Naskah diterima : 11 januari 2012 Revisi Pertama : 17 Januari 2012 Revisi Terakhir : 25 Januari 2012
ABSTRAK
Dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan di Indonesia, maka diperlukan
upaya peningkatan produktivitas pertanian, khususnya untuk tanaman pangan. Upaya
intensifikasi selama ini dinilai berhasil, namun produktivitas sudah mendekati keadaan
jenuh, sehingga upaya ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan marginal merupakan
alternatif yang harus segera dilakukan. Indonesia sangat berpotensi mengembangkan
pertanian di lahan marginal untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan, mengingat
luasan lahan yang dimiliki lebih dari 30 juta hektar dan memiliki kesiapan teknologi
budidaya melalui aplikasi bioteknologi. Pemanfaatan lahan marginal untuk peningkatan
produktivitas pangan masih banyak menghadapi kendala teknis sehingga dibutuhkan
investasi yang lebih mahal. Disamping itu, implementasi pemanfaatan lahan perlu
memperhatikan berbagai kearifan lokal sedemikian rupa agar berbagai sumber daya
dapat dimanfaatkan secara optimal. Riset di bidang bioteknologi sudah banyak dilakukan
di Indonesia dan hasil-hasilnya sangat berpotensi untuk peningkatan produksi tanaman
pangan di lahan marginal. Hasil-hasil riset tersebut antara lain adalah varietas tanaman
hasil rakitan yang toleran pada lahan marginal, pupuk hayati dan agen pengendalian
hama. Selain itu, keberhasilan program peningkatan produktivitas pangan di lahan
marginal perlu dukungan kebijakan dan komitmen pemerintah, baik pusat dan daerah
serta dukungan masyarakat petani.
kata kunci: pangan, lahan marginal, bioteknologi, varietas toleran
ABSTACT
In the framework of food security and food self-sufficiency, the improvement of
agricultural product of staple food commodities is urgently required. Intensification
program is considered to be successful, but the productivity has recently been relatively
saturated. Hence, the extensification program by using the marginal or sub-optimal land
is an important option to be executed immediately. Indonesia has a great potential to
develop agriculture in the sub-optimal land for increasing food production because it has
a vast area of land of more that 30 million hectares and the readiness of farming
technologies, specifically the application of biotechnology. The use of sub-optimal land
for the improvement of food productivity is still facing several constraints, so that the
more expensive capital investment is needed. In addition, the local wisdoms should be
seriously considered in order to optimize the use of resources. Biotechnology researches
have been done in Indonesia, and their results are potentially useful for improving the
food productivity in sub-optimal lands. Theresearch results consist of the engineered
plant varieties which are tolerant to sub-optimalland, bio-fertilizer and bio-pesticide.
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 103
(Wirnas, dkk. 2011¹)
¹ Data disajikan dalam tabel
tanaman pangan, khususnya untuk komoditas III. Peran Bioteknologi Pertanian Untuk
pangan pokok seperti beras, jagung, kedelai, Pemanfaatan Lahan Marginal
dan gula tebu. Sementara itu masih banyak Bioteknologi adalah perpaduan ilmu
lahan marginal yang berpotensi untuk pertanian pengetahuan biokimia, mikrobiologi atau dan
yang belum dimanfaatkan, yaitu mencapai rekayasa untuk menghasilkan proses, produk
30,67 juta hektar (Wirnas, dkk., 2011). Disisi ataupun jasa yang dapat dimanfaatkan untuk
lain, jumlah lahan sawah yang digunakan untuk manusia. Bioteknologi merupakan ilmu
mendukung swasembada beras baru tercatat pengetahuan yang sudah ada sejak jaman
8,28 juta hektar, dimana 40 persen dari luasan kuno, misalnya pemanfaatan khamir untuk
tersebut terdapat di Jawa dan Bali. Dengan produksi minuman beralkohol. Pada tiga dasa
demikian, maka pemanfaatan lahan marginal warsa terakhir, bioteknologi mengalami
merupakan peluang besar bagi peningkatan kemajuan sangat pesat, dimana bioteknologi
produksi pangan khususnya beras, jagung dan dikembangkan pada tingkat yang lebih mikro
kedelai. yaitu pada tingkat molekuler, khususnya
dengan memanipulasi unsur genetik misalnya
Peningkatan produksi pangan di lahan-
asam nukleat yaitu de-oxy-ribo nucleic acid
lahan sub optimal dapat dilakukan melalui: (i)
(DNA) dan ribo nucleic acid (RNA). Dengan
perbaikan daya adaptasi tanaman dan potensi
perkembangan tersebut banyak dihasilkan
hasil, yaitu dengan mengembangkan varietas
proses dan produk baru yang dapat
toleran terhadap cekaman lingkungan hidup
meningkatkan nilai tambah dan dapat
dan berdaya hasil baik; (ii) perbaikan kondisi digunakan di berbagai bidang seperti bidang
agroekosistem lahan sub optimal, sehingga kesehatan, industri dan bidang pertanian.
dapat digunakan untuk kegiatan budidaya
Pemanfaatan bioteknologi di bidang
pertanian; dan (iii) kombinasi antara keduanya.
pertanian ditandai dengan banyaknya
Berdasarkan kedua metode tersebut maka
penemuan tanaman kultivar/varietas baru
peran bioteknologi adalah sangat penting,
yang disebut tanaman transgenik, yang
mengingat bioteknologi dapat dimanfaatkan
mempunyai sifat-sifat tertentu. Diantara
kedua metode tersebut.
tanaman tersebut adalah tanaman yang adaptif
Disamping hal di atas, pemanfaatan lahan terhadap berbagai cekaman, baik cekaman
marginal untuk peningkatan produksi pangan biologis maupun cekaman non-biologis.
perlu dukungan berbagai pihak, khususnya Termasuk pada kriteria ini adalah tanaman
pemerintah dalam bentuk kebijakan atau yang toleran tumbuh di lahan marginal, yang
peraturan perundangan dan komitmen lainnya potensial untuk dikembangkan dalam upaya
berupa dukungan fasilitas infrastruktur, tenaga peningkatan produk pertanian.
ahli dan insentif. Selain itu, juga dibutuhkan Pemanfaatan bioteknologi untuk lahan
peran masyarakat, khususnya para petani dan marginal dalam rangka peningkatan produksi
aparatur pendukungnya seperti para penyuluh pertanian pada dasarnya dapat dilakukan
dan periset. melalui dua pendekatan yaitu pengembangan
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 105
toleran herbisida atau gen yang terkait dengan Selanjutnya, lahan tersebut perlu
resistensi terhadap hama tertentu. dilakukan perlakuan-perlakuan tertentu agar
Tanaman transgenik ini mendapatkan lahan dapat dikondisikan atau diadaptasikan
reaksi yang sangat keras dari masyarakat dan untuk memfalitasi pertumbuhan tanaman
para ilmuwan, karena dapat berdampak negatif dengan baik. Berdasarkan pengalaman
terhadap lingkungan maupun kesehatan pemanfaatan lahan marginal, maka untuk
manusia. Oleh karena itu, sebagai jawaban adapatasi tanaman pada lahan marginal
atas kritik terhadap tanaman transgenik, ternyata diperlukan waktu beberapa kali tanam.
pemuliaan tanaman sekarang harus dapat Dengan demikian untuk perlakuan yang sama,
mengembangkan teknik-teknik bioteknologi maka pertumbuhan tanaman yang pertama
dengan risiko lingkungan yang lebih rendah. kali akan lebih lambat dibandingkan dengan
Meskipun penggunaan teknik-teknik terbaru tanaman berikutnya (Pawiroharsono, 2011).
telah dilakukan untuk memperluas Kontribusi bidang bioteknologi untuk
keanekaragaman genetik tanaman, namun
perbaikan lahan marginal dapat dilakukan
hampir semua produsen benih saat ini, baik
dengan pemberian pupuk hayati berupa
yang komersial maupun non komersial masih
berbagai mikroorganisme atau jasad renik
mengandalkan pada pemuliaan tanaman
yang dapat berperan untuk meningkatkan
"konvensional" dalam berbagai programnya.
kesuburan lahan yaitu dengan memperbaiki
3.2. Perbaikan Kondisi Agroekosistem kandungan unsur hara ataupun memperbaiki
Lahan Suboptimal kondisi tanaman misalnya untuk
Definisi agroekosistem sangat bervariasi mempermudah penyerapan unsur hara dan
dan sangat tergantung pada lingkup lingkungan resistensi terhadap serangan hama.
dan riset yang dilakukan, namun pada
dasarnya merupakan sistem pemanfaatan IV. Hasil Riset dan Implementasi
lingkungan lahan pertanian untuk produksi Hasil-hasil riset bioteknologi untuk
pangan dan ataupun produk pertanian lainnya. peningkatan produksi di lahan marginal sudah
Untuk itu, lingkungan tersebut perlu dimodifikasi banyak dilakukan, baik melalui perakitan
ataupun diolah sedemikian rupa agar cocok v a r i e ta s u n g g u l , p e r b a i k a n k o n d i s i
dengan tanaman yang akan ditumbuhkan. agroekosistem, ataupun kombinasi antara
Perbaikan kondisi agroekosistem pada kedua metode tersebut.
lahan marginal adalah pendekatan yang Berbagai riset di bidang bioteknologi telah
dilakukan melalui rekayasa lahan marginal, dilakukan untuk pemanfaatan lahan marginal
supaya faktor pembatas pada lahan marginal dan telah banyak hasil riset yang siap
dapat dieliminasi dan lahan tersebut kemudian diimplementasikan. Hasil-hasil riset untuk
dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang pengolahan lahan marginal, antara lain adalah:
subur untuk budidaya tanaman pangan. (i) berbagai teknologi penyuburan lahan
Perbaikan ini akan sangat tergantung marginal; dan (ii) varietas unggul hasil
pada kondisi lahan, sehingga makin baik pemuliaan baik secara konvensional dan non-
kondisi lahannya maka makin sedikit upaya konvensional (bioteknologi) yang adaptif
yang dilakukan. Untuk itu, sebelum lahan terhadap cekaman di lahan marginal.
marginal ditanami perlu dilakukan berbagai
4.1. Penyuburan Lahan Marginal
penelitian awal lebih dahulu antara lain untuk
mengetahui jenis lahan (kering, rawa, pasang- Seperti disebutkan sebelumnya bahwa,
surut), jenis tanah (gambut, mineral endapan, lahan marginal adalah lahan yang mempunyai
pirit, mineral berpasir, mineral bergambut), faktor pembatas tertentu, sehingga tidak dapat
dan jenis cekaman (naungan, payau, kering, langsung diolah dan untuk itu diperlukan
kandungan mineral, masam). perlakuan khusus lebih dahulu. Berbagai riset
Tabel 2. Pupuk Hayati dan Bioinsektisida untuk Tanaman Pangan di Lahan Marginal
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 107
Tabel3. Varietas tanaman pangan toleran pada lahan marginal
di tingkat petani untuk budidaya di lahan meningkat. Data Biro Pusat Statistik
marginal masih sangat terbatas; (iv) pembinaan menunjukkan bahwa sejak tahun 1980 sampai
dan pendampingan dirasakan masih sangat dengan tahun 1990 tercatat bahwa
kurang; dan (v) dukungan kebijakan pemerintah ekstensifikasi berhasil meningkatkan luasan
y a n g b e l u m b e r p i h a k pa d a p e ta n i . sawah dari 7,262 juta hektar menjadi 8,482
V. Pembahasan juta hektar, atau naik16,8 persen. Kemudian
sejak tahun 1990 luas sawah terus menurun.
Upaya peningkatan produksi pertanian
Pada tahun 2000 luasan sawah menjadi 8,158
pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua
juta hektar dan pada tahun 2009 turun lagi
cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi.
Selama ini usaha intensifikasi dinilai sangat menjadi 8,107 juta hektar (Koespramoedyo,
berhasil, namun produktivitas tanaman sudah 2011).
mengalami saturasi. Disisi lain, upaya Berdasarkan hal di atas, maka upaya
pemerintah melalui ekstensifikasi selama ini ekstensifikasi merupakan pilihan yang berat
dirasakan sangat lambat dan belum dapat mengingat bahwa untuk ekstensifikasi ini lahan
mencukupi kebutuhan pangan yang terus yang tersedia banyak di luar Jawa dengan
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 109
Disamping itu, berbagai masalah lainnya maupun secara kualitas. Upaya diseminasi
adalah: (i) Lahan rawa yang rentan terhadap dan implementasi tersebut perlu
pengaruh perubahan iklim ekstrim; (ii) Alih memperhatikan kearifan dan produk unggulan
fungsi lahan rawa, terutama mulai banyaknya daerah sedemikian adopsi teknologi dapat
pengembangan Kelapa Sawit; (iii) Tata kelola dilaksanakan dengan baik.
air lahan rawa umumnya kurang memadai; Salah satu konsep “Model Pengembangan
(iv) Keterbatasan kelembagaan pendukung Pertanian Melalui Inovasi di Lahan Rawa”
penyaluran input produksi, modal/ kredit dan (MP2MI Lahan Rawa) dari Kalimantan Selatan,
pemasaran hasil; dan (v) Sebagian besar adalah model yang dapat digunakan sebagai
f a s i l i ta s a k s e s p e r h u b u n g a n m a s i h referensi percontohan.
minimal,sehingga biaya transportasi mahal.
Riset-riset lanjutan di bidang teknologi
Untuk itu perlunya dukungan kebijakan yang
perlu terus ditingkatkan, baik riset untuk
berpihak pada petani, misalnya insentif, dana
pengolahan lahan, budidaya yang efisien dan
investasi/ permodalan dan pemasaran serta
khususnya riset bioteknologi untuk
pengembangan produk turunan sebagai
menghasilkan varietas tanaman, pupuk hayati
produk pasca panen.
dan biopestisida yang adaptif digunakan di
VI. PENUTUP lahan marginal, yang merupakan salah satu
Dalam upaya peningkatan produksi kunci keberhasilan untuk peningkatan
pangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan produktivitas pangan di lahan marginal.
yang terus meningkat, maka upaya Untuk meningkatkan kesejahteraan petani,
ekstensifikasi melalui pemanfaatan lahan perlunya dukungan kebijakan pemerintah yang
marginal perlu segera dilakukan secara luas. berpihak kepada petani, dengan fasilitasi antara
Hasil-hasil riset dan teknologi budidaya lain binaan/pendampingan, insentif, dana
dan bioteknologi perlu didiseminasikan dan investasi/ permodalan dan pemasaran serta
diimplementasikan kepada petani untuk tujuan pengembangan produk-produk pasca panen
peningkatan hasil baik secara kuantitas yang bernilai tambah tinggi.
Gambar 1. Petak lahan padi di Kabupaten Barito Kuala, dengan pematang diantara petak
sawah yang ditanami pohon jeruk (Alihamsyah, 2011)
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 111