Anda di halaman 1dari 5

MASALAH PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

Implementasi Kebijakan Rencana Tata Ruang


Faktor Penyebab Penyimpangan Tata Ruang Pembangunan Kondominium
Di Kota Bandung

Dosen Pengampu :

Dwiana Novianti Tufail, S.T, M.T


Elin Diyah Syafitri, S.T, M.Sc

Disusun Oleh :

Rizky Thian (08151034)

Siti Fatimah (08161078)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

BALIKPAPAN

2019
I. Kebijakan
Persoalan utama dilanggarnya tata ruang di Indonesia adalah karena penegakan
hukumnya yang lemah. UU Penataan Ruang mengatur tiga sanksi yaitu sanksi
administratif (Pasal 62-64), sanksi perdata (Pasal 66,67 dan 75), dan sanksi
pidana (Pasal 69-74). Terdapat dua kasus penyimpangan tata ruang di kota
bandung khususnya pada pembangunan kondominium yaitu karena terdapat
data awal bahwa pembangunan kondominium yang kurang lebih sejarak 4 meter
dari pemukiman. Selain itu, jika ditinjau pada RTRW tahun 2011-2031 kota
Bandung adanya pembangunan kondominium La Grande Merdeka Tamansari
tidak sesuai dengan peruntukan lahan dimana dalam RTRW kota tersebut fungsi
jalan merupakan jalan untuk pusat perbelanjaan. Terdapat pula Pembangunan
kondominium Pullman yang menimbulkan beberapa kontroversi karena
pembangunan kondominium dibangun tepat berhadapan dengan gedung
Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Dalam ketentuan IMB Tahun 1997 diatur
bahwa diperbolehkan terdapat bangunan sampai 14 lantai, akan tetapi untuk
saat ini berubah sudah tidak sesuai. Terdapat pula penggunaan trotoar yang
dipakai sebagai bagian dari sarana pembangunan kondominium. Hal ini
bertentangan dengan pemanfaatan trotoar sebagai sarana fasilitas umum.
Pembangunan kondominium bernama Grand Dago yang terletak ke dalam
Kawasan Bandung Utara (KBU) yang merupakan kawasan cekungan sehingga
pemanfaatann ini tidak terkendali akan mengancam keberlangsungan fungsi
konservasi kawasan sebagai tangkapan air dan menimbulkan berbagai bencana.

II. Masalah
Masalah yang timbul dalam pembangunan ini memiliki dampak negatif
lingkungan mulai dirasakan, seperti longsor, meningkatnya limpasan air,
berkurangnya daerah resapan, hilangnya beberapa mata air, berkurangnya debit
mata air, hingga berkurangnya kesejukan udara. Dampak lain adalah terjadinya
gangguan pada cadangan dan konservasi air. salah satunya yang terjadi pada
pembangunan Grand Dago karena pembangunan yang berada di KBU merupakan
sub DAS Cikapundung, Cimahi, Citarik Hulu, Cigugur, Cibeureum, Citepus dan
beberapa anak sungai lainnya yang bermuara di Sungai Citarum. Oleh karena itu,

1
perlu upaya pengendalian yang ketat dan tepat terhadap pembangunan di KBU
dalam rangka mengembalikan kondisi fungsi hidroorologis terutama pada lahan
dengan kondisi sangat kritis.

III.Faktor Penyebab
Penyimpangan tata ruang yang terjadi di Kota Bandung memiliki beberapa
faktor-faktor. Pemerintah merupakan faktor yang mendorong terjadinya
penyimpangan tata ruang. Hal ini dikarenakan adanya ketidak konsistenan antara
produk kebijakan dengan pembuat kebijakan itu sendiri, karena pada dasarnya
telah dibangun kondominium berdasarkan izin dari pemegang kewenangan.
Disini dibutuhkan adanya pemahaman pada peraturan bagi pemerintah
khususnya Pemerintah Daerah akan kepatuhan terhadap RTRWK. Dibutuhkan
pemerintah yang tegas pada penerapan RTRWK karena pada saat pembuatan
RTRWK melibatkan pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam perencanaan
tata ruang sehingga telah diperhitungkan secara seksama demi kebaikan dan
kepentingan bersama saat ini dan masa depan. Dibutuhkan pemerintah yang
secara profesional yang bekerja demi masyarakat bukan untuk kepentingan
pribadi. Selain itu dibutuhkan pemerintah yang secara konsisten meneruskan
program pemerintah sebelumnya agar rencana program jangka panjang dapat
terselesaikan dengan tidak meneruskan kekeliruan yang telah dibuat oleh
pemerintah terdahulu. Masyarakat juga menjadi salah satu faktor yang sangat
penting dalam penyimpangan tata ruang. Hal ini disebabkan masyarakat yang
kurang memahami tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung.
sehingga memudahkan bagi pihak pengembang proyek pembangunan
kondominium (yang beritikad buruk) untuk meminta salah satu syarat izin
gangguan (Hinder Ordoinantie atau H.O) kepada masyarakat sekitar demi
memenuhi syarat untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Faktor
Ketiga yaitu kekuatan pasar yang memiliki kekuatan paling dominan dalam
mendorong terjadinya penyimpangan tata ruang di kota Bandung. Saat ini
kondisi kota Bandung mnengalami peninngkatan pertumbuhan ekonomi karena
adanya akses jalan tol Cipularang yang menghubungkan kota Bandung dengan
kota-kota lain khususnya dengan ibu kota negara sehingga banyak masyarakat

2
non lokal datang ke Kota Bandung untuk berwisata. Hal in dapat mendorong
pelaku bisnis untuk berinvestasi di kota Bandung. Selain itu, pendapatan per
kapita penduduk Kota Bandung berada di atas level nasional yang menunjukan
bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Bandung relatif lebih baik jika
dibandingkan dengan rata-rata tingkat nasional. Sehingga besar kemungkinan
konsumen pembangunan kondominium berasal dari luar Kota Bandung.

Masalah
•Pembangunan •Faktor
Kondominium •Pembangunan yang tidak sesuai Pemerintah
Kota Bandung peruntukkan lahan dan IMB •Faktor
•Masalah perizinan sehingga terjadi Masyarakat
ketidakpatuhan pada hukum •Faktor Kekuatan
• Masyarakat kurang memahami Pasar
RTRW
Kebijakan • Adanya akses Jalan Tol Cipularang
• Pembeli Kondominium sebagian
Penyebab
besar bukan dari warga lokal

Gambar 1 Bagan permasalahan Pembangunan Kondominium Kota Bandung


Sumber : Penulis, 2019

3
IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya penyimpangan
penggunaan tata ruang di Kota Bandung dengan produk hukum tata ruang. Hal ini tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor masyarakat dan faktor ketegasan pemerintah namun
juga faktor kekuatan pasar (ekonomi) yang penting untuk dipertimbangkan oleh
pembuat kebijakan agar tidak merusak tatanan yang telah direncanakan sehingga
perlunya koordinasi antar stakeholder agar perwujudan rencana tata ruang dapat
tercapai.

V. Lesson Learned
Pada pembahasan ini dapat diambil pelajaran bahwa implementasi kebijakan dari
Rencana Tata Ruang tidak selamanya berjalan dengan tujuan yang ada. Terdapat
banyak faktor yang menyebabkan permasalahan dalam implementasi tata ruang
sehingga setiap stakeholder turut berperan aktif dalam mengatasi permasalahan ini
tidak hanya pemerintah selaku pemegang kebijakan namun juga masyarakat yang
sangat berperan penting dalam pelaksanaan suatu pembangunan.

VI. Daftar Pustaka


Isradjuningtias, Agri Chairunisa. 2017. Faktor Penyebab Penyimpangan Tata Ruang
Pembangunan Kondominium Di Kota Bandung. VeJ Volume 3 Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai