Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Gardu
Distribusi
Gardu Induk PMT
JTM
PMT
Gardu Gardu
Distribusi Distribusi
JTR
PMT PMT
PMT PMT
PMT PMT
Gardu Induk Gardu Induk
PMT
Gardu Distribusi
PMT
Gardu Induk
PMT
Pada tipe ini, kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya memang lebih
baik, tetapi biaya investasinya lebih mahal, hal ini dikarenakan dibutuhkan
pemutus bebab yang lebih banyak. Bila digunakan dengan pemutus beban
yang otomatis (dilengkapi dengan recloser atau AVS) maka pengamanan
dapat berlangsung cepat dan praktis, dengan cepat pula daerah gangguan
segera beroperasi kembali bila gangguan telah teratasi. Sistem ini cocok
digunakan pada daerah beban yang padat dan memerlukan keandalan yang
tinggi.[2]
2.3.3 Jaringan Distribusi Spindle
Jaringan distribusi Spindle merupakan suatu pola kombinasi
jarinagn dari pola radial dan ring. Spinde terdiri dari beberapa penyulang
dengan sumber tegangan yang berasal dari gardu induk distribusi dan
kemudian disalurkan pada sebuah gardu hubung.
Pada tipe ini biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang langsung (express) yang akan terhubung dengan gardu
hubung. Pola spindle biasanya digunakan pada jaringan tegangan
menengah yang menggunakan kabel tanah/ saluran kabel tanah tegangan
menengah (SKTM). Diagram satu garis Jaringan distribusi Spindle dapat
dilihat pada gambar 2.4.[1]
Gardu Distribusi
PMT
Gardu Hubung
PMT PMT
Express Feeder
Gardu Distribusi
Trafo Distribusi
Busbar 20 kV
Busbar 150 kV
PMT 20 kV
Trafo Distribusi
PMT 20 kV
PMT 20 kV
Beban Pemutus
PMT 20 kV
Pemutus Pemutus
Tenaga Tenaga
PMT 20 kV PMT 20 kV
Gardu Konsumen
Gardu Induk
(khusus)
Penyulang
PMT 150 kV PMT 20 kV
Busbar 150 kV
Busbar 20 kV Busbar 20 kV
PMT
Tie Feeder
Gardu Distribusi
𝜌. 𝑙
RDC = (Ω) ............................................................. 2.2[7]
𝐴
Dimana :
𝜌 = resistivity konduktor (Ω.m)
𝑙 = panjang konduktor (m)
A = cross sectional area (m2)
Nilai resistivity konduktor pada temperatur 20ᵒ C :
- Untuk tembaga, 𝜌 = 10,66 Ω.cmil/ft atau = 1,77 x 10-8 Ω.m
- Untuk aluminium, 𝜌 = 17 Ω.cmil/ft atau = 2,83 x 10-8 Ω.m
Konduktor pilin 3 strand menyebabkan kenaikan resistansi sebesar
1 %. Konduktor dengan strand terkonsentrasi (concentrically stranded
conductors), menyebabkan kenaikan resistansi 2 %.
Pengaruh kenaikan temperatur terhadap resistansi dapat ditentukan dari
formula berikut :
𝑅2 𝑇+ 𝑡2
= ................................................................ 2.3
𝑅1 𝑇+ 𝑡1
𝑑−𝑟
𝐿 = (0,5 + 4,6 log ) × 10−7 𝐻/𝑚 ....................... 2.4[8]
𝑟
𝑑 1
𝐿 = (2 log 𝑟 + 2) × 10−7 𝐻/𝑚 ................................ 2.5
17
𝑑
𝐿 = (2 𝑙𝑜𝑔 0,779 𝑟) × 10−7 𝐻/𝑚 ............................... 2.6[5]
Dimana :
L = Induktansi Konduktor
d = jarak antara konduktor
r = radius konduktor
2.6.3 Reaktansi Saluran
Dalam hal arus bolak-balik medan sekeliling konduktor tidaklah
konstan melainkan berubah-ubah dan mengait dengan konduktor itu
sendiri maupun konduktor lain yang berdekatan oleh karena adanya fluks
yang memiliki sifat induktansi. Bila letak konduktor tidak simetris, maka
perlu dihitung nilai d (jarak antara konduktor) dengan rumus :
3
d = √(𝑑1 𝑑2 𝑑3 ).......................................................... 2.7
Dimana :
XL = Reaktansi kawat penghantar (Ω)
2𝜋 = Sudut arus bolak-balik
f = Frekuensi sistem (50 Hz)
L = Induktansi konduktor (H/km)
IZ
IX
Vr
I IR
Sehingga ∆V = IZ
∆V=𝐼(𝑅 𝑐𝑜𝑠 𝜃 + 𝑗𝑋 𝑠𝑖𝑛 𝜃) ....................................... 2.12[6]
Maka untuk saluran distribusi primer perhitungan besar drop tegangan pada
saluran distribusi primer 3 fasa adalah :
Besar persentase susut tegangan pada saluran distribusi primer dapat dihitung
dengan :
∆𝑉
%∆𝑉 = × 100% .................................................. 2.14[6]
𝑉𝑠
Dimana :
∆V = Drop tegangan (Volt)
%∆V= persentase drop tegangan (%)
Vs = Tegangan Sumber (V)
R = Resistansi Jaringan (Ω/km)
20
c. Workspace
Workspace merupakan window data-data yang dibuat pada Command
Window dengan kata lain Workspace berisi informasi pemakaian variabel
di dalam memori matlab. [4]