Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa sehinga penulis dapat menyelesaikan laporan
materi perencanaan wilayah yang berjudul “Tema Pengembangan Wilayah Pariwisata dan Industri”
dengan lancar. Selama proses penyusunan, penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan ini, yaitu
1. Ibu Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T., M.T., M.Sc., Ibu Dwiana Novianti Tufail, S.T., M.T.,
dan Ibu Mega Ulimaz, S.T., M.T. sebagai dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu yang bermanfaat.
2. Semua pihak yang telah membantuk dalam kelancaran penyusunan laporan ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.

Penulis sadar, bahwa dalam penyusunan laporan masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu,
penulis berharap atas kritik dan saran yang membangun agar penyusunan laporan dimasa yang akan
datang dapat jauh lebih baik.

Balikpapan, 5 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2

1.4 Sistematika Pembahasan ............................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................................................... 3

2.1 Pariwisata ...................................................................................................................................... 3

2.1.1 Pengertian Kawasan Pariwisata ............................................................................................ 3

2.1.2 Tujuan Kawasan Pariwisata .................................................................................................. 3

2.1.3 Klasifikasi Pariwisata ............................................................................................................ 3

2.1.4 Dampak Kawasan Pariwisata ................................................................................................ 4

2.1.5 Prinsip Pengembangan Kawasan Pariwisata ......................................................................... 5

2.1.6 Konsep Pembangunan Pariwisata ......................................................................................... 5

2.2 Industri .......................................................................................................................................... 7

2.2.1 Pengertian Kawasan Industri ................................................................................................ 7

2.2.2 Tujuan Kawasan Industri ...................................................................................................... 7

2.2.3 Klasifikasi Industri ................................................................................................................ 8

2.2.4 Dampak Kawasan Industri .................................................................................................... 9

2.2.5 Pengembangan Kawasan Industri ....................................................................................... 10

2.2.6 Pembangunan Berwawasan Lingkungan ............................................................................ 12

BAB III STUDI KASUS ............................................................................................................................ 14

3.1 Studi Kasus Tema Pengambangan Wilayah Pariwisata .............................................................. 14

3.2 Studi Kasus Tema Pengambangan Wilayah Industri .................................................................. 19

BAB IV PENUTUP .................................................................................................................................... 22

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 23

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Masterplan Kawasan Wisata Bakauheni ................................................................................. 16

Gambar 3.2 Zona Service Kawasan Wisata Bakauheni .............................................................................. 17

Gambar 3.3 Zona Agrowista Kawasan Wisata Bakauheni ......................................................................... 17

Gambar 3.4 Zona Kampung Wisata Kawasan Wisata Bakauheni .............................................................. 17

Gambar 3.5 Zona Rekreasi Umum Kawasan Wisata Bakauheni ................................................................ 18

Gambar 3. 6 Zona Hotel dan Resort Kawasan Wisata Bakauheni .............................................................. 18

Gambar 3. 7 Zona Wisata Bahari Kawasan Wisata Bakauheni .................................................................. 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan
untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas
masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau
mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat
menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003).
Pelaksanaan perencanaan ruang wilayah ini disinonimkan dengan hasil akhir yang hendak dicapai,
yaitu tata ruang. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Selain itu, penataan ruang diharapkan
dapat mengefisiensikan pembangunan dan meminimalisasi konflik kepentingan dalam pemanfaatan
ruang serta meminimalisasi dampak bencana yang akan muncul seperti banjir, tanah longsor, dan
penurunan kualitas lingkungan penduduk terutama di perkotaan akibat ketidaksesuaian penggunaan
lahan dengan rencana tata ruang (Pemendagri No. 28, 2008).
Perencanaan wilayah yang baik akan terwujud apabila diiringi dengan pengembangan
wilayah yang sesuai dengan ketentuan yang ada. Pengembangan wilayah merupakan isu yang menjadi
perhatian pemerintah daerah maupun pusat. Pengembangan wilayah dapat menjadi salah satu tolak
ukur dalam menilai kesuksesan suatu pemerintahan, baik itu daerah maupun pusat. Dari hal tersebut
pemerintah daerah maupun pusat menjadikan pengembangan wilayah menjadi strategi dalam
meningkatkan kualitas suatu daerah mapun Negara. Suatu pengembangan wilayah perlu adanya
perencanaan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Perencanaan dalam mengembangkan suatu
wilayah dilakukan dengan memahami isu-isu yang terjadi saat ini dan yang akan datang yang
kemudian menyusun strategi sesuai dengan tujuan dari pengembangan wilayah..
Isu pengembangan wilayah yang menjadi perhatian sekarang ini adalah pengembangan
wilayah yang berbasis ramah lingkungan. Ramah lingkungan yang dimaksud adalah dalam
perencanaan, perancangan, pemakaian sampai perawatan tidak mengganggu dan merusak lingkungan
dengan limbah yang dihasilkan. Suatu pengembangan wilayah harus memperhatikan semua
stakeholder yang berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu sistem lingkungan pada wilayah
tertentu. Dari beberapa stakeholder yang harus diperhatikan dalam pengembangan wilayah adalah
dengan adanya keberadaan kawasan pariwista dan industri.
Perkembangan pariwisata dan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat.
Perkembangan sektor pariwisata dan industri menjanjikan dan memberikan manfaat kepada banyak
pihak dari pemerintah, masyarakat maupun swasta. Hal ini dikarenakan pariwisata dan industri
merupakan sektor yang dianggap menguntungkan untuk dikembangkan sebagai salah satu aset yang
di gunakan sebagai sumber yang menjanjikan bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar objek

1
wisata. Oleh karena itu membuat banyak daerah berkeinginan untuk mengadakan pembangunan di
bidang ini. Namun Keberadaan pariwisata dan industri menyumbang banyak masalah lingkungan
didalam suatu sistem pengembangan wilayah, maka dari itu perlu adanya strategi perancanaan dan
pengelolaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat pada pembahasan laporan ini yaitu antara lain
sebagai berikut.
a. Bagaimana memahami dan menerapkan konsep pengembangan wilayah di Indonesia
khususnya wilayah pariwista ?
b. Bagaimana memahami dan menerapkan konsep pengembangan wilayah di Indonesia
khususnya wilayah industri ?

1.3 Tujuan
Dalam penyusunan laporan ini, adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai yaitu antara lain
sebagai berikut.
a. Mahasiswa mampu memahami mengenai tema pengembangan wilayah di Indonesia
khususnya wilayah pariwista.
b. Mahasiswa mampu memahami mengenai tema pengembangan wilayah di Indonesia
khususnya wilayah industri.

1.4 Sistematika Pembahasan


Dalam penyusunan laporan ini terdapat sistematika pembahasan yang digunakan sebagai
berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dari penyusunan
laporan ini
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini berisi menjelaskan konsep-konsep pengembangan wilayah pariwisata dan
wilayah industri.
BAB III STUDI KASUS
Pada bab ini menjelaskan studi kasus berdasarkan pada pembahasan dari teori-teori yang
terdapat pada bab sebelumnya.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan kesimpulan yang menjawab permasalahan-permasalahan pada
laporan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pariwisata
2.1.1 Pengertian Kawasan Pariwisata
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
pariwisata merupakan berbagai kegiatan wista dan didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam
wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya
yang diadakan oleh pemerintah atau masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.
Kawasan pariwisata menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 adalah suatu kawasan
yang memiliki luas tertentu yang sengaja dibangun dan disediakan untuk kegiatan pariwisata.
Menurut Inskeep (1999), kawasan pariwisata merupakan area yag dikembangkan dengan penyediaan
fasilitas dan pelayanan lengkap untuk rekreasi/relaksasi. Secara umum, kawasan pariwisata
merupakan suatu kawasan dengan luasan tertentu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata dan jasa wisata. Dalam lingkup yang lebih luas, kawasan pariwisata mempunya tumpuan
kehidupan pada penyediaan sarana dan prasarana wisata seperti penginapan, restoran, dan penyedia
jasa tamasya lainnya

2.1.2 Tujuan Kawasan Pariwisata


Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 4
menyebutkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Menghapus kemiskinan.
4. Mengatasi pengangguran.
5. Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya.
6. Memajukan kebudayaan.
7. Mengangkat citra bangsa.
8. Memupuk rasa cinta tanah air.
9. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa.
10. Mempererat persahabatan antar bangsa.

2.1.3 Klasifikasi Pariwisata


Terdapat beberapa jenis pariwisata menurut Pendit (1994), diantaranya yaitu sebagai berikut.

3
1. Wisata budaya, merupakan perjalanan yang dilakukan untuk memperluas padangan hidup
seseorang dengan mengunjungi tempat-tempat lain hingga ke luar negeri untuk mempelajari
keadaan masyarakat, adat istiadat, cara hidup, hingga kebudayaan dan seni yang ada di temat
tersebut.
2. Wisata kesehatan, merupakan perjalanan yang dilakukan untuk kepentingan beristirahat bagi
jasmani dan rohani
3. Wisata olehraga, merupakan kegiatan yang dilakukan wisatawan dengan tujuan berolahraga
atau mengikuti pesta olahraga yang diadakan di suatu tempat atau daerah.
4. Wisata komersil, merupakan kegiatan pariwisata yang dilakukan untuk mengunjungin
pameran atau pekan raya yang diadakan pada suatu tempat yang sifatnya komersil, seperti
pameran industri, atau pameran lainnya.
5. Wisata bahari, merupakan kegiatan wisata yang dikaitkan degan danau, pantai, atau laut.
6. Wisata cagar alam, merupakan kegiatan wisata yang mendatangi cagar alam, taman lindung,
hutan, dan sebagainnya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang

2.1.4 Dampak Kawasan Pariwisata


Pengembangan pariwisata mempunya dampak positif maupun negatif. Menurut Spillane
(1994) dampak positif yang terjadi dari pengembangan pariwisata adalah:
1. penciptaan lapangan kerja. Pariwisata merupakan industri padat karya, sehingga tenaga kerja
tidak dapat diganti dengan modal atau peralatan.
2. Sumber devisa asing.
3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual. Pariwisata cenderung mendistrinusikan
pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan
pariwisata dapat menjadi dasar pembangunan regional.

Sedangkan untuk dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya pengembangan pariwisata adalah:
1. Pariwisata dan kerentanan ekonomi. Di negara dengan perekenomian terbuka, pariwisata
menjadi sumber daya yang mudah diserang, khususnya jika negara tersebut sangat bergantung
pada pasar asing.
2. Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana perusahaan besar mempunyai kemampuan
untuk menerima sumber modal yang besar dari kelompok besar lembaga keuangan sedangkan
perusahaan kecil harus tergantung dari pinjaman atau subsidi dari pemerintah dan tabungan
pribadi.
3. Sifat dari pekerjaan dalam industri pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah sehingga
sering menjadi pekerjaan musiman dan tidak ada serikat buruh.
4. Dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumber daya ekonomi industri ini dapat
menaikkan harga tanah dimana kenaikan harga tanah dapat menimbulkan kesulitan bagi

4
penghuni daerah tersebut yang tidak bekerja disektor pariwisata yang ingin membangun
rumah atau mendirikan bisnis di sekitar tempat wisata.
5. Dampak terhadap lingkungan, bisa berupa polusi air atau udara, kekurangan air, keramaian
lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.

2.1.5 Prinsip Pengembangan Kawasan Pariwisata


Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pada pasal 4
kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu:
1. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep
hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia Tuhan Yang Maha Esa, hubungan
antara manusia dan sesame manusia, serta hubungan antara manusia dan lingkungan.
2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan local.
3. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan proposionalitas.
4. Memelihara kelestariaan alam dan lingkungan hidup.
5. Memberdayakan masyarakat setempat.
6. Menjamin keterpaduan antarsektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan
satu kesatuan sistem dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku
kepentingan.
7. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang
pariwisata.
8. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.6 Konsep Pembangunan Pariwisata


Menurut Suwantoro (1997), terdapat pola kebijakan pengembangan obyek wisata yang
meliputi :
1. Prioritas pengembangan obyek
2. Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan
3. Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan obyek wisata

Dalam pengembangan obyek wisata ini, perlu diperhatikan tentang prasarana pariwisata,
sarana wisata, infrastruktur pariwisata dan masyarakat sekitar obyek wisata tersebut. Menurut Spillane
(1994) suatu tujuan pariwisata, harus meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa
puas dalam menikmati wisatanya yaitu meliputi:
1. Atraktsi
Menurut pengertiannya atraksi adalah unsur yang mampu menarik wisatawan untuk
mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah
untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan kegiatan wisata

5
mereka dengan tujuan wisata biasa memiliki ciri-ciri khas untuk menarik wisatawan antara
lain:
a. Keindahan alam
b. Iklim dan cuaca
c. Kebudayaan
d. Sejarah
e. Ethnicity atau sifat kesukuan
f. Accessibility/kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat tertentu
2. Fasilitas
Fasilitas cenderung berorientasi pada lokasi atraksi karena fasilitas harus dekat dengan
pasarnya. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan dan juga harus cocok
dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.
3. Infrastruktur
Infrastruktur adalah semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau
daerah. Berikut merupakan infrastruktur penting dalam pariwisata adalah sebagai berikut:
a. Jaringan Air bersih,
b. Jaringan Listrik,
c. Jaringan Jalan,
d. Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
e. Sistem Persampahan dan
f. Jaringan Telekomunikasi dan Internet
4. Transportasi
Ada beberapa unsur yang perlu terpenuhi dalam transportasi dan fasilitas pada pengembangan
pariwisata antara lain:
a. Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan
lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari
daerah asal
b. Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas. Suatu
sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan simbol-simbol harus
dikembangkan dan dipasang di semua bandara udara
c. Tenaga kerja untuk membantu para penumpang
d. Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan
lokal
e. Peta kota harus tersedia bagi penumpang
5. Hospitality/keramahtamahan

6
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka kepastian
akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing sehingga aspek
keramahantamahan warga lokal akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan. Jadi, unsur
pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah
tujuan wisata yang menyangkut perencanaan

2.2 Industri
2.2.1 Pengertian Kawasan Industri
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian,
industri merupakan bentuk seluruh kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan
sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih
tinggi, termasuk jenis industri. Pada peraturan ini telah meletakkan industri sebagai salah satu pilar
ekonomi dan memberikan peran yang cukup besar kepada pemerintah untuk mendorong kemajuan
industri nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukan dalam mengarahkan perekonomian
nasional untuk tumbuh lebih cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu
maju. Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis
dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, bentuk produk akhir, dan
konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri dapat didefinisikan kumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang (cross elasticities of demand) yang positif dan
tinggi (Kuncoro, 2007). Industri memiliki dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan
perusahaan-perusahaan sejenis, yang kedua industri dapat merujuk ke suatu sektor ekonomi yang
didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau
barang setengah jadi (Dumairy, 1996). Sedangkan pengertian industri menurut Sandy (1985) dalam
Dianiffa (2015) ialah untuk memproduksi suatu barang yang berasal dari bahan baku atau bahan
mentah dengan proses penggarapan dalam jumlah besar jadi barang tersebut dapat diperoleh melalui
harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu yang setinggi mungkin. Berdasarkan
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengolah barang dari bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi hingga barang jadi menjadi barang yang siap untuk digunakan dengan nilai yang
lebih tinggi.

2.2.2 Tujuan Kawasan Industri


Berdasarkan Badan Litbang Industri dan Perdagangan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (2003) terdapat tujuan pembangunan kawasan industri meliputi :
a. Pengembangan Kawasan Industri dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan sektor
industri lebih terarah, terpadu dan memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah
dimana kawasan industri berlokasi. Beberapa aspek penting yang menjadi dasar konsep
pengembangan kawasan industri antara lain adalah efisiensi, tata ruang dan lingkungan
hidup.

7
b. Aspek efisiensi merupakan satu dasar pokok yang menjadi landasan pengembangan
kawasan industri. Melalui pembangunan kawasan industri maka bagi investor pengguna
kapling industri (user) akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang sudah baik dimana
terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan proses perijinan, ketersediaan infrastruktur
yang lengkap, keamanan dan kepastian tempat usaha yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Daerah. Sedangkan dari sisi pemerintah daerah, dengan konsep pengembangan
kawasan industri, berbagai jaringan infrastruktur yang disediakan ke kawasan industri akan
menjadi lebih efisien karena dalam perencanaan infrastruktur kapasitasnya sudah disesuaikan
dengan kegiatan industri yang berada di kawasan industri. Bilamana ada jaminan permintaan
penyediaan infrastruktur yang pasti, jelas akan meyakinkan bagi penyedia infrastruktur
membangun dan menyediakannya.
c. Dari aspek tata ruang, dengan adanya kawasan industri maka masalah-masalah konflik
penggunaan lahan akan dapat dihindari. Demikian pula, bilamana kegiatan industri telah
dapat diarahkan pada lokasi peruntukannya, maka akan lebih mudah bagi penataan ruang
daerah, khususnya pada daerah sekitar lokasi kawasan industri.
d. Dari aspek lingkungan hidup, konsep pengembangan kawasan industri jelas mendukung
peningkatan kualitas lingkungan, daerah secara menyeluruh. Dengan dikelompokkan kegiatan
industri pada satu lokasi pengelolaan maka akan lebih mudah menyediakan fasilitas
pengolahan limbah dan juga pengendalian limbahnya. Sudah menjadi kenyataan bahwa
pertumbuhan industri secara individual memberikan pengaruh besar terhadap kelestarian
lingkungan karena tidak mudah untuk melakukan pengendalian pencemaran yang dilakukan
oleh industri-industri yang tumbuh secara individu

2.2.3 Klasifikasi Industri


Perusahaan industri ialah badan usaha yang melakukan kegiatan dalam bidang industri di
wilayah indonesia (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Kawasan Industri, 2014).
Setiap perusahaan industri akan menghasilkan produk-produk yang memiliki ciri khas tersendiri oleh
perusahaan-perusahaan tersebut demi perkembangan dan pertumbuhannya agar perlindungan hukum
dapat diperoleh dari hak-hak perusahaan terhadap produk industri yang dihasilkan. Dalam hal ini
untuk mendirikan suatu perusahaan tidak terlepas dari pengawasan pemerintah. Departemen
Perindustrian mengelompokkan industri nasional indonesia menjadi tiga kelompok besar yaitu:
a. Industri Dasar
Kelompok industri besar dibagi menjadi dua, pertama mencakup Industri Mesin dan Logam
Dasar (IMLD) yang termasuk dalam kelompok IMLD yaitu industri mesin pertanian,
elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, aluminium, tembaga
dan sebagainya. Kelompok kedua yaitu Industri kimia dasar (IKD), yang termasuk dalam
IKD ialah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk,

8
industry silikat dan yang lainnya. Industri dasar mempunyai tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat padat modal serta
mendorong untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara besar
b. Industri Aneka (IA)
Pengolahan yang secara luas untuk berbagai sumber daya hutan, pengolahan sumber daya
pertanian dan lain sebagainya termasuk dalam kategori aneka industri. Aneka industri
mempunyai tujuan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, tidak padat
modal dan memperluas kesempatan kerja.
c. Industri Kecil
Industri kecil mencakup industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi dan barang dari
kulit), industri pangan (makanan, minuman dan tembakau), industri kerajinan umum
(industri rotan, kayu, bambu, barang galian bukan logam), industri logam (mesin, listrik,
alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan sebagainya), industri kimia dan bahan
bangunan (industri kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet dan plastik.

Badan Pusat Statistik menggolongkan sektor industri pengolahan di indonesia didasarkan atas
empat kategori yang berdasarkan dari banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan industri
pengolahan dengan tidak memperhatikan seberapa besar modal yang ditanam maupun kekuatan mesin
yang dipakai. Empat kategori tersebut yaitu:
a. Industri kerajinan rumah tangga, ialah perusahaan atau usaha industri pengolahan yang
memiliki pekerja 1-4 orang
b. Industri kecil, ialah perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5-19
orang
c. Industri sedang, ialah perusahaan atau usaha industri pengolahaan yang mempunyai pekerja
20-99 orang
d. Industri besar, ialah perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100
orang atau lebih.
Pengertian dari kawasan industri merupakan kawasan pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan
kawasan industri. Sedangkan pengertian kluster industri merupakan kelompok aktivitas produksi yang
sangat amat terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi hanya pada satu atau dua
industri.

2.2.4 Dampak Kawasan Industri


Dampak ekonomi yang dibawakan oleh lokasi industri di suatu tempat terungkap antara lain
dalam bentuk peningkatan produksi, pendapatan dan pengurangan pengangguran. Pengaruh langsung
dampak ini pada umumnya dirasakan oleh masyarakat di sekitar lokasi industri tersebut untuk

9
kemudian meluas ke daerah dan bahkan mungkin ke tingkat nasional. (Djojodipuro, 1992). Di sisi
lain, sering kali kita mendengar pendapat bahwa industri itu sendiri mempunyai peranan sebagai
sektor pemimpin (Leading Sector). Dalam konteks ini peranan sentral sektor pemimpin dalam
kaitannya dengan keberhasilan sebuah pembangunan adalah dengan adanya pembangunan industri,
maka diharapkan akan dapat memacu dan mendorong pembangunan sektor-sektor lainnya, misalkan
saja sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang cukup pesat akan merangsang
pertumbuhan sektor pertanian guna menyediakan bahan-bahan baku bagi kegiatan industri. Sektor
jasa pun turut berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-
lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran atau periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya
itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Keadaan tersebut akan mendorong adanya
perluasan peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan
masyarakat (daya beli). Adanya peningkatan pendapatan dan daya beli (permintaan) tersebut
menunjukan bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat.
Adapun dampak positif atau keuntungan yang dapat diambil dengan adanya pembangunan
industri antara lain:
a. Menambah penghasilan penduduk, yang akan meningkatkan kemakmuran.
b. Menghasilkan aneka barang yang diperlukan masyarakat banyak.
c. Memperbesar kegunaan bahan mentah. Jadi semakin banyak bahan mentah yang diolah dalam
perindustrian sendiri, semakin besar pula manfaat yang diperoleh.
d. Memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk.
e. Mengurangi ketergantungan Indonesia pada pihak luar negeri.
f. Industri perkebunan dapat memberi hasil tambahan bagi para petani.
g. Merangsang masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan industri.
h. Memperluas kegiatan ekonomi manusia, sehingga tidak semta-semata tergantung pada
lingkungan alam.

Terdapat beberapa dampak negatif pembangunan industri yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Lahan pertanian menjadi semakin berkurang jumlahnya.
b. Tanah permukaan (top soil) yang merupakan bagian yang subur menjadi hilang.
c. Cara hidup masyarakat berubah.
d. Lingkungan tercemar

2.2.5 Pengembangan Kawasan Industri


Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor :
35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, diperlukan beberapa prinsip
dalam pengembangan kawasan industri, yaitu:
a. Kesesuaian Tata Ruang

10
Pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan untuk kawasan industri harus sesuai dan
mengacu kepada ketentuan yang ditetapkan oleh Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, maupun
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kesesuaian tata ruang merupakan landasan pokok
bagi pengembangan kawasan industri yang akan menjamin kepastian pelaksanaan
pembangunannya.
b. Ketersediaan Prasarana dan Sarana
Pengembangan suatu kawasan industri mempersyaratkan dukungan ketersediaan prasarana
dan sarana yang memadai. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan suatu kawasan
industri perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan penyediaan prasarana dan
sarana, seperti: Tersedianya akses jalan yang dapat memenuhi kelancaran arus transportasi
kegiatan industri; Tersedianya sumber energi (gas, listrik) yang mampu memenuhi kebutuhan
kegiatan industri baik dalam hal ketersediaan, kualitas, kuantitas dan kepastian pasokan;
Tersedianya sumber air sebagai air baku industri baik yang bersumber dari air permukaan,
PDAM, air tanah dalam; dengan prioritas utama yang berasal dari air permukaan yang
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri (Water Treatment Plant); Tersedianya sistem dan
jaringan telekomunikasi untuk kebutuhan telepon dan komunikasi data; Tersedianya fasilitas
penunjang lainnya seperti kantor pengelola, unit pemadam kebakaran, bank, kantor pos,
poliklinik, kantin, sarana ibadah, perumahan karyawan industri, pos keamanan, sarana
olahraga/kesegaran jasmani, halte angkutan umum, dan sarana penunjang lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
c. Ramah Lingkungan
Dalam pengembangan kawasan industri, pengelola kawasan industri wajib melaksanakn
pengendalian dan pengelolaan lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, dimana kawasan industri wajib dilengkapi dengan dokumen Analisasi Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL). Fungsi AMDAL untuk (a) memberi masukan dalam
pengambilan keputusan, (b) memberi pedoman upaya pencegahan, pengendalian dan
pemantauan dampak/lingkungan hidup dan (c) memberikan informasi dan data bagi
perencanaan pembangunan suatu wilayah. Sedangkan AMDAL memberikan manfaat untuk
(a) mengetahui sejak awal dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek, (b) menjamin
aspek keberlanjutan proyek pembangunan, (c) menghemat penggunaan sumber daya alam dan
(d) kemudahan dalam memperoleh kredit bank.
d. Efisiensi
Aspek efisiensi merupakan landasan pokok dalam pengembangan kawasan industri. Bagi
pengguna kaveling (user) akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang sudah tertata
dengan baik dimana terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan proses perijinan,
ketersediaan prasarana dan sarana. Sedangkan bagi pemerintah daerah akan menjadi lebih

11
efisien dalam perencanaan pembangunan prasarana yang mendukung dalam pengembangan
kawasan industri.
e. Keamanan dan Kenyamanan Berusaha
Situasi dan kondisi keamanan yang stabil merupakan salah satu jaminan bagi
keberlangsungan kegiatan kawasan industri. Untuk itu diperlukan adanya jaminan keamanan
dan kenyamanan berusaha dari gangguan keamanan seperti gangguan ketertiban masyarakat
(kamtibmas), tindakan anarkis dan gangguan lainnya terhadap kegiatan industri. Dalam
menciptakan keamanan dan kenyamanan berusaha, Pengelola Kawasan Industri dapat
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan/atau pihak keamanan. Apabila
dipandang perlu, pemerintah dapat menetapkan suatu Kawasan Industri sebagai objek vital
untuk mendapatkan perlakuan khusus. Faktor keselamatan merupakan aspek yang tidak dapat
diabaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kawasan industri, sehingga perlu
memperhatikan hal-hal yang menyangkut Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(K3L) dan menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kerja yang berlaku.

2.2.6 Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Berdasarkan Badan Litbang Industri dan Perdagangan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (2003), pengertian atau batasan dari pembangunan industri berwawasan lingkungan
berinduk dari batasan/pengertian dari pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development),
yang oleh The World Commision on Environment and Development sering dirumuskan sebagai proses
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa sekarang tanpa
mengesampingkan/mengorbankan kemampuan generasi-generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhannya. Berdasarkan batasan tersebut UNIDO mengusulkan definisi pembangunan industri
yang berwawasan lingkungan adalah “Ecologically Sound and Sustainable Industrial Development”
(ESSID) : “those patterns of industrialization that enchace economic and social benefits for present
and future generation without impairing basic ecological process”. Berdasarkan definisi ESSID
tersebut, maka pembangunan industri harus memenuhi kriteria :
a. Dapat melindungi biosfir. Ini menyangkut pemeliharaan kualitas lingkungan hidup untuk
menjamin kehidupan yang sehat dan nyaman, terutama cuaca/udara, daya dukung system
sumber daya alam (hutan, tanah pertanian dan perikanan), serta pemeliharaan daya serap
maupun daya assimilasi system lingkungan udara, air dan tanah terhadap pencemaran emisi
maupun limbah.
b. Harus mampu mendayagunakan se-efisien mungkin modal buatan dan modal alami (man-
made and natural capital). Penerapan prinsip ini dalam kegiartan industri lazim dijabarkan
dalam penggunaan teknologi yang efisien, yaitu yang minimum dalam pemakaian input (baku
mutu, energi, dan sebagainya) per satuan output, atau maksimalisasi output per satuan input.

12
c. Harus menerapkan prinsip adil atau pemerataan (equity), yang dapat mencakup pengertian
yaitu keadilan dalam memikul beban/pengorbanan maupun menikmati manfaatnya ; keadailan
dalam menikmati kesejahteraan dari hasil pembangunan antara negara-negara industri maju
yang telah banyak mengambil manfaat dari eksploitasi sumber alam di bumi dan telah banyak
membebani lingkungan biosfir, dibandingkan dengan negara-negara berkembang ; keadilan
antar generasi umat manusia dan mahluk hidup lain dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Berbagai hal tersebut di atas mengandung makna upaya yang terus menerus dilakukan guna
memelihara kelestarian fungsi dan keseimbangan ekologi agar kegiatan pembangunan dapat
berkelanjutan tanpa menimbulkan gangguan, korban, kerugian dan kerusakan terhadap lingkungan
hayati dan non hayati, utamanya sebagai akibat dari pencemaran. Dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang berwawasan lingkungan tersebut terdapat berbagai langkah-langkah
kebijaksanaan yang dapat ditempuh yang antara lain berupa :
a. Pengembangan teori-teori tata ruang dan pengaturan lokasi industri melalui pengembangan
industrial estate
b. Memperkenalkan prinsip-prinsip teknologi yang akrab lingkungan dalam arti seefisien mungkin
penggunaan energi dan seminimal mungkin menghasilkan limbah.
c. Melakukan penelitian aspek-aspek lingkungan baik melalui mekanisme AMDAL, BML/NAB
serta monitoring pelaksanaanya.
d. Penerapan aspek hokum yang bersifat penerapan sanksi dan penghargaan bagi yang berprestasi
dan sebagainya.

Dengan berprinsip bahwa tindakan pencegahan (Preventip) akan memberikan hasil yang lebih
maksimal daripada pengendalian dan penyembuhan (curative), maka di negara-negara maju berbagai
langkah kebijakan di atas sudah diimplementasikan dalam pembangunan industrinya.

13
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Studi Kasus Tema Pengambangan Wilayah Pariwisata


Salah satu contoh studi kasus yang diangkat dengan judul “Perencangan Kawasan Terpadu
Wisata Alam dan Budaya” yang merupakan jurnal penelitian yang ditulis oleh Gusti Indah
Primadona, ST.
A). Pengembangan Kepariwisataan di Kawasan Bakauheni
Sektor pariwisata merupakan salah satu potensi penting yang dimiliki oleh Provinsi Lampung
karena menjadi kota transit untuk memasuki pulau Sumatera. Provinsi Lampung telah menetapkan
tujuh objek wisata unggulan dalam upaya mewujudkan Lampung sebagi daerah tujuan wisata. Objek
wisata unggulan yang telah ditetapkan salah satu diantaranya adalah Kawasan Wisata Bakauheni
dan Landmark Menara Singer. Kawasan Bakauheni berada di jantung Kawasan Selat Sunda dan
memiliki nilai yang sangat strategis sebagai pelabuhan utama di Pulau Sumatera dari arah Pulau
Jawa. Sehingga dengan adanya kawasan ini yang perlu adanya persiapan yang baik dalam penataan
ruang dan pembangunan infrastruktur yang memadai untuk mengantisipasi perkembangan wilayah
yang pesat akibat tersambungnya Sumatera dengan Jawa melalui pembangunan Jembatan Selat
Sunda.
B). Komponen Kawasan Wisata
Upaya penataan dan pengembangan Kawasan Bakauheni diperlukan untuk menjaga keberadaan
dan kualitas atraksi atau daya tarik wisata dan budaya agar dapat terjaga kelestarianya yang
dikembangkan secara berkelanjutan dan jangka panjang. Mengoptimalkan potensi baik ekonomis,
budaya-ritual-spiritual, atraksi dan keindahan serta kekayaan alam yan ada dengan pengembangan
Kawasan Bakauheni yang terarah, terpadu, dan berorietasi lingkungan. Adapun upaya yang
diwujudkan dengan merealisasikan kawasan terpadu adalah kawasan yang terdiri dari berbagai
komponen objek wisata, meliputi:
1). Objek wisata budaya yang memperkenalkan kekayaan budaya Lampung melalui berbagai
anjungan yang mempresentasikan kemajemukan nilai seni-budaya Provinsi Lampung.
2). Agrowisata (perkebunan dan pertanian) yang mengajak wisatawan menikmati pengalaman
berkebun dan bertani sekaligus berfungsi sebagai wisata pendidikan yang
memperkenalkan cara bercocok tanam.
3). Pusat atraksi olahraga alam dalam pemberdayaan masyarakat sekitar untuk mendukung
dan meningkatkan kesejateraan daerah kawasan wisata Bakauheni.
C). Daya Tarik Wisata/ Attraction
Atraksi-atraksi andalan di Kawasan Wisata Bakauheni dikategorikan dalam tema-tema sebagai
berikut:

14
1). Konservasi
Tema yang dimaksud adalah bentuk upaya dalam pelastarian baik budaya maupun alam
dengan mengoptimalkan melalui bentuk area agrowisata dalam bentuk perkebunan dan
persawahan, area konservasi rawa baku, area kampung tradisional dan kampung nelayan.
2). Hiburan dan Rekreasi
Tema hiburan dan rekreasi sebagai wujud dalam potensi keindagan dan pertunjukan seni
budaya sebagai daya tarik utama bagi pengunjung. Dengan membuat anjungan-anjungan
trasdisional untuk menampilkan karya seni dan budaya yang ada diaerah Lampung.
Kemudian dilengkapi dengan pengadaan taman-taman disekitar tempat rekreasi, Kawasan
Wisata Bakauheni menawarkan pesona keindahan alam pantai di tepi selat sunda sehingga
dengan penataan dan pengembangan dalam merancang bangunan hotel dan resort didaerah
yang tinggi akan menciptakan daya tarik bagi pengunjung untuk menikmati keindahan
alam pantai yang ada.
3). Pendidikan
Tema pendidikan atau edukasi yang interaktif dengan pengadaan balai pelatihan kerajinan
tangan dan kesenian yang menjadi unggulan di area Kampung Tradisional, bangunan
museum atau galeri informasi yang ada ditaman rekreasi, balai pembibitan unggulan diarea
agrowisata dan pusat riset perikanan.
4). Olahraga/adventure
Tema olahraga menjadi konsep dalam atraksi-atraksi dan ekplorasi teradap kegiatan seperti
tekking, jogging, snorkeling dan wisata outbond. Karena Kawasan Wisata Bakauheni
memiliki potensi terhadap bentang alam dan topografi yang memiliki daya tarik dengan
adanya keanekaragaman dan keindahan flora dan fauna baik yang ada didarat maupun
yang ada di laut.
D). Fasilitas Wisata/Amenties
Upaya yang dilakukan dalam pengembangan Kawasan Wisata Bakauheni dengan peningkatan
fasilitas penunjang atraksi wisata untuk melayani setiap kebutuhan para pengunjung agar tercipta
rasa nyaman dan berkesan selama berwisata. Dalam pengembangan pariwisata Kawasan Wisata
Bakauheni, fasilitas/amenties dapat berupa:
1). Fasilitas Penunjang Wisata
Fasilitas penunjang wisata yang secara menyeluruh dapat terintegrasi dengan objek wisata
yang tersedia. Fasilitas penunjang wisata seperti akomodasi (hotel dan resort), food and
beverage (restaurant, café), commercial area (industri rumahan dan pasar tradisional) dan
souvenirshop.
2). Infrastruktur
Kelengkapan infrastruktu sangat penting dalam pengembangan Kawasan Wisata
Bakauheni, dimana infrastruktur yang tersedia seperti jalan raya, daerah parkir,

15
palabuhan laut dan sungai, pelabuhan udara, penyediaan air bersih, saluran drainase,
penyediaan tenaga listrik dan telekomunikasi.
3). Keramahan-tamahan atau Hospitality
Pengembangan pariwisata Kawasan Wisata Bakauheni dapat dilakukan dengan cara
kelembagaan masyarkat, seperti penyuluhan mengenai kegiatan pariwisata dan
keuntungan bagi masayarakat sekitar dan pelatuhan dalam menciptakan tenaga
pendukung dalam pengembangan pariwisata yang ada di Kawasan Wisata Bakauheni.
E). Konsep Zonasi Kawasan Wisata Bakauheni
Dalam pengembangan ruang Kawasan Wisata Bakauheni dibagi kedalam beberapa zona sebagai
berikut:

Gambar 3.1 Masterplan Kawasan Wisata Bakauheni


Sumber : Primandona, 2011
1). Zona Service
Pada area ini terdapat fungsi-fungsi seperti rest area, lahan parkir khusus kawasan wisata,
minimarket, dan took souvenir, ticketing area, kantor pengelola dan kantor pusat security.

16
Gambar 3.2 Zona Service Kawasan Wisata Bakauheni
Sumber : Primandona, 2011
2). Zona Agrowisata
Area ini dibagi menjadi area perkebunan dan persawahan. Dimana pada area persewahan
dilengkapi dengan pondok-pondok peristirahatan bagi para pengunjung dengan dapat
menikmati suasana asri dan alami pedesaan. Sedangak pada area perkebunan ditempatkan
fasilitas-fasilitas kegiatan outbond untuk olahraga petualangan yang manjadi daya tarik utama
pada kawasan ini.

Gambar 3.3 Zona Agrowista Kawasan Wisata Bakauheni


Sumber : Primandona, 2011
3). Zona Kampung Wisata
Kampung wisata diarahkan menjadi area home industry untuk mengelola hasil alam sekitar,
kerajinan tangan atau souvenir khas Lampung dan pasar tradisional.

Gambar 3.4 Zona Kampung Wisata Kawasan Wisata Bakauheni


Sumber : Primandona, 2011
4). Zona Rekreasi Umum

17
Area tengah kawasan diarahkan sebagai kawasan wisata budaya dengan bentuk taman rekreasi
umum dengan menampilkan anjungan-anjungan rumah tradisional, museum atau gallery
budaya, gedung pertunjukan seni, area amphitheatre dan sarana bermain dan rekreasi lainnya.

Gambar 3.5 Zona Rekreasi Umum Kawasan Wisata Bakauheni


Sumber : Primandona, 2011
5). Zona Hotel dan Resort
Penempatan bangunan hotel dan resort pada daerah dengan ketinggian tertentu yang dapat
memperlihatakan view pesona Kawasan Wisata Bakauheni.

Gambar 3. 6 Zona Hotel dan Resort Kawasan Wisata Bakauheni


Sumber : Primandona, 2011
6). Zona Wisata Bahari
Pada area ini berbatasan langsung dengan laut Selat Sunda yang menampilkan area wisata alam
seperi jelajah rawa bakau dan wisata bahari. Serta terdapat area kampung nelayan yang
bermukim yang mengelola pasar pelelangan hasul laut.

18
Gambar 3. 7 Zona Wisata Bahari Kawasan Wisata Bakauheni
Sumber : Primandona, 2011

3.2 Studi Kasus Tema Pengambangan Wilayah Industri


Salah satu contoh studi kasus yang diangkat dengan judul “Strategi Pengelolaan Kawasan
Industri Cilegon Menuju Eco Industrial Park” yang merupakan jurnal penelitian yang ditulis oleh
Fatah Sulaiman, Asep Saefuddin, Rizal Syarif dan Alinda FM Zain.
Kota Cilegon adalah salah satu wilayah di propinsi Banten yang di dalamnya berkembang
kawasan industri berat, meliputi industri baja nasional PT. Krakatau Steel dan pusat kegiatan industri
petrokimia, serta industri lainnya. Sesuai dengan pengembangan pola wilayah, maka Kota Cilegon
menjadi pusat kegiatan industri berat dan perdagangan di propinsi Banten yang merupakan sektor
penyumbang PDRB propinsi Banten terbesar yang mencapai 54.62 %. Saat ini telah berkembang isu–
isu yang berkaitan dengan telah terjadinyadegradasi lingkungan di sekitar kawasan industri Cilegon,
terjadinya klaim dan konflik antara pihak industri dan masyarakat sekitar industri berkaitan dengan
kesenjangan kesejahteraan, serta potensi pencemaran lingkungan baik cair, gas/udara, padatan akibat
aktivitas industri, serta permasalahan teknis berkaitan dengan keterbatasan sumber air baku proses,
sumber energi pembangkitan dan pengendalian pengelolaan limbah industri yang berdampak terhadap
proses keberlanjutan industri.
Dengan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka perlu dirumuskan suatu strategi dan
pola kebijakan pengelolaan suatu kawasan industri untuk mewujudkan kawasan industri berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan (Eco Industrial Park). Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan
strategi dan menyusun skenario yang tepat untuk pengelolaan suatu kawasan industri menuju Eco
Industrial Park, dimana pelaku-pelaku industri dalam suatu kawasan industri dapat secara bersama-
sama meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi dan sosial, melalui minimalisasi dampak
lingkungan dan juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki
keunggulan bersaing di pasaran, berdasarkan hasil kajian gap analisis kondisi eksisting dengan konsep
ideal dan benchmarking Eco Industrial Park.

19
Dalam mencapai pengelolaan kawasan industri menuju Kota Cilegon Eco Industrial Park
terdapat beberapa tujuan yang harus dicapai yang dapat dilihat dari tujuan ekologi (lingkungan),
tujuan sosial, tujuan hukum dan kelembgaan, ekonomi dan teknologi.
1). Dalam mencapai tujuan lingkungan manfaat yang diharapkan adalah kualitas dan daya
dukung lingkungan yang sehat.
2). Dalam mencapai tujuan sosial manfaat yang diharapkan adalah menciptakan lapangan
pekerjaan, kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, distribusi kesejahteraan dan
pendapatan masyarakat dan stabilitas sosial.
3). Dalam mencapai tujuan hukum dan kelembagaan yang diharapkan adalah kebijakan
pemerintah, ketersediaan dan kepastian hukum dan regulasi, kerjasama dan keterlibatan
masyarakat, dan iklim investasi kondisif.
4). Dalam mencapai tujuan ekonomi manfaat yang diharapkan adalah petumbuhan industri UKM
yang sehat dan kontribusi pada PDB.
5). Dalam mencapai tujuan teknologi manfaat yang diharapkan adalah teknologi pengolahan dan
pemanfaatan limbah, saran dan prasarana transportasi dan telekomunikasi, ketersediaan bahan
baku dan proses indsutri dan efisiensi dan produktivitas.

Berkaitan dengan beberapa tujuan tersebut untuk mencapai kawasan industri Kota Cilegon
menuju Eco Industrial Park peneliti mengangkat strategi pengembangan kawasan Industri Kota
Cilegon yang manjadi prioritas pengembangan adalah dengan mengembangkan kawasan industi hijau
(Green Industrial Park). Pengembangan kawasan industri hijau (Green Industrial Park) secara
simbiosis diharapkan mampu menghemat penggunaan sumberdaya baik energi maupun bahan dan
mengurangi limbah yang dihasilkan, serta kesepahaman untuk melakukan kebijakan konservasi SDA
dan Sumber Daya Energi dalam setiap aktivitas industri, sehingga menurunkan potensi dampak
terhadap lingkungan hidup melalui sebuah proses yaitu daur materi dimana limbah sebuah industri
digunakan lagi sebagai bahan baku oleh industri lain. Proses dimulai dengan merancang produk
dengan tujuan meminimalkan baik kebutuhan bahan dan energi, maupun terbentuknya limbah.
Dalam rangka penerapan strategi pengembangan kawasan industri di Kota Cilegon sebagai
kawasan industri hijau (Green Industrial Park) sebagai strategi prioritas, selanjutnya disusun
program-program yang perlu dikembangkan. Adapun program-program yang perlu dilakukan
meliputi:
1). Pembangunan instalasi pengolahan limbah (IPAL) terpadu.
2). Penyediaan RTH 30 % dari total lahan setiap industri di dalam kawasan.
3). Pemberian sanksi bagi perusahaan yang tidak pro lingkungan.
4). Pemberian insentif pajak bagi perusahaan yang pro lingkungan
5). Mempertahankan daerah resapan air untuk menjamin ketersediaan air bagi industri,

20
6). Pengembangan industri untuk pemenuhan kebutuhan industri lain dalam kawasan (simbiosis
mutualisme industri)
7). Kebijakan investasi yang kondusif untuk lebih mendorong minat investor menanamkan
modalnya di kawasan industri
8). Mengembangkan lembaga khusus sebagai pengelola Green Industrial Park.
9). Mengembangkan strategi pro masyarakat lokal untuk pertumbuhan ekonomi dalam
pengelolaan Green Industrial Park.
10). Penegakan supremasi hukum yang tegas dalam pengelolaan Green Industrial Park.

21
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang sebelumnya telah dibahas terkait tema pengembangan wilayah
pariwisata dan industri, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1). Secara umum kawasan pariwisata merupakan suatu area atau kawasan yang diupayakan untuk
dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan pariwisata dan jasa wisata dengan memperhatikan
terhadap penyediaan fasilitas dan pelayanan lengkap dalam melakukan kegiatan
rekreasi/relaksasi. Dalam penentuan tema pengembangan wilayah pariwisata yang perlu untuk
diperhatikan adalah karakteristik wisata apa yang dimunculkan dari wilayah tersebut sehingga
memudahkan dalam menentukan konsep pengembangan dan pembangunan kawasan sesuai
dengan fungsi kawasan tersebut.
2). Dalam menentukan tema pengembangan wilayah industri yang perlu untuk diperhatikan adalah
penggunaan lahan atau kawasan industri yang ada sudah harus mengacu pada ketentuan rencana
tata ruang wilayah, didukung dengan adanya ketersedaan sarana dan prasana yang memadai
untuk mengembangkan kawasan industri, pengembangan dan pengelolaan kawasan industri
wajib melaksanakan pengendalian dan pengelolaan lingkungan dengan dilengkapi dokumen
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dalam pengembangan kawasan industri
harus memiliki lokasi kegiatan industri yang tertata dengan baik, dan wilayah yang dapat
memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan dalam berusaha.

4.2 Lesson Learned


Adapun pelajaran yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1). Dalam mengembangkan wilayah pariwisata dan industri hal utama yang perlu diperhatikan
adalah penyediaan terhadap fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan.
2). Pengelolaan dan pamanfaatan wilayah sebagai fungsi pariwisata dan industri perlu untuk
memperhatikan kondisi lingkungan agar tetap terjaga dan berkelanjutan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah.

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang


Pedoman Teknis Kawasan Industri

Badan Litbang Industri dan Perdagangan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2003.

Dianiffa, Hanny A. 2015. Strategi Pengembangan Industri Mocaf di Kabupaten Gunungkidul. Skripsi,
Fakultas Ekonomi. UMY : Yogyakarta.

Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga : Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara Industri Baru 2030. CV.
Andi: Yogykarta.

Pendit S nyoman, 1994. Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta PT.Pradnya Paramita

Primandona G.I. 2011. Perancangan Kawasan Terpadu Wisata Alam dan Budaya. Jurnal Arsitektur
Universitas Bandar Lampung: Lampung Riyadi dan Bratakusumah, D.S. 2003. Perencanaan
Pembangunan Daerah : Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Spillane, James J.1997. Pariwisata Indonesia. Kanisiua. Yogyakarta.

Sulaiman, Fatah, dkk. 2008. Strategi Pengelolaan Kawasan Industri Cilegon Menuju Eco Industrial
Park. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol 19 No.2 : Banten.

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai