Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI ILMUWAN MUSLIM

PENJELAJAH SAMUDERA

1. Ibnu Battutah
Anak muda dari Tangier ini merelakan hidupnya pada hembusan angin yang membawanya
kemana pun ia singgah. Napak tilas perjalanannya menempatkannya sebagai penjelajah dunia terbesar
yang dimiliki peradaban Islam dan dunia. Ia bernama Ibnu Battuta.

Penjelajah bernama asli Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Lawati al-Tanji ini lahir di
kota Tangiers, Maroko pada 24 Februari 1304. Dibesarkan dalam keluarga yang taat menjaga tradisi
Islam, Ibnu Battutah justru membenamkan diri pada ilmu-ilmu fikih dan sastra Arab. Keilmuan yang
mendukungnya untuk sebuah penjelajahan seperti astronomi ataupun kelautan lainnya, bisa dikatakan
tidak ada sama sekali.

Seluruh kisah perjalanannya dikisahkan kembali oleh Ibnu Battuta dan ditulis oleh Ibnu Jauzi,
juru tulis Sultan Maroko, Abu Enan. Karya itu diberi judul Tuhfah al Nuzzar fi Ghara’ib al Amsar wa
Ajaib al Asfar(Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-Kota Asing dan Perjalanan
Mengagumkan).

Perjalanan Penuh Kisah. Ibn Battuta jelas merupakan penjelajah yang luar biasa. Perjalanan yang
ditempuhnya meliputi Spanyol, Rusia, Turki, Persia, India, Cina dan negara muslim lainnya. Ia selalu
mendeskripsikan kondisi spiritual, politik dan sosial dari setiap negeri yang disinggahinya. Ia berhasil
merekam seperti apa wajah peradaban Timur Tengah pada abad pertengahan.

Pada tahun 1330, Ibnu Battuta memulai pelayaran pertamanya. Ia baru saja berumur 27 tahun dan
telah menjadi penjelajah yang cukup berpengalaman. Perahu yang dinaikinya adalah Jalba, satu dari
kapal laut melegenda di Laut Merah, terbuat dari bilahan papan yang diolesi minyak ikan hiu agar anti
air.

Usai melakukan perjalanan laut, pada tahun 1333 Ibnu Battuta melanjutkan pengelanaan lewat
darat. Ia jelajahi stepa-stepa di Rusia Selatan hingga sampai ke istana Sultan Muhammad Uzbegh
Khan di tepi sungai Wolga. Ia melanjutkan penjelajahannya hingga ke Siberia. Bahkan, ia sempat
berniat menuju Kutub Utara, namun batal karena dingin cuaca daerah “Tanah Gelap”, sebutan
wilayah yang tak pernah ada sinar matahari tersebut.

Pada 12 September 1333, setelah perjalanan panjang melewati wilayah Iran, Anatolia dan Asia
Tengah, Ibn Battuta akhirnya singgah di tepi sungai Indus, tepi barat India yang dikuasai oleh
Muhammad Shah II, penguasa Islam di Delhi.

Anehnya, penjelajahan dunia Ibnu Battuta baru diketahui bangsa Barat setelah 300 tahun
kemudian. Kitabnya berjudul Rihla (Perjalanan) ditemukan di Aljazair. Marco Polo mendiktekan
pengalaman perjalanan bersama rekannya ketika berada di sel pada tahun 1296, kopi tulisan dari
kisahnya telah menyebar hingga ke Eropa pada abad ke-15. Jika saja Ibnu Battuta memperoleh
publisitas yang sama, namanya pasti sejajar, bahkan melebihi Marcopolo sebagai seorang penjelajah
dunia.
2. Khashkhash bin Said bin Aswad
Khashkhash bin Sa'id bin Aswad (abjad Arab: ‫ )خشخاش بن سعيد بن اسود‬adalah seorang ahli
navigasi dari Spanyol Islam di Iberia keturunan bangsa Moor yang lahir di Pechina, Andalusia. Ibnu
Aswad dikenal karena menemukan "dunia asing" (Ardh Majhul) yakni sebuah negeri asing pada tahun
889-890 M yang diyakini sebagai Benua Amerika saat ini.

Seorang pakar geografer, fisikawan dan sejarawan Persia, Ali bin Al-Hussain Al-Mas'udi (871-
957M) di dalam bukunya Muruj Adz-Dzahaba Ma'ad al-Jauhar (Hamparan Emas dan tambang
Permata), menuliskan bahwa Khasykhasy bin Sa'id bin Aswad, adalah seorang penjelajah Muslim dari
Cordova, Spanyol, yang berhasil mencapai benua Amerika pada tahun 889 M. Semasa pemerintahan
Khalifah Abdullah bin Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan
Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing
(al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang
menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang kemudian bernama Amerika. Sejak itulah,
pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan
berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim.

Ali al-Mas'udi, menulis:

Di samudera yang berkabut (Laut Atlantik) terdapat banyak keanehan-keanehan yang telah kami
sebutkan secara rinci di kitab kami Akhbar Az-Zaman, sebagai dasar atas apa yang telah kami lihat
disana, para petualang yang menembusnya dengan mempertaruhkan nyawanya, yang sebagian pulang
dengan selamat, sebagian lain tewas di dalam usahanya. Kemudian seseorang penduduk dari Cordoba,
yang bernama Khasykhasy, mengumpulkan anak-anak muda, teman-teman sekotanya, dan pergi
untuk menjelajahi samudera tersebut. Setelah waktu yang panjang, dia kembali dengan barang-barang
berharga. Setiap orang Spanyol mengetahui tentang cerita ini."
—The Book of Golden Meadows (947)

Anda mungkin juga menyukai