TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi.
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2010 : 175).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer,
S C and Bare, B.G, 2006 : 248 )
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.
1.2 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker
sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s),
Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom
Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.
1
1.3 Jenis Leukemia
1.3.1. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.
1.3.2. Leukemia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi
mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
1.3.3. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit
immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
1.3.4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
2
4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah
terangsang, ansietas.
5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis,
penurunan BB dan disfagia
6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan,
parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati
gelisah
8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik,
penurunan bunyi nafas
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol,
demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi,
menoragia.
3
1.6 Patofisiologi
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel
blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi
organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi
sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor
pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran
hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
4
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
1.7 Penatalaksanaan
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi kranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan
dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melalui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi
kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan
sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis
dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi
5
sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
6
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan
efek samping agen kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
3.RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Kriteria hasil : suhu normal, tidak ada tanda dan gejala infeksi
Intervensi :
1) Pantau suhu dengan teliti
R/ : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
R/ : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
R/ : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
R/: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
7
5) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
R/ : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
R/ : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
R/ : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
R/ : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
R/ : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
8
3. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : TTV normal, tidak ada perdarahan, trombosit normal
Intervensi :
1) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
R/ : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
2) Cegah ulserasi oral dan rektal
R/ : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
R/ : untuk mencegah perdarahan
4) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
R/: untuk mencegah perdarahan
5) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut
nadi cepat, dan pucat)
R/ : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
R/ : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
R/ : untuk mencegah perdarahan
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, tidak ada tanda dehidrasi.
Intervensi :
1) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
R/: untuk mencegah mual dan muntah
2) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
R/: untuk mencegah episode berulang
9
3) Kaji respon anak terhadap anti emetik
R/ : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
R/ : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
R/ : untuk mempertahankan hidrasi
10
R/ : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9) Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
R/ : untuk membantu melewati area nyeri
10) Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
R/ : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
11) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
R/ : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
4.IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L,
(2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa
tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
11
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan
perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih,
rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya.
Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan
meluangkan waktu bersama anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan
dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
13