Anda di halaman 1dari 3

1.

Apa Itu Bilirubin


Bilirubin (pigmen berwarna kuning) merupakan produk sampingan yang berasal dari
pemecahan alami sel darah merah, empedu, tinja, dan urin manusia. Jumlah bilirubin
yang berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit. Jika jumlah
bilirubin di dalam tubuh menjadi terlalu banyak, kulit dan bagian putih pada mata
akan terlihat kuning. Kondisi inilah yang disebut sebagai penyakit kuning. Kadar total
bilirubin dalam darah adalah 0,3 – 1,2 mg/dL.

2. Bagaimana Deteksi Bilirubin


Bilirubin di dalam darah dapat dideteksi dengan Screen Printed Carbon Electrodes
(SPEs). Elektrode kerja pada SPE dimodifikasi dengan nanomaterial seperti Graphene
Oxide dan Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT). MWCNt diaplikasikan ke
dalam siklik voltametri. Pada siklik amperometri arus diukur selama penyapua
potensial dari potensi awal ke potensi akhir dan kembali ke potensial awal.
Pengaplikasian potensial pada SPE akannmengoksidasi bilirubin dalam darah
sehingga proses oksidasi bilirubin tersebut dapat terukur dengan keberadaan arus.
Arus yang terukur sebanding dengan konsentrasi bilirubin.

3. Fungsionalisasi SPE Menggunakan MWCNT dan Graphene Oxide

4. Keuntungan Menggunakan SPE MWCNT dan Graphene Oxide


Keuntungan menggunakan Screen Printed Electrodes MWCNT dan Graphene Oxide
yaitu kedua elektrode tersebut memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap bilirubin jika
dibandingkan dengan elemen-elemen sensor yang lain yang berarti bilirubin yang
sedikit saja sudah dapat dideteksi oleh kedua elektrode ini. Selain itu, kedua elektrode
ini juga memiliki respons proporsional terhadap konsentrasi bilirubin yang cukup luas
yang berarti berbagai variasi konsentrasi bilirubin dari konsentrasi terkecil sampai
terbesar dapat terdeteksi. Terakhir, kedua elektrode ini dapat mendeteksi sampel
dengan jumlah sangat kecil dari batas konsentrasi terendah sebesar 0,1 mikromolar.

5. Prinsip Pengukuran Menggunakan Voltametri Siklik dan Amperometri


Prinsip elektrokimia yang digunakan pada pengukuran bilirubin dengan SPE
terfungsionalisasi meliputi dua teknik, yakni Voltametri Siklik dan Amperometri.
Voltametri siklik digunakan secara kualitatif untuk menentukan nilai potensial sel
yang akan digunakan saat proses kuantifikasi. Dari hasil analisa Voltametri Siklik 100
μM bilirubin dalam 0.1 M PBS (pH 7.2) dengan laju perubahan potensial sebesar 50
mVs-1 diperoleh voltamogram sebagaimana berikut :

Voltamogram menunjukkan bahwa pada puncak pertama (+0,25 V) terjadi reaksi


oksidasi bilirubin menjadi biliverdin dan pada puncak kedua (+0,48 V) terjadi reaksi
oksidasi biliverdin menjadi purpurin. Dengan demikian diperoleh kesimpulan data
bahwa nilai potensial yang akan digunakan pada proses kuantifikasi (Amperometri)
adalah sebesar +0,25 V (reaksi oksidasi bilirubin).
Adapun Amperometri digunakan secara kuantitatif untuk menentukan kadar bilirubin
dalam sampel. Pada prinsipnya, arus difusi (i) yang dihasilkan, sebanding dengan
konsentrasi bilirubin (Cbulk) dalam sampel. Formula kuantifikasi mengikuti persamaan
berikut :

Dimana :
i = Arus yang dihasilkan (μA)
n = jumlah elektron yang ditransfer
F = Konstanta Faraday (96.500 C)
A = Luas Area Elektroda
D = Koefisien difusi elektrolit pendukung
Cbulk = Konsentrasi analit
δ = tebal lapisan difusi
Nilai Cx=0 merupakan nilai konsentrasi sampel pada permukaan elektroda yang dijaga
agar bernilai nol, maka nilai Cx=0 pada perhitungan bernilai nol.
6. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai