Anda di halaman 1dari 4

Scabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes

scabei var hominis. Insiden scabies di negara berkembang menunjukkan siklus


fluktuasi atau peningkatan.

Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita scabies sebesar


6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini mengalami
peningkatan pada tahun 2012 yang jumlah penderita scabies diperkirakan
sebesar 3,6 % dari jumlah penduduk (Depkes RI, 2012). Pada hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, dikabupaten Jember jenis kelamin laki-laki
terkena scabies lebih besar dari pada perempuan ditunjukkan dengan hasil
penelitian laki-laki 24,89% dan perempuan 5,82%

Penyakit scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei akan berkembang


pesat jika kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung dengan perilaku hidup
bersih dan sehat. Sarcoptes scabiei menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit
seperti sela jari, siku, selangkangan. Scabies banyak menyerang pada orang yang
hidup dengan kondisi personal hygiene di bawah standar atau buruk, sosial
ekonomi rendah, kepadatan penduduk, dan perkembangan demografik serta
ekologik.

IDENTITAS
Nama : Sdr. ASM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 17 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tegal
Pendidikan : SMA
Tanggal Masuk Poli : Rabu, 20 Maret 2019

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di Poli Umum Puskesmas Bumiayu pada Rabu, 20 Maret
2019

Keluhan Utama: Bruntus-bruntus yang terasa gatal

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Puskesmas Bumiayu dengan keluhan bruntus-bruntus
yang terasa gatal pada sela-sela jari kedua tangan, punggung kedua tangan, dan
kedua kaki. Keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu yang lalu sebelum pasien
berobat ke Puskesmas Bumiayu. Awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung
jarum pentul dirasakan berawal dari sela jari tangan kanan kemudian semakin
banyak dan meluas ke sela jari tangan kiri, punggung tangan, hingga ke kaki.
Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan
menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal yang
dirasakan membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan
dan beberapa luka bernanah.
Saat pertama kali gatal tersebut muncul, pasien tidak digigit oleh
serangga. Namun saat timbul keluhan gatal, pasien demam. Keluhan batuk pilek
dan sakit menelan disangkal.
Pasien tinggal di pondok pesantren. Teman satu pondoknya banyak yang
mengalami keluhan serupa. Pasien biasanya mandi 2x dalam sehari termasuk
mengganti pakaian dalam dan menggunakan handuk sendiri.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:


Pasien sering mengalami keluhan seperti ini sebelumnya sejak pasien 1 tahun
terakhir. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan dan debu.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa . Tidak ada
riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan dan debu.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Poli Umum Puskesmas Bumiayu pada Rabu, 20
Maret 2019
Keadaan umum : Baik, compos mentis
Tanda vital : TD : 120/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit,reguler, isi & tegangan cukup
t : 37,7˚C (aksiler)
Status gizi : BB : 55 kg
TB : 165 cm
BMI : 20,2 kg/m2 (baik)
Kepala : mesocephal, rambut hitam, tidak ada kelainan kulit
Kulit : turgor cukup, sianosis (-)
Mata :konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : trakea di tengah, pembesaran nnll (-/-)

Thorax : bentuk normal


Cor
- Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V 2 cm lateral LMCS
- Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
- Auskultasi : BJ I-II murni, reguler, bising (-), gallop (-)

Pulmo
- Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
- Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
- Auskultasi :suara dasar vesikuler (+/+), RBK (-/-)

Abdomen
- Inspeksi : datar, lesi kulit (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
- Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : superior & inferior dalam batas normal

STATUS DERMATOLOGIS
Distribusi: regional
Ad region: interdigitalis bilateral, palmar dan dorsum manus bilateral, dan pedis
bilateral
Lesi: multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai
lentikular diameter….., menimpul dari permukaan kulit, kering
Efloresensi: papul eritematosa, pustule, ekskoriasi, krusta

DIAGNOSIS KERJA
Skabies dengan infeksi sekunder

TATA LAKSANA
Medikamentosa
- Permetrin 5% zalf tube No. I sue
- Amoxicillin tablet 3 x 500 mg (No. X)
- Paracetamol tablet 3 x 500 mg (No.X)
- Cetirizine tablet 2 x 10 mg (No. X)

Non Medikamentosa
Memberikan edukasi agar rajin melakukan pengobatan dan teman satu tempat
tidur dalam pondok harus diobati, menjaga kebersihan pasien dan teman,
seluruh pakaian dicuci dengan menggunakan air hangat, kasur, bantal dan
benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur.

- Diagnosis
Skabies dengan infeksi sekunder

- Penatalaksanaan
Tata laksana Skabies dilakukan dengan pendekatan berikut.
a. Promotif diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan diri. Pasien diedukasi sehingga meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran mengenai perilaku hidup sehat. Pasien juga diedukasi tentang
penyakit Skabies yang sedang dialami serta pencegahan agar tidak kambuh lagi.
b. Preventif dengan menjaga kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian di
rumah dicuci dengan menggunakan air hangat, kasur, bantal, dan benda-benda
lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis.
d. Rehabilitatif dilakukan melalui kontrol kembali agar pasien dapat dipantau
perkembangannya serta dapat sembuh dan beraktifitas seperti sedia kala.
Pada tanggal 20 Maret 2019 bertempat di Puskesmas Bumiayu, proses intervensi
berupa melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, memberikan edukasi kepada
pasien bahwa yang diderita penyakit ini pada umumnya baik bila diobati dengan
benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada orang yang
tinggal di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam
perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes
scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host
definitive dari Sarcoptes scabiei.

Pada edukasi non medikamentosa, pasien diberikan eduksai seperti rajin


melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus diobati, menjaga kebersihan
pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan menggunakan air
hangat, kasur, bantal, dan benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur,
kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit.
Sementara untuk medikamentosa seperti yang sudah dituliskan pad bagian
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai