Anda di halaman 1dari 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENGUKURAN TOPOGRAFI

A. Maksud
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan Survei
Topografi di lokasi terpilih.

B. Ruang Lingkup
Prosedur ini memuat Kegiatan Survei Topografi yang dilakukan di
lokasi yang sudah ditentukan, mulai dari Persiapan, Perencanaan,
Kegiatan Lapangan dan pembuatan Laporan Akhir Pekerjaan

C. Acuan
Dokumen kontrak

D. Pihak yang Terkait/Terlibat


1. Pemberi Tugas (Owner)
2. Penyedia Jasa
3. Team Leader
4. Geodetic Engineer
5. Surveyor
6. Tenaga Lokal

E. Prosedur

1. Surat Ijin Survei


- Setelah Penyedia Jasa mendapatkan pekerjaan dari Pemberi
Tugas (Owner), selanjutnya Geodetic Engineer membuat
Perencanaan Pekerjaan yang berisi metodologi pekerjaan,
jadual/waktu pelaksanaan pekerjaan, jenis survei yang akan
dilaksanakan beserta jumlah team yang akan diturunkan ke
lapangan dan diajukan kepada Team Leader untuk mendapatkan
masukan dan persetujuan.
- Hasil persetujuan dari Team Leader, selanjutnya diajukan
kepada Pemberi Tugas (Owner) untuk mendapatkan Ijin Survei
berikut tanggal, jenis, jumlah dan lokasi pelaksanaan survei.
- Setelah Ijin Survei dikeluarkan oleh Pemberi Tugas,
selanjutnya Pemberi Tugas membuat surat pemberitahuan
kepada instansi yang terkait (terutama di lokasi pekerjaan)
yang akan dibawa oleh Pelaksana Survei (Penyedia Jasa).
2. Pelaksanaan Survei
2.1. Orientasi Lapangan
- Pelajari kondisi lapangan untuk menentukan penempatan Bench
Mark (BM) sebagai titik kontrol.
- Tentukan batas-batas survei di lapangan dengan jelas, kalau
tidak memungkinkan, cukup dengan mengambil koordinatnya
dengan menggunakan handheld (marking).
- Cek titik referensi Bakosurtanal terdekat ke lokasi pekerjaan.
- Siapkan tenaga lokal untuk pemasangan BM dan team topografi

2.2. Cek Peralatan Survei


- Sesampainya di lokasi, walaupun peralatan survei sudah di-
kalibrasi sebelumnya, cek kembali di lapangan, mulai dari
kondisi dan aksesorisnya.
Untuk Total Station : Lakukan cek salah indeks dan salah
kolimasi
Untuk Waterpass : Lakukan cek garis bidik
Untuk GPS : Lakukan test report kembali

2.3. Pemasangan Bench Mark (BM)

Pekerjaan Perintisan
- Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian
daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar.
- Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak dan
sebagainya.
- Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas
peta topografi atau atas petunjuk Kepala Satker/Project officer.
Pekerjaan pengukuran
- Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat
yang baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar
hasil pemeriksaan alat tersebut.
- Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan
aman, dibuat titik tetap (BM) yang diambil dari titik triangulasi atau lokal.
- Awal dan akhir kegiatan hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap
(BM).
- Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan
disepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan
mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan
dengan sungai dan jalan lain sehingga memungkinkan diperoleh as jalan
sesuai dengan standar yang ditentukan.

1. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal


- Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon tertutup.
- Sisi poligon atau jarak antara titik polygon maksimal 100 meter diukur
dengan peges ukur (meteran).
- Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu, sedang patok-
patok untuk titik ikat adalah dari beton.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolit jenis Wild-
T2.
- Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama
dengan alat pengukuran poligon, jaraknya diukur dengan pegas
(meteran)/jarak langsung, ketelitian poligon adalah sebagai berikut :
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik
poligon.
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal kegiatan, dan pada setiap
jarak 5 km (kurang lebih 60 titik poligon) pada titik akhir pengukuran.
Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4 biasa dan 4
luar biasa).

2. Pengukuran Titik Vertikal


- Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian adalah
cukup dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang setingkat.
- Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dengan
perbedaan pembacaan maksimum 2 mm.
- Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, dalam arti
pembagian skala jelas dan sama.
- Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan,benang atas,
tengah dan bawah.
- Benang Atas (BA),Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB),
mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB.
- Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D.
- Referensi leveling menggunakan referensi koordinat geografis.

3. Pengukuran Situasi
- Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Total Station (TS).
- Ketelitian alat yang dipakai adalah 10“.
- Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus
mencakup semua keterangan yang ada
- Untuk tempat–tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan
lain, pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus).
- Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur
jalan perlu diberi tanda di atas peta dan di photo (jenis dan lokasi
material).

4. Pengukuran Penampang Memanjang


- Pengukuran Penampang memanjang dilakukan di sepanjang sumbu
rencana jalan.
- Alat yang digunakan adalah jenis Total Station atau alat ukur lain yang
mempunyai ketelitian yang sama.

5. Pengukuran Penampang Melintang


- Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan
landai dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan/
pegunungan setiap 25 m.
- Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m dan ke
arah dalam 75 m.
- Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke kanan as
jalan.
- Khusus untuk perpotongan dengan sungai/jalan dilakukan dengan
ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus).
- Alat yang digunakan adalah sejenis Total Station (TS).

6. Pengukuran Khusus Jembatan


- Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup
semua keterangan yang ada di sepanjang jalan dan jembatan,
misalnya: rumah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan,pinggir
selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang telepon,
batas-batas bangunan jembatan, sawah, kebun, arah aliran air dan lain
sebagainya.
- Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung
koordinatnya. Ini dimaksudkanuntuk memperbanyak titik referensi pada
penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.
- Daerah yang diukur 200 meter panjang masing-masing oprit
jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah
sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ.
- Alat yang digunakan adalah sejenis Total Station (TS).

7. Pemasangan Patok –Patok


- Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus
dipasang 2 (dua) buah,masing-masing padaawal/akhir,dan pada patok
antara, dipasang dengan interval 1 km dan berpotongan antara
rencana jalan dengan sungai 2 buah seberang –menyeberang.
- Patok beton tersebut harus tertanam kedalam tanah sepanjang
±45 cm (yang terlihat di atas tanah ±15 cm).
- Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut.
- Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohon-
pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tandatanda tertentu
misalnya …. (nomor urut/ 2008).
- Patok poligon maupun patok station diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakan di sebelah kiri ke arah jalannya
pengukuran.
- Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di
sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda.

8. Perhitungan dan Penggambaran Peta


- Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik–titik ikat
yang dipergunakan.
- Penggambaran titik–titik polygon harus didasarkan pada hasil
perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis.
- Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas millimeter
dengan skala 1:1000 untuk situasi jalan dan skala 1:500 untuk situasi
jembatan.
- Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukurbegitu
pula semua keterangan–keterangan penting. Ketinggian titik tersebut perlu
dicantumkan.

F. Pelaporan
Laporan Akhir Survei Geodesi/Topografi harus mencakup sekurang-
kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut:
1. Data pelaksanaan
2. Peta situasi kegiatan yang menunjukkan secara jelas lokasi kegiatan
terhadap kota besar terdekat
3. Lokasi Titik-titik Kontrol Horizontal
4. Lokasi Titik-titik ikat (BM)
5. Pengukuran Penampang Memanjang
6. Pengukuran Penampang Melintang
7. Pengukuran Khusus Jembatan
8. Lokasi Pemasangan Patok –Patok
9. Metode Perhitungan dan Penggambaran Peta
10. Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai