DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH:
Kelompok 3:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Implementasi Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara ( Pendidikan Sebagai
Pengembangan Kodrat Alam ) ini meskipun dengan sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih
baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang dibekali dengan kelebihan akal
yangmembedakannya dengan mahluk lainnya. Karena itu manusia harus dapat
mempergunakan akalnya dengan baik untuk dapat bertahan hidup. Akal akal pikiran manusia
terarah dengan baik maka ibarat mesin harus dapat diolah dan dipoles dengan baik agar dapat
berfungsi. Manusia terlahir ibarat kertas kosong yang tidak memahami apapun, yang perlu
mencatat segala hal yang dialaminya dalam kehidupannya semasa dia hidup. Manusia
bukanlah manusia seutuhnya bila tidak menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan
orang lain. Untuk dapat memanusiakan manusia menjadi lebih baik maka perlu adanya
asupan pendidikan. Karena tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk memanusiakan
manusia, dengan menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, serta berwatak luhur.
Karena pendidikan diyakini dapat merubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu pendidikan dalam bidang sains
dan pendidikan dalam bidang sosial. Namun setiap orang yang memiliki pendidikan tidak
akan menjadi seseorang yang lebih baik tanpa dibalut dengan pendidikan karakter dan moral.
Sebab pendidikan yang baik adalah pendidikan yang didukung dengan pendidikan karakter
untuk dapat membentuk watak dan pribadi manusia menjadi lebih baik, bijak dan bermartabat
dengan memegang teguh rasa cinta dan bangga atas bangsa dan negaranya, menghargai
sesama dan dapat membangun kesatuan hidup yang lebih baik dikalangan masyarakat.
Karena itu Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu tokoh pendidikan di Indonesia memiliki
pandangan khusus mengenai pendidikan itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini
adalah:
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pendidikan Indonesia dan juga seorang pahlawan
Indonesia. Beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian
kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Beliau lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei
1889, Hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai
Hari Pendidikan Nasional.
Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan. Ia merupakan anak dari GPH
Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka
beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan. Dalam banyak buku
mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Ia pertama kali bersekolah di ELS yaitu Sekolah
Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia
kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk
pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda. Sekolah
STOVIA kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun
bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit
ketika itu.
Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis,
hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu,
antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja
Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam
mencerminkan semangat anti kolonial.
Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala
itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia diasingkan ke
pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri. Pengasingan itu juga
mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto
Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai ‘Tiga Serangkai’. Ketiganya kemudian
diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.
Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian
mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia berperan
sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat
kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Munculnya Douwes Dekker yang
kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama
Indische Partij yang terkenal.
Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung sebagai
guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di
sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru mengenai
metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah
tersebut bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal
sebagai Taman Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden
Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, hal ini
ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu. Ia pun juga membuat
semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia
yaitu :
Selain itu ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai
Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya dalam merintis
pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran
beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan
di Taman Wijaya Brata. Wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar
20.000 rupiah.
Ki Hadjar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan
psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya.
Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang.
Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan
ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia.
Tidak ada keabadian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya. Pengaruh alam dan
zaman adalah penguasa kodrat yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Anak-anak adalah
sebuah kehidupan yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir
dan hidup batin mereka (Dewantara I,2004). Maka, Ki Hadjar menekankan arti penting
memperhatikan kodrat alam dalam diri anak semasa pendidikan. Artinya Pendidikan itu
sudah setua usia manusia ketika manusia mulai bertahan hidup dan mempertahankan hidup
dengan membangun peradabannya. Mendidik anak itu sama dengan mendidik masyarakat
karena anak itu bagian dari masyarakat. Mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan
anak untuk berkehidupan lebih baik, demikian pula dengan mendidik masyarakat berarti
mendidik bangsa ( Dewantara I, 2004).
Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab
dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia
yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II , 1994). Dengan demikian,
pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan
zaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga
manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Dalam hal ini, Ki Hadjar membedakan antara Pengajaran dan Pendidikan. Pendidikan
adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara
menyiangi hulma disekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik
dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah
anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu
diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan
dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin
(Dewantara I, 2004).
Di samping itu, Pengajaran yang tidak berdasarkan semangat kebudayaan dan hanya
mengutamakan intelektualisme dan individualisme yang memisahkan satu orang dengan
orang lain hanya akan menghilangkan rasa keluarga dalam masyarakat di Seluruh Indonesia
yang sesungguhnya dan menjadi pertalian suci dan kuat serta menjadi dasar yang kokoh
untuk mengadakan hidup tertib dan damai (Dewantara I , 2004). Tiga butir penting
Pengajaran Rakyat menurut Ki Hadjar:
a) Pengajaran rakyat harus bersemangat keluhuran budi manusia, oleh karena itu harus
mementingkan segala nilai kebatinan dan menghidupkan semangat idealisme.
b) Pengajaran rakyat harus mendidik ke arah kecerdasan budi pekerti , yaitu masaknya jiwa
seutuhnya atau character building.
c) Pengajaran rakyat harus mendidik ke arah kekeluargaan , yaitu merasa bersama-sama
hidup, bersama-sama susah dan senang, bersama-sama tangung jawab mulai dari
lingkungan yang paling kecil, yaitu keluarga. Jangan sampai di sistem sekolah umum
sekolah menjauhkan anak dari alam keluarganya dan alam rakyatnya.
Ki Hadjar Dewantara mengajukan lima asas pendidikan yang dikenal dengan sebutan
pancadharma (kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan).
Berikut adalah penalaran atas kelima asas tersebut:
Pandangan Hidup Ki Hajar Dewantara Yang menjadi semboyan Taman siswa sangat
terkenal hingga sekarang yaitu : “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri
handayani” (“di depan menjadi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dari belakang
mendukung”). semboyan ini juga memiliki pengetian sebagai berikut:
Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata
Ingsunyang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah
menjadiseorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang
disekitarnya.Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.
Pendidikan Budi Pekerti atau Karakter, yaitu bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak
pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan enerji jiwa manusia
sebagai makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai dirinya sendiri ,
mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar
menyebutnya sebagai manusia yang beradab dan itulah tujuan Pendidikan Indonesia secara
garis besar. Maka, Ki Hadjar membagi fasa pendidikan menjadi tiga perkembangan, yaitu :
Pendidikan karakter untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa itu harus dimulai
sedini mungkin bagi seluruh anak bangsa. Pemikiran Ki Hadjar yang menarik bagi
Pendidikan untuk membangun bangsa Indonesia adalah Wirama yaitu sifat tertib serta
hidupnya laku yang indah sehingga dapat memberi rasa senang dan bahagia . Wirama itu
tidak lepas dari kodrat alam seperti keteraturan alam, keindahan alam, sifat alami alam yang
ritmik. Di samping itu, dengan mengutip seorang ahli psikologi dan ilmu pendidikan Dr
Rudolf Steiner, Ki Hadjar mengungkap bahwa Wirama, yaitu mempermudah pekerjaan,
mendukung gerak pikiran, mencerdaskan budi pekerti, dan menghidupkan kekuatan dalam
jiwa manusia.. Wirama akan membiasakan manusia menghargai harmomi dalam keragaman,
hal yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman bawaan.
Dengan harmoni maka manusia akan selalu menyelaraskan hidupnya dengan lingkungannya
serta menjaga kemerdekaannya dengan menghargai kemerdekaan orang lain. Wirama itu ada
dalam adat-istiadat, tata-krama, kebiasaan setiap etnis suku bangsa.
Sistem pendidikan Indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang tetap saja
mengecewakan. Hampir tidak ada lagi nilai-nilai kebangsaan yang ditanamkan dalam proses
penyelenggaraan pendidikan nasional kita. Pendidikan kapitalistik, seperti di era reformasi
sekarang, hanya menciptakan pemisahan orang-orang terpelajar dengan rakyatnya,
menyebabkan munculnya Stratifikasi sosial ditengah kehidupan masyarakat. Kondisi
demikian tentu sangat jauh dari konsep pendidikan dan pengajaran yang dimaksudkan oleh
Ki Hajar Dewantara.
3.2 Saran
Setelah mengelaborasi konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan membahas tantangan-
tantangan implementasinya dalam praksis pendidikan, kami merumuskan lima rekomendasi
berikut ini, yang penting diperhatikan lembaga pendidikan dan praktisi pendidikan di
Indonesia dewasa ini, bahwa pendidikan hendaknya diarahkan untuk:
1. Memerdekaan lahiriah dan batiniah (sehingga menjadi pribadi yang memiliki otonomi
intelektual, otonomi eksistensial, otonomi sosial).
2. Membangun kesadaran peserta didik bahwa dirinya adalah bagian integral dari alam
semesta.
3. Membentuk perasaan peserta didik untuk mencintai ketertiban dan kedamaian.
4. Membentuk sikap tanggungjawab dalam diri peserta didik agar setia
danbertanggungjawab dalam memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan
nasional.
5. Membangun rasa nasionalisme dalam diri peserta didik sehingga ia merasa satu dengan
bangsanya dan cinta akan bangsanya.
Daftar Pustaka
https://www.biografiku.com/biografi-ki-hajar-dewantara/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara
http://dewantara.id/home/id_ID/blog/...dan-kehidupan/
https://asiswanto.net/?page_id=305