Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS JURNAL

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI TERHADAP PROSES


PENYEMBUHAN LUKA POST SC PADA IBU NIFAS

OLEH

DWI RAHAYU PUTRI ALINTI


841718050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka Sectio Cesarea (SC) merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis

normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan

mengenai organ tertentu dari suatu tindakan histerektomi untuk melahirkan janin

dalam rahim (Perry & Potter, 2010). Sectio Cesarea merupakan suatu cara

melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding

depan perut atau vagina atau histerektomia untuk janin dari dalam rahim (Kurnia,

2014).

Menurut World Health Organization (WHO), standar rata-rata operasi sectio

cesarea disebuah Negara yaitu sekitar 5-15%. Presentase operasi sectio cesarea di

Indonesia sekitar 5%, di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara dirumah

sakit swasta bisa lebih dari 30%. Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat

tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sebagian

besar kematian Ibu (60%) terjadi selama nifas yakni masa sesudah bersalin sampai

6-8 minggu, setelah alat-alat kandungan pulih kembali. Angka kematian Ibu akibat

sectio cesarea mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 terdapat 8 ibu

meninggal, sedangkan pada tahun 2013 terdapat 10 ibu meninggal akibat sectio

cesarea.

Kebutuhan paling utama yang harus dipenuhi oleh ibu post partum dengan luka

sectio cesarea adalah nutrisi yang baik untuk sistem imun dan penyembuhan luka.

Penyembuhan dan perbaikan luka adalah proses penggantian sel-sel mati yang
berbeda dari sel asalnya. Sel baru membentuk jaringan granulasi, yang nantinya

menjadi jaringan parut fibrosa. Penyembuhan luka secara ideal berusaha

memulihkan jaringan ke dalam bentuk semula, namun bila tidak mungkin akan

terbentuk jaringan parut. Hal ini dikarenakan ada beberapa zat gizi yang sangat

diperlukan untuk mendukung sistem imun tubuh dan berperan penting dalam proses

penyembuhan luka. (Hanifah, 2009).

Pemenuhan kebutuhan akan gizi pada pasien post operasi dan trauma dimulai

dari pemenuhan farmakologisnya hingga dietnya. Pasien yang mengalami

persalinan denga cara sectio cesarea perlu diperhatikan tentang nutrisi diet tinggi

kalori tinggi proteinnya untuk menunjang proses penyembuhan. Nutrisi yang baik

sangat penting untuk mencapai keberhasilan penyembuhan luka. Nutrisi yang baik

sangat penting untuk mencapai keberhasilan penyembuhan luka. Nutrisi juga dapat

membantu tubuh dalam meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh (sistem imun),

dan pada akhirnya akan membantu proses penyembuhan luka. Zat-zat yang

mengandung berbagai gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ini biasanya

terkandung pada ikan, telur, daging dan sebagainya (Bobak, 2012).

Tetapi masih banyak sekali anggapan masyarakat serta pasien yang mengalami

pembedahan kalau makan makanan yang mengandung protein seperti telur, ikan,

daging luka jahitan akan menjadi gatal dan luka lama sembuhnya. Pemberian nutrisi

itu terkait dengan jenis makanan yang dimakan, frekuensi dan jadwal pemberian

makanan (Tarwoto Wartonah, 2015).


1.2 Tujuan
Untuk mengidentifikasi hubungan antara status gizi terhadap proses
penyembuhan luka post Sectio Cesarea (SC).

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Program Studi Profesi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan

bacaan tentang keperawatan maternitas.

2. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi perawat dalam asuhan keperawatan maternitas.

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

dalam melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan maternitas.

1.3.2 Manfaat Teoritis

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai perkembangan teori

yang dapat diterapkan dalam pemberian edukasi tentang gizi pada proses

penyembuhan luka klien dengan post Sectio Cesarea.


BAB II
METODE TINJAUAN DAN TEORITIS
2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 1 (satu) media atau metode pencarian jurnal,
yaitu menggunakan Database dari Google Scholar sebagai berikut :

Kata Kunci Pencarian


Status Gizi Ibu Nifas 4.480
Penyembuhan luka post sectio cesarea 333
ibu nifas
Membatasi tahun publikasi 2013-2018 641
Jumlah 5.454

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis


2.2.1 Sectio Cesarea

Sectio cesarea secara umum adalah didefiniskan sebagai kelahiran janin

melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi).

Tindakan operasi Sectio Caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin dan

ibu karena adanya suatu komplikasi yang akan terjadi kemudian bila persalinan

dilakukan secara pervaginam (Cunningham et al, 2013).

a. Menurut Wiknjosastro (2010), Jenis sectio cesarea dapat diklasifikan

menjadi 3 jenis yaitu :

1) Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda

Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan

cara menginsisi di segmen bagian bawah uterus. Beberapa keuntungan

menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan luka insisi yang

tidak banyak, bahaya peritonitis yang tidak besar, parut pada uterus
umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak

besar karena dalam masa nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus

tidak banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka

dapat sembuh lebih sempurna.

2) Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Corporal

Merupakan tindakan pembedahan dengan pembuatan insisi pada bagian

tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas

batas plika vesio uterine. Tujuan insisi ini dibuat hanya jika ada

halangan untuk melakukan proses Sectio Caesarea Transperitonealis

Profunda, misal karena uterus melekat dengan kuat pada dinding perut

karena riwayat persalinan Sectio Caesarea sebelumnya, insisi di segmen

bawah uterus mengandung bahaya dari perdarahan banyak yang

berhubungan dengan letaknya plasenta pada kondisi plasenta previa.

Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih besarnya risiko

peritonitis dan 4 kali lebih bahaya rupture uteri pada kehamilan

selanjutnya.

3) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan musculus rectus dipisahkan

secara tumpul. Vesika urinaria diretraksi ke bawah sedangkan lipatan

peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah

uterus. Jenis pembedahan ini dilakukan untuk mengurangi bahaya dari

infeksi puerperal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan terhadap


infeksi, pembedahan Sectio Caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan

karena sulit dalam melakukan pembedahannya.

b. Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Cunningham, 2013, Terdapat beberapa indikasi seorang ibu

harus menjalani persalinan dengan metode pembedahan Sectio

Caesarea sebagai berikut:

- Disproporsi Kepala Panggul

- Kasus Gawat Janin

- Plasenta Previa

- Letak Lintang

- Incoordinate Uterine Action

- Preeklampsia

- Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya

- Ibu meninggal, sedangkan bayi didalam kandungan masih hidup.

2.2.2 Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea

Menurut Sjamsoehidajat (2014), luka merupakan rusaknya sebagian

jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan

suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Luka merupakan

gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka

yang merupakan pemulihan dari kontinuitas tersebut. Pengertian luka Sectio

Caesarea adalah gangguan dalam kontinuitas sel akibat dari pembedahan yang

dilakukan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dengan cara membuka dinding

perut dengan indikasi tertentu (Brunner & Suddarth, 2014).


a. Proses fisiologis normal penyembuhan luka melalui beberapa fase (Guo

& DiPietro, 2010), yaitu:

1) Fase Hemostasis

Fase ini dimulai segera setelah terjadinya luka, dengan adanya

vasokonstriksi dan formasi pembekuan oleh fibrin.

2) Fase Inflamasi

Merupakan fase yang ditandai dengan adanya infiltrasi sequential oleh

netrofil, makrofag dan limfosit. Fungsi penting netrofil adalah untuk

membersihkan adanya mikroba dan debris seluler di area luka. Prioritas

fungsional dari fase inflamasi, yaitu menggalakkan hemostasis,

menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri

patogen terutama bakteria.

3) Fase Proliferatif

Merupakan fase yang ditandai dengan adanya proliferasi epitel dan re-

epitelisasi. Fase ini biasanya mengikuti dan mendahului fase

inflammatory. Pada dermis yang sedang dalam proses perbaikan,

fibroblast dan sel endotel merupakan jenis sel yang paling penting dan

mendukung adanya pertumbuhan kapiler, formasi kolagen dan formasi

jaringan granulasi pada area luka.

4) Fase Remodeling

Fase ini merupakan fase akhir penyembuhan luka yang berlangsung

bertahun-tahun. Pada fase ini, terjadi regresi dari banyak kapiler yang

beru terbentuk, sehingga menyebabkan densitas vascular pada jaringan


luka kembali normal. Bekas luka akan tertutup oleh kontraksi fisik

melalui proses penyembuhan luka ini yang dimediasi oleh contractile

fibroblasts (myofibroblast) yang muncul pada luka.

b. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka post Sectio Caesarea

Menurut Guo & DiPietro (2010), Faktor yang dapat mempengaruhi

penyembuhan luka, yaitu sebagai berikut :

1) Usia dan jenis kelamin

2) Nutrisi

3) Obesitas

4) Medikasi

5) Oksigenasi

6) Infeksi

7) Lingkungan sekitar

2.2.3 Status gizi pada ibu nifas

Gizi ibu nifas adalah zat-zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan

kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas. Fungsi gizi ibu nifas adalah sebagai sumber tenaga,

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, mengatur keseimbangan tubuh. Adapun

manfaat gizi pada ibu nifas adalah menjaga kesehatan, mempercepat pengembalian alat-

alat kandungan seperti sebelum hamil, untuk aktivitas dan metabolisme tubuh, untuk

meningkatkan produksi ASI dan membantu mempercepat penyembuhan luka persalinan

(Supariasa, 2014).

Proses nutrisi dibutuhkan oleh tubuh manusia dimana tubuh membutuhkan asupan

makanan secara kontinue. Selama pencernaan cukup banyak zat gizi yang diabsorbsi untuk

memenuhi kebutuhan energi tubuh sesuai kebutuhan. Tubuh kita mengubah zat gizi yang
berlebihan yang diambil selama makan dalam bentuk bahan bakar cadangan. Untuk

kebutuhan zat gizi pada orang normal, ibu hamil dan melahirkan mempunyai kebutuhan

yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh kondisi dan aktifitas yang dialami. Perencanaan

gizi setelah melahirkan akan membantu dalam proses penyembuhan luka post Sectio

Caesaria dengan memehuhi kebutuhan terutama tinggi protein yang dapat membantu dalam

pembentukan sel mati pada luka post Sectio Caesaria (Wartonah, 2015).

Menurut Almatsier (2010), Macam-macam zat gizi yaitu :

- Karbohidrat : sebagai sumber energi seperti nasi, jagung, gandum

dan roti

- Protein : pengganti sel-sel tubuh yang rusak, mengangkut zat gizi,

sebagai sumber pembangun tubuh. Seperti : tahu, tempe, kacang-

kacangan, telur, udang, hati ayam dan ikan laut

- Vitamin

a) Vitamin A : memperbaiki jaringan mata yang rusak, membantu

proses penglihatan. Seperti : wortel, pepaya dan tomat

b) Vitamin B : mencegah penumpukan cairan. Memelihara fungsi

saraf, memelihara nafsu makan. Seperti : hati, susu, keju dan

daging

c) Vitamin C : pembentukan sel jaringan tubuh, memperkuat

pembuluh darah

d) Vitamin D : membantu penyerapan zat kapur dan fosfor,

mengatur pengerasan tulang. Seperti : susu sapi, mentega, telur

dan minyak ikan


e) Vitamin E : berpengaruh dalam kesuburan wanita. Seperti :

kecambah, gandum, biji-bijian, kacang tanah dan kedelai.

f) Vitamin K : mempengaruhi proses pembekuan darah. Seperti :

hati, sayur-sayuran berwarna hijau, kecambah, gandum dan

keju.

- Air : membentuk cairan tubuh, mengatur panas tubuh


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Author Tahun Judul Metode Hasil Source
Dwi Kurnia 2014 Hubungan Penelitian ini Terdapat Google
P.S antara status menggunakan hubungan Scholar
gizi dengan desain antara status
penyembuhan penelitian gizi dengan
luka post observasional penyembuhan
operasi sectio yang bersifat luka post
caesarea (SC) analitik operasi Sectio
pada ibu nifas Caesarea
di poli (SC
kandungan ) pada
RSUD DR. R. ibu nifas di
Koesma Poli
Tuban Kandungan
RSUD
Dr. R. Koesma
Tuban karena
nilai
p = 0,000
dimana 0,000
< 0,05.

Elisa 2014 Hubungan Metode Terdapat Google


antara status penelitian yang
hubungan Scholar
gizi terhadap digunakan antara status
proses adalah gizi dengan
penyembuhan deskriptif penyembuhan
korelasi
luka post sc di luka sectio
dengan
ruang dewi rancangan caesarea di
kunti RSUD pendekatan RSUD Kota
Kota Semarang,
cross sectional
Semarang dimana ada
hubungan yang
sedang dengan
nilai r=0,234
Niainu 2015 Hubungan Rancangan Hasil dalam Google
Nasee status nutrisi penelitian yang penelitian ini Scholar
ibu nifas digunakan diketahui
dengan adalah status nutrisi
proses penelitian berdasarkan
kuantitatif
penyembuhan dengan desain dengan status
luka post SC yang nutrisi
di RSUD DR. digunakan yang normal
Moewardi cross sebanyak 31
sectional. orang (45.6%),
berdasarkan
hasil uji chi-
squre
menunjukkan
bahwa ada
hubungan
antara status
nutrisi ibu
nifas dengan
proses
penyembuhan
luka post
sectio caesarea
di RSUD Dr.
Moewardi
dengan nilai x
2
= 15,963
dengan p=
0,001.

3.2 Pembahasan
Dari beberapa hasil penelitian mengenai hubungan antara status gizi
dengan penyembuhan luka post SC pada ibu nifas menunjukkan bahwa
status gizi sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka post SC.
Hal ini didukung oleh beberapa penelitian, salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Dwi Kurnia P.S (2014) dengan judul Hubungan antara status
gizi dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu
nifas di poli kandungan RSUD DR. R. Koesma Tuban. Hasil penelitian
yaitu tingkat kemaknaan a = 0,05 diperoleh p = 0,000 dimana 0,000 < 0,05,
maka H1diterima dengan demikian terdapat hubungan antara status gizi
dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea(SC) pada ibu nifas.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
penyembuhan lukanya tidak terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat
badan normal sebesar 27 (100%) responden. Sedangkan responden yang
penyembuhan lukanya terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat badan
kurang sebesar 7 (100%) responden lebih tinggi dibandingkanresponden
yang penyembuhan lukanya terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat
badan lebih yaitu sebesar2 (100%) responden. Terdapat berbagai faktor
yang mempengaruhi penyembuhan luka diantaranya usia, obesitas,
merokok, obat-obatan, diabetes mellitus, stres luka, status gizi, sosial
budaya (pantangan makanan), dan personal hygiene. personal hygiene.
Status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk
dalam tubuh dan penggunaannya. Perbaikan status gizi pada pasien yang
memerlukan tindakan bedah sangat penting untuk mempercepat
penyembuhan luka operasi. Status gizi sangat penting untuk proses
penyembuhan luka pasca operasi. Apabila status gizi pasien baik maka
penyembuhan luka juga akan baik (Suhardjo, 2009).
Penelitian lain dilakukan oleh Elisa (2014), dengan judul Hubungan
antara status gizi terhadap proses penyembuhan luka post sc di ruang dewi
kunti RSUD Kota Semarang menunjukkan hasil menunjukkan hasil dengan
nilai r = 0,234 dan p value 0,027 <  (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea di RSUD
Kota Semarang,dimana ada hubungan yang sedang dengan nilai r = 0,234.
Secara umum untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan pemulihan
kondisi Sectio Caesaria dengan lebih memperhatikan makanan sesuai kebutuhan
karena dengan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan kondisi berpengaruh pada
status gizi, yang pada akhirnya mendukung proses penyembuhan luka Sectio
Caesaria. Beberapa tips selama proses penyembuhan berlangsung yaitu dengan
lebih banyak mengkonsumsi makanan berprotein tinggi guna mengganti sel-sel
kulit mati, banyak minum air putih, cukup istirahat. Adapun kegiatan fisik
responden selama penyembuhan luka berlangsung dengan melakukan mobilisasi
bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa, dimana cepat semakin bagus,
melakukan perawatan diri, serta mengkontrol secara teratur untuk evaluasi luka
operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh. Dan minum obat sesuai anjuran dokter
(Brunner & Suddart, 2014).
Tanpa adanya asupan makanan yang bergizi dan banyak mengandung
protein proses penyembuhan luka akan lama dan pemondokan juga akan
lebih lama, sebaliknya apabila asupan makanan sesuai diit yang diberikan
maka akan mempercepat proses penyembuhan luka Sectio Caesaria
tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Niainu Nasee, (2015), dengan judul
Hubungan status nutrisi ibu nifas dengan proses penyembuhan luka post SC
di RSUD DR. Moewardi dengan personal hygiene.Berdasarkan hasil
analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Chi-Square, yang
digunakan untuk mengetahui hubungan status nutrisi ibu nifas dengan
proses penyembuhan luka post sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
Menunjukkan p value 0,003 (<0,05) maka Ho ditolak. Sehingga kesimpulan
dari penelitian ini adalah ada hubungan status nutrisi ibu nifas dengan proses
penyembuhan luka post sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
Berdasarkan pengukuran hubungan membuktikan terdapat hubungan tetapi
lemah karena Contingency Coefficient value 0,436(<0,5).
Status nutrisi berpegaruh terhadap proses penyembuhan luka sectio
caesarea, semakin normal status nutrisi ibu nifas semakin baik proses
penyembuhan luka sectio caesarea. Adanya perbedaan proses penyembuhan
luka pada responden dengan status nutrisi normal dan status nutrisi gemuk
menunjukan bahwa mal nutrisi dan obesitas, keduanya dapat mempengaruhi
kesembuhan luka. Menaikkan kepekaan terhadap infeksi dan mendukung
insiden komplikasi, perawatan luka yang lebih lama. Sedangkan obesitas
sangat meningkatkan resiko dan keparahan komplikasi yang berkaitan
dengan pembedahan. Selain itu obesitas menciptakan masalah – masalah
tehnik dan mekanik oleh karena itu dehidrasi (perlepasan luka) dan infeksi
umum terjadi pada status nutrisi gemuk.
3.3 Implikasi Keperawatan
Status gizi sangat penting untuk proses penyembuhan luka pasca
operasi, hal ini telah diketahui bahwa status gizi yang buruk akan
memperlambat penyembuhan luka akibat kekurangan vitamin, mineral,
protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka.
Status gizi dapat dilihat dari hasil indeks massa tubuh yang diketahui
berdasarkan perbandingan antara berat badan dan tinggi badan ibu nifas.
Apabila status gizi pasien baik maka penyembuhan luka juga akan baik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Perencanaan gizi setelah melahirkan akan membantu dalam proses

penyembuhan luka post Sectio Caesaria dengan memehuhi kebutuhan

terutama tinggi protein yang dapat membantu dalam pembentukan sel mati

pada luka post Sectio Caesaria.

Tanpa adanya asupan makanan yang bergizi dan banyak mengandung

protein proses penyembuhan luka akan lama dan pemondokan juga akan

lebih lama, sebaliknya apabila asupan makanan sesuai diet yang diberikan

maka akan mempercepat proses penyembuhan luka Sectio Caesaria

tersebut.

Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan dasar ibu nifas yang harus

dipenuhi. Pada ibu dengan post caesarea di butuhkan lebih banyak nutrisi

dari pada ibu yang sehat. Nutrisi sendiri digunakan untuk melakukan

aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, mempercepat penyembuhan

luka dan proses produksi ASI.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan
bahan bacaan tentang keperawatan maternitas
4.2.2 Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi perawat dalam tindakan pemberian edukasi yaitu
pentingnya status gizi terhadap proses penyembuhan luka post SC
pada ibu nifas.
4.2.3 Bagi Rumah Sakit dan Puskesmas
Memberikan perawatan yang lebih baik lagi pada ibu post operasi,
baik sarana maupun prasarana terutama untuk perawatan luka post
operasi. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keuarganya untuk pemenuhan nutrisi lebih lanjut setelah pasien
pulang dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Bobak. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 5. Jakarta: EGC

Brunner dan Suddart, (2014) Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah ed-8. Jakarta: EGC.

Cunningham, Gary (2005) Obstetri Williams,ed. 21, vol 1. Jakarta : EGC.

Elisa. 2014. Hubungan Antara Status Gizi Terhadap Proses Penyembuhan Luka Post
Sectio Caesarea di Ruang Dewi Kunti RSUD Kota Semarang.

Guo, S., dan DiPietro, L.A., 2010. Factors Affecting Wound Healing. World J Surg.

Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Kurnia, Dwi. 2014. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Penyembuhan Luka
Post SC Pada Ibu Nifas Di Poli Kandungan.

Naesee, Niainu. 2015. Hubungan Status Nutrisi Ibu Nifas Dengan Proses
Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD DR.
Moewardi.

Sjamsuhidajat, R. dkk. (2014), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

Supariasa, I Dewa Nyoman (2014). Penilaian Status Gizi . Jakarta :EGC

Wartonah, Tarwoto. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai