Anda di halaman 1dari 17

M4 KB2

Salah satu faktor pembentuk kompetensi peserta didik dalam


kegiatan pembelajaran adalah kemampuan awal ( prior
knowledge) yang dimiliki. Pada struktur kurikulum program
keahlian TKI yang terdiri dari 4 kompetensi keahlian: Rekayasa
Perangkat Lunak (RPL), Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ),
Multimedia (MM), dan Sistem Informatika, Jaringan dan Aplikasi
dirancang untuk memberikan pemahaman dasar yang relatif
sama. Menurut Anda, apakah struktur kurikulum C1 sudah
mencerminkan kebutuhan kemampuan dasar peserta didik?
Kemukakan pendapat dan saran Anda!
M4 KB2

Sesuai dengan modul 4 KB 3 diketahui bahwa terdapat


bermacam-macam gaya belajar peserta didik. Dengan
beragamnya gaya belajar peserta didik, bagaimana upaya Anda
untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif dan
optimal di kelas? Bagaimana cara Anda memperlakukan peserta
didik yang memiliki gaya belajar sangat berbeda dengan rekan
sekelasnya? Uraikan metode Anda!
M5 KB1

A. Tabel Komparasi antara:


a. Kelompok pembelajaran cooperative learning jigsaw
dengan kelompok pembelajaran tradisonal;
b. Kelompok pembelajaran berbasis masalah dengan
kelompok pembelajaran tradisonal;
c. Kelompok pembelajaran project based cooperative learning
dengan kelompok pembelajaran tradisonal;
d. Kelompok pembelajaran simulasi (role playing) dengan
kelompok pembelajaran tradisonal.

B. Secara spesifik, tolong dijabarkan tentang keuantungan


penggunaan:

1. Keuntungan Cooperative Learning tipe Jigsaw Ada beberapa


keuntungan cooperative learning dalam proses
pembelajaran, menurut Yamin dan Ansari (2008:78-80),

a. Cooperative learning mengajarkan siswa untuk


percaya pada guru dan lebih lagi percaya pada
kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi
dan sumber lain, dan dapat belajar dari siswa lain.

b. Cooperative learning mendorong siswa untuk


mengungkapkan idenya secara verbal dan
membandingkan ide dengan temannya. Ini secara
khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan
masalah.
c. Cooperative learning membantu siswa belajar
menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah
dalam menerima perbedaan ini.

d. Cooperative learning merupakan strategi efektif bagi


siswa untuk mencapai hasil akademik dan social
termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan
hubungan interpersonal positif antara satu siswa
dengan lainnya, meningkatkan keterampilan
manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.

e. Cooperative learning banyak menyediakan kesempatan


pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan
ketepatan dari jawawaban tersebut.

f. Cooperative learning mendorong siswa lemah untuk


tetap berbuat membantu siswa-siswa pintar
mengidentifikasikan celah-celah dalam dalam
mencapai hasil belajarnya.

g. Interaksi yang terjadi pada cooperative learning yaitu


membantu memotivasi siswa dan mendorong
pemikirannya.

h. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan


mengajarkan keterampilan diskusi.

i. Memudahkan siswa melakukan interaksi social.

j. Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik

k. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif


2. Kelebihan pembelajaran berbasis menurut Arifin,
Mohammad Saiful (2010) masalah antara lain:
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab
mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
b. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan
menuntut ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi
c. Pengetahuan tertanam berdasakan skema yang
dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah-masalah yang diselesaiakn berkaitan dengan
kehidupan nyata.
e. Proses pembelajaran melalui pembelajaran berbasis
masalah dapat membiasakan para siswa untuk
menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil. Apabila menghadapi permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari siswa sudah mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikannya.
f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
3. Helm dan Katz dalam Abidin (2001:170) memandang model
ini memiliki keunggulan yakni “dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan akademik siswa, sosial
emosional siswa, dan berbagai keterampilan berpikir untuk
dibutuhkan siswa dalam kehidupan nyata”. Keunggulan
model ini juga dikemukakan oleh MacDonell dalam Abidin
(2007:170) yakni bahwa model ini diyakini mampu
meningkatkan kemampuan:
a. Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan
menginterpretasikan informasi (visual dan tekstual)
yang mereka lihat, dengar, atau baca.
b. Membuat rencana penelitian, mencatat temuan,
berdebat, berdiskusi, dan membuat keputusan.
c. Bekerja untuk menampilkan dan mengontruksi
informasi secara mandiri.
d. Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, dan mengakui bahwa
setiap orang memiliki keterampilan tertentu yang
berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan.
4. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Simulasi
menurut Wina Sanjaya (2010) menyatakan bahwa terdapat
beberapa kelebihan dan kelemahandengan menggunakan
simulasi sebagai metode mengajar.Kelebihan Model
pembelajaran ini di antaranya adalah :
a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa
dalam menghadapi situasi yangsebenarnya kelak, baik
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapidunia kerja.
b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa,
karena melalui simulasi siswadiberi kesempatan untuk
memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan .
c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri
siswa.
d. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diperlukan dalammenghadapi berbagai situasi
sosial yang problematis.
e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam
proses permbelajaran.
M5 KB2
1. landasan hukum dan landasan akademik dalam pengembangan media pembelajaran;
Media Pembelajaran
Kata media berasa dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari
penerima ke penerima pesan (Sadiman dkk, 2010 : 6). Media Pembelajaran adalah alat bantu
proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajara (Permendikbud No.22 2016). Secara
lebih lanjut media dalam proses pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam proses
pembeajaran yang berfungsi sebagai perantara, penyalur materi pembelajaran dari pengirim
(guru) kepada penerima (peserta didik).
Landasan Teori Penggunaan Media Pembelajaran
a. Azhar Arsyad (2009:7) memaparkan beberapa pendapat parah ahli mengenai
penggunaan media pembelajaran.
b. Bruner (1966 :10-11) Ada tiga tingkatan utama modus belajar, yakni pengalaman
langsung (enactive), pengalaman pictorial/ gambar (iconic), dan pengalaman abstrak
(symbolic). Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh
‘pengalaman’ yang baru.
c. Dale (1969) Semakin banyak indra yang digunkan untuk menerima dan mengolah
inofomasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti.
d. Levie & Levie (1975) Hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan
stimulus verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang
lebih baik.
Ciri-ciri Media Pembelajaran yang Baik
Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga cirri media mengapa media digunakan dan segala yang
dapat dilakukan media yang mengkin guru tidak mampu melakukannya (kurang efisien dan
efektif).(azhar arsyad. 2009)
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri ini mengambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan dan merekonstruksikan suatu peristiwaatau obyek yang
terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Media dalam ciri ini dapat menapulasi suatu
kejadian yang berhari hari dijadikan hanya beberapa waktu dengan teknik pengambilan
gambar time-lapse recording.
c. Ciri Distributif (Distributive Property) Media memungkinkan suatu obyek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah siswa dengan stimulus yang relatif sana mengenai kejadian itu.
Dasar Pertimbangan Memilih Media Pembelajaran
Sadiman, Arief S.dkk( 2010) memaparkan beberapa penyebab orang memilih media antara lain
adalah :
a. Bermaksut mendemonstarsikan seperti halnya pada kuliah tentang media.
b. Merasa sudah akrab dengan media tersebut.
c. Ingin memberikan gambaran dan penjelasan yang lebih konkret.
d. Merasa media dapat berbuat lebih jauh dari yang bias dilakukannya.
Manfaat media pembelajaran
Manfaat dari penggunaan media pembeajaran antara lain (azhar arsyad. 2009) adalah Media
pembelajran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak hingga dapat meningkatkan
motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Memberikan pengalaman yang tidak mudah
diperoleh dengan cara lain dan keragaman yang lebih banyak dalam pembelajaran.
langkah-langkah pengembangan media pembelajaran
rancangan pengembangan program media, Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-
langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah
sebagai berikut:
a. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki
Peserta Didik dengan apa yang diharapkan. Setelah kita menganalisis kebutuhan Peserta
Didik, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik Peserta Didiknya, baik menyangkut
kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki Peserta Didik sebelumnya.
Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat
disederhanakan dengan cara mengenalisa topik-topik materi ajar yang dipandang sulit dan
karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan
ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang
diperlukan (audio, visual, gerak atau diam). contoh melakukan identifikasi kebutuhan dan
karakteristik Peserta Didik. Adanya kebutuhan tersebut inilah yang menjadi dasar pijakan
dalam membuat media pembelajaran, karena dengan dorongan kebutuhan inilah media
dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan Peserta Didik, haruslah relevan
dengan kemampuan yang dimiliki Peserta Didik.
b. Merumuskan tujuan pembelajaran (Instructional objective) dengan operasional dan khas.
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang
harus diingat, yaitu: tujuan pembelajaran harus berorientasi kepada Peserta Didik; artinya
tujuan itu benar-benar harus menyatakan adanya perilaku Peserta Didik yang dapat
dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.Sebuah tujuan pembelajaran
hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience,
Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut
sebagai berikut:
A = Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
B = Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan
setelah pembelajaran berlangsung
C = Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat
mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D = Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.
c. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau
keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang
disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar
mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya
adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan
dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak.
d. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah
program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa
dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku. Instrumen tersebut akan
digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang
dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka Peserta Didik nanti akan diminta
mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah Peserta
Didik menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang
digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka
dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka Peserta Didik dimintai tanggapan
tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.
e. Menulis Naskah Media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang
merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang
telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media,
maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah
program media. Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam
memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam
suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau
bunyi dan suara yang harus direkam. Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah
adalah berawal dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan
naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap diproduksi.
f. Mengadakan Tes atau Uji Coba dan Revisi
Tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media
yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program
media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak
menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi Peserta Didik yang
ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik. Tes atau uji coba
tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga
melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan
menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk
memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang
perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan
tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan
ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau
suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek
yang dianggap kurang.
2. Apa yang harus dilakukan seorang guru di daerah terpencil dalam mengembangkan bahan ajar
dan media pembelajarannya...?
Guru harus tetap dapat mengembangkan media dan bahan ajar diaerah 3T, sebagai contoh
seorang guru Teknik Komputer dan Informatika dapat memafaatkan software software simulasi
sebagai media pembelajarannya. Kemudian ada media youtube yang sekarang ini sudah sangat
membantu dengan berbagai hal yang dapat dimanfaatkan sebagi media dan bahan ajar. Jika
sangat terpaksa dapat juga digambarkan secara manual dibentuk menjadi sebuah poster.
M5 KB3
1. landasan hukum dan landasan akademik dalam pengembangan bahan ajar
Bahan ajar adalah seperangkatmateri pelajaran yang mengacu padakurikulum yang digunakan
dalam rangkamencapai standar kompetensi dankompetensi dasar yang telah ditentukan (Ika
Lestari, 2013), Media Pembelajaran adalah alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajara (Permendikbud No.22 2016)
Bahan ajar berbentuk modul setidaknya terdiri atas tujuh komponen, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran
b. Lembar evaluasi
c. kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas
d. Lembaran kegiatan siswa, yang berisi substansi kompetensi yang
akandipelajari/diantarkan.
e. Lembaran kerja siswa
f. Kunci lembar kerja
g. pedoman bagi guru(Smaldino, Sharon, dkk. Arif Rahman 2011)
Bahan ajar dalam bentuk modul dibedakan menjadi dua jenis, yaitu modul inti dan modul
pengayaan. Modul inti berisi substansi pembelajaran kompetensi minimal yang harus dikuasai
oleh siswa, sedangkan modul pengayaan berisi substansi yang bersifat memperluas dan
memperdalam kompetensi yang ada pada modul inti.
2. langkah-langkah pengembangan bahan ajar
Bahan atau materi yang sering digunakan dalam proses pembelajaran kadang-kadang tidak
melewati proses sistematis dalam pengembangannya. Sering langkah-langkah ilmiah tidak
diperhatikan apalagi jika terdesak dengan batas waktu penyusunan. Ranjit (2012:2)
menyarankan sepuluh tahapan dalam mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu :
Identifikasi kebutuhan dan masalah
a. Analisis masalah: terutama terkait dengan pola resistensi
b. Analisas masalah: identifikasi faktor kebutuhan dan motivasi, dan taktik persuasi
c. Merumuskan dan menetapkan tujuan
d. Menyeleksi topik
e. Menyeleksi bentuk (format)
f. Penyusunan konten: visual script
g. Editing
h. Testing (pengujian)
i. Revisi
3. mengembangkan bahan ajar on line didaerah terpencil
Salah satu misi pendidikan abad 21 yakni membangun keterampilan melek TIK dan media pada
siswa. Misi ini dapat tercapai di daerah berkembang walaupun beberapa sekolah belum memiliki
fasilitas TIK pembelajaran. Namun, pengintegrasian ini memiliki tantangan bagi sekolah daerah
terpencil. Bagi guru, pembelajaran dimulai dengan memperbarui pengetahuan bukan berarti
menitiberatkan pembelajaran pada alat TIK. Teknologi dan Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah
alat untuk mencapai tujuan pendidikan bukanlah sebagai tujuan pendidikan abad 21. Kualitas
terbaik guru daerah terpencil menyeimbangkan ketidaksediaan alat TIK dalam pembelajaran.
Guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, efektif dan efisien
serta membekali siswa dengan berbagai skill.
Kegiatan pembelajaran yang disusun menganut empat prinsip pokok pembelajaran abad 21
sebagaimana yang dirumuskan Jennifer Nichols dalam Rohim, Bima dan Julian (2016). Adapun
keempat prinsip tersebut yakni (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) siswa mampu
berkolaborasi dengan teman ataupun orang lain; (3) pembelajaran diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari; dan (4) sekolah terintegrasi dengan masyarakat.
Namun jika memungkinkan dibuatkan sebuah server local dengan memanfaatkan MOODLE atau
semacamnya, MOODLE (singkatan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment)
adalah paket perangkat lunak yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan situs
web yang menggunakan prinsip social constructionist pedagogy. MOODLE merupakan salah satu
aplikasi dari konsep dan mekanisme belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi,
yang dikenal dengan konsep pembelajaran elektronik atau e-learning.
M5 KB4

Pada forum diskusi pagi pada Modul 5 (Pengembangan Profesi


Guru) di hari keempat ini, Kami ingin mengajak Bapak/Ibu untuk
berdiskusi terkait KB 4.
Bapak/Ibu yang aktif tentunya ada penilaian tersendiri,
karenanya peran aktif menjadi bagian penting dalam diskusi ini.

Ada hal menarik yang perlu Kami diskusikan pada hari keempat
ini, yaitu:
Mendiskusikan bagaimana seorang Guru merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi sebuah RPP.
Berikut yang harus Bapak/Ibu sampaikan dalam diskusi ini:
1. Kenapa RPP harus dibuat oleh seorang guru...?
2. Apa RPP masih diperlukan oleh seorang guru...?
3. Bagaimana sangsi hukum dan moral jika seorang guru tidak
membuat RPP...?

Kami tunggu inspirasi dan pendapat dari para generasi milenia


ini...
M6 KB1

Ada beberapa hal menarik yang perlu Kami diskusikan pada hari
pertama ini, yaitu:
1. Dalam dunia pendidikan, istilah evaluasi sejatinya ada 4
(empat) yaitu: (1) MEASUREMENT (Pengukuran), (2) ASSESSMENT
(Penilaian), (3) EVALUATION (Evaluasi), dan (4) RESEARCH
(Penelitian)
Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu terkait 4 (empat) istilah
evaluasi tersebut ditinjau dari sisi relevansi dengan tema/topik
KB 1.
2. Apa batasan perbedaan antara pengukuran dan tes...?
3. Apa batasan perbedaan antara penilaian dan evaluasi...?
4. Sebutkan hasil produk masing-masing yang diperoleh dari:
(1) pengukuran, (2) penilaian, (3) tes, dan (4) evaluasi...?
5. Uraikan proses/langkah-langkah hasil produk masing-masing
yang diperoleh dari: (1) pengukuran, (2) penilaian, (3) tes, dan
(4) evaluasi...?

Kami tunggu inspirasi dan pendapat dari para generasi milenia


ini...
M6 KB2

Ada beberapa hal menarik yang perlu Kami diskusikan pada hari
kedua ini, yaitu:
1. Landasan Filosofi dan Landasan Akademik apa yang
mendasari perbedaan Penilaian Tradisional dan Penilaian
Otentik...?
2. Dalam Lampiran Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar, yang tertuang dalam Pedoman Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik dikatakan bahwa Teknik dan
instrumen Penilaian Hasil Belajar meliputi:
a. Instrumen Penilaian Hasil Belajar pada aspek Sikap, meliputi:
(1) observasi, (2) penilaian diri, (3) penilaian teman sebaya, dan
(4) penilaian jurnal;
b. Instrumen Penilaian Hasil Belajar pada aspek Pengetahuan,
meliputi: (1) tes tertulis, (2) observasi terhadap diskusi, Tanya
jawab, dan percakapan, serta (3) penugasan;
c. Instrumen Penilaian Hasil Belajar pada aspek Keterampilan,
meliputi: (1) unjuk kerja/kinerja/praktik; (2) projek; (3) produk,
(4) portofolio, dan (5) tertulis;
Apakah instrumen diatas merupakan bentuk Penilaian Tradisonal
atau bentuk Penilaian Otentik...?
(Masing-masing intrumen diberikan alasannya)

Anda mungkin juga menyukai