BLOK 4 SKENARIO 2
Disusun Oleh :
1. AKMAL HAFIZH JOHAR TAJUDDIN 10617007
2. ALFAHMI RIZKI SUSILO PUTRO 10617009
3. ANGGAH OKITA 10617016
4. ANGGRAENI NUR AYU NISA 10617017
5. BELLA CARRIERA 10617024
6. HEPY EZRA VIORENTIKA PUTRI 10617046
7. RIZKI AMELIA SAFITRI 10617102
8. SHIKY PUTRI PERWADANI 10617108
9. SILMA VANESSA SYAUQILLA 10617109
10. TABITA RAHARDJANTI 10617112
11. TANTY FAZRIAWATI RAMDHIANI 10617113
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karuniaNya,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas tutorial yang pertama di blok 4
dengan topik bahasan “Sistem Alat Gerak”. Dimana dalam topik bahasan ini mahasiswa akan
belajar bagaimana cara menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam penyajiannya, kami
menyusun dengan uraian singkat, pembahasan, serta kesimpulan akhir.
Kami ucapkan terima kasih kepada
1. Drg. Della Fatma Sari Selaku dosen pembimbing tutorial.
2. Kakak tingkat yang bersedia membantu dalam proses pembelajaran.
3. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam mengembangkan ide dan pendapat.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang sekiranya dapat membangun agar penyusunan makalah
ini selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak khususnya dapat menanambah wacana dan pengetahuan mahasiswa.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat
diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari
tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila aka impuls atau rangsangan
yang mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Pada hewan dan manusia dapat
mewakili pengertian gerak secara umum dan dapat dilihat dengan kasat mata/secara
nyata. Gerak pada manusia dan hewan menggunakan alat gerak yang tersusun dalam
sistem gerak.
Alat-alat gerak yang digunakan pada manusia dan hewan ada 2 macam yaitu
alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Kedua alat gerak ini akan
bekerja sama dalam melakukan pergerakan sehingga membentuk suatu sistem yang
disebut sistem gerak.
Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan
pergerakannya sendiri. Otot disebut alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa
kimia yaitu protein aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk
aktomiosin.
Dengan memiliki aktomiosin ini maka otot mempunyai sifat yang
lentur/fleksibel dan mempunyai kemampuan untuk memendekkan serabut ototnya
(pada saat kontraksi) dan memanjangkan serabut ototnya (pada saat relaksasi/kembali
pada posisi semula).
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
Mengetahui bagian-bagian sistem gerak pada manusia
Mengetahui fungsi dari setiap bagian sistem gerak pada manusia
Mengetahui bagian-bagian sendi
Mengetahui kelainan yang dapat menyerang sistem gerak pada manusia
C. Rumusan masalah
Apakah tulang, tendon, otot, dan impuls saraf berpengaruh terhadap kinerja
sistem alat gerak
1
D. Hipotesa
Tulang, tendon, otot, dan impuls saraf berpengaruh terhadap kinerja sistem
alat gerak.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otot
2.1.1 Definisi Otot
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak
ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah
bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut
miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek, dengan
kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi) (Kartolo S.
Wulangi: 200)
3
terlihat adanya garis-garis dan disebut otot lurik, sedang otot polos tidak ditemukan adanya
garis-garis atau pun garisnya sangat halus, oleh karena itu disebut otot polos (Irianto Kus:
2004).
a. Jaringan Otot Polos
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya
berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Otot
polosmempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar, dan ujungnya
meruncing. Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang terletak di tengah dan
bentuknya pipih.
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar)
sehingga disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem
saraf otonom. Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot
polos terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot visera.
Misalnya pada pembuluh darah, pembuluh limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan
saluran pernapasan. Otot polos berfungsi memberi gerakan di luar kehendak, misalnya
gerakan zat sepanjang saluran pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol
diameter pembuluh darah dan gerakan pupil mata
b. Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-
seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik berbentuk silindris
atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di bagian tepi
sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot
volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik
cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah. Otot lurik disebut juga otot rangka karena
biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga
terdapat di lidah, bibir, kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat
gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan
tulang dan tubuh.
c. Jaringan Otot Jantung
Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut
lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot
jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot
jantungbekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan
selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung
4
secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot
jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung
menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh
tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua
sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop.
2.1.5 Kelainan-kelainan pada Otot
a. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena
kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
b. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis
pada otot anak-anak.
c. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar
dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
d. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan
menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
e. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang.
f. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri
tetanus.
g. Keseleo, tertariknya tendon didaerah persendian dan jika terlalu keras bisa
menyebabkan putusnya otot.
h. Nyeri otot , aliran darah yang terhambat sehingga menyebabkan peredaran darah tidak
lancer. (Vander J. Arthur: 1986).
5
Gambar 2.9. Mekanisme Kontraksi Otot
Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan otot
biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang berurutan. Rangsangan pertama
akan diperkuat oleh rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh rangsangan
ketiga, dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian akan terjadi tonus, atau ketegangan,
yang maksimum. Tiap rangsangan yang diberikan akan menimbulkan potensi aksi, yang
akan menghasilkan kontraksi otot tunggal pada serabut otot. Jika setelah berkontraksi otot
tersebut mencapai relaksasi penuh, kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi
kontraksi tunggal yang kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi
aksi yang kedua diberikan saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama
akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan
penjumlahan kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada
relaksasi diantara dua rangsangan, akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus tidak
sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan, akan terjadi
kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna.
Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam kontraksi
otot adalah duat set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen miosin yang tebal.
Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot. Setiap serabut otot diatur
sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer ini yang membuat
penampakan bergaris atau lurik pada otot rangka atau otot jantung. Sarkomer terdiri dari
beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z; terdapat daerah gelap yang disebut
daerah A yang hanya terdiri dari filamen miosin, berselang seling dengan daerah terang
yang disebut daerah I yang hanya terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin aktin dan
miosin saling tumpang tindih; sedangkan daerah tengah hanya terdiri dari miosin yang
terdiri dari zona H; filamen aktin terikat; filamen miosin terikat pada garis M di bagian
tengah sarkomer.
Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H, Sehingga
serabut otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona H menjadi lebih
pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang tersusun secara pararel.
Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya menjadi ADP, melepaskan
beberapa energi ke miosin yang kemudian berubah bentuk menjadi konfigurasi energi
tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut berikatan dengan aktin dengan kedudukan tertentu
yang akan membentuk jembatan silau. Lalu energi yang terdapat pada miosin dilepaskan,
6
dari ujung miosin beristirahat dengan energi rendah. Keadaan inilah yang dinamakan
relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut perlekatan yang sebelumnya ada di ujung
miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin akan terpecah
saat molekul ATP baru bergabung dengan ujung miosin. Kemudian proses kontraksi akan
terjadi lagi berulang membentuk siklus.
2.2 Tulang
2.2.1 Definisi
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks ekstraselular.
(Slamet, 2005)
7
2.2.2 Fungsi
Tulang berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan tempat
perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang. Tulang juga
melindungi otak, yang terletak didalam tengkorak, bisa dibayangkan ketika terjadi
kecelakaan yang membentur kepala seseorang jika tanpa tulang tengkorak, maka organ
penting didalamnya seperti otak dan semua susunan sarafnya dengan mudah menjadi
hancur.
Tulang melindungi jantung dan paru didalam rongga dada, dan organ seksual dan
urinaria terlindungi oleh tulang yang disebut tulang pelvis. Selain itu tulang juga
berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel darah), dan sebagai reservoir (tempat
penyimpanan) kalsium, fosfat, dan banyak mineral lainnya. (Slamet, 2005)
8
(Slamet, 2005)
2.2.4 Kelainan dan Mekanisme Penyembuhan
a. Gangguan Tulang karena Kebiasaan Posisi Tubuh Yang Salah
1. Skoliosis
Skoliosis, yaitu kondisi di mana tulang belakang bagian punggung membengkok ke
kiri atau ke kanan. Penyebabnya adalah posisi duduk yang salah. Skoliosis juga
dapat terjadi jika seseorang sering membebani salah satu sisi tulang belakang dan
kebiasaan ini dilakukan selama bertahun-tahun.
2. Lordosis
Lordosis, yaitu kondisi di mana tulang belakang bagian punggung membengkok ke
belakang. Hal itu dapat terjadi, jika kita sering duduk di kursi dengan meja yang
terlalu tinggi.
3. Kifosis
Kifosis, merupakan kondisi yang berkebalikan dengan lordosis. Kifosis, yaitu tulang
belakang bagian dorsal perut membengkok ke depan. Hal itu dapat terjadi karena
kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk.
b. Gangguan Tulang Karena Penyakit
1. Polio
Penderita polio akan mengalami kelumpuhan sehingga lama kelamaan tulangnya
akan mengecil. Penyakit polio dapat dicegah dengan vaksin polio. Pemberian vaksin
biasanya dilakukan melalui mulut pada saat anak berusia di bawah lima tahun.
2. Layuh Semu
Layuh semu terjadi akibat terinfeksi penyakit sifilis pada anak semasa dalam
kandungan akibat tertular oleh ibu yang mengidap penyakit sifilis, akibat tulang
tulang anggora gerak pada bayi atau anak menjadi layuh atau tidak bertenaga.
3. Rakhitis
Rakitis merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
tulang. Penyakit ini timbul karena penderita kekurangan vitamin D dan sinar
matahari pagi. Orang yang menderita penyakit rakhitis memiliki tulang yang lemah
dan biasanya berbentuk X atau O karena tidak dapat menahan berat tubuh.
4. Kaku Sendi
Kaku sendi merupakan cacat pada persendian dimana sendi tidak dapat digerakkan.
Penyakit ini disebabkan karena persendian terinfeksi penyakit sifilis atau gonorhoe
sehingga minyak sendi menjadi kering dan tidak dapat digerakkan, misalnya pada
9
lutut yang tidak dapat dibengkokkan. Kaku sendi biasanya ini terjadi pada orang
dewasa.
5. Kanker Tulang
Virus juga dapat merusakkan pertumbuhan sel sel tulang yang tidak terkendali,
sehingga di beberapa tempat pada tulang dapat tumbuh benjolan benjolan yang dapat
berpindah pindah dan timbul rasa sakit. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
6. TBC Tulang
TBC tulang adalah penyakit pada tulang akibat infeksi oleh Tuberculosis yang
sehingga membuat tulang menjadi rusak.
7. Osteoporosis
Osteoporosis atau tulang keropos merupakan penyakit yang menyebabkan tulang
mudah retak atau patah. Penyakit ini biasanya menyerang orang lanjut usia, terutama
perempuan. Penyebab osteoporosis adalah tubuh kekurangan zat kapur (kalsium).
8. Rikets
Rikets merupakan kelainan tulang pada anak yang disebabkan defisiensi vitamin D.
Tulang ini biasanya lunak dan jika berjalan maka tulang akan melengkung.
9. Osteomalasia
Osteomalasia adalah kelainan tulang kerena defisiensi vitamin D pada orang dewasa.
Tulang yang kekurangan fosfor dan kalsium sehingga menjadi lunak. Osteomalasia
kebanyakan diderita oleh wanita yang kurang makan padi-padian, susu, jarang
terkena sinar matahari, dan sering melahirkan.
10. Osteoporosis atau osteopenia
Kelainan tulang yang kebanyakan diderita oleh orang tengah baya atau tua yang
sudah menopause. Kelainan ini berupa menurunnya kerja sel osteoblas sebagai
akibat penurunan produksi hormon estrogen. Tulang akhirnya menjadi rapuh dan
mudah patah. Penyakit ini dapat diatasi dengan banyak minum susu yang
mengandung kalsium.
11. Artritis
Artritis merupakan gangguan tulang yang berupa peradangan pada sendi yang
disebabkan keseleo, infeksi, dan luka sendi.
(Slamet, 2005)
10
2.2.5 Mekanisme pembentukan tulang
Pada saat masih bayi, manusia mempunyai 270 tulang yang menyusun rangka pada
tubuhnya. Yang jumlah tulang ini akan menjadi menyusut ketika manusia tersebut mulai
tumbuh menjadi dewasa. Dan pada saat manusia dewasa, jumlah tulang tersebut hanya
tinggal 206 tulang saja.
Walaupun untuk jumlah tulang pada bayo lebih banyak jika dibandingkan dengan
jumlah tulang saat dewasa, namun tulang bayi umumnya masih belum dapat berfungsi
dengan sempurna dalam menopang tegaknya tubuh.
Pada tulang-tulang bayi tersebut harus melalui proses osifikasi “proses
pembentukan tulang” yang sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hal
ini sel-sel tulang dibentuk secara konsentris “dari arah dalam ke luar”, yang setiap sel-sel
tulang akan mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf, membentuk sistem Havers.
Selain itu, di sekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk
matriks tulang. Matriks tulang akan mengeras karena adanya garam kapur ” CaCO3″ dan
garam fosfat “Ca3 (PO4)2”. Di dalam tulang terdapat sel-sel osteoklas, sel-sel ini
berfungsi menyerap kembali sel tulang yang sudah rusak dan dihancurkan.
Adanya aktivitas sel osteoklas, tulang akan berongga. Rongga ini kelak akan berisi
sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga sedangkan osteoblas terus membentuk
osteosit baru ke arah permukaan luar. Yang dengan demikian, tulang akan bertambah
besar dan berongga. (sudjino, 2003)
2.2.6 Sendi
a. Definisi
Sendi adalah penghubung antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan
antar tulang disebut dengan persendian atau artikulasi. (Moekti A, 1997)
b. Macam – Macam
1. Berdasarkan adanya tanda-tanda struktural yang paling spesifik,
sendi diklasifikasikan menjadi 3, yaitu articulatio fibrosa,
articulatio cartilaginea dan articulatio synovialis.
Articulatio fibrosa (Synarthrosis)
Karakteristik hubungannya disatukan oleh jaringan ikat fibrosa
11
1) Gomphosis. Ex: hubungan gigi dengan tulang rahang
(articulatio dentoalveolaris).
2) Sutura. Ex: hubungan antar tulang tengkorak (sutura serrata,
sutura squamosa dan sutura harmoniana/plana)
3) Syndesmosis. Ex: syndenmosis tibiafibularis, syndenmosis
radioulnaris
Articulatio cartilaginea
Karakteristik hubungannya disatukan oleh tulang rawan yaitu
cartilago hyaline atau fibrocartilago.
1) Synchondrosis. Ex: hubungan antar tulang-tulang
tengkorak
2) Symphisis. Ex: symphilis pubis, symphilis intervertebratalis,
dan symphilis manubriosternalis.
Articulatio synovialis (Diarthrosis).
Karakteristik terdapat cairan “synovialis” yang berfungsi
sebagai pelumas, yang dihasilkan oleh kapsula sendi yang
disebut membrana synovialis.Kapsula sendi terdapat 2 lapis:
1) Bagian luar disebut stratum (membrana) fibrosum.
2) Bagian dalam disebut stratum (membrana) synovialis.
2. Berdasarkan jumlah aksisnya
ARTICULATIO MONOAXIAL. Sendi yang mempunyai sumbu
satu (satu aksis). Ex:
1) Sendi engsel ( misal. Sendi siku dan
interphalangea )
2) Sendi trochoadea ( misal . sendi tangan)
3) Articulatio humeraulnaris (sendi antara humerus, dan ulna.
ARTICULATIO BIAXIAL . Sendi yang mempunyai sumbu dua
(dua aksis). Contoh:
1) Sendi ellipsodea ( sendi tangan)
2) Sendi sellaris.( Misalnya, sendi metacarpae)
3) articulatio humeroradialis (hubungan humerus dan radius)
ARTICULATIO TRIAXIAL. Sendi yang mempunyai sumbu tiga (tiga
aksis). Contoh:
12
1) SENDI GLOBAIDEA ( SENDI LUTUT)
2) SENDI ENARTHROSIS SPHEROIDEA ( SENDI COXAE)
3) articulatio humeri (sendi bahu)
c. Fungsi
Fungsi utama sendi adalah untuk memberikan fleksibilitas dan pergerakan pada
tempatnya, juga sebagai poros anggota gerak. Ada beberapa sendi dalam tubuh yang
hanya memberikan sedikit pergerakan, namun tetap saja sangat berfungsi untuk
memberikan kestabilan pada tubuh kita. (Moekti A, 1997)
13
2.3 TENDON
2.3.1 Definisi
Jenis jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang, mirip
dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang. (Sloane, 2003)
2.3.2 Fungsi
Untuk bertindak sebagai peregangan dan mekanisme rekoil (kembali) yang
mentransmisikan gaya yang dihasilkan oleh otot ke tulang atau sendi yang terpasang.
(Ferdinand F, Ariebowo, 2009)
14
BAB III PETA KONSEP
Impuls
Saraf
Sumsum Tulang
Otak
Belakang
Efektor
Sendi
Bergerak
15
BAB IV PEMBAHASAN
Kontraksi dan relaksasi otot diatur oleh susunan syaraf pusat melalui serabut-serabut
syaraf motoriknya. Tempat lekat cabang-cabang syaraf motorik pada serabut otot disebut
neoro-muscular junction, ia merupakan penghantar kimiawi (neoro-trasnmitter) asetilkholin
maupun adrenalin untuk eksitasi serabut otot. Implus Saraf akan diterima oleh indra lalu
diteruskan ke saraf sensoris, pesan tersebut akan di kirim ke otak, setelah itu dihantarkan saraf
motorik ke efektor (otot) (Sloana, 2004).
Menurut fitranya, keberadaan otot tubuh adalah untuk bergerak. Maka seharusnya otot
tetap terlatih untuk aktivitas fisik atau gerak. Otot yang merupakan alat gerak aktif bersama-
sama dengan rangka yang merupakan alat gerak pasif membentuk organ penyususn system
gerak pada manusia. (Sloana, 2004).
Jadi tubuh dapat bergerak karena adanya hubungan dari tulang, otot, dan sendi. Tulang
dan otot akan dihubungkan oleh tendon .Pada kebanyakan aktivitas sehari-hari seperti berjalan,
lari, bernafas, mengangkat benda dan lain-lain merupakan aktivitas otot yang menghasilkan
pergerakan. Dalam hal ini pergerakan otot akan lebih pendek dan dengan adanya persendian,
titik inserto mendekat kearah origo (Sloana, 2004).
Sedangkan kelainan dan gangguan pada system gerak yaitu gangguan pada rangka.
Contohnya gangguan fisik adalah patah tulang. Gangguan pada tulang belakang ada skoliosis,
lordosis, dan kifosis.
16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak
ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Otot dapat berkontraksi bila ada rangsangan
yang berangkai. Bila rangsangan diberikan pada otot sewaktu berkontraksi, maka
kontraksi otot akan bertambah besar. Keadaan ini disebut sumasi. Bila rangsangan
diberikan terus menerus, maka kontraksi mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot
tersebut menjadi pendek dan diameternya membesar.
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks ekstraselular.
Tulang berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan tempat perlekatan
pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang. Tulang juga melindungi otak,
yang terletak didalam tengkorak. Sendi adalah penghubung antar tulang sehingga tulang
dapat digerakkan. Hubungan antar tulang disebut dengan persendian atau artikulasi.
Tendon merupakan jenis jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot
dengan tulang, mirip dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang. Untuk
bertindak sebagai peregangan dan mekanisme rekoil (kembali) yang mentransmisikan
gaya yang dihasilkan oleh otot ke tulang atau sendi yang terpasang.
Impuls saraf merupakan Rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron atau serangkaian pulsa elektrik yang
menjalari serabut saraf.
5.2 Saran
Dari materi diatas mahasiswa diharapkan bisa memahami hubungan antara tulang,
otot, dan sendi sebagai penyusun alat gerak. Dan diharapkan juga mahasiswa dapat
memahami hubungan gangguan system gerak dengan alat gerak. Mahasiswa harus
menguasai materi tentang tulang, otot, dan sendi sebelum dapat melanjutkan ke materi
selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J. Vander (1986). Human Physiology, 4th ed. Mc Graw: Hill Internasional
Editions.
Kus, Irianto (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Gramedia:
Jakarta.
Syaifuddin (1997). Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologis untuk pemula diterjemahkan oleh James
Veldman. Jakarta: EGC.
18