Anda di halaman 1dari 10

LALAT

NAMA : M. FIKRI

NIM : 1702101010152
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lalat adalah jenis Arthropoda yang termasuk ke dalam ordo Diptera. Sebagai vektor
mekanis lalat membawa bibit-bibit penyakit melalui anggota tubuh seperti rambut-rambut pada kaki,
badan, sayap dan mulutnya. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan oleh lalat ini
adalah disentri, kholera, typhoid, diare dan gatal-gatal pada kulit. berbagai macam bakteri terutama
bakteri enterik seperti disentri basiler (Shigella), kolera, typhoid, paratyphoid (Salmonella),anthrax dan
berbagai macam kokus (Putri, 2015).

Lalat untuk mempertahankan kehidupannya dan daya tariknya terhadap bau-bau yang
busuk menuntun lalat untuk mencari tempattempat yang kotor untuk mencari sesuatu yang dapat
dimakannya. Biasanya tempattempat tersebut adalah tempat yang banyak berhubungan dengan
aktivitas manusia. Lalat banyak terdapat di berbagai habitat, diantaranya adalah pada Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dan Pasar (Putri, 2015).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui morfologi lalat serta siklus hidupn
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lalat adalah jenis Arthropoda yang termasuk ke dalam ordo Diptera. Beberapa
spesies lalat merupakan spesies yang paling berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu
sebagai vektor penularan penyakit. Sebagai vektor mekanis lalat membawa bibit-bibit penyakit
melalui anggota tubuh seperti rambut-rambut pada kaki, badan, sayap dan mulutnya (Putri,
2015).
Pada umumnya siklus hidup lalat melalui 4 stadium yaitu : ”telur → larva →
pupa → lalat dewasa” Pada beberapa jenis lalat telur-telur tetap dalam tubuh lalat dewasa sampai
menetap dan baru kemudian dilahirkan larva. Lamanya siklus hidup dan kebiasaan tempat
bertelur bisa berbeda antara berbagai jenis lalat. Demikian pula terdapat perbedaanperbedaan
dalam hal suhu dan tempat hidup yang biasanya untuk masing-masing jenis lalat (Santi, 2001).
Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat diltularkan oleh hewan kepada
manusia. Penyakit zoonosis banyak mendapat perhatian global seiring dengan pemanasan global.
Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit zoonosis berdampak luas, karena selain merugikan
kesehatan manusia secara langsung juga mengancam keamanan dan kemandirian pangan, karena
penyakit zoonosis juga dapat menyerang binatang ternak. Beberapa jenis penyakit zoonosis dapat
ditularkan oleh hewan jenis serangga lalat, antara lain lalat rumah (Musca domestica) (Ihsan
dkk., 2016).
Lalat adallah hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) yang termasuk dalam
phylum arthropoda, kelas insecta, ordo diptera, sub ordo brachycera dan cyclorrhapha. Sub ordo
cyclorrhapha inilah yang mempunyai arti penting dalam bidang kedokteran karena belatung
tersebut ada yang menyerang dan menimbulkan kondisi patologis pada manusia yang dikenal
myiasis (Natadisastra dan Agoes, 2009).
Selain menghisap darah, lalat juga menjadi sumber penyebaran penyakit. Bebas
gigitan lalat juga akan menyebabkan alergi. Ada empat tahapan siklus hidup lalat, mulai dari
telur, larva (ulat), kepompong, dan menjadi lalat dewasa. Seekor lalat betina dewasa harus
menghisap darah sebanyak mungkin sebelum dapat memproduksi telur (Maswarni dan Rachman,
2014).
BAB III
PEMBAHASAN
Siklus hidup lalat:

Siklus hidup lalat berlangsung melalui metamorphose sempurna dari mulai telur,
larva, pupa dan akhirnya menjadi dewasa.
a. Telur
Telur yang dihasilkan berbentuk oval, berwarna putih dan berukuran 10 mm dan bisa
mengelompok sebanyak 75-150 telur setiap kelompoknya. Telur diletakkan pada bahan bahan
organik yang lembab (sampah, kotoran binatang dan lain-lain) pada tempat yang tidak langsung
kena sinar matahari dan biasanya telur menetas setelah 12 jam, tergantung dari suhu sekitarnya.

b. Larva atau tempayak


Tingkat I : Telur yang baru menetas, disebut istar I berukuran panjang 2 mm, berwarna putih,
tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit
keluar istar II. Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa hari,
kulit mengelupas keluar instar III. Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini
memakan waktu sampai 3 sampai 9 hari. Larva diletakkan pada tempat yang disukai dengan
temperatur 30- 35 0C dan akan berubah menjadi kepompong dalam waktu 4- 7hari.

c. Pupa atau kepompong.


Kepompong lalat berbentuk lonjong dan umumnya berwarna merah atau coklat.
Jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari
dan temperatur yang disukai ± 350C, kalau stadium ini sudah selesai, melalui celah lingkaran
pada bagian anterior keluar lalat muda.

d. Lalat dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan setelah itu siap mengadakan
perkawinan. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu.

Morfologi lalat :

1. Kepala (Caput)
Bentuk umum kepala lalat berupa struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat alat
mulut antara, mata majemuk dan mata tunggal (oselus). Permukaan belakang kepala lalat
sebagian besar berupa lubang melalui lubang ini berjalan urat syaraf fentral, trakea, sistem
saluran pencernaan, urat daging, atau kadang – kadang
a. Pandangan anterior
b. Pandangan lateral
c. Pandangan posterior
Posisi kepala lalat berdasarkan letak arah mulut dapat di bedakan menjadi:
1. Hypognatus (vertikal)
Apa bila arah mulut lalat menghadap ke bawah dan segmen – segmen kepala ada
dalam posisi yang sama dengan tangkai, contohnya : belalang ortoktera
2. Prognatus (horizontal)
Apabila bagian dari arah mulut menghadap kedepan dan biasanya lalat ini aktif
mangsa, contoh : coccinella arcuta (ordo coleoptera).

3. Opistognatus (obligue)
Apabila bagian dari arah mulut mengarah kebelakang dan terletak diantara sela –
sela pasangan tungkai, contoh : walang sangit, Neptokorixa acuta (ordo meunitera).

2. Kaki
kaki merupakan salah satu embelan pada toraks lalat selain sayap. Tungkai lalat
terdiri atas beberapa ruas (segmen). Ruas pertama disebut koksa (coxa) merupakan bagian yang
melekat langsung pada toraks. Ruas kedua disebut trokhanter (trochanter), berukuran lebih
pendek dari pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas ketiga. Ruas ketiga disebut femur
merupakan ruas yang terbesar. Selanjutnya, ruas keempat disebut fibia, biasanya lebih ramping
tetapi kira – kira sama ratanya panjangnya dengan femur. Pada bagian ujung fibia ini biasanya
terdapat duri – duri atau taji. Ruas terakhir disebut tarsus – tarsus ini biasanya terdiri atas 1
sampai 5 ruas. Diujung ruas terakhir tarsus terdapat pretarsus yang terdiri dari sepasang kuku
tarsus. Kuku tarsus ini disebut claw. Diantara kuku tersebut terdapat struktur seperti bantalan
yang disebut arolium.
3. Thorak
Thorax memiliki tiga pasang kaki dan dua pasang sayap, namun, beberapa lalat
tidak memiliki sayap sama sekali.
4. Abdomen
Abdomen pada lalat primitif tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh
bagian seperti Selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada lalat primitif
(belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi lalat
menunjukkan adanya tanda – tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas
abdomen.
Sebagian besar ruas abdomen tampak jelas terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum
(bagian bawah), sedangkan pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu dengan
tergum. Perbedaan kelamin jantan dan betina dapat dilihat jelas pada bagian abdomen ini. Pada
abdomen lalat betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas sternum, sedangkan pada lalat jantan
terdapat 10 ruas tergum dan 9 ruas sternum. Ruad ke-11 abdomen pada belalang betina tinggal
berupa pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan sepasang pelat lateroventral
yang dinamakan paraprok. Di antara ujung – ujung epiprok dan paraprok terdapat lubang anus.
Tergum ruas ke-11 memiliki sepasang embelan yang dinamakan cerci (tunggal : cercus). Pada
lalat betina embelan – embelan termodifikasi pada ruas abdomen kedelapan dan kesembilan
membentuk ovipositor (alat peletakkan telur) di mana terdiri atas dua pasang katub yang
dinamakan valvifer dan selanjutnya menyandang valvulae (sepasang pada ruas kedelapan dan
dua pasang pada ruas kesembilan). Alat kopulasi pada lalat jantan biasanya terdapat pada ruas
abdomen kesembilan.
5. Antena
Antena, mulut dan mata lalat terletak di kepala. Mata majemuk terdiri dari sampai
dengan 4.000 lensa terpisah yang menggabungkan gambar di dalam otak lalat. Seperti mata yang
kompleks memberikan penglihatan yang sangat baik. Lalat menggunakan antena untuk mencium
dan merasakan. Jika antena mereka rusak mereka menjadi tak berdaya.
6. Sayap
Lalat merupakan satu – satunya binatang inverbrata yang memiliki sayap. Adanya sayap
memungkinkan lalat dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari suatu tempat ketempat lain dan
menghindar dari bahaya yang mengancamnya.
Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian meso dan metoraksi. Tiap sayap tersusun atas
permukaan atas dan bawah yang terbuat dari bahan khitin tipis. Bagian – bagian tertentu dari
sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut pembuluh yang atau rangka sayap pembuluh atau
rangka sayap memanjang disebut rangka sayap membujur (longitudinal) dan yang melintang
disebut rangka sayap melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau
rangka sayap disebut sel.
Tidak semua lalat memiliki sayap. Lalat yang tidak bersayap digolongkan kedalam subkelas
aptery gota, sedangkan lalat yang memiliki sayap digolongkan kedalam subkelas ptery gota.
Sayap lalat terletak pada mesotoraks, apabila lalat memiliki dua pasang sayap. Jika lalat hanya
memiliki satu sayap, maka sayap tersebut terletak pada mesotoraks dan pada metatoraks terdapat
sepasang halter. Halter ini berfungsi sebagai alat keseimbangan pada saat lalat tersebut terbang.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pada sayap lalat terdapat pembuluh sayap atau
rangka sayap. Pola rangka sayap berbeda untuk setiap jenis lalat, dan ini penting dalam
identifikasi. Hingga sekarang, akan tetapi yang paling umum dan luas digunakan adalah sistem
pola rangka sayap menurut comstock-Needham
BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan diatas menjadi kesimpulan adallah siklus hidup


lalat merupakan siklus hidup yang sempurna yang dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa.
Ciri-ciri morfologi lalat yaitu :
 Kebanyakan tubuhnya relatif silindris.
 Mempunyai sepasang sayap pada mesothorax yang bentuknya spesifik.
 Beberapa lalat tertentu mempunyai sayap berambut/bersisik.
 Perhatikan letak sayap pada saat hinggap (seperti gunting/menusuk).
 Pada caput terdapat bagian-bagian yang perlu diperhatikan, yaitu :
Proboscis : Terdapat perbedaan antara penghisap darah dengan yang tidak.
Antena : Bentuk dan jumlah segmen tertentu pada setiap genus dan beberapa genus
mempunyai avista yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, L. M., Hidayati, R, dan Hadi, U. K. (2016). Pengaruh suhu udara terhadap fekunditas dan
perkembangan pradewasa lalat rumah (musca domestica). Jurnal Teknologi
Lingkungan. 2(17): 100-101.
Maswarni, dan Rachman, N. (2014). Kuda Manajemen Pemeliharaan dan Pengembangbiakan.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Natadisastra, dan Agoes, R. (2009). Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. EGC, Jakarta.
Putri, Y. P. (2015). Keanekaragaman spesies lalat (diptera) dan bakteri pada tubuh lalat di tempat
pembuangan akhir sampah (tpa) dan pasar. Jurnal Teknik Lingkungan. 12(2): 79-
80.
Santi, D. N. (2001). Manajemen pengendalian lalat. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1(2): 1.

Anda mungkin juga menyukai