Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN PASCA PASUNG

Sumber: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54


TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PEMASUNGAN PADA ORANG
DENGAN GANGGUAN JIWA

1. Membina hubungan sosial


Latihan ketrampilan sosial ODGJ pasca pemasungan adalah kemampuan
seorang untuk menyampaikan perasaannya atau mengkomunikasikan
keinginannya kepada orang lain.
Ada 4 tahapan:
- Tahap pertama dimulai dengan mengajarkan ketrampilan sosial di
dalam kelurga inti. Ketrampilan komunikasi dalam keluarga ini
difokuskan pada komunikasi untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar
dan menjalankan hidup sehari-hari.
- Tahap kedua adalah latihan komunikasi dalam pendidikan dan karir
pekerjaan. Orang dengan gangguan jiwa pasca pemasungan diajarkan
untuk mengenali situasi umum di tempat kerja atau sekolah,
mengkomunikasikan situasi stress ditempat kerja atau sekolah,
berkomunikasi dengan atasan, berkomunikasi dengan bawahan atau
dengan rekan sejawat.
- Tahap ketiga adalah latihan ketrampilan komunikasi dalam rangka
memuasakan hubungan sosial dan intim. Orang dengan gangguan jiwa
diajarkan untuk melakukan hubungan dengan menitikberatkan pada
rasa kasih sayang dan perhatian.
- Tahap keempat adalah ketrampilan komunikasi agar dapat
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dengan hak penuh.

2. Kontrol gejala dan cegah kambuh


3 aktivitas penting yang harus dilakukan dalam mencegah kekambuhan
adalah mengenali tanda kambuh secara dini, melakukan tindakan saat
kambuh dan mencari bantuan jika diperlukan. Pada pengenalan dini
kambuh, keluarga dan masyarakat diajarkan oleh tenaga kesehatan untuk
senantiasa mengenali tanda atau gejala yang mengarah pada kekambuhan.
Tanda-tanda kambuh tersebut diantaranya:
- Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur
- Menghentikan obat atau tidak mengkonsumsinya secara teratur
- Merasa tegang, gugup, atau bermusuhan
- Manarik diri dari lingkungan sosial
- Penurunan motivasi kebersihan pribadi
- Peningkatan paranoid, halusinasi, atau mendengar suarasuara
- Isi pikir yang membingungkan atau tidak masuk akal
- keyakinan palsu atau delusi (berpikir orang membicarakannya, menjadi
terlalu percaya diri dengan kemampuannya)
- Peningkatan perilaku yang merugikan diri atau orang lain
(menghabiskan uang, menggunakan alkohol/obat-obatan)

Tugas perawat:
3. Mengatasi disabilitas atau masalah kesehatan fisik akibat pemasungan
Pemasungan seringkali memberikan dampak fisik bagi ODGJ pasca pasung.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi disabilitas dan masalah kesehatan fisik
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan secara teratur kondisi fisik ODGJ
pasca pemasungan. Advokasi kepada keluarga dan lintas sektor dilakukan
untuk menyediakan rumah yang layak bagi ODGJ pasca pemasungan. Latihan
dan terapi fisik dilakukan untuk mengoptimalkan kondisi fisik ODGJ.

4. Melakukan perawatan diri


Lamanya durasi pemasungan yang dialami oleh ODGJ mengakibatkan
penurunan kemampuan ODGJ dalam hal perawatan diri. Seringkali ODGJ
ditemukan dalam kondisi tanpa pakaian, rambut gimbal, kuku kotor, gigi kotor,
badan bau dan penuh kotoran.
Peningkatan ketrampilan perawatan diri dimulai dengan memberikan
pemahaman perawatan diri kepada ODGJ didampingi oleh keluarga.
Latihan melakukan perawatan diri dimulai dengan mengenalkan alat yang
digunakan dalam rangka melakukan perawatan diri. Aktivitas kedua adalah
penjelasan prosedur yang benar untuk melakukan perawatan diri. Setelah
ODGJ pasca pemasungan telah memahami seluruh proses maka tahap
selanjutnya adalah mendorong ODGJ mengaplikasikan secara nyata dalam
kehiduan sehari-hari.
Keluarga sebagai sumber dukungan utama bertanggung jawab untuk menjadi
pendamping bagi ODGJ pasca pemasungan dalam melakukan perawatan diri.
Perawatan diri yang dilakukan tidak hanya terbatas pada mandi, namun juga
termasuk berdandan, mengajarkan kemampuan makan secara benar dan
pemanfaatan toileting secara tepat.

HAK DAN KEWAJIBAN BAGI PEMBERI DAN PENERIMA LAYANAN JIWA


Sumber: Jurnal “HAK PELAYANAN DAN REHABILITASI ORANG DENGAN
GANGGUAN JIWA (ODGJ) TERLANTAR MENURUT UU NO. 18 TAHUN 2014
TENTANG KESEHATAN JIWA (STUDI KASUS UPT WANITA TUNA SUSILA DAN TUNA
LARAS BERASTAGI)” oleh Nadia Odelan Simanjuntak Volume 7, Nomor 1 Juni
2017

Hak Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)


Secara garis besar menurut Trimaya yang menjadi hak-hak ODGJ ialah hak
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa difasilitas pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau dan sesuai dengan standard pelayanan, mendapat jaminan atas
ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhannya, mendapatkan perlindungan dari
setiap bentuk penelantaran, kekerasan, eksploitasi serta diskriminasi bahkan
pemberian jaminan bagi ODGJ untuk mengelola sendiri harta miliknya dan/atau
yang diserahkan kepadanya.
Secara umum pasien gangguan mental yang di rumah sakitkan secara sukarela
dan ditelantarkan memiliki hak pelayanan kesehatan jiwa yang sebagian besar
sama tanpa ada pembedaan sebagaimana diatur dalam Pasal 70 UUKJ,
sebagaimana yang disebutkan bahwa ODGJ berhak:
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau;
b. Mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan
Kesehatan Jiwa;
c. Mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat psikofarmaka sesuai dengan
kebutuhannya;
d. Memberikan persetujuan atas tindakan medis yang dilakukan terhadapnya;
e. Mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data kesehatan
jiwanya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang
Kesehatan Jiwa;
f. Mendapatkan pelindungan dari setiap bentuk penelantaran, kekerasan,
eksploitasi, serta diskriminasi;
g. Mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwa; dan;
h. Mengelola sendiri harta benda miliknya dan/atau yang diserahkan
kepadanya.

UPAYA REHABILITASI ODGJ YANG TERLANTAR


Sumber: Jurnal “HAK PELAYANAN DAN REHABILITASI ORANG DENGAN
GANGGUAN JIWA (ODGJ) TERLANTAR MENURUT UU NO. 18 TAHUN 2014
TENTANG KESEHATAN JIWA (STUDI KASUS UPT WANITA TUNA SUSILA DAN TUNA
LARAS BERASTAGI)” oleh Nadia Odelan Simanjuntak Volume 7, Nomor 1 Juni
2017

UndangUndang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa dimana disebutkan


pada Pasal 80 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
melakukan penatalaksanaan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang
terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain,
dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum.

mereka yang sengaja menelantarkan ODGJ akan dikenakan sanksi pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 86
UUKJ yang berbunyi Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan,
penelantaran, kekerasan dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan
pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap Orang dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK) atau ODGJ atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi
ODMK dan ODGJ, dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai