih dibahas lebih detail
2
BAB II
A. DEFINISI
Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai dengan
yang menempel pada kulit. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit
nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi.2,3
Selain itu dermatitis kontak iritan juga biasa disebut dermatitis kontak toksik. Dimana
adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak dengan kontaktan eksterna melalui proses
toksik yang sering disebabkan oleh iritan primer seperti asam dan basa kuat, serta pelarut
organik.6
B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur,
ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapat.
Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, terutama yang
berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja), namun angkanya secara tepat sulit
diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita dengan kelainan ringan yang
Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa
249.000 kasus penyakit okupasional non fatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin
15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk
semua penyakit okupasional. Juga berdasarkan survei tahunan dari institusi yang sama, bahwa
3
incident rate untuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90
- 95 % dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit
penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4%
karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi,
Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana
66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi
(Hudyono, 2002). Di Bandar Lampung sendiri, sekitar 63% kejadian dermatitis kontak
menurut survailence tahunan yang dilakukan oleh dinas kesehatan kota Badar Lampung pada
tahun 2012 dan menjadi peringkat pertama penyakit kulit yang paling sering dialami (Dinkes,
2012).9
Dermatitis kontak iritan dapat terjadi pada semua umur pada laki-laki maupun
perempuan. Pada orang dewasa, dermatitis kontak iritan sering terjadi pada telapak tangan
dan punggung tangan, karena dermatitis kontak iritan sering berkaitan pekerjaan. Muka dapat
C. ETIOLOGI
Dalam penelitian Racheva (Bulgaria, 2006), etiologi dermatitis kontak alergi yang
umum adalah deterjen, logam, karet aditif, parabens, antiseptik, formalin dan aroma,
sedangkan dengan dermatitis kontak iritan adalah sabun, deterjen lain dan partikel lateks.
Klarifikasi etiologi dan patogenesis terjadinya dermatitis kontak adalah sangat penting untuk
pendekatan terapi yang akurat, serta untuk profilaksis dibenarkan dan efisien untuk setiap
kasus konkret.10
4
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit multifaktor dimana faktor eksogen (iritan dan
1. Sifat kimia bahan iritan: pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah,
2. Sifat dari pajanan: jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan
serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya;
3. Faktor lingkungan: lokalisasi tubuh yang terpajan dan suhu, dan faktor mekanik
seperti tekanan, gesekan atau goresan. Kelembaban lingkungan yang rendah dan
suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit
1. Faktor Genetik
untuk mengeluarkan radikal bebas, untuk mengubah level enzim antioksidan, dan
2. Jenis Kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan
wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Dari hubungan antara jenis
5
kelamin dengan dengan kerentanan kulit, wanita lebih banyak terpajan oleh bahan
studi epidemiologi eksim tangan menunjukkan bahwa mereka lebih sering terkena.
Hal ini terutama berlaku dari kelompok usia yang lebih muda, di mana banyak
tidak muncul untuk menjadi lebih rentan terhadap iritasi kulit daripada pria, dan
dalam fase siklus pramenstruasi. Dalam kelompok individu besar, penggunaan tes
3. Umur
kimia dan bahan iritan lewat kulit. Beberapa studi yang menunjukkan bahwa tidak
Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit
yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak
Meskipun kulit sangat muda biasanya dianggap lebih rentan, ada sangat sedikit
bukti untuk mendukung ini, kecuali mungkin di neonatus atau bayi prematur.
Diperkirakan bahwa stratum korneum tidak fungsional saat dewasa sampai usia
pada usia lanjut. Terdapat penurunan respon inflamasi dan Trans-Epidermal Water
6
4. Suku
diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satu-
satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada
kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan
5. Lokasi Kulit
Ada perbedaan sisi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan,
sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan
terhadap dermatitis kontak iritan.7 Telapak tangan dan kaki jika dibandingkan
lebih resisten.7,11
6. Riwayat Atopi
D. PATOGENESIS
disebabkan kontak kulit dengan bahan yang bersifat iritan secara fisis dapat merusak kulit,
antara lain bahan-bahan alkali, asam dan lain-lain.4 Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak
membran lemak (lipid membrane) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel
7
dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti.2 Pada dermatitis kontak iritan terjadi
Mekanisme terjadinya dermatitis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tetapi sudah
jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit. Dalam beberapa menit atau beberapa
jam bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom,
mitochondria dan komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid, maka enzim
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG),
pletelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3) yang selanjutnya berfungsi membebaskan
prostaglandin dan leukotrin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan
Kerusakan membran sel juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan
sel Mast yang selanjutnya akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin sehingga
terjadi aktifasi platelets sehingga terjadi jendalan yang akan menutup kerusakan dan terhadap
vaskuler terjadi vasodilatasi. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
Colony Stimulating Factor). IL-1 akan mengaktivasi sel limfosit T helper sehigga akhirnya
terbentuk IL-2 dan reseptor bagi IL-2 pada permukaan sel T limfosit. Proses ini akhirnya akan
merangsang keratinosit untuk berproliferasi dan seperti kita ketahui keratinosit akan
memproduksi ICAM-1 (Intra Cellular Adhesion Molecule) dan HLA-DR (Human Leucocyte
Anti gent DR), PGs dan LTs bersifat sebagai kemoatraktan yaitu menarik sel-sel netrofil dan
limfosit dan juga mengaktifkan sel mast sehigga terbentuklah histamin, LTs, PGs, PAF yang
akan menimbulkan perubahan pada pembuluh darah. Timbulnya inflamasi ini kita kenal
sebagai dermatitis kontak iritan.4 Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan
8
TNFα, suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit,
terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan
lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan
kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan
kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel di bawahnya oleh iritan.2
E. GAMBARAN KLINIS
Kulit mampu bertahan terhadap serangan kimiawi hingga derajat yang cukup besar,
tetapi jika trauma ini berkepanjangan atau bahan kimia yang terlibat sangat “keras” maka
dapat timbul dermatitis iritan. Hal ini terjadi lebih cepat pada sebagian pasien, sering karena
kecenderungan endogen mengalami eksim. Dermatitis iritan jauh lebih mengganggu pada
mereka yang memiliki riwayat dermatitis atopik. Sering diperlukan cedera berulang-ulang
selama periode tertentu untuk menimbulkan reaksi, tetapi sekali proses dimulai, remisi dapat
berlangsung singkat diikuti oleh perburukan yang cepat. Dermatitis tangan akibat pekerjaan
sering membaik setelah pasien beberapa waktu tidak bekerja, tetapi kambuh ketika ia kembali
masuk kerja.13
adalah reaksi inflamasi kulit terhadap agen eksternal, meskipun mediator inflamasi dan
imunologi dapat diaktifkan, tidak ada reaksi antigen - spesifik yang terlibat. Iritasi
menghasilkan berbagai respon dari kulit yang tidak selalu eczematous. Ini bisa berkisar dari
sensasi murni subjektif, seperti menyengat, perih, terbakar, atau sensasi dari kekeringan dan
sesak. Dermatitis kontak iritan memiliki spektrum klinis, mulai dari kekeringan sedikit,
9
kemerahan atau pecah-pecah melalui berbagai jenis dermatitis eczematous ke luka bakar
kaustik akut. Iritasi juga dapat menembus kulit melalui struktur appendageal dan
Mekanisme yang terlibat dalam fase akut dan kronis dari dermatitis kontak iritan pada
Dermatitis kontak iritan kronis berasal dari eksposur berulang yang menyebabkan kerusakan
lambat untuk membran sel, mengganggu barrier kulit dan menyebabkan denaturasi protein
dan toksisitas seluler.8 Sehingga dermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan
kuat memberikan gejala akut, sedangkan iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itu juga
Berdasarkan penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis kontak iritan
Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut.
Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat dan asam
hidroklorid atau basa kuat, misalnya natrium dan kalium hidroksida.2 Dermatitis iritan
kuat terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan bahan-bahan iritan kuat tersebut.3
Biasanya terjadi karena kecelakaan, dan reaksi segera timbul. Intensitas reaksi
sebanding dengan konsentrasi dan lamanya kontak dengan iritan, terbatas pada kontak
kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema edema,
bula, mungkin juga nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegas, dan pada umumnya
asimetris.2
10
DKI akut akibat penggunaan pelarut industri.8
Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut, tetapi baru muncul 8
sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Bahan iritan yang dapat menyebabkan DKI
klorida, dan asam hidrofluorat. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu
serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata), penderita baru merasa
pedih esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sore harinya sudah menjadi
Jenis dermatitis kontak ini paling sering terjadi. Disebabkan oleh iritan lemah
(seperti air, sabun, sampo, detergen, dll) dengan pajanan yang berulang-ulang dengan
iritan lemah (faktor fisis, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas
atau dingin, juga bahan misalnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air).
DKI kumulatif mungkin terjadi karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu
11
bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi baru
mampu bila bergabung dengan faktor lain. Kelainan baru nyata setelah kontak
agen pemicu biasanya berhubungan dengan gangguan kronis fungsi barrier yang
kronis; misalnya, setelah pemaparan berulang dari deterjen alkali dan pelarut organik,
yang jika diterapkan hanya sekali untuk kulit normal, tidak menimbulkan reaksi.
atau kontak kronis yang berulang, kumulatif fisik trauma-gesekan, tekanan, lecet pada
Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun kulit akan
menjadi tebal (hyperkeratosis) dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung
akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fissura), misalnya pada kulit tukang cuci
yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Keluhan penderita umumnya
rasa gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur). Ada kalanya kelainan hanya berupa
kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah
12
DKI Kronis dengan eksaserbasi akut pada ibu rumah tangga.8
4. Reaksi Iritan
skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya terlokalisasi di dorsum dari
tangan dan jari. Reaksi iritan merupakan dermatitis iritan subklinis biasanya hal ini
terjadi pada orang yang terpajan dengan pekerjaan basah, misalnya penata rambut dan
pekerja logam dalam beberapa bulan pertama pelatihan. Umumnya reaksi iritasi dapat
sembuh sendiri, menimbulkan penebalan kulit (skin hardening) atau dapat menjadi
DKI kumulatif.2,7,8
Reaksi traumatik dapat terbentuk setelah trauma akut pada kulit seperti panas
sekitar 6 minggu atau lebih lama. Pada proses penyembuhan akan terjadi eritema,
13
6. Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous
fungsi sawar stratum korneum tanpa disertai kelainan klinis. Juga disebut reaksi
suberitematous, pada tingkat awal dari iritasi kulit, kerusakan kulit terjadi tanpa
Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat,
rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan, biasanya terjadi di daerah
wajah, kepala dan leher, asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling sering
Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau gesekan
yang berulang.2,7 DKI Gesekan berkembang dari respon pada gesekan yang lemah,
dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama, fisura, dan gatal pada daerah yang
terkena gesekan.2 DKI Gesekan dapat hanya mengenai telapak tangan dan seringkali
terlihat menyerupai psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik, tetapi tidak
gatal.7
14
DKI Gesekan.
Disebut juga reaksi pustular atau reaksi akneiform, biasanya dilihat setelah
pajanan okupasional, seperti oli, metal, halogen, serta setelah penggunaan beberapa
kosmetik, reaksi ini memiliki lesi pustular yang steril dan transien, dan dapat
berkembang beberapa hari setelah pajanan, tipe ini dapat dilihat pada pasien dermatitis
DKI Akneiform
15
10. Dermatitis Asteatotik
Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi tanpa
menggunakan pelembab pada kulit. Gatal yang hebat, kulit kering, dan skuama
DKI Asteatotik.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya
lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab terjadinya. Sebaliknya, DKI
kronis timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit
dibedakan dengan DKA, selain anamnesis, juga perlu dilakukan beberapa pemeriksaan
Diagnosis biasanya tidak jelas diperoleh dari riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisis
saja. Anamnesis dan pemeriksaan penunjang, yaitu uji temple (patch test), memberikan
16
relevan mudah pada sebagian pasien, faktanya diagnosis secara tepat membutuhkan rangkaian
pertanyaan yang panjang dan teliti untuk mendapatkan petunjuk yang diperlukan. Anamnesis
teliti dan terarah harus dilakukan untuk mengidentifikasi intensitas, frekuensi, dan lama
pajanan pada area yang terpajan. Suatu iritan pada saat yang bersamaan dapat pula bersifat
sebagai alergen. Hal menarik lainnya adalah adanya DKI dapat meningkatkan kejadian DKA.
Hal tersebut terjadi akibat adanya gangguan fungsi sawar kulit yang terjadi sebelumnya akan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Histopatologik
mendiagnosis DKA.7,8
Terdapat 2 cara yaitu terbuka dan tertutup, dengan prinsip menempelkan alergen
yang dicurigai sebagai penyebab pada kulit dalam waktu 24 sampai 48 jam, bila
Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk
berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik (negatif), maka
17
H. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis kontak alergi (DKA) dapat terjadi karena kulit terpajan atau
allergen lingkungan.13
18
Menurut penelitian, laju insidensi dermatitis kontak akibat kerja sebesar 65%
per seratus karyawan, dengan angka prevalensi sebesar 74% perseratus karyawan.
Sedangkan bila dilihat dari perjalanan penyakitnya, maka penderita dermatitis akut
26%, subakut 39%, dan kronik 9%. Faktor yang paling utama mempengaruhi
terjadinya dermatitis akibat kerja karena kontak dengan bahan kimia adalah
pemakaian APD berupa sarung tangan yang tidak sesuai untuk jenis bahan kimia yang
digunakan.15
adanya kontak dengan bahan kimia, lama kontak, dan frekuensi kontak. Faktor umur,
riwayat atopi, kebiasaan mencuci tangan, suhu dan kelembapan udara tidak
keparahan dermatitis dan lokasinya. Pada yang akut di mulai dengan bercak
eritematosa berbatas jelas, kemudian di ikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). DKA akut di
tempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih
dominan daripada vesikel. Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul,
likenifikasi dan mungkin juga fisura, batasnya tidak jelas. Kelainan kulit dibedakan
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis
yang teliti. Daerah yang dikenai sesuai dengan jenis bahan atau zat yang berkontak
dengan kulit. Keluhan yang utama adalah gatal. Daerah yang sering atau dapat di
19
kenai DKA adalah: tangan dan lengan bawah, kaki, muka, leher, pinggang, amme,
dan test inhibisi migrasi magrofag (magrophage migration inhibition test). Diagnosis
DK alergik akibat plester. Kelainan kulit berbatas tegas, bentuk sesuai dengan bentuk
penyebab, dengan efloresensi yang polimorfi terdiri atas eritema, papul, vesikel dan bula.14
2. Dermatitis Atopik
penyakit kulit yang kronis residif. Merupakan dermatitis tersering dijumpai pada anak.
Penyebab utama adalah kulit kering yang menyebabkan barier kulit rusak, selain itu
imunopatogenesis DA telah dapat dijelaskan, yaitu hasil interaksi faktor genetik (IgE)
20
Alergen makanan yang sering ditemukan adalah susu sapi, telur, ikan laut,
kacang tanah, tomat, jeruk, dan coklat. Bahan alergen hirup, misalnya debu rumah,
tungau debu rumah, serbuk sari bunga/tanaman (polen), dan bulu binatang. Kolonisasi
Staphylococcus aureus sekitar 74% ditemukan pada kulit pasien DA dan berkorelasi
berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin.
Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi
umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk
Tidak ada tes diagnostik khusus untuk AD. Diagnosis gangguan tersebut
klinis. Meskipun berbagai kriteria diagnostik untuk AD telah diusulkan dan disahkan,
penerapan banyak kriteria ini memakan waktu dan memerlukan pengujian invasif.
Tabel 1 memberikan kriteria yang disederhanakan yang diusulkan oleh Williams et al.
yang mudah digunakan, tidak memerlukan pengujian invasif, dan telah terbukti
kriteria ini, diagnosis AD membutuhkan kehadiran kondisi kulit gatal (atau orangtua
laporan / pengasuh dari menggaruk atau menggosok pada anak) ditambah tiga atau
21
Manifestasi klinis AD bervariasi dengan usia. Pada bayi, kulit kepala, wajah,
keterlibatan permukaan lentur ekstremitas (yaitu, lipat / tikungan di siku dan belakang
lutut), leher, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Pada masa remaja dan dewasa,
memandang usia, gatal yang terkait dengan AD umumnya berlanjut sepanjang hari
dan memburuk pada malam hari, yang menyebabkan tidur kerugian dan gangguan
topikal dan antagonis kalsineurin topikal digunakan untuk manajemen eksaserbasi dan
22
lebih baru-baru ini untuk terapi proaktif dalam kasus-kasus tertentu. Kortikosteroid
topikal tetap andalan terapi, topikal inhibitor kalsineurin tacrolimus dan pimecrolimus
tidak memiliki efek yang cukup pada eksim. Terapi adjuvan termasuk radiasi UV
Dermatitis Atopik pada Infantil. Plak eritematosa difus dan kering pada pipi.14
23
3. Dermatitis Numularis
berbentuk papul dan vesikel dengan dasar eritematosa, berbentuk mata uang (coin),
berbatas tegas, umumnya mengenai tungkai bawah. Jumlah lesi dapat satu atau lebih.
Tempat predileksi lain adalah badan, punggung tangan dan lengan bawah. Penyakit ini
cenderung kambuh, bahkan ada yang timbul terus menerus. Puncak awitan pada usia
55-65 tahun dan 15-25 tahun. Sering mengenai pasien dengan stigmata atopi, dan
berupa vesikel dan papulovesikel (0.3-1.0 cm), kemudian membesar dengan cara
berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang
logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah
dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama
berupa likenifikasi dan skuama. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada
tempat semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma
(Fenomena Kobner).2
24
Bercak seperti uang logam (coin lesion) berwarna merah dan basah,
I. PENATALAKSANAAN
1. Bila lesi akut (kulit bengkak dan basah) dilakukan kompres dingin 3 kali sehari
pajanan bahan iritan baik bersifat mekanis, fisik, dan kimiawi dan memakai alat
3. Kortikosteroid topikal
kontrofersional karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama
25
4. Kortikosteroid sistemik
Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian
Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah
mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan.11
J. PROGNOSIS
Prognosis untuk dermatitis iritan yang akut adalah baik jika iritan penyebab dapat
diidentifikasi dan dieliminasi. Prognosis untuk dermatitis iritan kumulatif atau dermatitis
iritan yang kronis ditangani seksama dan mungkin lebih buruk daripada dermatitis alergi.
Dengan latar belakang atopi, kurangnya pengetahuan tentang penyakit, diagnosis, dan
terapi yang terlambat merupakan faktor yang menyebabkan prognosis buruk. Dermatitis
26
BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada
kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen
berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang
peranan penting pada penyakit ini. DKI dalam patogenesisnya tidak melibatkan sistem
Berdasarkan penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis kontak iritan
dibagi menjadi sepuluh macam, yaitu: Dermatitis Kontak Iritan Akut, Dermatitis Kontak
Iritan Lambat (Delayed ICD), Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif), Reaksi
Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD), Dermatitis Kontak Iritan Gesekan
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat, DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya
lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab terjadinya. DKI kronis
timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan
dengan DKA.
Hal penting dalam pengobatan dermatitis kontak iritan adalh menghindari pajanan
bahan iritan baik bersifat mekanis, fisik, dan kimiawi dan memakai alat pelindung diri bagi
mereka yang bekerja dengan bahan iritan. Prognosis untuk dermatitis iritan yang akut adalah
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Perdanakusuma, DS. Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka. Surabaya. Sept
2007: 1-4.
2. Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
3. Roesyanto-Mahadi ID. Ekzema Dan Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit, Harahap M. Eds
5. Sulistyaningrum SK, Widaty S, Triestianawati W, Daili ES. Dermatitis Kontak Iritan Dan
6. Siregar, R.S. Penyakit Kulit Alergi. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2.
General Medicine 7th ed. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David
8. Wolff K and Richard AJ. Eczema/Dermatitis. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of
Clinical Dermatology 6th ed. New York: McGraw – Hill. 2009: 20-4, 26.
9. Prasetyo DA. Faktor - Faktor Yang Berhubunngan Dengan Dermatitis Kontak Iritan
Pada Tangan Pekerja Konstruksi Yang Terpapar Semen Di PT. Wijaya Kusuma
28
10. Racheva S. Etiology Of Common Contact Dermatitis. Journal Of IMAB. Bulgaria. 2006;
12(1): 22-4.
11. Wilkinson SM, Beck MH. Contact Dermatitis: Irritant. Rook’s Textbook Of
Dermatology 8th Edition. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Editors. USA. 2010:
25, 25.6-8.
Kejadian Dermatitis Kontak Pekerja Industri Tekstil “X” Di Jepara. Jepara. 2010; 6(2):
94-6.
13. Graham-Brown R, Bourke J, Cunliffe T. Eksim. Dermatologi Dasar Untuk Praktik Klinik.
14. Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. PT Medical
15. Nuraga W, Lestari F, Kurniawidjaja LM. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di Perusahaan
Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Cibitung. Des 2008; 12(2): 69.
16. Watson W, Kapur S. Atopic Dermatitis. Allergy, Asthma & Clinical Immunology.
17. Darsow U, Wollenberg A, Simon D, Taieb A, Werfel T, etc. Difficult To Control Atopic
29