Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting


dunia artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara
lain di seluruh dunia. Hal inidisebabkan perubahan iklim global menyebabkan
dampak negatif pada berbagai sektor kehidupan.Beberapa dampak yang dirasakan
karena adanya perubahan iklim antara lain terjadinya peningkatansuhu rata-rata
serta peningkatan intensitas curah hujan dan bergesernya musim hujan.

Perubahan iklim pada dasarnya merupakan dampak daripemanasan global


(global warming), yaitu fenomena peningkatan temperatur global dari tahun
ketahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect ) yang disebabkan
oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK). Peningkatan emisi GRK di
sebabkan karenaaktivitas manusia maupun peristiwa-peristiwa alam yang
berkontribusi bagi peningkatan emisi GRK tersebut. Sektor energi memberikan
kontribusi sebesar 63%, sektor kehutanan dan alih fungsi lahan sebesar 18%,
sektor pertanian sebesar 13%, sektor industri dan sampah rumah tangga masing-
masing sebesar 3%.

Selain itu budidaya padi sawah menyumbang 76% dari keseluruhan gas
CH4 yang diemisikansektor pertanian. Padi merupakan komoditi utama tanaman
pangan di Indonesia yang terus ditingkatkan produktivitas dan produksinya. Hal
ini disebabkan karena padi merupakan komoditi tanaman pangan yang menjadi
sumber utama gizi dan energi bagi sebagian besar penduduk.Kebutuhan terhadap
beras akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk,sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan budidaya padi sawah


di Indonesia akan terusberlangsung dan ditingkatkan. Kaitannya dengan emisi
GRK, bila tidak dilakukan kegiatan budidayapadi sawah yang mitigatif terhadap
emisi GRK maka kontribusi CH4 dan gas lainnya dari kegiatan budidaya padi
sawah terhadap pemanasan global akan terus berlangsung dan meningkat. sisa

1
tanama sebaiknya dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan organik
tanahserta mengurangi produksi gas CH4. Perlu dikembangkan sistem irigasi
ramah lingkungan, yakni sistem irigasi yang tidak menggunakan energi penggerak
berbahan bakar fosil. Limbah pertanian dan agroindustri dapat diolah menjadi
kompos guna mengurangi emisi GRK. Terkait dengan pemupukan, perlu
dilakukan efisiensi pemupukan dan penggunaan varietas padi yang responsif
terhadap pupuk Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan karena peningkatan produksi
pertanian di masa yang akan datang bukan hanya ditujukan untuk stabilitas
ketahanan pangan, tetapi juga untuk mitigasi emisi GRK dan stabilitas ketahanan
energi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud perubahan iklim global?


2. Bagaimana perubahan iklim global di Indonesia?
3. Apakah penyebab perubahan iklim global?
4. Sebutkan contoh dampak perubahan iklim global?
5. Bagaimanakah dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan perikanan?
6. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa perubahan itu iklim global


2. Mengetahui bagaimana perubahan iklim dan global di Indonesia
3. Mengetahui penyebab dari perubahan iklim dan global
4. Mengetahui contoh dari dampak perubahan iklim global
5. Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan perikanan
6. Mengetahui bagaimana pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim
global

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perubahan Iklim Global

Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting


dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di
negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini disebabkan perubahan iklim global
menyebabkan dampak negatif pada berbagai sektor kehidupan. Beberapa dampak
yang dirasakan karena adanya perubahan iklim antara lain terjadinya peningkatan
suhu rata-rata serta peningkatan intensitas curah hujan dan bergesernya musim
hujan.

Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah


’pemanasan global’ padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan
bagian dari perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur saja,
melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin,
maupun radiasi matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata
temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer,yang
dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi
sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer.
Naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam
atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merahyang dipancarkan oleh
bumi menjadikan perubahan iklim global (Budianto,2000).

Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena


perubahan iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji.
Hal tersebut karena perubahan temperaturakan memperikan dampak yang
signifikan terhadap aktivitas manusia. Perubahan temperatur bumi dapat
mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan akan berdampak pada
tempat dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat tumbuh,
bagaimana dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa
yang dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam
kehidupan manusia secara menyeluruh.

3
2.2 Perubahan Iklim Global Indonesia

Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di


Indonesia. Namun beberapa data menunjukkan bahwa:
Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,3 derajat Celcius sejak
tahun 1990.
Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih
intensif sehingga meningkatkan risiko banjir. Pada 2080 diperkirakan sebagian
Sumatera dan Kalimantan menjadi 10-30% lebih basah pada musim hujan;
sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih kering.
Variasi musiman dan cuaca ekstrim di duga meningkatkan risiko kebakaran
hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR
2010).
Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan
berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan iklim akan
menurunkan kesuburan tanah sekitar 2% sampai dengan 8%, diperkirakan akan
mengurangi panen padi sekitar 4% per tahun, kacang kedelai sekitar 10%, dan
jagung sekitar 50%.
Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat
pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050,
diperkirakan 160 km2 dari Kota Jakarta akan terendam air, termasuk Kelapa
Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol (Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007).
Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang pantai sekitar 430
km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 km per tahun dengan erosi ke
daratan 50-100 meter per tahun (Bali Membangun, 2004). Kerusakan ini ditambah
potensi dampak dari perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut
naik 6 meter pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16
Agustus 2007).
Abrasi terjadi di bagian selatan Pantai Kuta, dan dirasakan paling parah di
pantai depan Hotel Patra Jasa. Pada tahun 1985, pantai di depan Hotel Patra Jasa
berkurang (mundur) sejauh 70 meter. Sedang pantai di depan Setra (Pasar Seni
Kuta) menurut Satgas Pengelola Pantai Kuta, telah mundur lebih kurang 10 meter.

4
Berdasarkan studi Lennart Burg, dkk (2004) abrasi di Pantai Kuta telah
mengakibatkan hilangnya pantai rata-rata sekitar 30 meter.
“Dulu namanya Pantai Jerman ada penangkaran perahu, disebut Pantai
Jerman karena tanah dimana kalo dihitung kebarat lagi tanahnya 3x, perumahan
insinyur Jerman. Yang ada sekarang bagian belakangnya, bunglow, hilang
semua.” (disampaikan Bp. Nugre).
Abrasi Pantai Kuta menurut anggapan masyarakat berkaitan dengan
pembangunan landasan pacu (runway) Bandara Ngurah Rai. Masyarakat
beranggapan sejak adanya pembangunan runway pantai dirasakan semakin
terkikis. Pembangunan runway ini dilakukan dengan membangun bangunan yang
menjorok ke tengah laut. Pembangunan runway juga tidak disertai gorong-gorong
untuk meneruskan aliran air (arus). Sebagaimana diungkapkan oleh masyarakat
mengenai pembangunan runway Bandara Ngurah Rai.
Hal ini mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang
mengandalkan kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali. Daerah yang lebih
‘aman’ adalah pantai berkarang yang bersifat terjal, seperti Uluwatu dan Nusa
Penida serta daerah perbukitan dan pegunungan yang saat ini mempunyai
ketinggian di atas 50 meter.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi risiko
kehilangan banyak pulau-pulau kecilnya dan penciutan kawasan pesisir akibat
kenaikan permukaan air laut. Wilayah Indonesia akan berkurang dan akan ada
pengungsi dalam negeri.
Dampak kenaikan muka air laut akan mengurangi lahan pertanian dan
perikanan yang pada akhirnya akan menurunkan potensi pendapatan rata-rata
masyarakat petani dan nelayan. Kerusakan pesisir dan bencana yang terkait
dengan hal itu akan mengurangi pendapatan negara dan masyarakat dari sektor
pariwisata. Sementara itu, negara harus menaikkan anggaran untuk
menanggulangi bencana yang meningkat, mengelola dampak kesehatan, dan
menyediakan sarana bagi pengungsi yang meningkat akibat bencana. Industri di
kawasan pesisir juga kemungkinan besar akan menghadapi dampak ekonomi
akibat permukaan air laut naik. Kesemuanya ini akan meningkatkan beban
anggaran pembangunan nasional dan daerah.Dampak-dampak ini memang sering

5
dikatakan sebagai ”diperkirakan”, tetapi perubahan pola cuaca, intensitas hujan
dan musim kering, serta peningkatan bencana sudah mulai kita rasakan sekarang,
tidak perlu menunggu 2030 atau 2050. Kalau peningkatan suhu rata-rata bumi
tidak dibatasi pada 2⁰C maka dampaknya akan sulit dikelola manusia maupun
alam.

2.3 Penyebab Perubahan Iklim Global


Penyebab perubahan iklim global seharusnya dibiarkan terjadi secara
alami. Namun, campur tangan manusia terhadap alam semesta telah mempercepat
perubahan tersebut secara signifikan.
1. Pemanasan Global
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah wadah
diskusi Internasional yang khusus menyoroti tentang perubahan iklim dunia, pada
2007 lalu telah menyatakan secara eksplisit apa yang terjadi muka bumi ini.
Di antaranya isu pemanasan global yang telah dan sedang terjadi saat ini,
temperatur bumi yang makin meningkat sebagai dampak dari tangan-tangan
manusia, dilihat dari gejala yang sedang terjadi sekarang seperti suhu yang
ekstrem, gelombang panas bumi, dan hujan lebat yang turun tidak sesuai dengan
siklusnya dalam frekuensi yang terus meningkat. Dapat dipastikan, hal-hal
tersebut akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Pada 2009 akhir, kondisi kaki Gunung Mount Everest terlihat cukup
memprihatinkan. Es dan salju yang membentuk gletser pada puncak Mount
Everest telah mencair hingga membentuk danau es. Kejadian ini mencemaskan
para penduduk Nepal yang ada di sekitar kaki gunung. Untuk membicarakan hal
tersebut kepala pemerintah Nepal bersama para perdana menterinya berdiskusi
dengan cara berkumpul di kaki Gunung Everest. Tindakan ini merupakan inisiatif
pemerintah terhadap perubahan iklim yang ternyata bukan hanya mempengaruhi
kondisi geografis Nepal, namun juga kondisi bumi secara keseluruhan.
Hasil pembahasan ini dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB di
Dalam konferensi itu disepakati beberapa hal untuk menghentikan perubahan
iklim global. Di antaranya pengakuan mendesak bahwa suhu bumi tidak boleh
naik 2 derajat Celcius, bantuan finansial untuk negara berkembang

6
dalam bentukdana iklim senilai 100 miliar dolar mulai tahun 2020, dan
pengawasan terhadap janji mengurangi emisi CO2 namun prosentase kadar
emisinya tidak ditentukan sampai batas tertentu.
Untuk bisa melakukan semua ide tersebut dibutuhkan kerja keras seluruh
pihak baik pemerintah maupun warga masyarakat tanpa terkecuali sebagai
penduduk bumi. Memulai sesuatu memang tidak mudah, tapi dengan tekad yang
kuat dan konsep yang tepat dan terarah, panas bumi dapat diturunkan hingga batas
normal.

2. Efek Rumah Kaca


Perlu diketahui bahwa faktor utama penyebab terjadinya perubahan iklim
global adalah adanya efek rumah kaca yang banyak digunakan untuk
kegiatanindustri yang dimulai sejak Revolusi Industri sejak abad 19. Lahan hijau
banyak yang diratakan dengan tanah untuk dijadikan kawasan industri dengan
dibangunnya bangunan-bangunan untuk kegiatan produksi dan pemukiman
penduduk. Hal ini membuat penduduk dunia di berbagai belahan bumi
berbondong-bondong melakukan migrasi dari desa ke kota untuk ambil bagian
dalam kegiatan industri tersebut. Radiasi sinar matahari leluasa dipancarkan ke
bumi dan terperangkap dalam rumah-rumah kaca. Hal ini menyebabkan
peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Atmosfer pun
mengalami peningkatan suhu. Penggunaan aerosol dan emisi gas nuangan yang
tidak sesuai semakin menambah jumlah emisi yang terperangkap dalam rumah
kaca.

2.4 Contoh Dampak Perubahan Iklim Global


Berikut ini adalah beberapa contoh dari Dampak Perubahan Iklim Global:
1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Banjarmasin
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah
mengakibatkan ketidak stabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat
dengan permukaan bumi.Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya
gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas
rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan

7
terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan
oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi. Pengamatan temperatur
global sejak abad 19menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang
menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini
ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74 ⁰C antara tahun
1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akanterus
meningkat sekitar 1.8-4.0 ⁰C di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain
dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4 ⁰C.

Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak


stabil danmenimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca
yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomaly.
nomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya
adalah :
1. Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.)
2. Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir,
kekeringan,badai tropis, dll.)

8
3. Mengancam ketersediaan air
4. Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan
5. Menurunkan produktivitas pertanian
6. Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan
7. Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati Kenaikan muka laut
menyebabkanbanjir permanen dan kerusakan infrastruktur di daerah pantai

2. Varietas Padi Rendah Emisi Gas


Pemanasan global kini tengah menjadi perhatian dunia. Dampak pemanasan
global adalahterjadinya perubahan iklim yang selanjutnya akan mempengaruhi
kehidupan di bumi, namun para ahli masih sulit memprediksi besarnya perubahan
iklim tersebut.Perubahan iklim merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan di
bumi karena akan memberi dampak seperti naiknya permukaan laut akibat
mencairnya es dan gletser di kutub, naiknya curah hujan di sebagian belahanbumi
dan di belahan lain terjadi kekeringan, serta penyebaran penyakit tropis dan
punahnya beberapa spesies karena tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan
iklim.
Sektor pertanian disinyalir sebagai salah satu sumber emisi gas rumah kaca,
terutama metana. Luas sawah diIndonesia yang lebih dari 10,9 juta hektar diduga
memberi kontribusi sekitar 1% dari total globalmetana. Jika total metana diduga
berbanding lurus dengan total produksi padi maka setiap usaha peningkatan
produksi padi harus dibayar dengan kerusakan lingkungan berupa meningkatnya
emisimetana. Metana dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik secara
anaerobic.

3. Emisi Gas Metana dari Lahan Sawah


Strategi utama dalam mengurangi kapasitas laju produksi dan emisi metana
dari lahan sawah adalah dengan memilih varietas dan teknik budi daya yang tepat.
Tanaman padi berperanaktif sebagai media pengangkut metana dari lahan sawah
ke atmosfer. Lebih dari 90% metana diemisikan melalui jaringan aerenkima dan
ruang interseluler tanaman padi, sedangkan kurang dari10% sisanya dari
gelembung air. Kemampuan tanaman padi dalam mengemisi metana beragam,

9
bergantung pada sifat fisiologis dan morfologis suatu varietas. Pemilihan varietas
padi yang ditanam di suatu daerah ditentukan oleh potensi hasil panen, kondisi
ekosistem, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit endemik serta kondisi
ekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap varietas padi menghasilkan
emisimetana yang berbeda-beda, sehingga penggunaan varietas yang tepat
diharapkan dapat menekanemisi metana. Padahal jumlah varietas padi sangat
banyak.
Oleh karena itu diperlukan penelitian yang berkelanjutan untuk mengetahui
varietas padi yang mampu menekan emisi metana.Penekanan emisi metana
dengan menanam varietas yang tepat merupakan pilihan yang paling mudah
diterapkan petani. Apalagi varietas-varietas padi yang di introduksikan ke petani
mempunyai daya hasil yang tinggi atau minimal sama dengan varietas yang biasa
ditanam petani. Hasil pengujian beberapa varietas padi sawah irigasi, sawah tadah
hujan maupun sawah pasang surut sejak tahun 1995 menunjukkan bahwa varietas
Cisadane mengemisi metana paling tinggi, sedangkan IR36 dan Dodokan paling
rendah Cisadane diduga mempunyai kemampuan fotosintesis yang lebih baik dari
varietas lain sehingga eksudat akar yang dihasilkan lebih mudah terdegradasi.
Sebaliknya IR36 dan Dodokan di duga mempunyai kapasitas pengoksidasi akar
yang lebih baik dari varietas lain sehingga konsentrasi oksigen di sekitar akar
meningkat dan metana teroksidasi secara biologis oleh bakteri metanotropik.
Hasil padi per kilogram metana dapat digunakan untuk menghitung tingkat
emisimetana yang dihasilkan oleh suatu varietas. Rasio antara hasil padi dan
besarnya emisi metana(indeks) dapat digunakan untuk menduga besarnya emisi
metana dalam satu musim .Dengan hasil gabah 5 t/ha maka dugaan emisi metana
untuk Way Apoburu adalah103,9 kg/ha/musim. Bila yang ditanam Tukad Unda
(indeks 28,6) maka emisi metana adalah 174,8 kg/ha/musim. Emisi metana di
tentukan oleh karakteristik tanaman, diameter rongga aerenkima, eksudasi akar,
daya oksidasiakar, serta pemupukan dan pengaturan air. Apapun yang dilakukan
untuk menekan emisi metana dari lahan sawah, termasuk pemilihan varietas, hal
penting yang harus diperhatikan adalah peningkatan produksi padi. Oleh karena
itu perlu adanya pengembangan varietas padi yang tidak hanya berdaya hasil
tinggi, tetapi juga emisi metananya.

10
2.5 Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian dan Perikanan
Berdasarkan data dan keterangan dari beberapa lembaga dan peneliti iklim
dan cuaca, perubahan iklim global telah mempengaruhi pertanian dan perikanan
dunia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika juga menerangkan bahwa
telah terjadi penyimpangan cuaca di Indonesia sebagai akibat dari anomali suhu
permukaan laut yang cenderung hangat. Anomali ini juga terjadi di beberapa
negara diantaranya Pakistan, Cina dan Rusia.
Di Kabupaten Sumbawa sendiri dampak dari global climate change ini tidak
hanya dirasakan oleh para nelayan yang fokus usahanya mencari dan menangkap
ikan di laut, namun juga seluruh kalangan masyarakat terutama petani yang mana
profesi ini digeluti oleh sebagian besar masyarakat Pulau Sumbawa dan Indonesia
umumnya.
Setahun terakhir banyak sekali petani yang mengalami gagal panen dan
nelayan tidak melaut akibat kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu. Jadwal
dan pola tanampun mengalami perubahan, kondisi ini diperparah karena sebagian
besar petani dan nelayan kita khususnya di Kabupaten Sumbawa merupakan
bertani dan nelayan tradisional yang mana iklim dan cuaca merupakan faktor
penentu sekaligus pembatas keberhasilan usaha mereka.
Jane Lubchenco Kepala Badan Nasional Kelautan dan Atmosfir (NOAA)
Amerika Serikat dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu
menerangkan bahwa perubahan iklim telah menimbulkan sirkulasi arus laut dunia
atau yang selama ini dikenal dengan sebutan Great Ocean Conveyor Belt telah
berubah. Hal ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laut dan
mengakibatkan kondisi yang ekstrem. Air laut bisa menjadi sangat panas atau
sebaliknya sangat dingin sekali.
Sementara itu Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Dr.
Gellwynn Yusuf dalam salah satu media masa nasional mengatakan, dengan
berubahnya sirkulasi arus laut dunia, akan membawa dampak yang sangat besar
khususnya di bidang perikanan. Hasil kajian ilmiah yang dilakukan oleh
K.E.Trenberth membuktikan bahwa selama 50 tahun terakhir, suhu atmosfir bumi
dan konsentrasi karbon dioksida (CO2) terus meningkat, yang secara langsung

11
kondisi ini juga menaikkan suhu bumi termasuk komponen akuatik, yaitu sungai,
danau dan laut. Dalam salah satu tulisannya “Effects of Global Climate Change on
Marine and Estuarine Fishes and Fisheries”, J.M. Roessig menyebutkan bahwa
dalam 10 tahun terakhir, paras laut meningkat setinggi 0,1-0,3 m dan
kemungkinan menutupi area seluas 1 juta km2. Armi Susandi, pakar perubahan
iklim dari Institut Teknologi Bandung juga sepakan akan hal ini, dia mengatakan
bahwa jika permukaan air laut naik setinggi 1 meter, diperkirakan lahan
persawahan seluas 346.808 hektar dan juga 700 buah pulau di Indonesia akan
terancam tenggelam yang mana 5% diantaranya pulau yang berpenghuni.
Jika tidak segera ditangani dan berupaya mencari solusi yang tepat,
perubahan iklim global (global climate change) dikhawatirkan akan mengancam
sistem ketahanan pangan kita. Bahkan saat ini disadari atau tidak global climate
change telah memberikan dampak pada sektor industri pertanian dan perikanan di
Indonesia dan dunia baik yang bersekala besar maupun tradisional, pada akhirnya
kondisi ini berimbas pada menurunya pendapatan sekaligus menghambat
perputaran roda perekonomian masyarakat.
Karena dampak dari global climate change ini dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung serta muncul dalam variasi waktu yang berbeda, maka
dibutuhkan kesigapan, strategi dan perencanaan yang matang dari pemerintah dan
pmerintah daerah dengan memanfaatkan inovasi teknologi, melakukan kajian
yang konfrehansif dan multidisipliner serta menjalin kerja sama dengan semua
pihak untuk dapat menduga sekaligus mengantisipasi dampak yang lebih luas dari
fenomena perubahan iklim global (global climate change) ini.

2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Perubahan Iklim Global


Perubahan iklim ini harus diatasi bersama-sama dan tidak ditunda-tunda.
Setiap negara harus memberi kontribusi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan
di dalam negerinya sendiri sesuai kemampuan masing-masing. Negara maju harus
membantu negara miskin. Bentuk bantuan itu tidak saja berupa bantuan teknis dan
ekonomi, namun dibutuhkan juga tekanan politik yang positif untuk menanamkan
urgensi masalah ini dan mendapatkan komitmen dari para pemimpin untuk
bertindak.

12
Apabila negara-negara maju mau memperlambat laju pertumbuhan
kemakmurannya dan memberikan kesempatan kepada negara yang miskin untuk
meningkatkan kemakmuran dengan cara yang bertanggung jawab terhadap
lingkungannya, maka pada suatu saat akan tercapai suatu ekuilibrium yang
membuat perbuatan manusia semakin berimbang dan perubahan iklim global pun
akan cenderung kembali ke arah yang positif.
Mengingat begitu seriusnya dampak pemanasan global dan perubahan iklim
kiranya sangat penting untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terutama
dimulai dari hal-hal kecil yang dapat kita lakukan pada skala rumah tangga seperti
di bawah ini:

1. Hemat penggunaan listrik


a. Gunakan lampu hemat energy
b. Pilih alat-alat elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumah tangga
kita, misalnya Magic Com/Magic Jar sesuai kebutuhan sekeluarga sehari;
c. Gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya, bila cucian sangat sedikit sebaiknya
dikumpulkan dahulu hingga sesuai dg kapasitas mesin cuci kita;
d. Matikan alat-alat elektronik yang sedang tidak digunakan;
e. Upayakan rumah berventilasi baik sehingga tidak terlalu tergantung pada
penggunaan Air Condition (AC);
f. Upayakan rumah mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada
siang hari tidak perlu menggunakan lampu.

2. Hemat penggunaan kertas dan tinta


a. Untuk keperluan menulis konsep/corat-coret sebaiknya menggunakan kertas
bekas, misalnya bekas print yang baliknya masih kosong
b. Batasi penggunaan produk disposable/sekali pakai misalnya: tissue,
diaper/pamper, dsb
c. Kertas-kertas bekas dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.

3. Hemat penggunaan air


Berikut ini tips-tips hemat air:

13
a. Bila menggunakan shower atau washtafel, matikan kran pada saat anda
bercukur, menggosok gigi dan kramas dengan cara ini anda dapat berhemat
sampai dengan lebih dari 6000 L air perminggu;
b. Kumpulkan air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk sekedar
menyiram tanaman, merendam lap-lap kotor dll.;
c. Lakukan cuci mobil menggunakan air dalam ember dan lap, jangan gunakan
kran air;
d. Periksa secara berkala dan ganti kran atau pipa air yang mulai bocor, anda
dapat menghemat hingga 9500 Liter air perbulan.

4. Hemat penggunaan bahan bakar


a. Lakukan perawatan yang baik pada mesin kendaraan anda;
b. Periksa tekanan ban kendaraan anda, tekanan ban yang akurat dapat
menghemat BBM;
c. Hindari penggunaan kendaraan yang sistem pembakaran pada mesinnya sudah
tidak efisien;
d. Gunakan kendaraan sesuai kebutuhan, misalnya jika hanya bepergian sendiri
lebih baik gunakan sepeda motor daripada mobil;

5. Pengelolaan sampah/limbah yang baik


a. Pisahkan sampah organik dan non organik, sampah organik. Dapat dibuat
kompos;
b. Sampah organik dapat dibuat bahan isian untuk biopori;
c. Hindari membakar sampah;
d. Bila berbelanja bawalah tas belanjaan sendiri, sehingga menghindari
penggunaan tas plastik.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perubahan Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun
waktu tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Perubahan Iklim Global
ini merupakan perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan,
angin,dan sebagainya) secara global terhadap normalnya. Perubahan iklim global
Indonesia dirasakan sebagai kenaikan suhu rata-rata tiap tahun, musim hujan
datang lebih lambat, variasi musiman dan cuaca ekstrim , kenaikan permukaan air
laut, dan lainnya. Penyebab perubahan iklim global antara lain adalah efek dari
pemanasan global dan efek rumah kaca
Dampak perubahan iklim global antara lain perubahan jumlah curah hujan,
mencairnya es di kutub utara, naiknya permukaan laut, dan lain-lain.
Indonesia dampak perubahan iklim global anatara lain kerusakan pesisir pantai
termasuk mangrove, turunnya produksi pertanian dan perikanan, tingginya variasi
penyakit seperti malaria, dan lain-lain
3.2 Saran dan kritik
Dengan tujuan penulisan makalah perubahan iklim global, diharapkan
setiap individu mampu berperan aktif dalam menjaga lapisan atmosfer agar
dipermukaan bumi tidak terjadi pemanasan global. Dengan adanya iklim yang
tidak menentu. Diharapkan kepada teman-teman dan pembaca memberikan
kritikan dan saran untuk mendukung menjaga kestabilitasan perubahan iklim
global.

15
DAFTAR PUSTAKA

Armi Susandi, dkk.2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka


Laut Di Wilayah Banjarmasin. Bandung: Program Studi Meteorologi –
Institut Teknologi Bandung

Anonim. 2004. Perubahan Iklim Global. Diambil


darihttp://climatechange.menlh.go.id pada hari Selasa, 30 Mei 2019 pukul
16.06 WIB.

Bappeda Provinsi Bali. 2004. Data Bali Membangun. Denpasar.

Budianto, A. 2000. Pengaruh Perubahan Iklim Global Terhadap Negara


Kepulauan Indonesia, dalam Rajagukguk, E dan Ridwan K, Jakarta.

CIFOR. Center for International Forestry Research. 2009. REDD: Apakah itu?
Pedoman CIFOR tentang hutan, perubahan iklim dan REDD. Bogor:
CIFOR.

Kurniatun Hairiah. 2007. Perubahan Iklim Global: Dampak dan Bahayanya.


Malang: Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah.

Susandi, Armi et al (2007), Climate Change in Jakarta: Its Historical Study for
Projection, Proceedings of Annual Scientifi c Meeting HAGI, Jakarta,
Indonesia (7 maret 2007).

Susandi, A. 2004. The impact of international greenhouse gas emissions


reduction on Indonesia. Jerman: Report on Earth System Science, Max
Planck Institute for Meteorology.

16

Anda mungkin juga menyukai