Anda di halaman 1dari 1

Asuhan Keperawatan

Sabtu, 11 Agustus 2018

Laporan Pendahuluan Kejang


Demam Anak pdf, doc

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

A. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (Suhu mencapai > 38oC). Kejang
demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun
ekstrakranial. kejang demam terjadi pada 2-4% populasi
anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun. paling sering
pada anak usia 17 bulan sampai 23 bulan (Nurarif &
Kusuma, 2012).
Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik
yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang
ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan
kesadaran ringan, aktivitas motorik, dan atau gangguan
fenomena sensori (Doengoes, 1999)
Kejang adalah masalah neurologik yang relatif sering
dijumpai. Diperkirakan bahwa 1 dari 10 orang akan
mengalami kejang suatu saat selama hidup mereka. Dua
puncak usia untuk insidensi kejang adalah dekade pertama
kehidupan dan setelah usia 60 tahun. Kejang terjadi akibat
lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu (fokus kejang)
sehingga mengganggu fungsi normal otak (Price & Wilson,
2005).

B. ETIOLOGI
Menurut Nurarif dan Kusuma, 2012. Kejang
dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial.
Intrakranial meliputi :
1. Trauma (Perdarahan) : Perdarahan subarachnoid,
subdural atau ventrikuler
2. Infeksi : Bakteri, Virus, Parasit misalnya
meningitis.
3. Kongenital : Disgenesis, Kelainan serebi.
Ekstrakranial meliputi :
1. Gangguan Metabolik : Hipoglikemia,
hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit
(Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya.
2. Toksik : Intoksikasi, anastesi lokal, sindroma
putus obat
3. Kongenital : Gangguan metabolisme asam basa
atau ketergantungan dan kekurangan piridoksin.

Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu :


1. Riwayat kejang dalam keluarga
2. Usia kurang dari 18 bulan
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang, semakin
tinggi suhu sebelum kejang demam, semakin kecil
kemungkinan kejang demam akan berulang.
4. Lamanya demam sebelum kejang, semakin
pendek jarak antara mulainya demam dengan
kejang, maka semakin besar resiko kejang demam
berulang.

C. TANDA DAN GEJALA


Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama
sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan
kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi
setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada
kelainan saraf. Di sub bagian Anak FKUI RSCM Jakarta,
kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat
diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4
tahun.
2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah
timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang
normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu
minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun
tidak melebihi empat kali.

D. KLASIFIKASI
Menurut Prichard dan Mc Greal membagi kejang
demam atas dua golongan yaitu:
Kejang demam sederhana, kejang ini harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh
penyakit apapun
c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi
antara usia 6 bulan – 6 tahun.
d. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20
menit.
e. Kejang tidak bersifat fokal
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas
pasca kejang
g. Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas
neurologis atau abnormalitas perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
Kejang demam kompleks
Bila kejang tidak memenuhi kriteria di atas
maka digolongkan sebagai kejang demam
kompleks.

E. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion
K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh
:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya
mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit / keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan


mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

F. KOMPLIKASI
1. Kejang berulang

2. Retardasi mental
3. Palsi cerebralis
4. Epilepsi
5. Hemiparese

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesis: riwayat penyakit keluarga, penyakit ibu
dan obat yang dipakai selama kehamilan, problem
persalinan (asfiksia, trauma, infeksi persalinan).
2. Pemeriksaan fisik: bentuk kejang, iritabel, hipotoni,
gangguan pola nafas, perdarahan kulit, sianosis,
ikterus, ubun-ubun besar cembung.
3. Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, gula darah,
elektrolit, analisa gas darah, punksi lumbal, kultur
darah, bilirubin, pemeriksaan urine.
4. Pemeriksaan radiologi: USG dan CT Scan kepala
5. Pemeriksaan EEG

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan kejang dibagi menjadi 3 hal, yaitu:
1. Pengobatan Fase Akut

a. Memberantas kejang
Kejang : Berikan diazepam rectal :
1. 5 mg untuk BB < 10 kg
2. 10 mg untuk BB > 10 kg
3. atau iv : 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
4. tunggu 5 menit, berikan oksigen.
Masih kejang : Berikan diazepam rectal / iv,
dosis sama,
1. tunggu 5 menit
2. oksigenasi adekuat 1 lt/menit
3. berikan cairan intravena (D5, ¼ S;
D5, ½ S atau RL)
Masih kejang : Berikan fenitoin/difenilhidramin
loading, iv dosis 10-15 mg/kgBB
maksimal 200mg, tunggu sampai
20 menit.
Masih kejang: Kejang
berhenti, rumatan:
Masuk ICU-aneatesi umum. Fenitoin
5 – 8 mg/Kg
Dormikum iv dosis
Fenobalbital 4-5 mg/kgBB
Fenitoin drip dengan dosis 15 mg/kgBB/24 jam.

b. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi


secukupnya
c. Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi
dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah
menunjukkan dapat diberikan paracetamol 10
mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3
mg/kgBB.
d. Memberikan cairan yang cukup bila kejang
berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan
intravena D5 1/4S, D5 1/2S, RL.

3. Mencari penyebab dan mengobati penyebab


Dengan penelusuran sebab kejang dan faktor
risiko terjadinya kejang, pengobatan terhadap
penyebab kejang sesuai yang ditemukan.

3. Pengobatan pencegahan berulangnya kejang


Diberikan anti konvulsan rumatan yaitu
fenitoin/difenilhidation 5-8 mg/kgBB/hari, dalam
2 kali pemberian (terbagi 2 dosis) atau fenobarbital
(

A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
§ Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali.
§ Adakah dispersi bentuk kepala.
§ Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan
intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung,
bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup
atau belum.
b. Rambut
§ Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta
karakteristik lain rambut. Pasien dengan
malnutrisi energi protein mempunyai rambut
yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung
dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa
sakit pada pasien.
c. Muka/wajah
§ Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah,
sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis
atau tertawa sehingga wajah tertarik ke sisi
sehat.
§ Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus,
trimus.
§ Apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
§ Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil,
untuk itu periksa pupil dan ketajaman
penglihatan.
§ Apakah keadaan sklera, konjungtiva.
e. Telinga
§ Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta
tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
f. Hidung
§ Apakah ada pernapasan cuping hidung/ Polip
yang menyumbat jalan napas.
§ Apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya.
g. Mulut
§ Adakah tanda-tanda sardonicus.
§ Adakah cynosis.
§ Bagaimana keadaan lidah.
§ Adakah stomatitis.
h. Tenggorokan
§ Adakah tanda-tanda peradangan tonsil.
§ Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
eksudat.
i. Leher
§ Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran
kelenjar tiroid.
§ Adakah pembesaran vena jugulans
j. Thorax
§ Pada infeksi, amati bentuk dada klien,
bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale.
§ Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan.
k. Jantung
§ Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta
iramanya.
§ Adakah bunyi tambahan.
§ Adakah bradicardi atau tachycardia.
l. Abdomen
§ Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot
pada abdomen.
§ Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus.
§ Adakah tanda meteorismus.
§ Adakah pembesaran lien dan hepar.
m. Kulit
§ Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan
maupun warnanya.
§ Apakah terdapat oedema, hemangioma.
§ Bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
§ Apakah terdapat oedema atau paralise terutama
setelah terjadi kejang.
§ Bagaimana suhunya pada daerah akral.
o. Genetalia
§ Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang
keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi.

B. DIAGNOSA
Diagnosa yang mungkin muncul pada kejang demam
menurut Nanda (2012), yaitu:
1. PK: Kejang berulang b.d hipertermi
2. Risiko trauma fisik b.d kurangnya
koordinasi otot
3. Hipertermia b.d proses infeksi
4. Kurangnya pengetahuan keluarga b.d
keterbatasan informasi

C. PERENCANAAN (Wilkinson, 2007)


No. Diagnosa NOC NIC
1. PK: Kejang Setelah dilakukan 1. Longgarkan pakaian,
berulang b.d tindakan berikan pakaian tipis
hipertermi keperawatan 3x24 yang mudah
jam diharapkan klien menyerap keringat.
tidak mengalami Rasional : proses
kejang selama konveksi akan
berhubungan dengan terhalang oleh
hiperthermi. pakaian yang ketat
Kriteria hasil dan tidak menyerap
: keringat.
1. Tidak terjadi 2. Berikan kompres
serangan kejang dingin
ulang. Rasional :
2. Suhu 36,5 – 37,5 perpindahan panas
ºC secara konduksi
3. Nadi 110 – 120 3. Berikan ekstra cairan
x/menit (susu, sari buah, dll)
4. Respirasi 30 – Rasional : saat
40 x/menit demam kebutuhan
5. Kesadaran akan cairan tubuh
composmentis meningkat.
4. Observasi kejang
dan tanda vital tiap 4
jam
Rasional :
Pemantauan yang
teratur menentukan
tindakan yang akan
dilakukan.
5. Batasi aktivitas
selama anak panas
Rasional : aktivitas
dapat meningkatkan
metabolisme dan
meningkatkan panas.
6. Berikan antipiretik
dan pengobatan
sesuai advis.
Rasional :
Menurunkan panas
pada pusat
hipotalamus dan
sebagai propilaksis
2. Risiko Setelah dilakukan 1. Beri pengaman pada
trauma fisik tindakan sisi tempat tidur dan
b.d keperawatan 3x24 penggunaan tempat
kurangnya jam diharapkan tidak tidur yang rendah.
koordinasi terjadi trauma fisik Rasional :
otot selama perawatan. meminimalkan injuri
Kriteria Hasil saat kejang
: 2. Tinggalah bersama
1. Tidak terjadi klien selama fase
trauma fisik kejang..
selama Rasional :
perawatan. meningkatkan
2. keamanan klien.
Mempertahankan 3. Berikan tongue
tindakan yang spatel diantara gigi
mengontrol atas dan bawah.
aktivitas kejang. Rasional :
3. menurunkan resiko
Mengidentifikasi trauma pada mulut.
tindakan yang 4. Letakkan klien di
harus diberikan tempat yang lembut.
ketika terjadi Rasional : membantu
kejang. menurunkan resiko
injuri fisik pada
ekstimitas ketika
kontrol otot volunter
berkurang.
5. Catat tipe kejang
(lokasi,lama) dan
frekuensi kejang.
Rasional : membantu
menurunkan lokasi
area cerebral yang
terganggu.
6. Catat tanda-tanda
vital sesudah fase
kejang
Rasional : mendeteksi
secara dini keadaan
yang abnormal
3. Hipertermia Setelah dilakukan Fever treatment
b.d proses tindakan 1. Kaji faktor – faktor
infeksi keperawatan 3x24 terjadinya
jam diharapkan tidak hiperthermi.
terjadi peningkatan Rasional: Mengetahui
suhu tubuh. penyebab terjadinya
Kriteria Hasil : hiperthermi karena
1. Suhu tubuh dalam penambahan
rentang normal. pakaian/selimut
2. Nadi dan RR dapat menghambat
dalam rentang penurunan suhu
normal. tubuh.
3. Tidak ada 2. Observasi tanda –
perubahan warna tanda vital tiap 4 jam
kulit dan tidak sekali.
ada pusing. Rasional: Pemantauan
tanda vital yang
teratur dapat
menentukan
perkembangan
keperawatan yang
selanjutnya.
3. Pertahankan suhu
tubuh normal
Rasional: Suhu tubuh
dapat dipengaruhi
oleh tingkat aktivitas,
suhu lingkungan,
kelembaban
tinggiakan
mempengaruhi panas
atau dinginnya tubuh.
4. Ajarkan pada
keluarga memberikan
kompres dingin pada
kepala / ketiak.
Rasional: Proses
konduksi/perpindahan
panas dengan suatu
bahan perantara.
5. Anjurkan untuk
menggunakan baju
tipis dan terbuat dari
kain katun.
Rasional: Proses
hilangnya panas akan
terhalangi oleh
pakaian tebal dan
tidak dapat menyerap
keringat.
6. Atur sirkulasi udara
ruangan.
Rasional: Penyediaan
udara bersih.
7. Beri ekstra cairan
dengan menganjurkan
pasien banyak minum
Rasional: Kebutuhan
cairan meningkat
karena penguapan
tubuh meningkat.
8. Batasi aktivitas fisik
Rasional: Aktivitas
meningkatkan
metabolismedan
meningkatkan panas.

4. Kurangnya Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat


pengetahuan tindakan pengetahuan
keluarga b.d keperawatan 3x24 keluarga
keterbatasan jam diharapkan Rasional : Mengetahui
informasi pengetahuan sejauh mana
keluarga bertambah pengetahuan yang
tentang penyakit bayi dimiliki keluarga dan
nya. kebenaran informasi
Kriteria hasil yang didapat.
: 2. Beri penjelasan
1. Keluarga tidak kepada keluarga
sering bertanya sebab dan akibat
tentang penyakit kejang demam
anaknya. Rasional : penjelasan
2. Keluarga mampu tentang kondisi yang
diikutsertakan dialami dapat
dalam proses membantu menambah
keperawatan. wawasan keluarga
3. Keluarga 3. Jelaskan setiap
mentaati setiap tindakan perawatan
proses yang akan dilakukan.
keperawatan. Rasional : agar
keluarga mengetahui
tujuan setiap
tindakan perawatan
4. Berikan Health
Education tentang
cara menolong anak
kejang dan mencegah
kejang demam,
antara lain :
a. Jangan panik saat
kejang
b. Baringkan anak
ditempat rata dan
lembut.
c. Kepala
dimiringkan.
d. Pasang gagang
sendok yang telah
dibungkus kain
yang basah, lalu
dimasukkan ke
mulut.
e. Setelah kejang
berhenti dan
pasien sadar
segera minumkan
obat tunggu
sampai keadaan
tenang.
f. Jika suhu tinggi
saat kejang
lakukan kompres
dingin dan beri
banyak minum
g. Segera bawa ke
rumah sakit bila
kejang lama.
Rasional : sebagai
upaya alih informasi
dan mendidik
keluarga agar mandiri
dalam mengatasi
masalah kesehatan.
5. Berikan Health
Education agar selalu
sedia obat penurun
panas, bila anak
panas.
Rasional : mencegah
peningkatan suhu
lebih tinggi dan
serangan kejang
ulang.
6. Jika anak sembuh,
jaga agar anak tidak
terkena penyakit
infeksi dengan
menghindari orang
atau teman yang
menderita penyakit
menular sehingga
tidak mencetuskan
kenaikan suhu.
Rasional : sebagai
upaya preventif
serangan ulang
7. Beritahukan keluarga
jika anak akan
mendapatkan
imunisasi agar
memberitahukan
kepada petugas
imunisasi bahwa
anaknya pernah
menderita kejang
demam.
Rasional : imunisasi
pertusis memberikan
reaksi panas yang

Anda mungkin juga menyukai