Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) merupakan bakteri Gram negatif yang
menyebabkan penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada padi. HDB tergolong penyakit
penting di banyak negara penghasil padi. Hal ini disebabkan karena HDB dapat mengurangi
hasil panen dengan tingkat yang bervariasi, tergantung pada stadium pertumbuhan tanaman
yang terinfeksi, tingkat kerentanan kultivar padi, dan kondisi lingkungan. Kerugian yang
ditimbulkan oleh HDB di wilayah tropis lebih tinggi dibandingkan di wilayah subtropik.
Serangan HDB di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21-36% pada musim
hujan dan sebesar 18-28% pada musim kemarau. Luas penularan penyakit HDB pada tahun
2006 mencapai lebih dari 74 ribu ha, 16 ha diantaranya menyebabkan tanaman puso.
Karakter iklim tropis juga menyebabkan banyaknya strain patogen yang ditemukan di
wilayah tropis.

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi utama sebagai bahan makanan pokok
sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini beras masih merupakan bahan pangan
pokok yang dikonsumsi oleh sekitar 90 persen penduduk Indonesia. Kendala yang
berhubungan erat dengan peningkatan produksi padi salah satunya yaitu serangan organisme
pengganggu tanaman.
Serangan organisme pengganggu tanaman tersebut berupa hama, penyakit, dan juga
gulma yang biasa menyerang padi dalam hal perebutan nutrisi, sinar matahari, dan lain-lain
yang diperlukan oleh tanaman. Serangan yang terjadi akan menurunkan produktivitas padi
secara signifikan apabila tidak ditangani dengan serius. Oleh karena itu setiap faktor yang
mempengaruhi tingkat produksinya sangat penting diperhatikan, salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat produksi padi ialah patogen penyebab penyakit tumbuhan.
Kendala utama petani adalah hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit
tanaman telah ada sejak manusia mulai mengolah lahan pertanian. Penyakit merupakan
gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme. Penyebab penyakit tanaman
bisa karena lingkungan biotik maupun abiotik. Penyakit tanaman yang disebabkan karena
faktor biotik adalah penyakit yang diakibatkan oleh organisme penganggu, sedangkan
penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik misalnya defisensi hara, kerusakan yang timbul
akibat terlalu lembab, terlalu kering, dan sebagainya.
Tanaman yang terserang penyakit dapat menimbulkan kelainan atau kerusakan fungsi
atau bagian tubuh tanaman. Penyakit tanaman lebih sulit diberantas dan ditanggulangi
daripada hama atau gulma. Kesulitan ini diakibatkan karena terkadang gejala penyakit baru
diketahui setelah tanaman terkena serangan berat. Pada praktikum ini akan dilakukan
pengamatan langsung terhadap gejala yang menunjukkan penyakit pada tanaman padi dan
akan mengidentifikasinya berdasarkan gejala yang ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan serangan penyakit Xanthomonas dan pengendaliannya di Bali
Tahun 2018 UPT. BPTPH Provinsi Bali ?
2. Bagaimana luas tambah serangan penyakit Xanthomonas pada tanaman padi di Bali ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan serangan penyakit Xanthomonas dan pengendaliannya di
Bali Tahun 2018 UPT. BPTPH Provinsi Bali.
2. Untuk mengetahui luas tambah serangan penyakit Xanthomonas pada tanaman padi di
Bali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah semua organisme yang dapat


menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan
fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya.
Organisme pengganggu tanaman juga bisa diartikan sebagai hewan atau tumbuhan baik
berukuran mikro ataupun makro yang mengganggu, menghambat, bahkan mematikan
tanaman yang dibudidayakan. Berdasarkan jenis serangannya OPT dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu hama, penyakit, dan gulma.
Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Jasad patogen yang biasa menyebabkan tanaman menjadi sakit adalah jenis
jamur atau cendawan, bakteri, virus, protozoa, dan lain lain. Penyebab penyakit tanaman bisa
karena lingkungan biotik maupun abiotik. Penyakit tanaman yang disebabkan karena faktor
biotik adalah penyakit yang diakibatkan oleh organisme penganggu misalanya cendawan,
bakteri dan lain sebagainya, sedangkan penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik
misalnya defisensi hara, kerusakan yag timbul akibat terlalu lembab, terlalu kering, dan
sebagainya (Raupach et al., 2011).
Cara untuk membedakan antara penyakit biotik dan penyakit abiotik adalah pada
penyakit abiotik biasanya gejala kerusakan rata pada satu hamparan tanaman, sedangkan pada
penyakit yang diakibatkan faktor biotik gejala serangan cenderung tidak merata. Penyebaran
penyakit ini dapat melalui angin, air, serangga, dan faktor lingkungan (kelembapan dan
suhu). Penyakit juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tanaman yang sakit
ataupun alat-alat pertanian yang sudah terkontaminasi. Manusia pun dapat menjadi penyebar
patogen yang efektif.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu sudut biologi dan sudut
ekonomi. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh hilangnya hasil,
ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen
dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian. Umumnya tumbuhan
sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang
ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit. Seringkali penyakit tertentu tidak
hanya menyebabkan timbulnya satu gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. Terkadang
beberapa penyakit berbeda menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan
gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. Maka selain memperhatikan gejala kita
harus memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit
selain reaksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna
spora, bledeok, lendir, dan sebagainya.
Berdasarkan sifatnya, ada 2 tipe gejala yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala
lokal merupakan gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas,
biasanya dalam bentuk bercak atau kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu
dari tanaman. Gejala sistemik merupakan kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya
tidak jelas batas-batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mozaic, belang, maupun
layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman, yang berupa layu atau kerdil (Ueno,
2016).
Berdasarkan bentuknya, gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi gejala morfologi
dan gejala histologi. Gejala morfologi merupakan gejala luar yang dapat dilihat dan dapat
diketahui melalui bau, rasa, dan raba, serta dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap
organ dari tumbuhan. Gejala histologi merupakan gejala yang hanya dapat diketahui lewat
pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit.
Gejala histologi dapat dibedakan menjadi tiga tipe gejala, yaitu nekrosis, hipoplasia,
dan hiperplasia. Gejala nekrotik merupakan gejala penyakit yang ditandai dengan
degenerasi protoplas diikuti dengan matinya sel-sel, jaringan, organ dan seluruh tumbuhan,
yang dapat berupa bercak, bintik, noda, dan hawar. Gejala hipoblastik adalah gejala yang
ditimbulkan karena adanya hambatan atau kegagalan dari tanaman atau organ untuk
berkembang secara penuh. Gejala umum dari hipoplasia yaitu ukuran dibawah normal dan
warna yang pucat, misalnya kerdil, roset, mosaic, dan albinasi. Gejala hiperplastik merupakan
gejala yang timbul karena hasil pertumbuhan yang luar biasa ukuran atau perkembangan dini
yang abnormal dari organ tumbuhan misalnya keriting, membengkoknya tajuk, atau
menggulungnya daun karena pertumbuhan yang berlangsung pada satu sisi, puru, dan kudis.

Diganosis seringkali ditemukan tanda-tanda, yaitu kenampakan makroskopis patogen


atau bagiannya memegang peranan penting. bahkan lebih penting dari gejala. Tanda-tanda
umumnya terbatas pada penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Jamur-jamur
parasit tertentu akan membentuk struktur-struktur di luar badan tumbuhan, khususnya yang
menghasilkan spora. Tanda-tanda yang sering muncul adalah dalam bentuk miselium, karat,
tepung, jamur hitam, smut (gosong bengkak), cacar putih, bercak, sklerotium, dan lendir
bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Raupach, G.S. and Kloepper, J.W. 2011. Mixtures of Plant Growth-Promoting


Rhizobacteria Enhance Biological Control of Multiple Cucumber Pathogens.
Phytopathology, 88(11): 1161.

Ueno, T. 2016. Oviposition and Development in Gregoplimpa kuwanae Viereck


(Hymenoptera: Ichneumonidae), Gregariuous Ectoparasitoid Wasp Attacking
the Rice Skipper Parnara guttata. Insects, 2(4): 2.

Anda mungkin juga menyukai