Anda di halaman 1dari 23

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Makalah Dosen

2018

Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Nasution, Puteri Citra Cinta Asyura


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4854
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KESELAMATAN PASIEN

(PATIENT SAFETY)

Oleh :

Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH


NIP. 198508232015042001

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan

hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tulisan dengan judul “Keselamatan

Pasien (Patient Safety)”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih

belum sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki penulis.

Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala

kekurangan dan dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan tulisan ini. Kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada,

Besar harapan penulis agar tulisan ini dapat diterima dan dipergunakan dengan

sebaik-baiknya. Akhirnya penulis berharap semoga semua amal baik yang telah

diberikan senantiasa mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Medan, Juni 2018


Penulis

Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3
Manfaat Penulisan ................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Keselamatan Pasien (patient safety) ................................................... ...... 4
Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
Indonesia ................................................................................................................. 6
Standar Keselamatan Pasien ............................................................................. ...... 7
Sasaran Keselamatan Pasien ............................................................................ ...... 8
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien ................................................... ...... 9
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident Report) .............
10

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ....................................................................................................... .... 15
Saran ................................................................................................................ .... 15

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Puteri Citra Cinta Asyura Nasution


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
puteri@usu.ac.id

Abstrak

Fasilitas pelayanan kesehatan perlu melakukan perubahan paradigma pelayanan


dari “Quality”, menjadi “Quality and Safety”. Perbaikan pada kualitas pelayanan
seharusnya sejalan dengan meningkatnya keselamatan pasien dan meminimalkan
terjadinya insiden. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih memiliki
jalan panjang untuk benar-benar meningkatkan keselamatan pasien. Fasilitas
pelayanan kesehatan harus dapat menjamin keamanan dan mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, pengaturan
keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas
pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek
pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.

Kata kunci : Keselamatan pasien; pelaporan; insiden

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan seharusnya merupakan

prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan perlu

melakukan perubahan paradigma pelayanan dari “Quality”, menjadi “Quality and

Safety”. Fasilitas pelayanan kesehatan bukan hanya fokus kepada peningkatan

mutu pelayanan namun turut menerapkan keselamatan pasien secara konsisten.

Perbaikan pada kualitas pelayanan seharusnya sejalan dengan meningkatnya

keselamatan pasien dan meminimalkan terjadinya insiden. Peningkatan pada

kedua hal tersebut merupakan harapan oleh semua pihak, seperti rumah sakit,

pemerintah, pihak jaminan kesehatan, serta pasien, keluarga dan masyarakat.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih memiliki jalan panjang untuk

benar-benar meningkatkan keselamatan pasien.

Masalah keselamatan pasien dari sejak terbitnya publikasi “To Err is

Human” pada tahun 2000 hingga studi-studi terkini, masih menunjukkan

penerapan keselamatan pasien masih belum sesuai dengan harapan. Prinsip “First,

do no harm” tidak cukup kuat untuk mencegah berkembangnya masalah

keselamatan pasien1. Hasil penelitian di Amerika pada akhir tahun 1990-an

ditemukan angka 3,7% dan 2,9% angka kejadian tidak diharapkan (KTD) pada

pasien rawat inap2,3. Pengukuran dengan Global Trigger Tool menunjukkan

bahwa angka KTD sebesar 33,2% (29-36%) atau setiap 91 dari 1000 pasien per

hari, terjadi peningkatan 10 kali lipat4. Studi Iberoamerican Study of Adverse

Universitas Sumatera Utara


Events (IBEAS) di 58 rumah sakit dari 5 negara di Amerika Latin menunjukkan

bahwa KTD sebesar 10,5%5.

Pada tahun 2013, kesalahan medis (medical error) menjadi penyebab

kematian ketiga di Amerika Serikat, sekitar lebih dari 250.000 kematian per

tahun6. Survei terbaru tahun 2017 masih menemukan sekitar 21% pasien memiliki

pengalaman kesalahan medis. Ketika kesalahan medis terjadi, itu turut berdampak

pada kesehatan fisik dan emosional pasien, finansial/keuangan serta hubungan

keluarga7. Di Amerika Serikat, setiap tahun 1 dari 20 orang dewasa mengalami

kesalahan diagnostik (diagnostic error). Kesalahan diagnostik bisa memiliki

konsekuensi serius, yang dapat menyebabkan kesenjangan perawatan, prosedur

yang tidak perlu, tes ulang (repeat testing) dan membahayakan pasien8. ECRI

Institute menyatakan bahwa banyak kematian di rumah sakit yang dengan

perjalanan alami penyakit mungkin merupakan hasil dari kesalahan diagnostik9.

Di Indonesia, penelitian Utarini et al. menunjukkan bahwa angka KTD

sangat bervariasi, untuk kesalahan diagnosis yaitu 8,0% hingga 98,2% dan

kesalahan pengobatan sebesar 4,1% hingga 91,6%. Terus berkembangnya

penelitian tentang keselamatan pasien di berbagai daerah, namun sampai saat ini

belum ada studi nasional10.

Fasilitas pelayanan kesehatan harus dapat menjamin keamanan dan mutu

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, pengaturan

keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas

pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek

pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan11.

Universitas Sumatera Utara


Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis membuat suatu

rumusan masalah, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien?

2. Bagaimana penyelenggaraan keselamatan pasien?

3. Bagaimana pelaporan insiden keselamatan pasien?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien

2. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan keselamatan pasien

3. Untuk mengetahui bagaimana cara pelaporan insiden keselamatan pasien

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini yaitu untuk memperluas wawasan bagi

pembaca tentang konsep keselamatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Keselamatan Pasien (patient safety)

Keselamatan pasien menurut Vincent (2008), penghindaran, pencegahan

dan perbaikan dari hasil tindakan yang buruk yang berasal dari proses perawatan

kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO), keselamatan pasien

adalah tidak adanya bahaya yang mengancam kepada pasien selama proses

pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun

2017, keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih

aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Keselamatan pasien dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi pasien dari

sesuatu yang tidak diinginkan selama proses perawatan11,12.

Insiden keselamatan pasien atau yang dikenal dengan istilah insiden

menurut definisi WHO adalah suatu kejadian atau keadaan yang dapat

mengakibatkan, atau mengakibatkan kerugian yang tidak perlu pada pasien.

Berdasarkan PMK Nomor 11/2017 tentag Keselamatan Pasien, Insiden

merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan

atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien11,12.

Threats to Australian Patient Safety (TAPS) membagi menjadi dua jenis

insiden keselamatan pasien, yaitu: insiden yang terkait dengan proses perawatan

Universitas Sumatera Utara


dan isiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan12. Menurut PMK Nomor

11/2017, insiden keselamatan pasien yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan

terbagi menjadi empat jenis yaitu Kondisi Potensi Cedera (KPC), Kejadian Nyaris

Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD)11.

Adapun penjelasan dari masing-masing jenis insiden tersebut yaitu11,12,13:

1. Kondisi Potensi Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk

menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. (Contoh: kerusakan alat

ventilator, DC shock, tensi meter)

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss adalah terjadinya insiden yang

belum sampai terpapar ke pasien. (contoh: salah identitas pasien namun

diketahui sebelum tindakan)

3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke

pasien, tetapi tidak timbul cedera. Hal ini dapat terjadi karena

“keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi

tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi alergi

diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya)

4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse event adalah insiden yang

mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian sentinel/Sentinel event

merupakan suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen,

atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk

mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait

dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien. Seperti melakukan operasi

pada bagian tubuh yang salah (misal: amputasi pada kaki yang salah). Kasus

Universitas Sumatera Utara


sentinel yang dilaporkan kepada The Joint Commission dari tahun 2005

hingga 2017 sebanyak 13.688, sekitar 52,1% pasien mengalami kematian14.

Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di

Indonesia

Di era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dalam menegakkan

keberhasilan kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan ialah

dengan pencapaian pelayanan yang bermutu tinggi serta mengedepankan

keselamatan pasien. Menerapkan kebijakan dan praktik keselamatan pasien

merupakan tantangan dalam bidang pelayanan kesehatan15. Dimana, fasilitas

kesehatan harus dapat menjamin keamanan dan mutu pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada setiap pasien. Untuk menjamin hal tersebut, setiap fasilitas

pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan primer lainnya

harus menyelenggarakan Keselamatan Pasien. Peraturan yang berlaku di

Indonesia mewajibkan setiap fasilitas kesehatan menerapkan standar keselamatan

pasien11,16.

Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di fasilitas

pelayanan kesehatan, KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) pada tahun 2005

telah membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) yang

sekarang telah berubah menjadi KNKP-RS (Komite Nasional Keselamatan Pasien

Rumah Sakit) yang langsung berada di bawah Menteri Kesehatan RI. KNKP-RS

memiliki fungsi yaitu (1). Penyusunan standar dan pedoman Keselamatan Pasien;

(2) penyusunan dan pelaksanaan program Keselamatan Pasien; (3) pengembangan

dan pengelolaan sistem pelaporan Insiden, analisis, dan penyusunan rekomendasi

Universitas Sumatera Utara


Keselamatan Pasien; dan (4) monitoring dan evaluasi pelaksanaan program

Keselamatan Pasien11,12,13.

Masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani

segera di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Fasilitas pelayanan kesehatan

harus menyelenggarakan keselamatan pasien. Penyelenggaraan keselamatan

pasien dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan kesehatan yang

menerapkan, antara lain: Standar keselamatan pasien, Sasaran keselamatan pasien

nasonal dan Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien11,12.

Standar Keselamatan Pasien

Dalam penyelenggaran keselamatan pasien maka diperlukan standar

keselamatan pasien sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatannya. Standar

keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan. Standar

keselamatan pasien meliputi tujuh standar yaitu11,12:

1. Hak pasien, pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi

tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkunan KTD

2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga, rumah sakit harus mendidik pasien

dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam

asuhan pasien

3. Keselamatan pasien dalam kesinambambungan pelayanan, rumah sakit

menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga

dan antar unit pelayanan.

4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

peningkatan keselamatan pasien, rumah sakit harus mendisain proses baru

Universitas Sumatera Utara


atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja

melalui pengumpulan data, menganalsis secara intensif KTD, dan

melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Sasaran Keselamatan Pasien

Fasilitas pelayanan kesehatan selain diwajibkan melaksanakan standar

keselamatan pasien, juga melakukan perbaikan-perbaikan tertentu dalam

keselamatan pasien. Penyusunan Sasaran Keselamatan Pasien ini mengacu pada

Nine Life safing Patient Safety Solution dari WHO (2007) dan Joint Commission

International (JCI) “Internatonal Patient Safety Goals (IPSGs)”. Di Indonesia

secara nasional untuk seluruh fasilitas pelayanan kesehatan diberlakukan Sasaran

Keselamatan Pasien Nasional (SKPN), yang terdiri dari11,12,16:

1. SKP. 1: mengidentifikasi pasien dengan benar

2. SKP. 2: meningkatkan komunikasi yang efektif

3. SKP. 3: meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai

4. SKP. 4: memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,

pembedahan pada pasien yang benar

5. SKP. 5: mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan

6. SKP. 6: mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

Universitas Sumatera Utara


Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Fasilitas kesehatan dengan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan

pasien dapat meningkatkan dan memperbaiki keselamatan pasien. Melalui

perencanaan kegiatan dan pengukuran kinerja, sehingga dapat menilai kemajuan

yang telah dicapai dalam pemberian asuhan pelayanan menjadi lebih aman.

Pelaksanaan tujuh langkah menuju keselamatan pasien dapat memastikan

pelayanan yang diberikan menjadi lebih aman, dan jika terjadi sesuatu hal yang

tidak benar bisa segera diambil tindakan yang tepat11,12.

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien terdiri dari:

1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien. Ciptakan

kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil

2. Memimpin dan mendukung staf. Bangun komitmen dan fokus yang kuat

dan jelas tentang keselamatan pasien

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Kembangkan sistem dan

proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal yang

potensial bermasalah.

4. Mengembangkan sistem pelaporan. Pastikan staf agar dengan mudah dapat

melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada

KKPRSsekarang berubah menjadi KNKP.

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Kembangkan cara-cara

komunikasi yang terbuka dengan pasien

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Dorong staf

untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan

mengapa kejadian terjadi

Universitas Sumatera Utara


7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien.

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/maslah untuk melakukan

perubahan sistem pelayanan.

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident Report)

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan diharuskan melaporkan setiap insiden

yang terjadi11. Fasilitas kesehatan diharapkan mempunyai pedoman yang jelas

bagaimana mekanisme pelaporan ketika insiden terjadi. Sistem pelaporan insiden

meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan.

Tersedia format pelaporan IKP yang dapat digunakan oleh setiap Fasilitas

kesehatan, dalam hal ini adalah rumah sakit (lihat gambar 1 dan gambar 2). Setiap

terjadinya insiden diharapkan harus segera dilaporkan sesuai dengan format yang

telah tersedia. Laporan insiden keselamatan pasien (IKP) berisi informasi insiden

yang benar dan jelas tentang lokasi, kronologis, waktu dan akibat kejadian, serta

analisis akar masalah KNC, KTD, atau kejadian sentinel11,13.

Alur pelaporan IKP dilakukan secara internal dan ekternal. Pelaporan

secara internal kepada atasan langsung, Tim Keselamatan Pasien RS, dan direksi,

sedangkan secara eksternal kepada KKPRS PERSI (KNKP). Alur pelaporan IKP

dapat dilihat pada gambar 3. Pada pelaksanaannya jikaterjadi IKP mengikuti alur

penanganan IKP sebagai berikut: insiden (KTD/KNC) harus segera ditanggani

kemudian membuat laporan kepada atasan langsung di unit terjadinya insiden

maksimal 2x24 jam. Atasan langsung melakukan penentuan grading risiko

kejadian insiden dan melakukan investigasi sederhana. Laporan hasil investigasi

dan laporan insden dilaporkan kepada tim KPRS. Tim KPRS membuat laporan

Universitas Sumatera Utara


dan rekomendasi untuk dilaporkan kepada direksi. Pelaporan tidak hanya

berhenti sampai internal organisasi namun harus dilaporkan hingga ke KNKP

(laporan eksternal). Laporan hasil investigasi sederhana/ analisis akar masalah/

RCA (Root Cause Analysis) serta mengembangkan rekomedasi/solusi oleh Tim

KPRS/Pimpinan dikirimkan ke KKPRS (KNKP) melalui e-eporting

menggunakan pedoman pelaporan insiden secara anonim11,12,13.

Berbagai negara sudah melaporkan angka IKP di rumah sakit, walaupun

laporan yang ada belum mengambarkan keseluruhan.National Patient safety

Agency melaporkan dalam rentang waktu April 2016 hingga Maret 2017 sebanyak

1.925.281 insiden di Inggris17. Ministry of Health Malaysia melaporkan sebanyak

2.769 insiden terjadi pada tahun 201618. Di Indonesia berdasarkan laporan

KKPRS terdapat 144 insiden (2009), 103 insiden (2010), dan 34 laporan insiden

pada triwulan I tahun 201119.

Data jumlah IKP di Indonesia masih belum banyak dilaporkan, tidak

semua insiden terlaporkan. Umumnya insiden tidak dilaporkan, tidak dicatat,

bahkan luput dari perhatian petugas kesehatan karena yang dilaporkan hanya

insiden yang ditemukan secara kebetulan saja10,20. Ini menjadi tantangan semua

pihak, baik pemerintah dan fasilitas kesehatan bertanggung jawab memastikan

sistem pelaporan dapat terlaksana dengan baik13.

Masih rendahnya pelaporan insiden disebabkan oleh beberapa masalah

yang sering menjadi hambatan dalam pelaporan insiden. Pertama, kurangnya

pemahaman petugas untuk melaporkan IKP21. Laporan masih dipersepsikan

sebagai pekerjaan perawat, seharusnya yang membuat laporan tersebut adalah

siapa saja atau semua staf yang pertama menemukan kejadian dan yang terlibat

Universitas Sumatera Utara


dalam insiden. Kedua, insiden yang terjadi sering disembunyikan (underreport),

insiden dilaporkan namun sering terlambat serta laporan tersebut miskin data.

Masih adanya budaya menyalahkan (blame culture) menjadi penyebab

terhambatnya pelaporan insiden13. Adanya ketakutan petugas untuk melaporkan

karena takut disalahkan21,22. Ketiga, kurangnya komitmen dari pimpinan,

manajemen dan unit terkait22. Faktor organisasi berperan dalam membangun

budaya pelaporan sehingga perlu pendekatan organisasi untuk dapat

membudayakan segera melapor ketika terjadi insiden23. Keempat, kurangnya

sosialisasi dan pelatihan Pelaporan IKP kepada semua pihak di organisasi22.

Petugas tidak tahu apa dan bagaimana cara melaporkan ketika insiden terjadi.

Pengetahuan memegang peranan penting dalam proses pelaporan IKP, jika

petugas sendiri tidak paham bagaimana sistem pelaporan IKP menyebabkan IKP

tidak terlaporkan23. Kelima, tidak ada reward dari rumah sakit jika melaporkan22.

Keenam, tingginya beban kerja SDM21.

Dengan diterapkannya sistem pelaporan yang baik akan mengajak semua

pihak peduli akan bahaya maupun potensi bahaya yang dapat terjadi pada

pasien13. Niat untuk melaporkan IKP dipengaruhi oleh faktor organisasi dan

faktor individu24. Respon manajemen dan KPRS terkait pelaporan IKP memegang

peranan penting. Manajemen dan Tim KPRS perlu melakukan pendekatan secara

individu dan organisasi untuk meningkatkan pelaporan IKP. Beberapa upaya yang

dapat dilakukan antara lain menciptakan budaya keselamatan pasien dan no

blaming, membuat sistem pelaporan yang baik dan mudah dipahami oleh semua

pihak, melakukan sosialisasi dan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan

pengetahuan tentang pelaporan IKP, menghilangkan ketakutan terhadap dampak

Universitas Sumatera Utara


pelaporan, pelaporan secara anonym serta pemberian reward jika melaporkan

maupun hukuman yang diambil tidak bersifat blaming maupun hukuman

individu13,22,23.

Pentingnya pelaporan insiden karena akan menjadi awal proses

pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terjadi kembali. Data laporan

IKP yang akurat sangat bermanfaat untuk menurunkan insiden dan meningkatkan

mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Dengan adanya data tersebut juga dapat

digunakan untuk melakukan pemetaan keselamatan pasien, sebagai dasar

perbaikan sistem pelayanan yang berorientasi pada keselamatan pasien dan

pencegahan terjadinya IKP berulang serta dapat digunakan oleh semua pihak

sebagai pembelajaran dan tidak untuk menyalahkan orang (non blaming)13,21,24.

Gambar 1. Formulir Laporan IKP (internal)11

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Formulir Laporan IKP ke Komite Nasional Keselamatan Pasien11

Gambar 3. Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit11

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien

lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Peraturan

yang berlaku di Indonesia mewajibkan setiap fasilitas kesehatan termasuk rumah

sakit maupun pelayanan primer lainnya harus menyelenggarakan keselamatan

pasien melalui menerapkan standar keselamatan pasien.

Saran

Adapun saran bagi fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit maupun

pelayanan primer lainnya menerapkan budaya keselamatan pasien dan segera

menindaklanjuti dan melaporkan jika terjadi insiden.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS. (eds), Committee in Health Care Quality in
America, Institute of Medicine. To Err is Human: Building a Safer Health System.
Washington DC, National Academy Press. 2000.
2. Brennan TA, Leape LL, Laird NM, et al., Incidence of adverse events and
negligence in hospitalized patients — results of the Harvard Medical Practice Study
I . N Engl J Med1991; 324:370–6.
3. Thomas EJ, Studdert DM, Burstin HR, Orav EJ, Zeena T, et al. Incidence and types
of adverse events and negligent care in Utah and Colorado. Med
Care,2000;38(3):261-71
4. Classen DC, Resar R, Griffin F, Federico F, Frankel T, et al. ‘Global Trigger Tool”
shows that adverse events in hospitals may be ten times greater than previously
measured. Health Affairs, 2011;30(4):581-9.
5. Aranaz-Andrés JM, et al. 2011. Prevalence of adverse events in the hospitals of five
Latin American countries: results of the 'Iberoamerican Study of Adverse Events'
(IBEAS). BMJ Qual Saf. 2011 Dec;20(12):1043-51. doi:
10.1136/bmjqs.2011.051284. Epub 2011 Jun 28.
6. John Hopkins University. 2013/2016. https://hub.jhu.edu/2016/05/03/medical-errors-
third-leading-cause-of-death/
7. IHI/NPSF. 2017. New Survey Finds 21 Percent of Americans Report Personal
Experience with Medical errors.
8. Singh H, Meyer and Thomas EJ.. The frequency of diagnostic errors in outpatient
care: estimations from three large observational studies involving US adult
populations. BMJ Qual Saf 2014;23:727–731.
9. ECRI Institute. 2018. Diagnostic Errors Top ECRI Institute’s Patient Safety
Concerns for 2018.
10. Utarini A, Koentjoro T, At Thobari J. Accreditation of health care organization,
health professional and higher education institution for health personnel, Health
Project V, Central Java Province. Centre for Heal th Service Managament, Faculty of
Medicine, Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta, 2000.
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Jakarta. 2017.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Manajemen Keselamatan Pasien.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/MANAJEMEN-KESELAMATAN-PASIEN-Final-
DAFIS.pdf
13. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). 2015. Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report). Jakarta.
14. The Joint Commission. Sentinel Event Data Summary. 2017
15. Nappoe, SA. Mengapa Keselamatan Pasien Sangat Sulit Diterapkan di Indonesia.
2017. https://www.mutupelayanankesehatan.net/19-headline/2564-mengapa-
keselamatan-pasien-sangat-sulit-diterapkan-di-indonesia
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
17. NHS Improvement. Our approach to patient safety: NHS Improvement’s focus in
2017/18. October 2017.
18. Ministry of Health Malaysia. 2017. Guidelines on Implementation Incident
Reporting & Learning System 2.0. for Ministry of Health Malaysia Hospitals.
19. KKP-RS. Laporan Insiden Keselamatan Pasien. 2011;2011(April)

Universitas Sumatera Utara


20. Ietje, Idris, I., Nontji, W. Analisis Sarana Manajemen yang Berhubungan dengan
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar.
Tesis. Universitas Hasanudin. 2013/;..
21. Gunawan, Widodo, FY, Harijanto, T. Analisis Rendahnya Laporan Insiden
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol 28, No 2
(2015), pp.206-213
22. Iskandar, H., Maksum, H., & Nafisah. 2014. Faktor Penyebab Penurunan Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28,
Suplemen No. 1.pp. 70-74.
23. Iskandar H., Wardhani, V. & Rudijanto, A.. 2016. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Niat Melapor Insiden Keselamatan Pasien. Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM) Vol 14 No 3, 2016
24. Hwang, J.I., Lee, S.I., and Park, H.A. 2012. Barriers to The Operation of Patient
Safety Incident Reporting Systems in Korean General Hospitals. Healthcare
Informatics Research. vol. 18. no. 4. pp. 279-286.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai