Muhammad Asyifaurrohman Nim. A01401998
Muhammad Asyifaurrohman Nim. A01401998
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
MUHAMMAD ASYIFAURROHMAN
NIM : A01401998
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
SEREBRAL:POSISI HEAD UP 30 0 DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
MUHAMMAD ASYIFAURROHMAN
NIM : A01401998
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ..... vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan................................................................... 5
1. Pengkajian ............................................................................... 5
2. Diagnosa Dan Perencanaan .................................................. ..7
3. Pelaksanaan ....................................................................... ..... 9
4. Evaluasi ............................................................................ .... 10
B. Memberikan posisi elevasi 30o..................................................... .
1. Pengertian............................................................................. .10
2. Batasan Karakteristik ............................................................ 10
3. Patofisiologi Fokus................................................................ 11
4. Faktor Yang Berhubungan ................................................... 11
5. Manifestasi Klinis ................................................................. 11
6. Etiologi .................................................................................. 12
7. Patofisiologi Stroke Hemoragik ............................................ 13
8. Pathway ................................................................................. 14
9. Tindakan Posisi Elevasi 30o .................................................. 15
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Jenis Studi Kasus ...................................................................... 14
B. Subyek Studi Kasus .................................................................. 14
C. Fokus Studi Kasus..................................................................... 14
D. Definisi Operasional.................................................................. 15
E. Instrumen Studi Kasus .............................................................. 15
F. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 15
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ................................................. 16
H. Analisis Data dan Penyajian Data ............................................. 16
I. Etika Studi Kasus ...................................................................... 17
vi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan dan Hasil Studi Kasus .................................21
1. Hasil Studi Kasus .....................................................................21
2. Pembahasan …………………………………………………30
3. Keterbatasan Studi Kasus…………………………………....38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................39
B. Saran ..............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
KATA PENGANTAR
ix
9. Hawaku yang telah di tuliskan di lauful mahfus doa dan harapan semoga kelak
bertemu dalam ikatan janji suci.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
karya tulis ini, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti
bagi penulis untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini
dapat membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan.
Terimakasih.
Penulis
Muhammad Asyifaurrohman
x
xi
Program Studi D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROK HEMORAGIK
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN SEREBRAL:POSISI HEAD UP 30 0 DI RUANG ICU
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
xi
Nursing Diploma Program
Muhammadiyah Health Sciences Institute of Gombong
KTI, July 2017
ABSTRACT
HEMORAGIC STROKE NURSING CARE IN PATIENTS WITH
INEFFECTIVE PERFUSION OF THE CEREBRAL TISSUE: HEAD UP 300
POSITION
IN PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
xii
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit degenerative di antaranya seperti jantung, kangker dan stroke
telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia hingga saat ini. Menurut
laporan World Health Organization (WHO) (2011), kematian akibat penyakit
degenerative salah satunya stoke akan diperkirakan terus meningkat
diseluruh dunia. Peningkatan terbesar akan terjadi dinegara – negara
berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 di
perkirakan akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa
dari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih dari dua per tiga (70%) dari populasi
(Buletin Kesehatan, 2011).
Beberapa penyakit yang banyak terjadi di kalangan masyarakat adalah
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker. Penyakit degeneratif
seperti stroke juga sudah mulai ditemui tidak hanya pada lansia,dan penyakit
ini tidak memandang usia namun juga bisa menyerang pada siapapun,
kalangan muda di karenakan gaya hidup yang kurang sehat (Indrawati, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization), stroke merupakan penyakit
yang mematiakan dan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan
kanker (Waluyo 2009).
Di Indonesia sendiri di perkirakan setiap tahun terjadi 500 penduduk
terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan
lainnya mengalami kecacatan baik ringan ataupun berat,stroke menjadi
peringkat ke tiga sebagai penyakit mematikan setelah peryakit jantung dan
kanker. Menururt Profil kesehatan jawa tengah pada (2015) jumlah kasus
stroke di Jawa Tengah yaitu terdiri dari stroke hemoragik sebanyak 4.558 dan
stroke non hemoragik sebanyak 12.795. Jumlah kasus stroke hemoragik tahun
2015 tertinggi terdapat di Kota Kebumen sebesar 588 kasus, urutan kedua
yaitu di kabupaten Demaksebesar 556 kasus, urutan ketiga yaitu kota
Surakarta sebesar 365 kasus. Keempat yaitu boyolali sebesar 320 kasus.
1
2
Sedangkan untuk kota sragen sebesar 287 kasus dan menepati urutan ke lima.
Data diatas menunjukan bahwa penyakit stroke merupakan salah satu
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan (Batticaca, 2008).
Stroke adalah peryakit multifaKtorial dengan berbagai penyebab disertai
manifestasi klinis mayor dan penyebab utama kecacatan dan kematian
khususnya dinegara-negara berkembang (Saidi,2010). Stroke atau dikenal
dengan penyakit serebrovaskuler, merupakan penyakit neurologik yang
terjadi karena gangguan suplai darah menuju ke otak (Black and Hawk,
2009). Ada dua tipe stroke yaitu stroke hemorrhagic dan stroke iskemik.
Stroke iskemik banyak disebabkan karena trombotik atau sumbatan emboli,
sedangkan stroke hemorrhagik disebabkan oleh perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah di suatu bagian otak.
Pada pasien stroke biasanya didapatkan peningkatan intrakranial dengan
tanda klinis berupa nyeri yang tidak hilang dan semakin meningkat,
peningkatan intra kranial salah satunnya seperti peningkatan pada tekanan
darah sistol, tekanan darah diastole, peningkatan rate respiration dan nadi.
merupakan kasus gawat darurat dimana cedera otak irrevesibel atau kematian
dapat dihindari dengan intervensi tepatpada waktunya (Hisam,2013).
Penanganan pada pasien stroke yang mengalami peningkatak intra kranial
atau mencegah terjadinya peningkatan intra kranial salah satunya melakukan
pengontrolan peningkatan TIK yaitu dengan memberikan posisi kepala posisi
kepala merupakan tindakan keperawatan tradisional,pemberian posisi flat (0o)
dan posisi kepala elevasi (30o). Tindakan ini adalah tindakan mengatur posisi
pasien diatas tempat tidur demi kenyamanan pasien ataupun untuk
memeperlancar suatu tindakan terhadap pasien (Sunardi,2011).
Berdasarkan kasus di atas maka penulis tertarik mengangkat kasus stroke
di karenakan penderita stroke mengalami peningkatan yang tinggi hal ini
dibuktikan dari data di atas yang mana setiap tahunnya pasien yang menderita
stroke selalu meningkat.selain itu dalam menangani klien dengan stroke di
perlukan juga peran perawat untuk menanggulangi penyakit stroke dengan
cara memberikan dukungan dan asuhan keperawatan kepada klien
3
Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical-Surgical Nursing : Clinical Management for
Positive Outcomes. Singapore: Saunders Elsevier.
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Felix Mahfoud & Jurgen Beck & Andreas Raabe.(2009). Intrakranial Pressure Pulse
Amplitude During Changes In Head Elevation : A New Parameter For
Determining Optimum Cerebral Perfusion Pressure ?. Switzerland :Acta
Neurochir (2010).
Rendi & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Dalam,
Catatan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saidi, S., Mahjoub T., and Almawi, W.Y.,(2010). Aldosterone Syntase Gene
(CYP11B2)Promoter Polymorphism as a Risk Factfor Ischemic Strokein
Tunisian Arabs. Journal of Renin-Angiotensin-Aldosterone System11: 180.
Swanson, E., dkk. (2013). Nursing Outcomes Clasification (NIC) (6th ed), Nurjannah,
I., dan Roxsana, D.T. (2016) (alih bahasa), Moco Media.
Wagner, C.M., dkk. (2013). Nursing Intervension Clasification (NIC) (6th ed),
Nurjannah, I., dan Roxsana, D.T. (2016) (alih bahasa), Moco Media.
Waluyo, S. (2009). 100 Questions & Answers Stroke. Jakarta: Media Komputindo.
Wikinson, J, M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ( NANDA 2012).
Jakarta : ECG
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Muhammad Asyifaurrohman dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pasien Stroke Dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral:Di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Gombong”.
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa
sanksi apapun.
13 juli 2017
Yang memberikan persetujuan
Saksi
............................. .............................
13 juli 2017
Peneliti
Muhammad Asyifaurrohman
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
Peneliti
Muhammad
Asyifaurrohman
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
SEREBRAL:POSISI HEAD UP 30 0 DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.P
Umur : 80Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
BB : 55kg
No. Rekam Medik : 333154
Tanggal Pengkajian : 13 juli 2017
Diagnosa Medik : SH (stroke hemoragik)
2. Riwayat penyakit
Keluhan Utama
Klien mengalami penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang :
Klien datang ke ruang ICU pada tanggal 13 juli 2017 pukul 10.00
WIB dari IGD,dengan penurunan kesadaran sejak jam 04.00 pagi sebelum
tidak sadar klien sempat kejang dua kali,lalu klien di bawa ke RS PKU
Muhammadiyah Gombong GCS,E2,M4,V2 Somnolen,KU lemah, TD 180/
102 mmHg, HR 50x/ menit,RR 30 x/ menit suhu 36,8 0C,SPo2 90%,MAP
185 mmHg,akral hangat,terdengar suara nafas stridor,ronkhi terlihat
retraksi dinding dada .terpasang OPA, terpasang NGT,dari hasil CT SCAN
terdapat perdarahan pada lobus temporalis dextra dan udema cerebri, RO
Thorax terdapat cardiomegaly, klien gelisah,klien di restraint,di berikan
posisi head up 30 0 terpasang O2 NRM 10L, Infus NS 20 tpm, di berikan
catapres 300 mg dalam 50 cc Nacl jalan 2 cc/ jam ( syrim pump).
Riwayat penyakit dahulu :
-Riwayat saat di IGD:
Klien datang ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 13
juli 2017 ,pukul 08.00 Wib, dinatar oleh keluargannya dengan keluhan
tidak sadarakan diri sejak jam 04.00 Wib, dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil , kesadaran somnolen , KU lemah, GCS E:2V:2M:4 ,
PUPIL 3mm/3mm, TD : 148/87mmHg, N : 90x/menit, S: 36,8, RR:
32x/menit, SPO2 :97%, akral hangat, terlihat retaksi dinding
dada,terdengar suara nafas stridor dan ronkhi, GDS: 125mg/dl, CT-
Scan terdapat pendarahan dilobus temporalis dextra dan edema cerebri,
RO thorax terdapat cardiomegaly, diberikan terapi O2 NRM 10 liter ,
infus NS 20tpm, terpasang NGT, inj.citicolin 500 mg, inj.ranitidine 50
mg, midazolam 2,5mg.
- Riwayat pengobatan:
Keluarga klien mengatakan klien tidak memepunyai riwayat alergi
obat dan klien jarang berobat hanya mengkonsumsi buah pace untuk
mengontrol hipertensinya.
- Riwayat penyakit sebelumnya:
Keluarga klien mengatakan klien terserang stroke kedua kalinya, yang
pertama 2 bulan yang lalu, lalu klien dipijat ke tu kang pijit dan dikasih
jamu dan sembuh dapat berjalan dan tidak ada kelemahan pada
anggota gerak tetapi klien mengalami susah bicara, pikun, dan BAB,
BAK tidak terkontrol dan keluarga klien mengatakan klien baru
pertama kalinya di rawat di RS.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan mempunyai riwayat peryakit hipertensi tidak
mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan peryakit menular seperti
HIV, TBC, Hepatitis dll.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
Klien tampak sesak nafas, RR :30x/menit, menggunakan NRM
10L,terlihat retraksi dinding dada terdengar suara nafas stridor dan
ronkhi.
b. B2 (Blood)
TD : 180/102 mmHg, N :50 x/menit, S: 36,8, RR: 30x/menit, SPO2
:90%, akral hangat, tidak terdapat sianosis, Map :185 mmHg.
c. B3 (Brain)
kesadaran somnolen , KU lemah, GCS E:2V:2M:4 , PUPIL
3mm/3mm.
d. B4 (Bowel)
Klien terpasang NGT, cairan yang keluar berwarna hijau
kehitaman,dilakukan bilas lambung , belum mendapatkan diit apapun,
bising usus 22x/menit.
e. B5 (Bladder)
Diuresis yang keluar dari jam 10.00 Wib-12.00Wib sebanyak 400cc
f. B6 (Bone)
Terpasang infus NS 20tpm, tidak terdapat edema pada ekstremitas,
Tonus otot tidak ada masalah tidak terdapat gangguan hemiparesis
pada ekstremitas.
4. Pola fungsional
1. pola oksigenasi
Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat bantu
pernafasan
Saat dikaji : klien sesak nafas, RR: 30x/menit menggunakan
NRM 10 liter.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sehari makan bisa
makan 5x menggunakan lauk pauk dan
sayur,minum air putih 8-11 gelas per hari,minum
teh pada waktu pagi hari.
Saat dikaji : klien terpasang NGT belum mendapatkan diit
apapun dari RS.
3. Pola kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit :Klien dapat beristirahat dengan nyenyak, tidur +/_
5-6 jam
Saat dikaji :Klien berbaring lemas diatas tempat tidur
(kesadaran sopnolen),Dan di restraint.
4. Pola eliminasi
Sebelum sakit :Keluarga klien mengatakan klien BAB dan BAK
Sudah tidak terkontrol lagi setelah terkena stroke
yang pertama,BAB dan BAK Di sembarangan
tempat.
Saat dikaji :Klien belum BAB selama di RS terpasang DC
kateter Urin buang 3 jam 400cc
5. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain.
Saat dikaji : Klien hanya berbaring ditempat tidur dan segala
keperluan dibantu oleh perawat.
6. Pola berpakaian
Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Saat dikaji : Klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat.
7. Pola menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit :Klien jika merasa dingin menggunakan selimut/
pakaian tebal serta minum air hangat, jika panas
memakai pakaian tipis dan menggunakan kipas
angin
Saat dikaji :Klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan
menggunakan selimut.
8. Pola personal hygiene
Sebelum sakit : Klien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiri
Saat dikaji : Klien hanya diseka 2x/hari pada pagi dan sore hari.
9. Pola Aman dan nyaman
Sebelum sakit : Klien merasa aman dan nyaman berada di diantara
keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya
sekitar
Saat dikaji : Klien tampak gelisah dan di restraint pada kedua
kaki dan tangannya.
10. Pola komunikasi
Sebelum sakit :Keluarga Klien mengatakan klien sulit berbicara
setelah terkena stroke yang pertama 2 bulan yang
lalu jadi sulit berkomunikasi.
Saat dikaji : Klien tidak dapat berbicara mulut tampak tidak
simetris (menceng) belum sadar,kesadaran
somnolen.
11. Pola rekreasi
Sebelum sakit :Keluarga klien mengatakan klien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk
berekreasi,dan berjalan jalan ketika pagi hari di
sekitar rumah.
Saat dikaji : Klien hanya terbaring lemas ditempat tidur ,dan di
temani oleh keluarganya ketika jam besuk.
12. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan hanya bekerja sebgai
petani sebelum terkena stroke.
Saat dikaji :-
5. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Lemah
kesadaran : Somnolen
TD : 180/102mmHg
N :50x/menit
RR : 30x/menit
S : 36,80C
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : mesoschopal, rambut beruban, tampak sedikit kotor
2) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
3) Mata : simetris, konjungtiva ananemis, sclera aniterik,pupil
3mm/3mm.
4) Telinga : simetris, terdapat serumen sedikit
5) Mulut : mukosa bibir kering,mulut tampak tidak simetris
(menceng) , tidak ada stomatitis, gigi tampak kotor, gigi tampak mulai
ompong.
6) Dada
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Ekspansi dinding dada seimbang
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronhki
Jantung
Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis pada region 2 sd 5
sinistra.
Palpasi :teraba ictus cordis.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 murni tidak terdapat suara jantung
tambahan atau abnormal.
Abdomen
Inspeksi : supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas operasi
Auskultasi : bising usus 22x/menit
palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan limpha
perkusi : timpani
7) Genetalia dan Rektum: terpasang DC.
8) Ekstermitas :
o Atas : terpasang infus NS di tangan kiri,dengan pemberian obat
catapres melalui syring pump .
o Bawah : tidak ada edema
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
13 juli 1. Lekosit 12,66 3,8-10,6 /ul
2017 2. GDS 141 70-105 Mg/dl
3. Eosinofil 0,4 2,0-4,0 %
4. Neotrofil 86,6 50-70 %
5. Limfosit 6,9 25-40 %
b. Pemeriksaan ST Scan
Dari hasil CT-Scan pada tanggal 13 juli 2017 terdapat pendarahan di
lobus temporalis dextra dengan edema cerebri.
c. Pemeriksaan Thoraks
Dari hasil RO Thorax pada tangal 13 juli 2017 pulmo masih tampak
normal , cardiomegaly.
d. Pemeriksaan Lain-lain
- Pemeriksaan EKG : tanggal 13 juli 2017 : sinus tachy cardi.
7. Terapi
Tanggal NO Nama therapy Dosis
Keterangan:
1: berat,2: cukup berat, 3:sedang,
4:ringan, 5: tidak ada keluhan.
=IR,Intervensi respon.
= ER,Evaluasi respon.
3. Risiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fall Prevention
selam 3x24 jam diharapakan masalah
1. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik
keperawatan gangguan komunikasi
yang dapat meningkatkan potensi jatuh.
verbal teratasi dengan kriteria hasil :
2. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
NO Indikator 1 2 3 4 5
mempengaruhi risiko jatuh.
1 Menempatkan
3. Gunakan rel sisi tempat tidur (penghalang
penghalang
tempat tidur) untuk mencegah jatuh dari
untuk mencegah
tempat tidur.
jatuh
4. Lakukan restraint untuk mencegah jatuh
2 Meminta
(jika pasien gelisah mengalami penurunan
bantuan
kesadaran).
3 Kontrol
5. Membantu semua kebutuhan ADLs klien.
ketidakmampuan
6. Berikan penanda untuk memberikan
beristirahat.
peringatan pada staf bahwa pasien
4 Menggunakan
berisiko jatuh.
alat bantu
dengan benar
5 Memberikan
pencahayaan
yang memadai.
6 Memperhatikan
peringatan
ketika
mengambil
pengobatan yang
meningkatkan
risiko jatuh
Keterangan:
1: berat,2: cukup berat, 3:sedang,
4:ringan, 5: tidak ada keluhan.
=IR,Intervensi respon.
= ER,Evaluasi respon.
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ Jam/Dx Implementasi Respon TTD
13 juli 2017/ (2) - Memposisikan klien head up 300. - Klien tampak tidak sadar (sopnolen).
Jam 10.00-11.00 - Memberikan O2 NRM - O2 Masuk NRM 1OL.
wib - Memberikan obat catapres - catapres 300 mg dalam 50 nacl jalan 2cc/
jam (syrim pums).
14 juli 2017/(3) - Memasang tanda risiko jatuh pada gelang - Terpasang tanda (fall risk) berwarna kuning
Jam 10.00-11.00 klien pada gelang identitas klien.
wib - Melakukan fiksasi atau restrent pada kedua - Terpasang fiksasi pada kedua tangan dan
tangan dan kaki. kaki.
14 juli 2014/(2) - Memonitor KU dan kesadaran klien. - Keadaan umum lemah,kesadaran sonolen
Jam 11.00 -13.30 - Memberikan manitol. GCS E2,M4,V3.
wib - Memberikan injeksi kalnex. - Manitol masuk 125 cc IV line.
- Memberikan injeksi piracetam - Kalnex masuk 500 mg melalui IV line
- Memonitor vital sign klien - Piracetam masuk 1 gr melalui IV line.
- TD : 149/87 mmHg
HR :102 x/menit.
RR : 28x/ menit
S : 38,70C.
15 juli 2017/(3) - Memenuhi semua kebuthan ADLs klien - Perawat membantu semua kebutuhan klien.
Jam 10.00- 11.00 - Memberikan edukasi kepada keluarga - Keluarga tampak mengerti yang di jelaskan
wib. tentang di lakukannya restraint. perawat.
15 juli 2017/(2) - Memonitor KU dan kesadaran klien. - Keadaan umum lemah,kesadaran sonolen
Jam 11.00-13.50 - Memberikan manitol. GCS E4,M4,V3.
wib. - Memberikan injeksi kalnex. - Manitol masuk 125 cc IV line.
- Memberikan injeksi piracetam - Kalnex masuk 500 mg melalui IV line
- Memberikan injeksi sanmol 100 ml. - Piracetam masuk 1 gr melalui IV line.
- Monitor vital sign. - Sanmol masuk 100 ml melalui IV line.
- TD : 139/98 mmHg
HR :99 x/menit.
RR : 25x/ menit
S : 380C.
VI. EVALUASI
1 S: -
O: Klien tampak lemah,somnolen,terdengar suara nafas stridor dan ronchi,RR30x/ menit,suction
+,secret hijau kekuningan kental,O2 NRM 10L,SPO2: 85 %.
A: Masalah ketidakefektifa bersihan jalan nafas teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
- Magement airway
- Suction
- Monitor SPO2 klien.
3 S: -
O: Klien lemah,somnolen,GCS E2,V2,M4,tampak gelisah,klien di restraint tangan dan
kaki,terpasang penghalang pada sisi bed.
A: Masalah risiko jatuh teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
- Monitor KU klien,
- Memasang penghalang pada bed.
14 juli 2017 2 S: -
O: KU lemah,kesadaran somnolen GCS E2,M4,V2, gelisah,febris,diit sonde masuk 200cc,terapi
masuk ,hemodinamik stabil, TD 159/113 mmHg,HR 124x/Menit, RR 25 x/menit.Suhu 38,5 0
C,O2 NRM 10L,SPO2 95%,MAP 203,sanmol infus masuk 100 ml,diuresis 750cc
A: Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor hemodinamik.
- Observasi tingkat kesadaran.
- Management nutrisi.
1 S: -
O: Klien tampak lemah,somnolen,terdengar suara nafas stridor dan ronchi,RR26x/ menit,suction
+,secret hijau kekuningan kental,O2 NRM 10L,SPO2: 90 %,Klien tampak gelisah.
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
- Management airway.
- Suction
- Monitor vital sign.
3 S: -
O: Klien lemah,somnolen,GCS E2,V2,M4,tampak gelisah,klien di restraint tangan dan
kaki,terpasang penghalang pada kedua sisi bed.
A: Masalah risiko jatuh teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
- Monitor KU klien,
- Memasang penghalang pada bed.
NO TINDAKAN
1 Orientasi
a. Mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur tindakan.
e.Menanyakan kesiapan pasien.
2 Fase kerja
a.Membaca basmalah
b.Mencuci tangan
c. Observasi keadaan pasien
d. Pasang pengaman pada tempat tidur klien.
e. Memeriksa vital sign awal klien terlebih dahulu
f.Memberikan posisi kepala elevasi ( 30ᵒ) dengan cara di naikan
bednya pada pagian kepala atau bisa menggunakan satu bantal di
bawah kepala pasien.
g.Memeriksa vital sign klien.
h.Menanyakan respon klien.
i.Merapihkan klien.
j.Membaca hamdalah.
k.Mencuci tangan.
3. Fase terminasi
a.Mengevaluasi tindakan.
b.Menjelaskan rencana tindak lanjut
c.Berpamitan kepada klien
d.Mengucapkan salam.
Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke...
*Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Abstrak
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu
di seluruh dunia, sebanyak 80-85% stroke non hemoragik. Dari situs WHO stroke memasuki
sepuluh top penyakit penyebab kematian di dunia, dimana stroke menempati urutan ketujuh.
Tujuan penelitian ini unutk mengetahui hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian
stroke di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Penelitian dengan rancangan case control. Populasi semua pasien stroke dengan
jumlah sampel 20 sampel untuk kelompok kasus dan kontrol. Analisa data menggunakan
Odd Ratio dan Mantel dan Haenszel.
Hasil Penelitian dengan uji dengan odd ratio Cochran & Mantel Haenszel didapatkan
hasil X2 hitung (4.977) > X2 Tabel (3,841) atau p (0,026) > α (0,050) dan CI (1.120; 3.571).
Orang dengan Riwayat hipertensi lebih berisiko mengalami stroke 2.000 lebih besar
dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi faktor utama yang
menyebabkan stroke ditunjukkan hasil uji signifikansi chi square Cochran Mantel dan
Haenszel didapatkan hasil X2 Mantel dan Haenszel sebesar 4.977 dengan p = 0.026.
B
eban global penyakit bergeser dunia, sebanyak 80-85% stroke non hem-
dari penyakit menular ke penya- oragik (Muhammad Hayyi, 2010). Dari
kit tidak menular, dengan kondi- situs WHO stroke memasuki sepuluh top
si kronis seperti penyakit jantung dan penyakit penyebab kematian di dunia, di-
stroke sekarang menjadi penyebab utama mana stroke menempati urutan ketujuh
kematian global. "Kami pasti melihat ke- (WHO, update Juni 2011). Kemungkinan
cenderungan lebih sedikit orang meninggal meninggal akibat stroke ini adalah 30%
karena penyakit menular di seluruh sampai 35%, dan kemungkinan kecacatan
dunia,"kata Dr. Dasi Boerma, Direktur De- mayor pada yang selamat adalah 35%
partemen WHO Statistik Kesehatan dan sampai 40%.(Sylvia & Lorraine, 2005).
Informatika." (World health Organisation, Penyebab stroke mencakup emboli
2008). Dimana Stroke merupakan (terbentuknya bekuan darah yang me-
penyebab kematian nomor tiga dan nyumbat arteri) atau thrombosis
234
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
(terbentuknya bekuan darah pada arteri- kelompok control untuk mengetahui pro-
arteriotak yang sebelumnya sudah men- porsi kejadian berdasarkan riwayat ada
galami penyempitan oleh deposit lemak). tidaknya paparan. Rancangan penelitian ini
Pecahnya arteri sering kali diakibatkan dikenal dengan sifat retrospektif yaitu
hipertensi (MIMS Indonesia, 2010). Di- rancangan bangun dengan melihat ke
mana faktor resiko utama stroke adalah belakang dari suatu kejadian yang berhub-
hipertensi kronik yang lebih dikenal oleh ungan dengan kejadian kesakitan yang
orang awam dengan tekanan darah tinggi diteliti. Yang menjadi populasi pada
dan sebagian besar kasus hipertensi dapat penelitian ini adalah semua pasien stroke
diobati, sehingga penurunan tekanan darah yang dirawat inap di RSUP Dr. Wahidin
ke tingkat normal akan mencegah stroke Sudirohusodo dalam rentang waktu Maret,
(Sylvia & Lorraine, 2005). April dan Mei dengan jumlah 105 pasien.
Sementara data dari RSUP Dr. Wahi- Sedangkan sampel pada populasi ini ada-
din Sudirohusodo pada poliklinik neurolo- lah keselurahan objek yang diteliti atau
gis menyimpulkan bahwa stroke berada dianggap mewakili seluruh populasi
pada urutan kedua sebagai pasien terban- dengan criteria inklusi dimana sampel ber-
yak di poliklinik neurologis pada tahun jumlah 40 yang terdiri atas 20 sampel un-
2011 dengan jumlah 1.112 orang dan rata- tuk kelompok kasus dan 20 sampel untuk
rata tiap bulan adalah 93 orang (Poliklinik kelompok kontrol. Pengambilan sampel
Neurologis RSUP Dr. Wahidin Sudiro- dilakukan secara Nonprobability yaitu pur-
husodo, 2011). Melihat polemik dan pem- posive sampling.
bahasan di atas peneliti tertarik untuk Dalam penelitian ini peneliti
mengkaji. " apakah ada hubungan antara mengumpulkan data menggunakan alat
riwayat hipertensi dengan kejadian stroke", ukur pengumpulan data yaitu kuesioner.
yang nanti diharapkan bisa memberi Dan menggunakan angket tertutup atau
kontribusi dalam pelaksanaan asuhan berstruktur dimana angket tersebut dibuat
keperawatan. sedemikian rupa sehingga pasien/
responden hanya tinggal memilih atau
METODE PENELITIAN menjawab pada jawaban yang sudah ada.
Metode penelitian yang akan dil- Peneliti menggunakan Skala Guttman
aksanakan adalah penelitian kuantitatif, merupakan skala pengukuran dengan ja-
dengan rancangan penelitian case control wabanya atau tidak dan setuju atau tidak
yaitu rancangan penelitian yang mem- setuju (Aziz Alimul hidayat, 2009:86).
bandingkan antara kelompok kasus dengan
235
Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke...
236
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
237
Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke...
kan peluang kejadian terjadi stroke pada Responden atau pasien yang mem-
respoden yang memiliki riwayat hipertensi iliki riwayat hipertensi lebih beresiko men-
sebanyak 2.000 kali lebih besar daripada galami stroke 2.000 kali lebih besar
respoden tanpa riwayat hipertensi. Uji sig- dibandingkan dengan responden atau
nifikansi Mantel dan Haenszel X2 hitung pasien tanpa ada riwayat hipertensi. Se-
(4,977) > X2 Tabel (3,841) atau p (0,026) < hingga orang yang memiliki riwayat
(0,050) dan CI (1.120; 3.571) yang menun- hipertensi lebih beresiko terkena stroke
jukkan riwayat hipertensi merupakan dibandingkan orang yang tidak memiliki
faktor utama penyebab stroke. riwayat hipertensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan Hipertensi merupakan faktor utama
bahwa hipertensi merupakan penyebab uta- penyebab stroke yang ditunjukkan pada uji
ma terjadi stroke, sehingga peneliti signifikasi dengan Cochran & Mantel
berasumsi bahwa tekanan darah yang tidak Haenszel didapatkan hasil X2 hitung
normal mengakibatkan kerusakan sel-sel (4.977) > X2 Tabel (3,841) atau p (0,026)
endotel pembuluh darah yang men- < α (0,050) dan CI (1.120; 3.571)
imbulkan jejas pada rongga vaskuler. Dan Saran
pada akhirnya jejas atau lesi vaskuler terse- Penelitian ini dapat dijadikan bahan
but memicu terjadinya trombosis dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya
akhirnya terjadi aterosklerosis yang mem- karena baru pertama kali dilakukan. Me-
buat pembuluh darah menyempit sehingga lalui jumlah responden yang lebih besar.
suplai darah ke otak menurun yang Perawat dan petugas kesehatan lain
mengakibatkan kerusakan sel-sel neuron terutama di RSUP Dr. Wahidin Sudiro-
pada sistem saraf pusat. Maka terjadilah husodo Makassar agar mempublikasikan
stroke dimana seseorang akan kehilangan ke masyarakat luas akan dampak yang
fungsi motorik maupun sensoriknya ter- ditimbulkan oleh hipertensi jika tidak di-
gantung daerah pada sistem saraf pusat tangani dengan baik dan cepat karena
yang mengalami kerusakan. dapat mengakibatkan stroke.
Dalam pelaksanaan asuhan
PENUTUP keperawatan yang profesional semoga
Kesimpulan dengan ada hasil penelitian ini diharapkan
Penelitian untuk mengetahui hub- dapat meningkatkan kualitas pelayanan
ungan riwayat hipertensi dengan kejadian terutama pada pasien hipertensi untuk
stroke di RSUP Dr. Wahidin Sudirohuso- mencegahnya agar tidak terjadi stroke.
do, kesimpulan sebagai berikut:
238
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
239
HEAD UP IN MANAGEMENT INTRACRANIAL
FOR HEAD INJURY
Paper Evidence Based Practice (Ebp)
Deni Wahyudi1
1 Program Magister Ilmu Keperawatan Konsentrasi Keperawatan Kritis
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Perawatan merupakan inter disipliner untuk focus pasien dengan cedera pada otak
karena traumatik dengan mengobati cedera otak primer dan membatasi kerusakan otak
lebih lanjut dari cedera sekunder. Pada perawatan unit intensif perawat memiliki peran
integral dalam mencegah cedera otak sekunder, namun sedikit yang diketahui tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian perawat tentang risiko cedera otak sekunder.
Tujuan mengetahui variable mana yang fisiologis dan situasional mempengaruhi
penilaian perawat unit intensif yang peduli risiko pasien untuk cedera otak sekunder,
manajemen memfasilitasi dengan intervensi keperawatan, dan manajemen dengan
berkonsultasi anggota lain dari tim kesehatan dalam perawatan. Metode, Tahapan
metode yang digunakan dengan survey beberapa faktor. Sketsa mencerminkan
kompleksitas scenario kehidupan nyata secara acak dihasilkan dengan menggunakan
nilai yang berbeda dari masing-masing variable independen. Survei yang berisi sketsa
dikirim keperawat di 2 tingkat pusat trauma. Regresi digunakan untuk menentukan
variable mempengaruhi penilaian tentang cedera otak sekunder. Hasil, Penilaian tentang
risiko cedera otak sekunder dipengaruhi oleh saturasi oksigen dari seorang pasien
tersebut, tekanan intrakranial, tekanan perfusi serebral, mekanisme cedera, dan
diagnosis utama, serta dengan pergeseran keperawatan. Penilaian tentang intervensi
dipengaruhi oleh saturasi oksigen pasien, tekanan intra kranial, dan tekanan perfusi
serebral dan dengan pergeseran keperawatan. Penentuan awal yang dilakukan oleh
perawat adalah variabel yang paling signifikan dari prediksi tindak lanjut penilaian.
Kesimpulan, Perawat perlu standar, berbasis bukti yang nyata dari manajemen cedera
otak sekunder pada pasien sakit kritis dengan cedera otak akibat
Kata kunci : intracranial, manajemen, cedera
ABSTRACT
Interdisciplinary care for patients with traumatic brain injury focuses on treating the
primary brain injury and limiting further brain damage from secondary injury. Intensive
care unit nurses have an integral role in preventing secondary brain injury; however, little
is known about factors that influence nurses’ judgments about risk for secondary
brain injury. Objective To investigate which physiological and situational variables
influence judgments of intensive care unit nurses about patients’ risk for secondary
braininjury, management solely with nursing interventions, and management by
consulting another member of the health care team. Methods A multiple segment factorial
survey design was used. Vignettes reflecting the complexity of real-life scenarios were
randomly generated by using different values of each independent variable. Surveys
containing the vignettes were sent to nurses at 2 level I trauma centers. Multiple
regression was used to determine which variables influenced judgments about secondary
brain injury. Results Judgments about risk for secondary brain injury were influenced by
apatient’s oxygen saturation, intracranial pressure, cerebral perfusion pressure,
mechanism of injury, and primary diagnosis, as well as by nursing shift. Judgments about
interventions were influenced by a patient’s oxygen saturation, intracranial pressure, and
cerebral perfusion pressure and by nursing shift. The initial judgments made by nurses
were the most significant variable predictive of follow-up judgments. Conclusions Nurses
need standardized, evidence-based content formanagement of secondary brain injury in
critically ill patients with traumatic brain injury.
Keywords : intracranial, management, injury
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
PENDAHULUAN
Otak yang beratnya 2% dari berat badan menerima 1/6 dari darah yang
dipompa oleh jantung dan menggunakan 20% oksigen yang diperlukan tubuh
merupakan pusat vital yang sangat peka terhadap keadaan hipoksia maupun
trauma. Kalau jaringan lain mampu mentolerir hipoksia selama satu jam tetapi
jaringan otak hanya dalam tiga menit. Begitu juga trauma sangat berpengaruh
terhadap fungsi dari otak itu sendiri sebagai pusat semua sistem didalam tubuh
manusia. Salah satu penyebab hipoksia otak dan trauma otak adalah kenaikan
tekanan intrakranial yang berlebihan.
Trauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi
neurologis. Cedera kepala (Head Injury) adalah jejas atau trauma yang terjadi
pada kepala yang dikarenakan suatu sebab secara mekanik maupun non-
mekanik.
Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi
diantara penyakit neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan,
meliputi: otak, tengkorak ataupun kulit kepala saja.
(Brunner&Suddart,1987:2210). Jadi, cedera kepala (head Injury) atau
trauma atau jejas yang terjadi pada kepala bisa oleh mekanik ataupun non-
mekanik yang meliputi kulit kepala, otak ataupun tengkorak saja dan merupakan
penyakit neurologis yang paling sering terjadi, biasanya dikarenakan oleh
kecelakaan (lalu lintas). Atau ada berbagai klasifikasi yang dipakai dalam
penentuan derajat trauma kepala. Head injury ini akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial yang merupakan kondisi bahaya dan harus
segera ditangani. Ciri-ciri peningkatan tekanan intrakranial adalah terjadi nyeri
1093
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) Deni
Wahyudi
kepala yang hebat, muntah proyektil, hipertensi, bradikardi, pupil anisokor, dan
juga terjadi penurunan kesadaran.
METODE
Metode review literatur berupa analisis jurnal keperawatan yang membahas
penelitian yang berkaitan dengan manajemen penanganan peningkatan tekanan
1094
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
intra kranial dalam pasien yang mengalami cedera kepala atau head injury
dengan menggunakan head up salah satunya yang dilaksanakan oleh Patricia A.
Blissitt, Pamela H. Mitchell, David W. Newell, Susan L. Woods and Basia Belza
dari American Jurnal of Critical Care (AJCC) pada pasien dengan aneurisma
subarachnoid hemorrhage.
Penelitian lain dilaksanakan oleh Jajuk Retnowati dari Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya tentang pengaruh
posisi Head Up 30 derajat terhadap perubahan tanda-tanda vital dan tingkat
kesadaran pada pasien COB (Cedera Otak Berat) post trepanasi.
Pencarian jurnal didapatkan dari hasil pencarian literature dengan
menggunakan google scholar searching machine, Proquest, EBSCO, dan
SpringLink dengan kata kunci management of intracranial pressure, head injury.
Kriteria yang diambil adalah jurnal yang dipublikasikan pada tahun 2003-2013
dengan menggunakan bahasa inggris.
Hasilnya ada pola atau trend yang menunjukkan bahwa kepala pada
tempat tidur yang ditinggikan akan meningkatkan vasospasme. Sebagian
kelompok , tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pasien pada posisi yang
berbeda dari kepala yang ditinggikan tempat tidurnya. Memanfaatkan lain
langkah analisis varians, nilai P berkisar 0,34-0,97, baik melampaui 05. Hal
1095
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) Deni
Wahyudi
Pathway PTIK
1096
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
↓
terjadi metabolisme anaerob
↓
ATP yang dihasilkan sedikit +
asam laktat ↑
↓
Na+ hanya dapat influks tidak dapat efluks
↓
shif cairan ke interstisial
↓
oedem otak
↓
semakin menghambat perfusi ke jaringan otak
Otak terdesak ke bawah melalui tentorium (herniasi otak)
↓
Menekan pusat vasomotor, arteri cerebral post, N. Occulomotorius,
corticospinal pathway, serabut RAS
↓
Mekanisme untuk mempertahankan kesadaran, pengaturan suhu, tekanan
darah, nadi, respirasi, dan pergerakan menjadi terganggu.
1097
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) Deni
Wahyudi
1098
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
Saran
Diharapkan kedepannya ada penelitian terkait dengan pengukuran
tekanan intrakranial pada pasien dengan trauma kepala yang dapat
diimplementasikan diruangan khususnya diruangan NCCU.
DAFTAR PUSTAKA
Dal, C. L., Keane, N. J., Bir, C. A., Ryan, A. G., Xu, L., & VandeVord, P. J.
(2012). Head orientation affects the intracranial pressure response resulting
from shock wave loading in the rat. Journal of Biomechanics, 45(15), 2595-
602. doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiomech.2012.08.024
1099
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN STROKE NON HEMORAGIK
DI IRINA F NEUROLOGI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
MAGREYSTI MAUKAR
AMATUS YUDI ISMANTO
RINA KUNDRE
ABSTRACT
Abstract introduction Non – haemorrhagic stroke is a clinical syndrome that appears
suddenly, quickly, such as neurologic deficit for lasting 24 hours or more. Risk factors that
may cause the occurrence of stroke is hypertension, unhealthy diet, smoking, obesity. The
purpose of this study was to analyze the correlation between the diet and the non -
haemorrhagic stroke. This research design is using an observational analytic study.
According to this research, this research is a cross-sectional study with sample size of 30
respondents. The analysis results of chi square test with values ρ 0.042, so it shows there is a
correlation between diet and non – haemorragic stroke incidents. Recommended for the
patient or the patient's family is to consume balanced nutrition so that can lowers the
incidence of non-hemorrhagic stroke.
ABSTRAK
Pendahuluan Stroke non hemoragik merupakan sindroma klinis yang timbul mendadak,
cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih. Faktor resiko terjadinya
stroke yaitu hipertensi, diet yang tidak sehat, merokok dll. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian stroke non hemoragik. Desain yang
digunakan adalah analitik observasional. penelitian ini bersifat cross sectional study dengan
besaran sampel 30 responden. Hasil uji chi square ρ 0,042. Rekomendasi diedukasi kepada
pasien atau keluarga pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang sehingga
menurunkan angka kejadian stroke non hemoragik.