PROGRAM SURVEILANS
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa Pemerintah dan
pemerintah daerah dapat melaksanakan surveilens terhadap penyakit menular dan tidak
menular.Ditegaskan dalam peraturan Presiden Nomor 72 tahu 2012 tentang system kesehatan nasional
mengamanatkan agar pengelolaan kesehatan di lakukan secara berjenjang mulai dari tingkat daerah
sampai tingkat pusat dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang
kesehatan.Otonomi fungsional dimaksudkan berdasarkan kemampuan dan ketersediaan sumberdaya di
bidang kesehatan.Hal ini menegaskan bahwa penyelenggaraan surveilens kesehatan harus di laksanakan
di setiap fasilitas pelayanan kesehatan,instansi kesehatan mulai dari tingkat kabupaten kota,profinsi dan
instansi kesehatan tingkat pusat.
Fungsi dasar surveilens kesehatan tidak hanya untuk kewaspadaan dini penyakit yang berpotensi
terjadinya kejadian luar biasa (KLB),tetapi juga sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan
program kesehatan jangka menengah dan jangka panjang.Untuk itu hendaknya pelaksanaan surveilens
kesehatan mencakup seluruh pelaksanaan program di bidang kesehatan yang membutuhkan pengamatan
terus menerus,analisis dan diseminasi informasi.Hal ini sejalan dengan kebutuhan data dan informasi yang
terpercaya dan mempunyai aspek kekinian.
Surveilens kesehatan yang mengan dalkan kecepatan,ketepatan dan kualitas data dan informasi
perlu menyesuaikan dengan kemajuan teknologi informasi.Namun demikian prinsip epidiologi dan survelens
kesehatan tidak boleh di tinggalkan
Secara umum surveilens kesehatan di perlukan untuk menjamin tersedianya data dan informasi
epidimiologi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam manajemen kesehatan.Dalam pelaksanaan
surveilens kesehatan di perlukan harmonisasi secara lintas program dan lintas sector yangb di perkuat
dengan jejaring kerja surveilens kesehatan.
B. TUJUAN
1) Tujuan umum
Memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi,sehingga
penyakit dan factor resiko dapat di deteksi dini dan dapat di lakukan respon pelayanan kesehatan
dengan lebih efektif.
2) Tujuan khusus
a. Terjadinya informasi tentang situasi,kecendrungan penyakit,dan factor resiko serta
masalah kesehatan masyarakat dan factor factor yang mempengaruhi nya sebagai bahan
pengambilan keputusan.\
b. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/wabah dan
dampaknya.
c. Terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/wabah.
d. Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang berkepentingan sesuai
dengan pertimbangan kesehatan..
C. RUANG LINGKUP
Program kegiatan surveilens epidimiologi di UPTD Puskesmas DTP pulomerak meliputi:
1. Surveilens berbasis indicator
2. Surveilens berbasis Kejadian
D. BATASAN OPERASIONAL
Surveilens berbasis indicator di lakukan untuk memperoleh gambaran penyakit,factor risiko dan
masalah kesehatan dan/atau masalah yang berdampak terhadap kesehatan yang menjadi indicator
program dengan menggunakan sumber data yang terstruktur.contoh data terstruktur antara lain:
a. Kunjungan ibu hamil
b. Kunjungan neonates
c. Cakupan imunisasi
d. Laporan bulanan data penyakit baru puskesmas
e. Laporan data kasus TB
f. Laporan mingguan kasus AFP
g. Laporan bulanan kasus campak
h. Laporan berkala STBM
i. Registrasi penyakit tidak menular
Pelaksanaan Survelens berbasis indicator di puskesmas,dilakukan untuk menganalisis pola
penyakit,factor resiko,pengelolaan sarana pendukung seperti kebutuhan vaksin,obat,bahan dan alat
kesehatan dan persiapan menghadapi KLB beserta penanggulangannya.
Surveilens berbasis kejadian di lakukan untuk menangkap dan memberikan informasi secara cepat
tentang suatu penyakit,factor resiko,masalah kesehatan dengan menggunakan sumber data selain data
terstruktur.
Penyelenggaraan surveilens berbasis indicator dan berbasis kejadian di aplikasikan antara lain dalam
bentuk PWS (Pemantauan wilayah setempat) yang di dukung dengan pencarian rumor masalah
kesehatan.Setiap unit penyelenggaraan surveilens kesehatan melakukan pemantauan wilayah setempat
dengan merekam data,menganalisa perubahan kejadian penyakit.selanjutnya disusun dalam bentuk table
dan grafik pemantauan wilayah setempat untuk menentukan kondisi wilayah yang rentan KLB.Contoh
aplikasi lain adalah Sistem kewaspadaan dini respon (SKDR).dalam skdr dilakukan pengamatan gejala
penyakit yang mengarah kesuatu penyakit potensial KLB secara mingguan dengan format tertentu.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai dasar penyelenggaraan program surveilens epidimiologi di puskesmas di perlukan
peraturan perundang undangan pendukung sebagai berikut:
1. UU.No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. PP No.40 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular
3. Kepmenkes nNo.1116/MenKes/SK/VIII/2003 tentang pedoman penyelenggaraan system
surveilens epidimiologi kesehatan
4. Kepmenkes Nomor 1479/menkes/SK/2003 tentang pedoman penyelenggaraan system
surveilens epidimiologi penyakit menular dan tidak menular terpadu
5. Kepmenkes nomor 949/menkes/SK/VIII/2004 tentang pedoman Penyelenggaraan system
kewaspadaan dini KLB
6. Permenkes RI N0.45 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan surveilens kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN