Anda di halaman 1dari 40

BAB I

DASAR TEORI POMPA

Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu
tempat ke tempat lainya, yaitu dari tempat dengan permukaan rendah ke tempat dengan
permukaan yang lebih tinggi atau memindahkan fluida dari tekanan rendah ke tekanan yang
lebih tinggi dengan melewati suatu sistem perpipaan yang panjang dan memiliki tahanan
hidrolis yang sangat besar.
Pompa beroperasi dengan menimbulkan perbedaan tekanan antara bagian hisap
(suction) dan bagian tekan (discharge), dengan cara mengubah tenaga mekanis dari suatu
sumber tenaga menjadi tenaga cairan, dimana tenaga ini untuk mengalirkan cairan dan untuk
mengatasi hambatan sepanjang aliran.
Secara garis besar pompa digunakan untuk :
1. Memindahkan cairan dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi.
2. Menaikkan tekanan yang dimiliki cairan.
3. Menaikkan kecepatan aliran dari cairan.
4. Memindahkan cairan lebih banyak dalam jangka waktu tertentu.

1.1. Pembagian Jenis Pompa


Berdasarkan prinsip energi yang ditambahkan kedalam fluida, pompa dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Pompa langkah positif (positive displacement pump)
Prinsip kerja dari pompa ini yaitu bahwa energi masuk secara bertahap kedalam
suatu ruangan tertutup yang berisi vacum fluida yang mengakibatkan perubahan
tekanan sehingga dapat menggerakkan fluida keluar melalui katup keluar.
Pompa langkah positif dibagi menjadi dua:
a. Pompa torak (Reciprocating Pump)
Biasanya jenis pompa ini banyak digunakan dalam bidang industri
perminyakan, industri kimia, dan lain-lain. Karena begitu luas penggunaan
dan aplikasi pompa torak diusahakan mengerti dan tahu daerah penggunaan
pompa torak mengenai kebaikan dan kekurangan pompa torak dibanding
pompa sentrifugal.
b. Pompa putar (Rotary Pump)

1
Pompa rotary adalah perpindahan positif dimana energi ditranmisikan dari
penggerak kecairan menggunakan elemen yang berputar didalam casing.
Pada waktu elemen berputar di dalam rumah pompa yang berbentuk kantong
– kantong yang mula – mula volumenya besar (pada sisi permukaan)
kemudian volumenya berkurang pada sisi tekan (outlet).
2. Pompa Dinamis (Dynamic Pump)
Energi ditambahkan secara kontinu untuk memindahakan kecepatan fluida dalam
mesin sampai pada harga tertentu. Pada sisi keluaran terjadi penurunan kecepatan
sehingga tekanan akan bertambah.

1.2. Pompa Sentrifugal


Yaitu pompa yang digerakkan oleh motor penggerak yang memutar impeller yang
terpasang pada poros pompa, sehingga zat cair yang berada didalamnya akan berputar karena
adanya dorongan sudu-sudu dan menimbulkan gaya sentrifugal yang menyebabkan zat cairan
mengalir dari tengah impeller keluar melalui saluran diantara sudu-sudu dan meninggalkan
impeller dengan kecepatan tinggi.

Gambar 1.1 Bagan aliran fluida di dalam pompa sentrifugal


(Sularso, Tahara, 1991)

Konstruksi pompa sentrifugal terdiri dari bagian – bagian utama dari pompa sentrifugal
antara lain:
1. elemen yang berputar : impeller dan poros.
2. elemen yang diam : casing, packing dan bearing.
3. penggerak pompa : motor bakar, motor listrik dan turbin.

2
1.3. Pembagian Jenis Pompa Sentrifugal
1.3.1. Berdasarkan Aliran dalam Impeler
a. Pompa aliran radial
Sistem kerjanya yaitu aliran zat cair keluar dari impeler akan melalui sebuah bidang tegak
lurus poros pompa. Impeler dipasang pada satu ujung dan pada ujung lain dipasang
kopling untuk meneruskan daya dari penggerak.

Gambar 1.2. Pompa aliran radial (Sularso, Tahara, 1991)

b. Pompa aliran aksial


Aliran zat cair yang meninggalkan impeler akan bergerak sepanjang permukaan silinder
keluar. Konstruksi pompa aliran aksial ini mirip dengan pompa aliran campur, kecuali
bentuk impeler dan difuser keluarnya.

Gambar 1.3. Pompa aliran aksial (Sularso, Tahara, 1991)

c. Pompa aliran campur


Pompa jenis ini aliran yang meninggalkan impeler akan bergerak sepanjang permukaan
kerucut di dalam pompa aliran campur ini. Salah satu ujung poros di mana impeler

3
dipasang, ditumpu oleh bantalan dalam. Pada ujung yang lain dipasang kopling dengan
sebuah bantalan luar didekatnya.

Gambar 1.4 Pompa aliran campur (Sularso, Tahara, 1991)

1.3.2. Pembagian Berdasarkan Jenis Impelernya


Jenis-jenis impeler terbagi atas tiga yaitu :
a. Impeler Tertutup
Sudu-sudu dari impeler jenis ini terkurung diantara dua buah dinding dan merupakan satu
kesatuan dengan kedua dinding tersebut. Jenis impeler tertutup biasanya digunakan untuk
memompakan zat cair yang lebih bersih atau yang sedikit sekali mengandung kotoran.

Gambar 1.5 impeler tertutup (Sularso, Tahara, 1991)


b. Impeler Setengah Terbuka
Sisi masuk dari impeler ini terbuka dan digunakan untuk memompakan fluida yang sedikit
mengandung pasir.

Gambar 1.6 impeler setengah terbuka (Sularso, Tahara, 1991)

4
c. Impeler Terbuka
Untuk memompakan fluida yang banyak mengandung kotoran digunakan jenis impeler
terbuka. Sisi depan dari impeler setengah terbuka, sedangkan sisi belakangnya sebagian
dindingnya dihilangkan. Bagian dinding belakang yang disisakan dimaksudkan untuk
memperkuat sudu-sudunya.

Gambar 1.7 impeler terbuka (Sularso, Tahara, 1991)

1.3.3. Pembagian Berdasarkan Konstruksi Rumah Pompa


a. Pompa volut
Pompa sama seperti pompa sentrifugal di mana fluida cair dari impeler secara langsung
dibawa kerumah volut

Gambar 1.8 Pompa volut (Sularso, Tahara, 1991)


b. Pompa difuser
Merupakan pompa sentrifugal yang dilengkapi dengan sudu difuser di sekeliling luar
impelernya, sehingga dapat menambah kokoh rumah pompa, juga dapat menperbaiki efisiensi
pompa.

5
Gambar 1.9 Pompa diffuser (Sularso, Tahara, 1991)

c. Pompa aliran campur volut


Pompa ini mempunyai impeler jenis aliran campur dan sebuah rumah volut. Pompa ini
tidak menpergunakan sudu – sudu difuser melainkan dipakai saluran yang lebar untuk
mengalirkan zat cair.

Gambar 1.10 Pompa aliran campur volut(Sularso, Tahara, 1991)

1.3.4. Pembagian Berdasarkan jumlah impeler


a. Single Stage
Pompa ini zat cair masuk dari satu sisi impeler, tekanan yang berkerja pada masing –
masing sisi impeler tidak sama sehingga akan timbul gaya aksial kearah sisi isap.
b. Multi Stage
Pompa ini menggunakan dua sisi impeler untuk menghisap zat cair. Di sisni poros yang
menggerakan impeler dipasang menembus kedua sisi rumah dan impeler ditumpu oleh

6
bantalan diluar rumah pompa ini menggunakan dua buah impeler jenis tunggal yang
dipasang bertolak belakang sehingga gaya aksial yang timbul akan saling mengimbangi.

1.4. Bagian-bagian Pompa Sentrifugal

Gambar 1.11. Bagian-bagian Pompa Sentrifugal (Sularso, Tahara, 1991)

Keterangan :
105 : Mur impeller 202 : Tutup bantalan
020 : Cincin penyekat 111 : Poros
101 : Impeler 131 : Kopling
001 : Rumah 121-2 : Pasak
009 : Tutup rumah 112-1 : Selubung
023 : Cincin perapat 033 : Paking
031 : Penekan paking 122 : Cincin pelempar
719 : Penyangga 229 : Penopang
201 : Rumah bantalan 121-1 : Pasak
221 : Bantalan bola

Adapun komponen-komponen utama dari pompa sentrifugal adalah sebagai berikut :


a. Impeller
Berfungsi memberikan kecepatan pada zat cair.
b. Rumah Pompa (Casing)

7
Berfungsi mengarahkan cairan yang meninggalkan impeler, mengubah energi
kecepatan menjadi tekanan.
c. Poros (Shaft)
Berfungsi meneruskan daya dari penggerak mula ke pompa.
d. Coupling
Berfungsi sebagai penghubung poros pompa dan poros penggerak mula.
e. Selubung Poros (Shaft sleave)
Berfungsi melindungi poros dari keausan dan korosi.
f. Bantalan (Bearing)
Berfungsi sebagai penumpu poros dan untuk menahan beban.
g. Penekan Paking (Stuffing Box)
Berfungsi sebagai pencegah kebocoran cairan keluar casing.
h. Wearing Ring
Berfungsi untuk mencegah kerusakan yang terjadi akibat gesekan antara rumah
pompa dan impeler.
1.5. Parameter dalam Perhitungan Unjuk Kerja Pompa
1.5.1. Head Manometris (H)
Head manometris adalah besar tinggi tekan yang dihasilkan oleh pompa dinyatakan dalam
satuan meter (m), didapat dari tekanan yang terlihat pada manometer. Hubungan antara
tekanan pompa dan tinggi nilai dapat dicari dengan rumus :
P man P man
H man   ……………………………………………………….(1)
 .g 
,dengan :
Hman : Head manometris (m)
ρ : masa jenis fluida (kg/m3)
g : Kecepatan gravitasi (m/s2)
Pman : Tekanan pembawa naik secara manometris
Pman : Pd - Ps (kg/cm2)
Pdr : Tekanan keluar pompa rata-rata (kg/cm2)
Psr : Tekanan masuk pompa rata-rata (kg/cm2)
 : Berat jenis zat cair (N/m3)

8
1.5.2. Daya Kuda Rem (Brake Horse Power)
Daya kuda rem merupakan daya kuda aktual yang diberikan pada pompa oleh penggerak
mula. Daya kuda yang diberikan ini digunakan di dalam mesin untuk mengatasi daya kuda
fluida, kebocoran, gesekan cakra, kerugian-kerugian hidrolik (gesekan dan turbulensi), dan
rugi-rugi mekanis. Hubungan daya kuda dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Pmotorxmotor
BHP = …………………………………………….(2)
0.746

Pmotor = IVcos  …………..……………………………………………(3)

I : Arus listrik pompa (ampere)


V : Tegangan listrik pompa (volt)
Cos  : faktor daya : 0.5
motor : 0.7

1.5.3. Daya Poros


Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama dengan daya
air ditambah kerugian daya didalam pompa. Daya ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
Perhitungan WHP
xQxHman
WHP = ……………………………………………………(4)
75
Hmano : tinggi tekan manometrik (m)
 : massa jenis fluida (kg/m³)
Perhitungan debit air (Q):
q
Q= ……………………………………………………………..(5)
t
Perhitungan tinggi tekan (Hman):
( Pd 1  Pd 2)
Pdr = …………………………………………………….(6)
2
Pabs(d) = Pdr+Pgauge+Patm(1,00336)

Pabs(s) = 76 + (Psr)
Pabs(s) = (Pabs(s) ) (0.0136)

9
( Pdr  Psr )(98039,216)
Hman = …………………….……………(7)
campuran

1.5.4. Efisiensi Pompa


Efisiensi pompa sentrifugal merupakan perbandingan antara daya output dengan daya input.
Hubungan efisiensi pompa dapat dinyatakan dengan rumus sebagai rumus :

WHP
pompa  x100 ……………………………………………………..(8)
BHP

,dimana :
BHP : Daya kuda rem (watt)
 : Efisiensi pompa (%)
WHP : Water Horse Power

10
BAB II
DASAR TEORI KIPAS ANGIN (FAN) SENTRIFUGAL

Kipas angin sentifugal merupakan suatu alat dimana energi ditransfer ke aliran fluida
kontinyu, dari kerja yang dimasukkan melalui poros rotor, untuk memindahkan fluida. Daya
dari luar diberikan kepada poros kipas angin sentrifugal untuk memutarkan impeler di dalam
fluida. Karena timbul gaya sentrifugal maka fluida mengalir dari tengah impeler ke luar
melalui saluran di antara sudu-sudu. Kipas sentrifugal adalah mesin/peralatan yang
digunakan untuk memindahkan udara dengan memberikan energi pada udara berdasarkan
gaya sentrifugal. Energi yang diberikan tersebut dihasilkan dengan memindahkan udara yang
berada diantara perputaran impeler dalam scroll housing dan inersia yang dihasilkan oleh
kecepatan udara yang meninggalkan impeler.
Pada dasarnya, kipas sentrifugal terdiri dari satu atau lebih impeler yang dilengkapi dengan
sudu-sudu (Church, 1976 ). Impeler ini dipasangkan pada poros yang berputar dan
diselubungi oleh sebuah scroll housing. Udara memasuki impeler secara aksial di dekat poros
dengan membawa energi, baik energi kinetik maupun energi potensial yang diberikan oleh
sudu-sudu.
Begitu pentingnya peran kipas sentrifugal bagi kelangsungan dan kelancaran produksi dari
suatu industri, maka perlu adanya suatu pembahasan maupun studi eksperimental terhadap
unjuk kerja kipas sentrifugal. Tujuannya adalah agar bisa diperoleh kipas khususnya kipas
sentrifugal dengan unjuk kerja yang tinggi sehingga diperoleh hasil produksi yang
maksimal.

2.1. Komponen Utama Kipas Angin Sentrifugal


2.1.1. Impeller
Impeler biasanya dicor dalam satu kesatuan dan terbuat dari besi cor atau lempengan plat
baja. Impeler ini dipasang pada pada poros dengan sesuaian (fit) tekan ringan, dipasak dan
dikunci dengan baik pada tempatnya. Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi, permukaan
impeler haruslah dibuat sehalus mungkin, baik di dalam laluan sudu maupun pada bagian luar
impeler tersebut.
Bentuk geometri dari impeler yang mempengaruhi dari performa impeler biasanya adalah
mengenai sudut masuk dan sudut keluar, panjang lengkungan sudu dan jumlah dari sudu
impeler tersebut.

11
Untuk impeler kipas angin sentrifugal ada beberapa jenis. Dintaranya airfoil (AF) blades,
backward-curved (BC) blades, backward-inclined (BI) blades, radial-tip (RT) blades,
forward-curved (FC) blades dan radial blades (RBs). Masing-masing impeler mempunyai
keunggulan disesuaikan dengan penggunaannya.
Impeler disebut “terbuka” bila tidak mempunyai dinding (tameng/tutup), “semi terbuka” atau
“semi tertutup” bila dilengkapi dengan tameng (tutup)pada sisi disebelah sisi masuk dan
“tertutup” bila pada kedua sisinya diberi tutup. Impeler tertutup adalah yang paling sering
digunakan dan pada umumnya, impeler ini mempunyai efisiensi yang lebih besar untuk
perioda waktu yang lebih lama.
2.1.2. Scroll Housing
Scroll housing yang digunakan pada kipas memiliki fungsi utama adalah sebagai rumah dari
impeler. Scroll housing sebagai tempat berkumpulnya fluida sebelum meninggalkan blade.
Bentuk spiral dari sroll housing diperkirakan dengan tiga bagian yang sirkuler. Masing-
masing radiusnya berkisar 71,2 ; 83,7 dan 96,2 persen dari diameter roda. Untuk lebar
maksimum impeler, lebar rumah implernya sekitar 75 persen dari diameter roda. Jika lebar
impeler harus dikurangi maka lebar rumah impeler juga dikurangi dengan junlah
perbandingan yang sama.

2.2. Prinsip Kerja dan Perhitungan Dimensi Utama Fan Sentrigugal

Gambar 2.1. Daerah aliran udara dan penyebaran tekanan pada sudu Backward Curved impeller

12
Gambar 2.2. Sketsa skematis sentrifugal fan dengan sepuluh impeller tipe Backward Curved

Gambar 2.2 menggambarkan sketsa skematik aliran tipikal kipas sentrifugal. Ini
menunjukkan pemetaan aliran fluida dan melambangkan dimensi prinsipnya. Dalam gambar
2.2 memberikan artian sebagai berikut, kipas tertutup, impeller jenis BC, dengan sepuluh
sudu.
Dimensi utama fan sentrifugal ditunjukkan dengan, diameter luar impeller d2, diameter dalam
impeller d1, panjang impeller l, lebar impeller b, dan sudut sudu 1 dan 2.
Sudut pangkal dari sudu adalah sudut bagian dalamnya, yang memiliki sudut sudu 1, yang
diukur antara tangent dari bagian lingkar dalam sudu dengan garis lurus dari sudut utama
sudu.
Sudut ujung sudu terdapat pada ujung luar sudu, yang mempunyai sudut sudu 2, yang diukur
antara tangent dari bagian lingkar luar sudu dengan garis lurus dari sudut trailing sudu.
Gambar 2.2 juga menunjukkan cekungan cerobong masuk mengarahkan aliran fluida menuju
impeller dan membantu keluar secara radial dengan turbulansi yang minimal.
Rumah keong berbentuk kurva dan hampir mirip kerucut pada bagian masukannya, sehingga
lebar dari sudu tidak konstan tetapi semakin tipis menuju kepinggir, yang membuat dearah
alir udara konstan.
Gambar 2.2 juga menunjukkan diagram kecepatan pada sudut leading dan sudut trailing.
Dengan melihat diagram ini, kita dapat membuat beberapa observasi dan beberapa
perhitungan serta kiata dapat menentukan beberapa dimensi dari permintaan dasar kecepatan,
kapasitas, dan tekanan statis seperti berikut:
Penjumlahan dari kecepatan udara relaitf W dan kecepatan sudu VB menghasilkan kecepatan
udara absolute V.

13
Pada ujung sudut sudu beberapa kondisi sebagai berikut terjadi, yaitu:
Daerah melingkar sudu A1 yang dilewati aliran udara,

d1b
A1   0,02182d1b
144 ……………………………………………..………………(2.1)

, dimana dd dan b dalam inchi dan A1 dalam luasan ft2.


Kecepatan sudu VB1 pada ujung sudut sudu dapat dihitung dengan,

d1
VB1   rpm  0,2618d1  rpm
12 …………………………………………………...(2.2)

, dimana VB1 dalam fpm.


Kecepatan udara absolute V1 pada ujung sudut sudu keluar secara radial maka dari itu tegak
lurus pada daerah melingkar A1. ini dapat dihitung dengan,

cfm cfm
V1   45.8
A1 d1b ………………………………………………………………(2.3)

, dimana V1 dalam fpm.


Sudut sudu 1 pada ujung sudut sudu dapat dihitung dari,
V1 cfm
tan 1   175 2
VB1 d1 b  rpm ……………………………………………………...(2.4)

, biasanya harga 1 diantara 100 dan 300.


Kecepatan udara relatif W1 pada ujung sudut sudu kurang lebih tangensial terhadap ujung
sudut dari sudu.
Kecepatan dari ujung sudu hingga pangkal sudu meningkat, kecepatan udara relatif W
menurun, dan kecepatan absolut udara meningkat.
Pada pangkal sudu beberapa kondisi berikut terjadi, yaitu:
Daerah silinder A2 adalah

d 2b
A2   0,02182d 2b
144 …………………………………………………………….(2.5)

, dimana dd dan b dalam inchi dan A1 dalam luasan ft2.


Kecepatan sudu VB2 pada pangkal sudu dapat dihitung sebagai,

14
d 2
VB 2   rpm  0,2618d 2  rpm
12 .………………………………………..(2.6)

, dimana VB1 dalam fpm.


Kecepatan udara absolut V2 pada pangkal sudu tidak lagi keluar secara radial atau
perpendicular terhadap daerah silinder A2. seiring dengan waktu mencapai pangkal sudu,
semburan udara dipantulkan oleh sudu searah dengan rotasi kipas, dari arah keluaran radial
menjadi berarah antara 200 hingga 300 dari aliran melingkarnya.
Kecepatan udara absolut V2 dapat dipecah menjadi dua komponen, komponen keluaran radial
V2, dan komponen sirkumferial V2c. komponen radial dapat dihitung dengan mudah sebagai,

cfm cfm
V2   45.8
A2 d 2b ……………………………………………………..(2.7)

, rumusan untuk komponen aliran melingkar V2c adalah,


SP
V2c  K
rpm  d 2 ……………………………………………………….(2.8)

konstanta K memuat dua faktor koreksi untuk kehilangan hidrolik dan aliran melingkar, yang
hanya dapat diperkirakan tetapi tidak dapat dihitung secara tepat. Sehingga persamaan V2c
hanya sebuah teori.
Sudut sudu pada pangkal 2 secara teori dapat dihitung dari,
V2 r
tan  2 
VB 2  V2c ………………………………………………………...(2.9)

, tetapi karena V2c tak dapat ditentukan secara tepat, maka 2 tidak dapat dihitung secara tepat
pula.
Sebagai indikasi dari kecenderungan yang biasa terjadi, dapat dikatakan bahwa
meningkatnya sudut sudu 1 dan 2 menghasilkan kenaikkan pada SP dan debit, tetapi
penurunan pada efesiensi kipas Dalam kasus ini, penambahan jumlah sudu secara tepat akan
memperbaiki keadaan dengan membuat jarak antara sudu semakin dekat.

15
2.3. Persamaan Dasar Kipas Angin Sentrifugal
2.3.1. Total Presure (tekanan total)
Total pressure didefinisikan sebagai hasil dari penjumlahan static pressure dengan velocity
pressure. Total pressure nilainya bisa positif atau negatif. Untuk velocity pressure nilainya
selalu positif. Velocity pressure dan static pressure diperoleh langsung dengan melihat skala
pembacaan pada manometer yang dihubungkan dengan pipa pitot.

SP

1 2

CENTRIFUGAL FAN

TP VP

Gambar 2.3.Posisi pipa pitot

TP = SP + VP ………………….………………………………………………..(2.10)
,dimana :
TP = total pressure (inchi Water Column)
SP = static pressure (inchi Water Column)
VP = velocity pressure (inchi Water Column)
Namun terdapat rumusan static pressure yang dihasilkan oleh kipas untuk tiap radiusnya,
dengan formula
SP  3.43  109  rpm  zb  CL  l  W ………………………………………….(2.11)

.dimana
ZB = jumlah sudu
CL = koefisien angkat
L = jarak sudu, dalam inchi
W = kecepatan udara relatif pada perputaran sudu, dalam fpm
2.3.2. Debit
Dengan menggunakaan persamaan dasar debit aliran diberikan sebagai
Q = A x V………………………………………………………………………...(2.12)
, dengan

16
Q = kapasitas aliran (cfm)
A = luasan yang dilalui aliran pada outlet (ft2)
V = kecepatan aliran (ft/menit)
2.3.3. Daya
2.3.3.1. Daya Poros
a. Psh= Pem …………………………………………………………………....(2.13)
, dimana Pem = output motor listrik jika dikopel langsung
b. Pem= ηemPm …………………………………………………………………….(.2.14)
, dimana Pm merupakan daya masuk motor
c. Psh= ηtPem ……………………………………………………………………...(2.15)
, dimana ηt merupakan efisiensi transmisi
2.3.3.2. Daya Motor
Pmotor  3 V I cos θ ………………………………………………………..(2.16)
, dimana :
P = daya motor (hp)
V = tegangan listrik motor (volt)
I = arus listrik motor (ampere)
cos= faktor daya, diambil 0,5
2.3.4. Efesiensi
Efisiensi total kipas angin sentrifugal dalam hal ini sama dengan efisiensi mekanis diberikan
sebagai

AHP
ηoverall  ME 
BHP ………………………………………………....(2.17)
, dimana :
ME = mechanical efficiency (efisiensi mekanis)
AHP = daya keluaran dari kipas, air horse power (hp)
BHP = daya keluaran motor, brake horse power (hp)

2.4. Perhitungan Unjuk Kerja Kipas Angin Sentrifugal


Performa kipas angin sentrifugal biasanya dinyatakan dalam kemampuannya untuk
mengalirkan fluida pada kapasitas, tingkat kebisingan, brake horse power, static pressure dan
efisiensi tertentu

17
2.4.1. Menentukan Kapasitas
Kapasitas aliran dapat dicari dengan menggunakan rumus persamaan (2.12)
2.4.2. Menentukan Besarnya Air HorsePower (AHP)
Daya keluaran kipas dapat dicari dengan persamaan :

Q  TP
AHP 
6356 ……………………………………………………………………(2.18)
, dimana :
Q = kapasitas aliran (cfm)
TP = total pressure (in WC)
2.4.3. Menentukan Besarnya Break Horse Power (BHP)
Daya keluaran motor dapat dicari dengan persamaan :

Pmotor  ηmotor
BHP 
0.746 …………………………………………………………...(2.19)
2.4.4. Menentukan Efesiensi Kipas Angin Sentrifugal

AHP
ηkipas angin sentrifugal  ME 
BHP ………………………………………….(2.20)
, dimana:
BHP = Brake horse power
AHP = Air horse power

2.5. Karakteristik Kipas Angin Sentrifugal


Karakteristik kipas angin sentrifugal diperoleh dari pengujian kipas angin sentrifugal dengan
tipe dan ukuran serta putaran impeler tertentu. Karakteristik kipas angin sentrifugal disajikan
dalam bentuk kurva sebagai berikut,

18
Gb. 2.4 Unjuk Kerja Kipas Sentrifugal, dengan diameter impeller 27 inchi, daya motor 5 hp, 1160 rpm.

Kurva karakteristik sangat dipengaruhi oleh putaran motor, diameter impeller, desain scroll
housing dan jumlah sudu impeller

2.6. Beberapa Hal yang Terkait dengan Ujnuk Kerja Fan Sentrifugal
2.6.1. Kerugian Hidrolik dan Aliran Melingkar
Kerugian hidrolik adalah kehilangan tekanan karena gesekan antara fluida yang
mengalir dengan berbagai permukaan yang dilaluinya. Aliran melingkar adalah fenomena
yang khas yang terjadi saat sudu-sudu impeller berotasi pada porosnya. Kedua fenomena ini
menyebabkan tidak diperolehnya perhitungan yang tepat komponen kecepatan absolut V2c.
Partikel udara yang menempati jarak antar sudu tidak bergerak bersamaan dengan rotasi
sudu-sudu impeller tetapi tertinggal, hal itu disebabkan gaya inertianya. Secara relatif
terhadap alurnya, partikel udara berotasi perlahan dengan arah berlawanan. Vortek relatif ini
disebut dengan aliran melingkar (circulatory flow) yang sangat mempengaruhi aliran utama,
walaupun kecil, sangat berpengaruh pada pengurangan tekanan yang dihasilkan kipas angin.
Karena aliran melingkar merupakan fenomena yang tidak diinginkan dan merupakan
penyebab menurunnya unjuk kerja kipas angin, beberapa faktor koreksi perlu diadakan untuk

19
menanggulangi penurunan tekanan. Faktor koreksi ini ditujukan untuk menaikkan V2c dan
pengaturan sudut 2. Penerapan faktor koreksi ini sangat sulit karena bentuk, lebar dan
jumlah sudu, dari impeller sangat berpengaruh pada kemungkinan terjadinya aliran
melingkar.
2.6.2. Kapasitas Aliran
Karakteristik dari kipas angin sentrifugal juga dapat dipengaruhi oleh kapasitas aliran yang
mengalir melalui impeler dan pusaran yang akan menghalangi proses perpindahan energi
kinetik.
Ketika fluida yang masuk impeler berada dalam kapasitas desain, kecepatan masukan
menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan kecepatan masukan desain. Yang
menyebabkan fluida cenderung untuk memasuki impeler dengan tubrukan pada sisi masukan.
Ketika kapasitas lebih rendah dari kapasitas desain, kecepatan masukan menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan masukan desain, yang menyebabkan sudut vektor kecepatan
relatif terhadap impeler menjadi lebih besar dari sudut masukan.
2.6.3. Efek Turbulensi Inlet Pada Tingkat Kebisingan
Kecepatan udara relatip tertinggi terjadi pada leading edge dari impeler dan untuk itu
dibutuhkan desain yang benar pada bagian impeler guna mendapatkan kondisi turbulensi
minimum.
Tingkat kebisingan berpengaruh terhadap turbulensi didalam aliran udara pada inlet. Aliran
udara yang bertemu di leading edge pada impeler kipas angin sentrifugal sudah turbulen
sebelumnya. Meskipun, turbulensi inlet dihasilkan oleh bengkokan didepan pada inlet kipas
angin sentrifugal,kotak inlet harus dipertahankan minimum. Hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan kedalaman axial pada kotak inlet dan dengan memberikan perubahan vanes
didalam kotak inlet.

20
BAB III
INSTALASI PENGUJIAN POMPA DAN FAN

3.1. Instalasi Pengujian Unjuk Kerja Pompa Sentrifugal

Gambar 3.1. Alat Penelitian yang Digunakan Untuk Mengetahui Unjuk Kerja Pompa Sentrifugal

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini secara garis besar terbagi atas tiga
bagian yaitu bagian penggerak yang terdiri dari motor listrik (1), bagian pompa dan sistem
perpipaan yang terdiri atas pompa (2), katup (6) dan bak air (8) serta bagian alat ukur yang
terdiri dari tapping tekanan buang pompa (3), tapping tekanan hisap pompa (4), venturi meter
(5), pressure gauge (7).
Adapun cara penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan secara singkat sebagai
berikut. Variabel yang akan diteliti dipasang dalam rumah pompa dengan benar dan pompa
dinyalakan pada variasi kapasitas yang diinginkan dengan jalan mengatur bukaan katup.
Kemudian setelah pompa mengalir stabil pada kapasitas yang diinginkan dilakukan
pencatatan data tekanan hisap pompa , tekanan buang pompa, tekanan pada venturi meter
pada pressure gauge. Dta tegangan dan arus pada motor listrik diukur dengan menggunakan
Autorange Power Meter sedangkan putaran pompa diukur dengan menggunakan tachometer.

21
3.2. Instalasi Pengujian Unjuk Kerja Fan Sentrifugal

Gambar 3.2. Alat Penelitian yang Digunakan Untuk Mengetahui Unjuk Kerja Fan Sentrifugal

Alat penelitian yang digunakan untuk mengetahui unuk kerja fan sentrifugal secara
umum terdiri atas, rumah keong (scroll housing) (1), Inlet (2), manometer U (3), motor
listrik (4), pipa pitot (5), dan Outlet (6)
Adapun cara kerja dalam pengambilan data adalah sebaga berikut, pasang variabel
penelitian yang akan diteliti pada kipas angin sentrifugal dengan benar, kemudian kunci dan
kencangkan, hidupkan motor dan atur throttle pada bukaan penuh. Tunggu sampai aliran
mencapai kondisi stabil. Catat tekanan dinamis pada sisi keluaran (outlet), catat tekanan
statis, catat pembacaan kecepatan aliran pada Anemometer, catat pembacaan kebisingan pada
alat Sound Level meter, lakukan pengukuran tegangan dan arus pada motor listrik dengan
menggunakan Autorange power meter.
Ulangi langkah di atas untuk kapasitas aliran berikutnya sampai mencapai kapasitas aliran
terkecil. Jika sudah selesai mencapai kapasitas aliran terkecil maka motor dimatikan.

22
BAB IV
BEBERAPA HASIL PENELITIAN POMPA SENTRIFUGAL

4.1. Pengaruh Besar Sudut Keluar Terhadap Unjuk Kerja Pompa Sentrifugal
Penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaruh pengubahan salah satu ukuran utama
impeller, yaitu sudut keluar impeller, terhadap unjuk kerja pompa sentrifugal. Pembahasan
hasil akan dikaitkan dengan bentuk aliran dalam impeller sebagai akibat pengubahan sudut
keluar impeller tersebut.
Penelitian menggunakan empat buah impeller sentrifugal tipe semi terbuka, dimana masing-
masing impeller mempunyai sudu enam buah, tetapi mempunyai kelengkungan yang berbeda.
Kesemua sudu bentuknya didasarkan pada sudu asli yang terpasang pada pompa yang
merupakan desain dari pabrik jadi disini yang berbeda antara impeler tersebut adalah sudut
keluarnya.
Tabel 4.1
Data Impeller

Dimensi Impeler Impeler 1 Impeler 2 Impeler 3


asli

Diameter luar, D1 (mm ) 167 167 167 167


Diameter dalam, D2 (mm) 50 50 50 50
Tinggi sudu (mm) 18 18 18 18
Tebal sudu (mm) 6 6 6 6
Sudut masuk, 1 (o) 41,4 41,4 41,4 41,4
Sudut keluar, 2 (o) 41,4 30 40 50


2

Sudu
Impell
er


1

Gambar 4.1. Sket Impeller

Unjuk kerja pompa sentrifugal yang muncul karena pengubahan sudut keluar dapat dilihat
dari grafik hubungan antara kapasitas dengan head, kapasitas dengan BHP dan grafik
hubungan antara kapasitas dengan effisiensi.

23
Kelengkungan sudu berpengaruh terhadap hasil karakteristik pompa sentrifugal,
Perubahan sudut keluar dari impeller akan menmpengaruhi tinggi-tekan (head) yang
dihasilkan. Seperti tekanan pada sisi hisap (suction side) yang terlihat pada bacaan vacuum
gauge dan sisi buang pompa yang terlihat pada bacaan pressure gauge menglami kenaikan.
Dari penelitian diperoleh tinggi-tekan terbesar dicapai oleh impeller dengan kombinasi sudut
masuk dan keluarnya 41.40-500 sedang untuk tinggi tekan terendah dicapai oleh impeller
dengan kombinasi sudut masuk dan keluar 41.40-300. Sebagai contoh untuk debit yang sama,
impeller dengan sudut keluar 300 menghasilkan tinggi-tekan 9.64 m dan impeller dengan
sudut keluar 500 menghasilkan tinggi-tekan 9.91 m. Sesuai dengan teori bila diameter luar
impeller diperkecil luasan radial akan berkurang, tetapi karena sudut masuk tidak diubah,
aliran melalui impeller tidak akan berubah dan kecepatan keluar radial akan bertambah besar.
Kecepatan impeller bagian ujung bertambah kecil, sehingga pengaruhnya adalah
bertambahnya sudut keluar fluida (Church, 1993).
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh karakteristik pompa yang
diperlihatkan dalam gambar 4.2 dibawah ini.

24
19.00
Head-Kapasitas
17.00
15.00 Sudut 30
H (m) 13.00 Sudut 40
11.00 Sudut 50
9.00 Sudut 41.4
7.00
0.00 50.00 100.00 150.00
Q (gpm)
(a)

BHP-Kapasitas
2
1.9 Sudut 30
BHP

1.8 Sudut 40
Sudut 50
1.7
Sudut 41.4
1.6
0 50 100 150
Q (gpm)
(b)

Effisiensi-Kapasitas
100%

80%
effiensi (%)

Sudut 30
60%
Sudut 40
40% Sudut 50
Sudut 41.4
20%

0%
0 50 100 150
Q (gpm)

(c)
Gambar 4.2. Grafik Unjuk Kerja Pompa Sentrifugal Akibat Pengubahan besar Sudut Keluar
(a) hubungan kapasitas-head (b) hubungan kapasitas–BHP (c) hubungan kapasitas-efisiensi

25
Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa impeller yang digunakan mempunyai
kecenderungan yang sama yaitu semakin besar kapasitas yang dihasilkan maka head (tinggi-
tekan) akan semakin menurun. Sehingga tinggi-tekan tertinggi dicapai ketika kapasitas aliran
pompa terendah. Dari sini didapat hubungan antara tinggi-tekan dengan kapasitas aliran
dimana kapasitas aliran berbanding terbalik dengan tinggi-tekan pompa.
Sedangkan daya kuda rem (BHP) semakin meningkat dengan meningkatnya kapasitas aliran.
Hal ini dapat dilihat dari teori terdahulu, dimana semakin kecil kapasitas yang dihasilkan
maka BHP yang dihasilkan juga semakin menurun. Sehingga dihasilkan grafik dengan pola
berupa kurva yang mempunyai kecenderungan mengalami kenaikan, seperti terlihat pada
gambar diatas. Hal ini terjadi karena semakin kecil kapasitas aliran maka daya yang
dibutuhkan motor listrik untuk memutar pompa semakin kecil.
Diantara impeller uji impeller dengan kombinasi sudut 1 dan 2 yaitu 41.40 dan 500
menghasilkan effisiensi terbaik jika dibandingkan dengan impeller lainnya. Dari gambar 4.2
diatas juga didapat bahwa pada debit terkecil impeller dengan kombinasi 1 dan 2, 41.40 dan
300 mempunyai effisiensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan impeller dengan
konfigurasi 1 dan 2, 41.40-400 dan 41.40-41.40 atau bahkan dengan impeller dengan
konfigurasi 1 dan 2, 41.40-500 sekalipun. Hal ini dimungkinkan terjadi penyimpangan
bentuk aliran, ketika dihubungkan dengan bentuk aliran yang akan dibahas kemudiam,
fenomena ini terjadi ketika fluida dalam impeller 41.40-400, 41.40-41.40 dan 41.40-500
memiliki daerah laluan yang lebih luas dibanding impeller 41.40-300 yang mengakibatkan
penurunan effisiensi.
Pembahasan diatas akan dikaitkan dengan bentuk alirandalam impeller, untuk mengetahui
fenomena aliran yang melatarbelakangi hasil tersebut.
Gambar pola aliran yang terdapat dalam impeller yang mempunyai sudut masuk dan keluar
41.40-41.40, 41.40-300, 41.40-400 dan 41.40-500dikerjakan dibawah putaran 1800 rpm
ditunjukkan dalam gambar 4.3.

26
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 4.3. Pengaruh kelengkungan sudu dalam pola aliran untuk kombinasi sudut
a. 41.40-41.40 b. 41.40-300 c. 41.40-400 d. 41.40-500

Seperti terlihat pada gambar 4.3.(a) diatas dimana warna merah disekitar sudu mendominasi
dipermukaan impeller, hal ini menunjukkan pembangkitan vorteks yang memisah menjadi
vorteks pojok hisap dan vorteks pojok tekan. Pemisahan ini terlihat pada sisi tepi yang
meninggalkan baling-baling. Khusus untuk vorteks pojok (sepatu kuda) hisap lebih luas
daerahnya dibandingkan vorteks pojok sisi tekan, yang mengakibatkan vorteks sepatukuda
sisi hisap mendominasi laluan dan akhirnya menjadi laluan vorteks.
Penyimpangan terhadap aliran utama diperlihatkan dengan jelas oleh cat warna
kuning pada daerah permukaan ujung. Pada sisi pojok sisi tekan juga terlihat warna kuning

27
dengan intensitas yang rendah itu mengindikasikan dalam kondisi tertentu intensitas vorteks
sepatukuda sisi hisap lebih luas dibandingkan dengan sisi tekan.
Aliran bocor terlihat jelas dari batas cat pada dinding sisi tekan dengan dinding sisi
masuk. Dengan melihat dari gambar juga bisa di takatakan bahwa fluida cenderung bergerak
keatas meallui dinding sisi tekan menuju ke ujung sudu yang mempunyai tekanan yang lebih
rendah yang disebabkan adanya celah yang berlebih.
Bekas cat pada tip sudu menunjukkan bahwa pada tahap permulaan sepanjang tip sudu, aliran
bocor dari sisi tekan ke sisi hisap. Fenomena ini berlanjut sampai arah terbalik yaitu dari sisi
hisap ke sisi tekan. Hal ini dikarenakan keberadaan laluan vorteks ketika aliran balik bergerak
turun maka laluan vorteks menjadi lebih luas. Tekanan vorteks ini cukup besar untuk
menguasai tekanan pada sisi tekan.
Kondisi impeller dengan kombinasi sudut 41.40-300 laluan vorteks terlihat jelas dengan warna
cat merah pada permukaan impeller. Tetapi fenomena ini terputus oleh cat warna kuning
yang pada gambar diatas cat kuning sudah bercampur dengan warna biru sehingga kelihatan
berwarna hijau pada bagian ujung permukaan impeller, terutama pada sisi hisap dengan
intensitas lebih banyak dibandingkan dengan sisi tekan. Hal ini menunjukkan terjadi aliran
balik pada sisi hisap dan juga pembangkitan vorteks sisi hisap. Aliran bocor juga terjadi pada
permukaan tip sudu dimana bekas cat terlihat jelas sepanjang tip. Seperti terlihat pada gambar
4.2. a diatas.
Berbeda untuk impeller dengan kombinasi sudut 41.40-400 dimana warna kuning dengan
intensitas rendah terlihat pada sisi ujung permukaan impeller yang terkonsentrasi pada sisi
hisap. Fenomena ini menunjukkan bahwa pembangkitan vorteks pojok sisi hisap lebih luas.
Sedangkan pada sisi tekan warna kuning tidak begitu tampak atau dengan intensitas sangat
rendah, hal ini dikarenakan aliran bocor yang terjadi sangat kecil dan aliran utama yang
terjadi pada sisi tekan ini juga tidak bisa mempertahankan garis idealnya sehingga berubah
menjadi vorteks pojok sisi tekan. Sejak vorteks cenderung memanjang bentuknya sejak ia
turun, kedua vorteks, yaitu vorteks pojok sisi tekan dan vorteks pojok sisi hisap bergabung
jadi satu sampai mendekati daerah paling luar permukaan impeller. Kondisi ini dipisahkan
oleh warna kuning dengan intensitas tinggi pada bagian paling luar permukaan impeller,
seperti terlihat pada gambar 4.2. b diatas.
Impeller dengan kombinasi sudut 41.40-500 sangat berbeda jika dibandingkan dengan
impeller pertama dan kedua yang dibahas diatas. Dimana aliran pada bagian tetentu masih
mengikuti garis edar idealnya, hal ini ditunjukkan dengan warna biru pada sisi bagian terluar
impeller yang tidak terganggu oleh pembangkitan vorteks. Sedangkan warna kuning dengan
28
intensitas rendah pada sisi hisap ini kemungkinan karena pergerakan fluida (air). Tetapi ada
warna kuning yang telihat lebih banyak pada salah satu sisi ini mungkin dikarenakan tidak
seimbangnya perputaran impller atau posisi poros tidak pada tengah persis. Pada bagian yang
dekat dengan sudu terterlihat bahwa tidak ada warna kuning ataupun biru hanya didominasi
oleh warna merah, ini dikarenakan tekanan vorteks pada sisi hisap dan sisi tekan didekat sudu
cukup besar untuk menguasi tekanan pada sisi tersebut. Aliran bocor juga terjadi pada
impeller ini dimana bekas cat pada sepanjang permukaan tip sudu terlihat jelas.
Bentuk aliran yang telah dianalisa sebelumnya tersebut akan lebih baik apabila dibandingkan
dengan metode kuantitatif melalui prestasi dari setiap impeller. Sebagai contoh pada gambar
4.2. (c) menunjukkan effisiensi masing-masing impeller yang dihubungkan dengan kapasitas
aliran yang dihasilkan. Terlihat bahwa impeller dengan kombinasi 1 dan 2, 41.40 dan 300,
mempunyai effisiensi terendah jika dibandingkan dengan impeller yang lain.Hasil ini
menunjukkan bahwa akibat kombinasi vortex sepatukuda sebaik kehilangan akibat gesekan
dalam menurunkan effisiensi lebih signifikan daripada penyimpangan aliran akibat sudut
menyebar yang berlebih. Hal ini dikarenakan impeller dengan kombinasi sudut 41.40-300
lebih luas bersentuhan dengan area antara fluida dengan permukaan impeller dari pada
impeller dengan kombinasi sudut 41.40-500. Sehingga impeller dengan sudut 41.40-300
menderita lebih banyak kehilangan gesekan terhadap daerah sentuhan yang lebih luas
daripada impeller dengan sudut 41.40-500.
4.2. Pengaruh Opened-Closed Impeller Terhadap Unjuk Kerja Pompa Sentrifugal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase penutupan impeller terhadap unjuk
kerja pompa sentrifugal, penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 jenis impeller, yaitu satu buah
impeller terbuka, dua buah impeller semi terbuka dan satu impeller tertutup, dengan dimensi seperti
terlihat dalam table 4.2.
Tabel 4.2
Data Impeller
Dimensi Jenis Impeller

Impeller 1 Impeller 2 Impeller 3 Impeller 4


(Terbuka) (Tertutup)

Diameter luar (mm) 167 167 167 167


Diamter dalam (mm) 50 50 50 50
Tinggi sudu (mm) 18 16,8 16,8 16,8
Tebal sudu (mm) 6 6 6 6
Sudut masuk ( 0 ) 41,4 41,4 41,4 41,4
Sudut keluar ( 0 ) 41,4 41,4 41,4 41,4
Panjang sudu (mm) 88,19 88,19 88,19 88,19
Diameter tutup impeller (mm) 0 89 128 167

29
Sedangkan gambar impeller yang digunakan dapat dilihat dalam gambar 4.4.

(c) (d)

Gambar 4.4. Impeler yang digunakan dalam penelitian


(a. impeller 1 b. impeller 2 c. impeller 3 d. impeller 4)

(a) (b)

(c)
Gambar 4.5. Grafik Unjuk Kerja Pompa Sentrifugal Akibat Variasi Opened-Closed Impeller
(a) hubungan debit-head (b) hubungan debit-BHP (c) hubungan debit-efisiensi

30
Dari hasil penelitian sebagaimana terlihat pada gambar 4.5, terlihat bahwa semakin besar
tutup impeller maka semakin baik unjuk kerja yang dihasilkan. Dari tinggi tekan yang
dihasilkan terlihat bahwa impeller 4 menghasilkan tinggi tekan tertinggi (17,28 m) disusul
oleh impeller 3, impeller 2 dan impeller 1 (15,28 m), demikian halnya untuk efisiensi yang
dihasilkan impeller 4 menempati efisiensi tertinggi (64 %) disusul oleh impeller 3, impeller 2
dan impeller 1(52 %). sedangkan pada konsumsi BHP yang diperlukan impeller 4
memerlukan BHP terendah (1,61 KW) disusul oleh impeller 3, impeller 2 dan impeller 1
(1,73 KW)

Fenomena diatas dapat diterangkan sebagai berikut, dengan adanya penambahan pada
impeller maka hal tersebut akan mengurangi adanya kemungkinan kebocoran dan aliran
sirkulasi yang terjadi pada laluan impeller, sedangkan kebocoran akan menurunkan kapasitas
(Church, 1993). Dan dengan berkurangnya aliran sirkulasi dalam laluan impeller maka rugi-
rugi akibat aliran vorteks ini juga berkurang sehingga tenaga yang diperlukan berkurang serta
efisiensi menjadi naik.

31
BAB V
BEBERAPA HASIL PENELITIAN FAN SENTRIFUGAL

5.1. Pengaruh Bentuk Inlet Terhadap Unjuk Kerja Fan Sentrifugal


Dalam penelitian ini, dilakukan pengubahan nbentuk inlet fan sentrifugal untuk dikaitkan
dengan perubahan unjuk kerja fan sentrifugal yang terjadi. Bentuk inlet yang digunakan
adalah inlet silinder dan corong dengan spesifikasi seperti terlihat dalam tabel 5.1 dan gambar
5.1
Tabel 5.1
Data Inlet

Dimensi Inlet Silinder Corong


Diameter (mm) 110 d1=110, d2=194
Sudut (0) 0 5
Tebal Plat (mm) 2,5 2,5
Panjang (mm) 480 480
Bahan Plat besi plat besi

(a) (b) (c)


Gambar 5.1. (a) impeler 8 sudu, (b) inlet corong (c) inlet silinder

Perubahan bentuk inlet, dalam hal ini perubahan dari inlet silinder ke inlet corong
mempengaruhi terhadap kecepatan aliran. Karena kapasitas udara yang mengalir masuk dan
keluar saluran adalah sama maka berlaku persamaan:
Q1=Q2 atau A1 x V1 = A2 x V2
Udara yang mengalir melalui corong melebar luasan bertambah besar sehingga kecepatan
akan menurun. Penurunan kecepatan ini mengakibatkan menurunnya energi kinetik yang
berbentuk loss. Penurunan tersebut sebanding dengan:
____
V2
hL  K 1
2

32
dimana K adalah loss coefficient. Energi kinetik yang “hilang” tersebut diubah menjadi
turbulensi.
Fan sentrifugal yang memakai inlet corong memiliki tekanan statis maksimal lebih rendah
daripada inlet silinder seperti terlihat dalam gambar 5.2 (a) . Inlet corong juga memiliki
kapasitas aliran maksimal lebih rendah daripada inlet silinder. Hal ini dikarenakan adanya
penurunan energi kinetik udara pada saat udara tersebut melewati inlet corong serta adanya
kebocoran arus balik
BHP atau daya kuda rem untuk inlet silinder rata-rata lebih besar daripada BHP inlet corong.
Perbedaan daya kuda rem ini dikarenakan perbedaan daya motor yang dibutuhkan untuk
mengatasi daya kuda udara. Daya yang dibutuhkan untuk memutar motor pada inlet silinder
sedikit lebih besar daripada inlet corong.
Perubahan bentuk laluan sangat berpengaruh dengan aliran didalam saluran. Pada inlet
silinder, kapasitas udara maksimal yang dialirkan lebih besar dari pada inlet corong. Hal ini
mengakibatkan beban yang harus dilawan juga besar sehingga BHP maksimal untuk inlet
silinder lebih besar dengan nilai maksimal seharga 0,65 hp daripada inlet corong dengan nilai
BHP maksimal 0,64 hp.
Berdasarkan gambar 5.2 (c) diketahui bahwa inlet silinder memiliki efisiensi terbesar senilai
52,8 % dibandingkan dengan inlet corong yang memiliki efisiensi sebesar 45,1 %.
Hasil yang diperoleh seperti yang terlihat pada gambar 5.2 (c) dibawah, memperlihatkan
bahwa penggantian inlet dari jenis silinder ke jenis corong justru akan menurunkan performa
atau unjuk kerja kipas angin sentrifugal. Hal ini terjadi karena adanya kerugian atau loss yang
sebagian diakibatkan adanya penurunan kecepatan pada sisi inlet karena perubahan luasan
laluan fluida. Hal ini jelas terlihat pada hasil yang diperoleh bahwa untuk inlet corong
diperoleh efisiensi maksimal sebesar 45,1 %, dimana itu lebih kecil dari pada efisiensi
maksimal dari inlet silinder sebesar 52,8 %.
Fan sentrifugal dengan inlet corong memiliki kebisingan lebih tinggi dari pada inlet silinder
seperti terlihat dalam gambar 5.2 (d). Namun tingkat kebisingan penggunaan kedua inlet
tersebut masih dalam ambang batas kenyamanan telinga manusia. Menurut Bleir dalam
bukunya Fan Handbook menyatakan batas kondisi noiseless dari sound adalah 40 dB dan
batas kenyamanan telinga manusia adalah kurang dari 100 dB. Dan noise diatas 110 dB
sangat berbahaya untuk telinga.
Kebisingan yang terjadi dalam kipas angin sentrifugal diakibatkan salah satunya oleh adanya
gesekan-gesekan dan benturan udara dengan rumah kipas. Ketika energi kinetik yang
ditransfer menjadi turbulensi dari aliran tersebut bertambah maka benturan-benturan dan
33
gesekan terhadap dinding juga semakin besar sehingga kebisingan pun semakin besar pula.
Sehingga inlet corong memiliki tingkat kebisingan yang lebih tinggi daripada inlet silinder.

Static Pressure - Kapasitas BHP - Kapasitas


4,50 0,70
Static Pressure (inch)

4,00
0,65
3,50

B H P (hp)
0,60
3,00
2,50 0,55
2,00
0,50
1,50
Corong Corong
1,00 0,45
Silinder
0,50 Silinder 0,40
0,00
0 200 400 600
0 200 400 600
Kapasitas (cfm) Kapasitas (cfm)

(a) (b)

Efisiensi - Kapasitas Kebisingan - Kapasitas


60,0
82
50,0 81
Efisiensi (%)

Kebisingan (dB)

40,0 80

79
30,0
78
20,0
77
Corong
10,0 Corong
76
Silinder Silinder
0,0 75
0 200 400 600 0 200 400 600
Kapasitas (cfm) Kapasitas (cfm)
(c) (d)
Gambar 5.2. Grafik Perbandingan Unjuk Kerja Fan Sentrifugal Antara Inlet Corong dan Silinder
(a) Hubungan kapasitas-static pressure (b) hubungan kapasitas-BHP
(c) hubungan kapasitas-efisiensi (d) hubungan kapasitas-kebisingan

34
5.2. Pengaruh Jumlah Sudu Impeller Terhadap Unjuk Kerja Fan Sentrifugal
Penelitian iniditujukan untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah sudu impeller terhadap
unjuk kerja fan sentrifugal. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 buah impeler tipe
backward-curved blade. Metode pengujian yang digunakan adalah dengan
mengoperasikannya pada kecepatan yang konstan dan dengan memvariasikan aliran dengan
melakukan pencekikan (throttling) pada sisi buang.
Impeler dibuat dari plat baja setebal 2,5 mm dan dilanjutkan dengan proses balancing
sebelum proses permesinan sebagai langkah finishing. Variasi impeler yang digunakan adalah
a. impeler dengan jumlah sudu 8 (selanjutnya disebut impeller 1)
b. impeler dengan jumlah sudu 7 (selanjutnya disebut impeller 2)
c. impeler dengan jumlah sudu 6 (selanjutnya disebut impeller 3)
d. impeler dengan jumlah sudu 5 (selanjutnya disebut impeller 4)

Tabel 5.2
Data Dimensi Impeller Utama Fan Sentrifugal

Dimensi Ukuran
Diamater luar (mm) 200
Diameter dalam (mm) 100
Tinggi sudu (mm) 65
Tebal sudu (mm) 2,5
Panjang sudu (mm) 80

Secara teoritis, kapasitas aliran akan mempengaruhi intensitas defleksi sudut diantara aliran
relatif fluida dengan sudut masukan impeler. Ketika kapasitas berada di bawah kapasitas
desain, maka kecepatan aliran masukan menjadi menurun. Penurunan ini diikuti oleh
pengecilan sudut aliran relatif. Kecepatan pada daerah ini menjadi lebih besar dan kecepatan
pada masukan menjadi turun apabila dibandingkan dengan kecepatan desain.
Pada pengujian fan yang dilakukan, kapasitas terbesar terjadi pada saat katup terbuka penuh.
Ketika katup ditutup satu satuan luasan, maka kapasitas alirannya berkurang. Hal tersebut
terus terjadi sampai pada pembukaan katup ke sepuluh dimana diperoleh kapasitas terkecil
untuk masing-masing impeler uji.
Penurunan kapasitas ini diikuti dengan kenaikan tekanan pada sisi masukan yang terlihat
pada bacaan static pressure. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa ketika kapasitas aliran fan
berkurang maka static pressure yang dihasilkan menjadi meningkat secara parabolik,

35
sehingga total pressure tertinggi terjadi ketika sesaat kapasitas aliran kipas angin mendekati
yang terkecil. Sehingga dari sini dapat dianggap hubungan antara static pressure dengan
kapasitas aliran dimana kapasitas aliran berbanding terbalik dengan static pressure kipas
angin. Hubungan ini berlaku pada impeler 1, 2, 3 dan 4.
Analisa ini diawali dari titik free-delivery (SP  0), statik presure naik hingga titik
puncaknya. Ini adalah daerah operasi yang baik dari fan, yaitu dari titik free-delivery hingga
puncak tekanan. Dengan menurunnya kapasitas udara, seiring dengan naiknya hambatan,
kecepatan udara aksial Va secara bertahap menurun juga. Sebagai hasilnya, kedua sudut
serang (antara kecepatan relatif W dan airfoil atau profile single-thickness) meningkat,
karena hal tersebut, koefisien angkat CL naik. Kenaikan pada koefisien angkat ini yang
menjadikan alasan sehingga statik presure naik disaat kapasitas udara menurun.
Disaat tekanan maksimal dicapai, sudut serangnya menjadi sangat besar dimana aliran udara
tak dapat lagi mengikuti kontur bagian atas dari airfoil, sehingga terpisah dari kontur. Dari
sini, koefisien angkat mulai menurun, dan statik presur turun seiring dengannya.
Kurva BHP pertama naik lalu turun, tetapi variasinya lebih kecil dari variasi yang
ditunjukkan oleh kurva statik presure. BHP pada no-delivery point (disaat Q mendekati nol)
mungkin lebih besar atau lebih kecil dari pada BHP maksimum pada daerah operasi,
bergantung dari desain. Hal ini terjadi karena semakin kecil kapasitas aliran maka daya yang
dibutuhkan motor listrik untuk memutar fan semakin kecil. Hubungan ini berlaku pada
impeler 1, 2, 3 dan 4. Dimensi sudu dan impeller berpengaruh pada motor, impeller dengan
jumlah sudu yang lebih banyak memiliki beban yang lebih besar, baik itu berupa massa
maupun torsi, yang memicu terjadinya kelebihan beban pada motor terutama pada titik no-
delivery.
Sedangkan terhadap efisiensi fan, pada masing-masing impeler terdapat kecenderungan yang
sama dimana efisiensi cenderung untuk naik dengan bertambahnya kapasitas, tetapi setelah
mencapai maksimum, efisiensi cenderung untuk turun. Hal ini disebabkan oleh semakin
tubulennya aliran (high turbulance flow) yang memicu timbulnya aliran melingkar yang
menyebabkan menurunnya tekanan yang dihasilkan fan sentrifugal.
Untuk tingkat kebisingannya sendiri cenderung mengalami fluktuasi kenaikan dan
penurunan, yang mencapai tingkat terendahnya untuk daerah operasi dan efisiensi tertinggi.
Ini menunjukkan variasi yang kecil pada daerah operasinya tetapi secara mendadak naik saat
titik penurunan dicapai (saat effesiensi mulai menurun), disaat aliran menjadi turbulen.

36
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari keempat impeler tersebut diketahui bahwa terjadi
kecenderungan bertambahnya static pressure setelah dilakukan penambahan jumlah sudu
impeller. Akan tetapi setelah mencapai maksimum, static pressure cenderung untuk turun.
Adapun nilai rata – rata untuk static pressure keempat impeler tersebut : 3,311 inch , 3,205
inch, 3,161 inch dan 2,898 inch. Untuk nilai static pressure tertinggi diperoleh pada impeler 1
dengan jumlah sudu 8. Untuk nilai yang terendah diperoleh pada impeler 4 (bersudu 5). Dari
hasil keempat impeler menunjukkan, dengan dilakukan penambahan jumlah sudu dapat
meningkatkan static pressure.
Disaat fan pertama menghasilkan SP yang lebih kecil, fan menghantarkan volume udara yang
lebih besar sehingga menghasilkan kurva tekanan yang lebih rendah. Alasan dari kejadian
tersebut karena daerah annular yang lebih besar yang dihasilkan dari diametre hub-tip yang
lebih kecil.
Hal ini juga diikuti oleh kapasitas dengan kecenderungan yang sama mengalami kenaikan
dan setelah mencapai maksimum, cenderung mengalami penurunan. Pada impeler 1 (bersudu
8) aliran yang terjadi makin terarah namun luasan bidang sudu dan impeller yang relatif besar
dibandingkan dengan ketiga impeler lainnya menyebabkan aliran lebih banyak bergesekan
dengan permukaan impeler atau disebut juga gesekan cakra. Dari sinilah terjadi kerugian
yang menyebabkan menurunnya kecepatan udara aksial Va secara bertahap. Sebagai hasilnya,
kedua sudut serang (antara kecepatan relatif W dan airfoil atau profile single-thickness)
meningkat, karena hal tersebut, koefisien angkat CL naik. Kenaikan pada koefisien angkat ini
yang menjadikan alasan sehingga statik presure naik disaat kapasitas udara menurun. Dan
melalui persamaan
SP  3.43  109  rpm  zb  CL  l  W
semakin banyaknya jumlah sudu dan naiknya nilai koefisien angkat maka nilai SP juga naik.

37
4.5 0.6

4.0
0.5
3.5

3.0 Impeller 2
0.4 Impeller 1
SP(inchi)

2.5 Impeller 3 Impeller 2


Impeller 4 impeller 3

BHP
2.0 Impeller 1 0.3
impeller 4
1.5
0.2
1.0

0.5
0.1
0.0
0 100 200 300 400 500
0.0
Q(cfm)
0 100 200 300 400 500
Q(cfm)

(a) (b)

0.70 100

0.60 99

0.50
impeller 1 98 impeller 1
Impeller 2 impeller 2
0.40
Impeller 3 impeller 3
ME

dB

97 impeller 4
impeller 4
0.30

96
0.20

0.10 95

0.00
94
0 100 200 300 400 500 0 100 200 Q(cfm) 300 400 500
Q(cfm)
(c) (d)
Gambar 5.3. Grafik Perbandingan Unjuk Kerja Fan Sentrifugal Akibat Variasi Jumlah Sudu
(a) hubungan kapasitas-static pressure (b) hubungan kapasitas-BHP
(c) hubungan kapasitas-efisiensi (d) hubungan kapasitas-kebisingan

38
DAFTAR PUSTAKA

Air Velocity Measurement and Fan Characteristics, MMPE 402 Laboratory.


ANSI/AMCA Standard, 1996, Standard for Fans and Blowers, Air- Conditioning and
Refrigeration Institute, Virginia.
Bleir, Frank, P., 1997, Fan Handbook, McGraw – Hill Book Company, New York.
Church,H.A.,1976,Centrifugal Pump and Blower, John Willey and Sons,New York.
Dixon, SL., 1986, Fluid Mechanics Thermodynamics of Turbomachinery, Pergamon Press,
Oxford.
Fox, Robert W, Introduction to Fluid Mechanics. John Wiley & Son Inc, New York
Hah, C. Dan Krain, H., 1990, Secondary Flows and Vortex Motion in a High Efficiency
Backswept Impeller at Design and Off-Design Condition, Journal of Turbo Machinery
Vol 112, pp
Kaliwantoro, N., 2001, Effect of Blade Shape and High of Tip Clearance on the
Characteristic of Unshrouded Centrifugal Pump, Master Thesis, Gajah Mada
University
Kuethe, Arnold,1985. Foundations of Aerodynamics, John Wiley & Sons Inc,New York
Kim Won, Jae, 2000, Vortex Flow from Centrifugal Fan, Department of Mechanical
Engineering Sun Moon University, South Korea
Liberman, Yu, M., 2001, Investigation of Noise Characteristics for Centrifugal Ship Fans, XI
Session of The Russian Acoustical Society, pp. 572 – 575.
Mainkul,P.,Wongnamia,A.,Sittisuparoge,P.,1999, The Semi-Open Impeller Test To The pump
Efficiency, Central Library of KMITNB, Bangkok
Murakami, M., Kikuyama, M., Asakura, E.,1980, Velocity and Pressure Distributions in the
Impeller Passage of Centrifugal Pumps, Transactions of ASME Volume 102, pp 420-
426
Schlichting, H.,1979, Boundary Layer Theory,, Mc Graw Hill, New York
Siswantoro, S.,2000, Pengaruh Modifikasi Bentuk Pada Aliran dan Unjuk Kerja Pompa
Sentrifugal, Master Thesis, Gajah Mada University
Velarde – Suarez, S., Santolaria – Morros, C., and Ballesteros – Tajadura, R., 1999,
Experimental Study on The Aeroacoustic Behavior of a Forward – Curved Centrifugal
Fan, ASME J. Fluids Eng., Vol. 121, pp. 276 – 281.

39
Velarde – Suarez, S., Santolaria – Morros, C., Ballesteros – Tajadura, R., and Gonzales –
Perez, J., 2001, Unsteady Flow Pattern Characteristics Downstream of a Forward –
Curved Blades Centrifugal Fan, ASME J. Fluids Eng., Vol. 123, pp. 265 – 270.
Zhu Zuchao, Jin Qingming, Huang Dunhui, 2000, Experimental Study on High Speed Centrifugal
Pumps With A Half Open Complex Impeller, China

40

Anda mungkin juga menyukai