Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan


di Lahan Marginal
Suyanto Pawiroharsono
Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Jalan M.H. Thamrin 8, Jakarta 13040

Naskah diterima : 11 januari 2012 Revisi Pertama : 17 Januari 2012 Revisi Terakhir : 25 Januari 2012

ABSTRAK
Dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan di Indonesia, maka diperlukan
upaya peningkatan produktivitas pertanian, khususnya untuk tanaman pangan. Upaya
intensifikasi selama ini dinilai berhasil, namun produktivitas sudah mendekati keadaan
jenuh, sehingga upaya ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan marginal merupakan
alternatif yang harus segera dilakukan. Indonesia sangat berpotensi mengembangkan
pertanian di lahan marginal untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan, mengingat
luasan lahan yang dimiliki lebih dari 30 juta hektar dan memiliki kesiapan teknologi
budidaya melalui aplikasi bioteknologi. Pemanfaatan lahan marginal untuk peningkatan
produktivitas pangan masih banyak menghadapi kendala teknis sehingga dibutuhkan
investasi yang lebih mahal. Disamping itu, implementasi pemanfaatan lahan perlu
memperhatikan berbagai kearifan lokal sedemikian rupa agar berbagai sumber daya
dapat dimanfaatkan secara optimal. Riset di bidang bioteknologi sudah banyak dilakukan
di Indonesia dan hasil-hasilnya sangat berpotensi untuk peningkatan produksi tanaman
pangan di lahan marginal. Hasil-hasil riset tersebut antara lain adalah varietas tanaman
hasil rakitan yang toleran pada lahan marginal, pupuk hayati dan agen pengendalian
hama. Selain itu, keberhasilan program peningkatan produktivitas pangan di lahan
marginal perlu dukungan kebijakan dan komitmen pemerintah, baik pusat dan daerah
serta dukungan masyarakat petani.
kata kunci: pangan, lahan marginal, bioteknologi, varietas toleran
ABSTACT
In the framework of food security and food self-sufficiency, the improvement of
agricultural product of staple food commodities is urgently required. Intensification
program is considered to be successful, but the productivity has recently been relatively
saturated. Hence, the extensification program by using the marginal or sub-optimal land
is an important option to be executed immediately. Indonesia has a great potential to
develop agriculture in the sub-optimal land for increasing food production because it has
a vast area of land of more that 30 million hectares and the readiness of farming
technologies, specifically the application of biotechnology. The use of sub-optimal land
for the improvement of food productivity is still facing several constraints, so that the
more expensive capital investment is needed. In addition, the local wisdoms should be
seriously considered in order to optimize the use of resources. Biotechnology researches
have been done in Indonesia, and their results are potentially useful for improving the
food productivity in sub-optimal lands. Theresearch results consist of the engineered
plant varieties which are tolerant to sub-optimalland, bio-fertilizer and bio-pesticide.

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-111 101


*pawiroharsono@bppt.go.id
Moreover, the success of the program requires the support from the government (central
and regional), as well as the farmers communities.
keywords: food, marginal or sub-optimal land, biotechnology, tolerant plant variety

I. PENDAHULUAN perumahan maupun prasarana jalan. Sebagai


contoh luas lahan sawah sampai tahun 1990
etahanan pangan di Indonesia selama ini
K dinilai belum kokoh. Hal ini ditandai oleh
besarnya volume impor produk pangan.
tercatat mengalami peningkatan, namun pada
tahun-tahun berikutnya terus mengalami
penurunan. Besarnya konversi luas baku
Kebijakan pangan yang dikeluarkan oleh
sawah mulai tahun 1990 sampai 2009 adalah
pemerintah dengan melakukan importasi ini
sebesar 4,4 persen (Koespramoedyo, 2011).
dinilai masuk pada tahap membahayakan,
dimana nilai impor pada tahun 2011 telah Dengan kondisi dan dengan berbagai
mendekati Rp. 60 trilyun (Permana, 2011). pertimbangan yaitu: (i) impor pangan yang
Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi makin tinggi; (ii) laju peningkatan produksi
pangan domestik dalam rangka ketahanan pangan yang masih kecil (< 1 persen); (iii)
pangan dipandang sangat mendesak. lahan sawah yang terus berkurang (tingkat
konversi 4,4 persen), (iv) upaya ekstensifikasi
Upaya peningkatan produksi pertanian
yang kurang berhasil; (v) pendapatan (income)
pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua
dan jumlah penduduk yang terus meningkat
cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi.
(> 1,5 persen); dan (vi) semakin luasnya lahan
Usaha intensifikasi selama ini telah banyak
marginal, maka pemanfaatannya dirasakan
dilakukan dan dinilai cukup berhasil. Namun,
sangat mendesak dan dipandang sebagai
upaya peningkatan produksi melalui
alternatif yang sangat strategis untuk
intensifikasi tersebut belum cukup untuk
peningkatan produk pertanian, mengurangi
mengejar laju kebutuhan pangan yang terus
k e t e r g a n t u n g a n i m p o r pa n g a n d a n
meningkat. Tingginya peningkatan kebutuhan
memperkuat ketahanan pangan nasional.
pangan ini terutama disebabkan oleh tingginya
angka peningkatan jumlah penduduk dan II. Lahan Marginal
pendapatan di Indonesia. Hal ini sering Lahan marginal atau lahan sub-optimal
dianalogkan bahwa peningkatan produktivitas adalah lahan yang memiliki mutu lebih rendah
pangan bertambah seperti deret hitung, karena memiliki beberapa faktor pembatas jika
sedangkan pertambahan jumlah kebutuhan digunakan untuk lahan pertanian. Faktor
pangan seperti deret ukur. Untuk itu, upaya pembatas tersebutperlu diketahui lebih dahulu,
peningkatan produksi pangan perlu dilakukan sehingga dapat diberikan perlakuan-perlakuan
melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi tertentu untuk mengatasinya. Lahan marginal
secara bersamaan (Pawiroharsono dan Chaidir atau sub-optimal di Indonesia cukup luas. Jenis
2011). lahan marginal, luasan dan kharakteristiknya
Upaya pemerintah melalui ekstensifikasi terdapat pada Tabel1.
selama ini dinilai belum cukup memadai untuk Lahan marginal di Indonesia tersebar di
memacu peningkatan produksi pangan. Luas seluruh kepulauan terutama di Sumatera,
lahan pertanian di pulau Jawa dan Bali justru Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Lahan-lahan
cenderung terus menurun akibat alih ini sudah banyak dimanfaatkan terutama untuk
fungsi/konversi dari lahan pertanian menjadi tanaman perkebunan, namun baru sedikit
lahan non pertanian, baik untuk industri, dimanfaatkan untuk mendukung produksi

102 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-111


Tabel 1. Jenis, Luas dan Kharakteristik Lahan Marginal di Indonesia

Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 103
(Wirnas, dkk. 2011¹)
¹ Data disajikan dalam tabel

tanaman pangan, khususnya untuk komoditas III. Peran Bioteknologi Pertanian Untuk
pangan pokok seperti beras, jagung, kedelai, Pemanfaatan Lahan Marginal
dan gula tebu. Sementara itu masih banyak Bioteknologi adalah perpaduan ilmu
lahan marginal yang berpotensi untuk pertanian pengetahuan biokimia, mikrobiologi atau dan
yang belum dimanfaatkan, yaitu mencapai rekayasa untuk menghasilkan proses, produk
30,67 juta hektar (Wirnas, dkk., 2011). Disisi ataupun jasa yang dapat dimanfaatkan untuk
lain, jumlah lahan sawah yang digunakan untuk manusia. Bioteknologi merupakan ilmu
mendukung swasembada beras baru tercatat pengetahuan yang sudah ada sejak jaman
8,28 juta hektar, dimana 40 persen dari luasan kuno, misalnya pemanfaatan khamir untuk
tersebut terdapat di Jawa dan Bali. Dengan produksi minuman beralkohol. Pada tiga dasa
demikian, maka pemanfaatan lahan marginal warsa terakhir, bioteknologi mengalami
merupakan peluang besar bagi peningkatan kemajuan sangat pesat, dimana bioteknologi
produksi pangan khususnya beras, jagung dan dikembangkan pada tingkat yang lebih mikro
kedelai. yaitu pada tingkat molekuler, khususnya
dengan memanipulasi unsur genetik misalnya
Peningkatan produksi pangan di lahan-
asam nukleat yaitu de-oxy-ribo nucleic acid
lahan sub optimal dapat dilakukan melalui: (i)
(DNA) dan ribo nucleic acid (RNA). Dengan
perbaikan daya adaptasi tanaman dan potensi
perkembangan tersebut banyak dihasilkan
hasil, yaitu dengan mengembangkan varietas
proses dan produk baru yang dapat
toleran terhadap cekaman lingkungan hidup
meningkatkan nilai tambah dan dapat
dan berdaya hasil baik; (ii) perbaikan kondisi digunakan di berbagai bidang seperti bidang
agroekosistem lahan sub optimal, sehingga kesehatan, industri dan bidang pertanian.
dapat digunakan untuk kegiatan budidaya
Pemanfaatan bioteknologi di bidang
pertanian; dan (iii) kombinasi antara keduanya.
pertanian ditandai dengan banyaknya
Berdasarkan kedua metode tersebut maka
penemuan tanaman kultivar/varietas baru
peran bioteknologi adalah sangat penting,
yang disebut tanaman transgenik, yang
mengingat bioteknologi dapat dimanfaatkan
mempunyai sifat-sifat tertentu. Diantara
kedua metode tersebut.
tanaman tersebut adalah tanaman yang adaptif
Disamping hal di atas, pemanfaatan lahan terhadap berbagai cekaman, baik cekaman
marginal untuk peningkatan produksi pangan biologis maupun cekaman non-biologis.
perlu dukungan berbagai pihak, khususnya Termasuk pada kriteria ini adalah tanaman
pemerintah dalam bentuk kebijakan atau yang toleran tumbuh di lahan marginal, yang
peraturan perundangan dan komitmen lainnya potensial untuk dikembangkan dalam upaya
berupa dukungan fasilitas infrastruktur, tenaga peningkatan produk pertanian.
ahli dan insentif. Selain itu, juga dibutuhkan Pemanfaatan bioteknologi untuk lahan
peran masyarakat, khususnya para petani dan marginal dalam rangka peningkatan produksi
aparatur pendukungnya seperti para penyuluh pertanian pada dasarnya dapat dilakukan
dan periset. melalui dua pendekatan yaitu pengembangan

104 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-111


varietas toleran berpotensi untuk perbaikan serangkaian percobaan persilangan galur
hasil dan perbaikan kondisi agroekosistem murni dilakukan (Wikipedia, 2012).
lahan sub-optimal. Kedua, pengembangan varietas melalui
3.1. Pengembangan Varietas Toleran teknik mutasi baik secara kimia maupun melalui
Berpotensi untuk Perbaikan Hasil radiasi. Misalnya aplikasi mutasi perbaikan
Dalam upaya peningkatan hasil produk varietas tanaman sorgum yang telah dilakukan
pertanian, bibit dan benih tanaman adalah di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi
salah satu aspek penting untuk perbaikan - Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-
produktivitas tanaman. Oleh karena itu, BATAN). Upaya tersebut diarahkaan untuk
pengembangan varietas tanaman adalah memperbaiki sifat agronomi dan kualitas
merupakan kunci keberhasilan untuk produk sorgum (biji dan hijauan) untuk
pencapaian tujuan peningkatan produktivitas dikembangkan sebagai sumber bahan pangan
pertanian. Di Indonesia, pengembangan dan pakan ternak alternatif di daerah kering
varietas di lahan marginal adalah tatangan di khususnya selama musim kemarau. Induksi
bidang pertanian, mengingat luasnya lahan mutasi untuk meningkatkan keragaman genetik
marginal dan tututan peningkatan produktivitas tanaman dilakukan dengan meradiasi benih
pertanian dalam rangka ketahanan pangan. (seeds) atau embrio (plantlets) dengan sinar
Oleh karena itu, pengembangan varietas Gamma bersumber dari Cobalt-60 yang
tersebut perlu diarahkan untuk perakitan terpasang pada alat Gamma Chamber. Seleksi
varietas yang dapat menghasilkan bibit dan tanaman dilakukan mulai generasi kedua (M2)
benih tanaman toleran yang unggul, dimana setelah perlakuan radiasi, dan dilanjutkan pada
tanaman dimaksud mempunyai kemampuan generasi-generasi berikutnya, yaitu dengan
untuk beradaptasi di lahan marginal, namun memilih tanaman mutan yang
tetap dapat menghasilkan produk yang secara menunjukkansifat agronomi unggul dibanding
kualitas dan kuantitas lebih tinggi. kontrol, sampai diperoleh tanaman yang
Pada dasarnya, perakitan varietas adalah homosigot. Selanjutnya, galur mutan unggul
menggabungkan sifat-sifat unggul dari dua diuji daya hasilnya pada daerah kering seperti
tanaman atau lebih yang dilaksanakan dengan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
pemindahan unsur-unsur genetik dari satu Yogyakarta pada musim kemarau (Soeranto,
tanaman ke tanaman lain, baik secara 2011).
konvensional maupun secara moderen guna Selanjutnya perakitan varietas secara
mendapatkan tanaman baru yang mempunyai moderen sering disebut secara bioteknologis,
sifat-sifat unggul dan dapat memberikan khususnya melalui metode rekayasa genetika
manfaat bagi manusia (Lubis, 2005). (Mexal, 2006). Melalui teknik ini suatu gen
Perakitan varietas secara konvensional yang telah diketahui sifat unggulnya disisipkan
dapat dilakukan melalui dua metode. Pertama, (insert) ke dalam rantai genetik pada sel
perakitan varietas melalui teknik persilangan organisme lainnya sehingga sifat unggul
dengan memanfaatkan bunga jantan (benang tersebut dapat terbentuk pada organisme baru
sari/polen) dan bunga betina (putik) dari (organisme transgenik). Tanaman transgenik
tanaman yang mempunyai sifat unggul yang pertama dilaporkan pada tahun 1983, yaitu
kita inginkan, misalnya pertumbuhannya cepat, tanaman tembakau dan bunga matahari
produktivitasnya tinggi dan tahan terhadap (Wikipedia, 2012). Selanjutnya muncul
hama. Perkembangan yang paling revolusioner berbagai tanaman transgenik dari berbagai
dalam genetika dan pemuliaan tanaman adalah spesies lain, dan yang paling populer dan
ditemukannya cara perakitan varietas hibrida kontroversial adalah pada jagung, kapas,
tanaman jagung pada tahun 1910-an setelah tomat, dan kedelai yang disisipkan gen-gen

Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 105
toleran herbisida atau gen yang terkait dengan Selanjutnya, lahan tersebut perlu
resistensi terhadap hama tertentu. dilakukan perlakuan-perlakuan tertentu agar
Tanaman transgenik ini mendapatkan lahan dapat dikondisikan atau diadaptasikan
reaksi yang sangat keras dari masyarakat dan untuk memfalitasi pertumbuhan tanaman
para ilmuwan, karena dapat berdampak negatif dengan baik. Berdasarkan pengalaman
terhadap lingkungan maupun kesehatan pemanfaatan lahan marginal, maka untuk
manusia. Oleh karena itu, sebagai jawaban adapatasi tanaman pada lahan marginal
atas kritik terhadap tanaman transgenik, ternyata diperlukan waktu beberapa kali tanam.
pemuliaan tanaman sekarang harus dapat Dengan demikian untuk perlakuan yang sama,
mengembangkan teknik-teknik bioteknologi maka pertumbuhan tanaman yang pertama
dengan risiko lingkungan yang lebih rendah. kali akan lebih lambat dibandingkan dengan
Meskipun penggunaan teknik-teknik terbaru tanaman berikutnya (Pawiroharsono, 2011).
telah dilakukan untuk memperluas Kontribusi bidang bioteknologi untuk
keanekaragaman genetik tanaman, namun
perbaikan lahan marginal dapat dilakukan
hampir semua produsen benih saat ini, baik
dengan pemberian pupuk hayati berupa
yang komersial maupun non komersial masih
berbagai mikroorganisme atau jasad renik
mengandalkan pada pemuliaan tanaman
yang dapat berperan untuk meningkatkan
"konvensional" dalam berbagai programnya.
kesuburan lahan yaitu dengan memperbaiki
3.2. Perbaikan Kondisi Agroekosistem kandungan unsur hara ataupun memperbaiki
Lahan Suboptimal kondisi tanaman misalnya untuk
Definisi agroekosistem sangat bervariasi mempermudah penyerapan unsur hara dan
dan sangat tergantung pada lingkup lingkungan resistensi terhadap serangan hama.
dan riset yang dilakukan, namun pada
dasarnya merupakan sistem pemanfaatan IV. Hasil Riset dan Implementasi
lingkungan lahan pertanian untuk produksi Hasil-hasil riset bioteknologi untuk
pangan dan ataupun produk pertanian lainnya. peningkatan produksi di lahan marginal sudah
Untuk itu, lingkungan tersebut perlu dimodifikasi banyak dilakukan, baik melalui perakitan
ataupun diolah sedemikian rupa agar cocok v a r i e ta s u n g g u l , p e r b a i k a n k o n d i s i
dengan tanaman yang akan ditumbuhkan. agroekosistem, ataupun kombinasi antara
Perbaikan kondisi agroekosistem pada kedua metode tersebut.
lahan marginal adalah pendekatan yang Berbagai riset di bidang bioteknologi telah
dilakukan melalui rekayasa lahan marginal, dilakukan untuk pemanfaatan lahan marginal
supaya faktor pembatas pada lahan marginal dan telah banyak hasil riset yang siap
dapat dieliminasi dan lahan tersebut kemudian diimplementasikan. Hasil-hasil riset untuk
dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang pengolahan lahan marginal, antara lain adalah:
subur untuk budidaya tanaman pangan. (i) berbagai teknologi penyuburan lahan
Perbaikan ini akan sangat tergantung marginal; dan (ii) varietas unggul hasil
pada kondisi lahan, sehingga makin baik pemuliaan baik secara konvensional dan non-
kondisi lahannya maka makin sedikit upaya konvensional (bioteknologi) yang adaptif
yang dilakukan. Untuk itu, sebelum lahan terhadap cekaman di lahan marginal.
marginal ditanami perlu dilakukan berbagai
4.1. Penyuburan Lahan Marginal
penelitian awal lebih dahulu antara lain untuk
mengetahui jenis lahan (kering, rawa, pasang- Seperti disebutkan sebelumnya bahwa,
surut), jenis tanah (gambut, mineral endapan, lahan marginal adalah lahan yang mempunyai
pirit, mineral berpasir, mineral bergambut), faktor pembatas tertentu, sehingga tidak dapat
dan jenis cekaman (naungan, payau, kering, langsung diolah dan untuk itu diperlukan
kandungan mineral, masam). perlakuan khusus lebih dahulu. Berbagai riset

106 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-111


untuk penyuburan tanaman pada lahan Secara lengkap jenis varietas, potensi dan
marginal telah banyak dilakukan dan diperoleh kharakterisasinya tercantum pada Tabel 3.
hasil-hasil riset yang siap diimplementasikan. Namun demikian, implementasi teknologi
Untuk penyuburan tanaman pada lahan tersebut di tingkat petani belum banyak
marginal telah dihasilkan beberapa pupuk dilaksanakan, dan khususnya untuk
hayati dan bioinsektisida dapat dilihat pada pembukaan lahan baru, ternyata petani
Tabel 2. menghadapi berbagai kendala, antara lain: (i)
4.2. Perakitan Varietas Toleran teknologi budidaya di lahan sub-optimal
Berbagai varietas toleran baru hasil bersifat spesifik; (ii) variasi cekaman
pemuliaan yang berpotensi untuk mendukung sangatbesar, sehingga dibutuhkan varietas
produksi pangan adalah varietas padi, misalnya yang multi toleran; (iii) investasi yang lebih
padi gogo dan padi rawa, padi tahan naungan, besar untuk kegiatan pertanian (on farm)
kedelai untuk lahan kering masam dan kedelai khususnya untuk penerapan teknologi
adaptif naungan, jagung tahan penyakit, talas budidaya yang harus disesuaikan pada lahan
lahan naungan, dan sorgum tahan kering. marginal; (iii) diseminasi dan adaptasi teknologi

Tabel 2. Pupuk Hayati dan Bioinsektisida untuk Tanaman Pangan di Lahan Marginal

Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 107
Tabel3. Varietas tanaman pangan toleran pada lahan marginal

Sumber : Wirnas dkk., 2011¹ dimodifikasi


¹ Data disajikan dalam tabel

di tingkat petani untuk budidaya di lahan meningkat. Data Biro Pusat Statistik
marginal masih sangat terbatas; (iv) pembinaan menunjukkan bahwa sejak tahun 1980 sampai
dan pendampingan dirasakan masih sangat dengan tahun 1990 tercatat bahwa
kurang; dan (v) dukungan kebijakan pemerintah ekstensifikasi berhasil meningkatkan luasan
y a n g b e l u m b e r p i h a k pa d a p e ta n i . sawah dari 7,262 juta hektar menjadi 8,482
V. Pembahasan juta hektar, atau naik16,8 persen. Kemudian
sejak tahun 1990 luas sawah terus menurun.
Upaya peningkatan produksi pertanian
Pada tahun 2000 luasan sawah menjadi 8,158
pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua
juta hektar dan pada tahun 2009 turun lagi
cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi.
Selama ini usaha intensifikasi dinilai sangat menjadi 8,107 juta hektar (Koespramoedyo,
berhasil, namun produktivitas tanaman sudah 2011).
mengalami saturasi. Disisi lain, upaya Berdasarkan hal di atas, maka upaya
pemerintah melalui ekstensifikasi selama ini ekstensifikasi merupakan pilihan yang berat
dirasakan sangat lambat dan belum dapat mengingat bahwa untuk ekstensifikasi ini lahan
mencukupi kebutuhan pangan yang terus yang tersedia banyak di luar Jawa dengan

108 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-111


memanfaatkan lahan marginal yang kurang propinsi yang dikategorikan “surplus” beras,
subur. Untuk pengolahan tanah di kawasan karena tercatat mengkonsumsi sebesar
tersebut diperlukan investasi yang lebih mahal, 504,574 ton dan produksi sebesar 1.043,089
sementara produktivitas tanaman relatif lebih ton (surplus 538,785 ton tahun 2010). Dengan
rendah atau tidak seoptimal pada lahan subur. demikian Kalimantan Selatan merupakan salah
Disamping itu, pemanfaatan lahan marginal satu propinsi yang telah dapat mendukung
untuk peningkatan produksi pangan juga rencana pemerintah yang mentargetkan
bersaing dengan tanaman perkebunan yang surplus beras 10 juta ton beras pada tahun
lebih menguntungkan dan pengelolaan 2014.
lahannya relatif lebih mudah. Di Kalimantan Selatan, lahan marginal
Lahan marginal pada dasarnya adalah sudah sejak lama dimanfaatkan, dan saat ini
lahan yang kurang subur sehingga untuk dapat telah disusun ” Model Pengembangan
dimanfaatkan perlu dilakukan perlakuan Pertanian Melalui Inovasi di Lahan Rawa” yang
pendahuluan. Permasalahan umum yang disingkat MP2MI Lahan Rawa (Alihamsyah,
banyak dihadapi petani adalah produktivitas 2011), yang siap untuk diimplementasikan dan
yang belum optimal/lebih rendah. Berbagai digunakan sebagai percontohan. Khusus di
faktor yang mempengaruhi antara lain adalah: Kabupaten Barito Kuala, lahan marginal sudah
(i) Kondisi lahan dengan medan yang berat; dimanfaatkan sejak tahun 1980-an terutama
(ii) Tenaga kerja terbatas; (iii) Orientasi untuk tanaman padi dan tanaman jeruk.
subsistem; (iv) Infrastruktur pengelolaan lahan Perluasan pemanfaatan lahan marginal juga
dan air terbatas; (v) Hama penyakit; dan (vi) telah banyak dilakukan, namun perluasan yang
Varietas lokal yang masih dominan. Dengan progresif justru digunakan untuk tanaman
kondisi ini, maka dalam upaya peningkatan perkebunan, khususnya tanaman kelapa sawit.
produksi dan perluasan lahan garapan, Implementasi teknologi di tingkat petani sangat
diperlukan dukungan kebijakan terhadap tergantung pada “kearifan lokal”, karena petani
pengembangan mekanisasi dengan masih mengutamakan menanam padi varietas
menggunakan peralatan mesin dipandang lokal (Siam Mutiara), dan tidak dapat
merupakan persyaratan yang mutlak dipaksakan untuk bercocok tanam dengan
dilaksanakan. varietas lain walaupun terbukti mempunyai
Meskipun demikian, peningkatan produksi keunggulan. Secara umum produktivitas lahan
pangan dengan memanfaatkan lahan sub- sawah belum dapat setinggi produktivitas di
optimal tetap merupakan usaha yang Jawa, di Kabupaten Barito Kuala produktivitas
prospektif, selama berbagai kendala masih padi masih sekitar 3,5 – 4,5 ton gabah
dapat diatasi, yaitu melalui tiga cara yang telah kering/hektar.
dijelaskan sebelumnya. Permasalahan umum yang dihadapi
Sebagai referensi pemanfaatan lahan dalam upaya peningkatan produktivitas yang
marginal di Kalimantan Selatan dinilai sangat belum optimal antara lain adalah: (i) Kondisi
berhasil, dimana 464,581 hektar (sekitar 22 lahan dengan medan yang berat; (ii) Tenaga
persen) lahan marginal telah dimanfaatkan kerja terbatas; (iii) Infrastruktur pengelolaan
sebagai lahan sawah dapat dilihat pada lahan dan air terbatas; (iv) Hama penyakit;
Gambar1. Lahan sawah tersebut terdiri atas: dan (v) Varietas lokal yang masih dominan.
(i) lahan irigasi 51,292 hektar; (ii) lahan tadah Oleh karena itu, kondisi ini juga perlu adanya
hujan 148,731 hektar; (iii) lahan pasang surut kebijakan pemerintah, misalnya dukungan
163,391 hektar; (iv) lahan lebak 95,959 hektar; pengembangan mekanisasi dengan
dan (v) lainnya 5,208 hektar. Pada kondisi menggunakan peralatan mesin yang dirasakan
demikian maka Kalimantan Selatan adalah sudah sangat mendesak.

Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 109
Disamping itu, berbagai masalah lainnya maupun secara kualitas. Upaya diseminasi
adalah: (i) Lahan rawa yang rentan terhadap dan implementasi tersebut perlu
pengaruh perubahan iklim ekstrim; (ii) Alih memperhatikan kearifan dan produk unggulan
fungsi lahan rawa, terutama mulai banyaknya daerah sedemikian adopsi teknologi dapat
pengembangan Kelapa Sawit; (iii) Tata kelola dilaksanakan dengan baik.
air lahan rawa umumnya kurang memadai; Salah satu konsep “Model Pengembangan
(iv) Keterbatasan kelembagaan pendukung Pertanian Melalui Inovasi di Lahan Rawa”
penyaluran input produksi, modal/ kredit dan (MP2MI Lahan Rawa) dari Kalimantan Selatan,
pemasaran hasil; dan (v) Sebagian besar adalah model yang dapat digunakan sebagai
f a s i l i ta s a k s e s p e r h u b u n g a n m a s i h referensi percontohan.
minimal,sehingga biaya transportasi mahal.
Riset-riset lanjutan di bidang teknologi
Untuk itu perlunya dukungan kebijakan yang
perlu terus ditingkatkan, baik riset untuk
berpihak pada petani, misalnya insentif, dana
pengolahan lahan, budidaya yang efisien dan
investasi/ permodalan dan pemasaran serta
khususnya riset bioteknologi untuk
pengembangan produk turunan sebagai
menghasilkan varietas tanaman, pupuk hayati
produk pasca panen.
dan biopestisida yang adaptif digunakan di
VI. PENUTUP lahan marginal, yang merupakan salah satu
Dalam upaya peningkatan produksi kunci keberhasilan untuk peningkatan
pangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan produktivitas pangan di lahan marginal.
yang terus meningkat, maka upaya Untuk meningkatkan kesejahteraan petani,
ekstensifikasi melalui pemanfaatan lahan perlunya dukungan kebijakan pemerintah yang
marginal perlu segera dilakukan secara luas. berpihak kepada petani, dengan fasilitasi antara
Hasil-hasil riset dan teknologi budidaya lain binaan/pendampingan, insentif, dana
dan bioteknologi perlu didiseminasikan dan investasi/ permodalan dan pemasaran serta
diimplementasikan kepada petani untuk tujuan pengembangan produk-produk pasca panen
peningkatan hasil baik secara kuantitas yang bernilai tambah tinggi.

Gambar 1. Petak lahan padi di Kabupaten Barito Kuala, dengan pematang diantara petak
sawah yang ditanami pohon jeruk (Alihamsyah, 2011)

110 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-111


DAFTAR PUSTAKA Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan, 1
Desember 2011
Alihamsyah, T. 2011. Penyusunan Model Wijayanti, L. 2012. Arahan Deputi Bidang Teknologi
Pengembangan Pertanian Melalui Inovasi di Agroindustri dan Bioteknologi. Auditorium
Lahan Rawa – M-P2MI Lahan Rawa. LABTIAB, Puspiptek, Serpong, 6 Januari 2012.
Sosialisasi Model Pengembangan Pertanian Wikipedia, 2012. Pemuliaan Tanaman. http://
Lahan Rawa Melalui Inovasi (MP2LRMI). Balai id.wikipedia.org/wiki/ Pemuliaan_
Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan tanaman#Gelombang_kedua:_Integrasi_biot
Selatan, 1 Desember 2011. eknologi_dalam_pemuliaan
Koespramoedyo, D. 2011. Peran Bidang Pertanahan Wirnas, D., Trikoesoemaningtyas, dan Sopandie,
Dalam mendukung Penyediaan Lahan D. 2011. Perbaikan Produktivitas Tanaman di
Pertanian Untuk Swasembada Pangan Lahan Marginal Untuk Peningkatan Produksi
Nasional. Diskusi Terbatas tentang Lahan Pangan Nasional. Diskusi Terbatas tentang
Marginal. Staf Ahli Menteri Bidang Pangan dan Lahan Marginal. Staf Ahli Menteri Bidang
Pertanian, Kementerian Negara Riset dan Pangan dan Pertanian, Kementerian Negara
Teknologi, 16 Nopember 2011. Riset dan Teknologi, 16 Nopember 2011.
Mexal, J.G. 2006. Genetics and Plant Breeding.
A/H 100G. Spring 2006. http://aces.nmsu.edu
BIODATA PENULIS :
Lubis, K. 2005. Pemuliaan Tanaman dan Biologi
Molekuler. Materi Pendidikan Program Studi Suyanto Pawiroharsono, lahir di Jogjakarta,
Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, 17 Juni 1952 menyelesaikan S1 tahun 1977
Universitas Sumatera Utara. jurusan Botani, Fakultas Biologi, Universitas
Pawiroharsono, S. dan Chaidir, I. 2011. Ketahanan Gadjah Mada, Jogjakarta, menyelesaikan S2
Pangan. Kumpulan Makalah Seminar tahun 1983 bidang Makanan dan Nutrisi dan
Ketahanan Pangan dan Gizi Untuk Masyarakat Obat-obatan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam
Miskin. Kedeputian Bidang Koordinasi Farmasi dan Biologi, Universitas Nancy I ,
Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat, Perancis, dan menyelesaikan S3 tahun 1986
Kementerian Koordinator Bidang bidang Bioteknologi: Biologi Terapan untuk
K e s e j a h t e r a a n R a k y a t R I , J a k a r ta . Nutrisi dan Bioindustri, Fakultas Ilmu
Pawiroharsono, S. 2011. Rangkuman Sosialisasi Pengetahuan Alam Farmasi dan Biologi,
Model Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Universitas Nancy I, Perancis dan sekarang
Melalui Inovasi (MP2LRMI). Balai Pengkajian sebagai Fungsional : Profesor Riset sejak 2006
Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan, 1 sampai sekarang.
Desember 2011.
Permana, F.A. 2011. Impor Pangan Masuk Tahap
Membahayakan. Media Indonesia, 18 Oktober
2011.
Soeranto. 2011. Pemuliaan Tanaman Sorgum di
PATIR-BATAN. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop
dan Radiasi - Badan Tenaga Nuklir Nasional
(PATIR-BATAN). http://www.batan.go.id/patir/
berita/pert/sorgum.html.
Sriyono. 2011. Kesiapan Inovasi Teknologi Pertanian
lahan Rawa Menghadapi Perubahan Iklim dan
mempercepat Surplus Beras 2025. Sosialisasi
Model Pengembangan Pertanian Lahan Rawa
Melalui Inovasi (MP2LRMI). Balai Pengkajian

Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 111

Anda mungkin juga menyukai