Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN PENGETAHUAN PETUGAS DENGAN

KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS


POLIKLINIKJANTUNG DI RSUP DR. M DJAMIL

TAHUN 2018

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Oleh :

Megawati

1610104070

Dosen : Delima, M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM B

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelengkapan dokumen rekam medis tersebut menurut Permenkes RI Nomor 269 tahun

2008 pasal 1 terdiri dari identitas pasien, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan medis

dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam pengisian dokumen rekam

medis tersebut juga memerlukan autentifikasi dan pencatatan yang baik.

Autentifikasi dilakukan pada nama, gelar, tanggal, waktu dan tanda tangan, sedangkan

pencatatan yang baik harus mempunyai baris tetap dan koreksi yang benar (bila ada). Pada

proses autentifikasi, penulisan nama terang dokter atau tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan harus disertai gelar profesionalnya yang lengkap. Waktu tenaga

kesehatan tertentu memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien juga harus dicatat,

terutama tanggal dan jam pada saat dokter atau tenaga kesehatan tertentu memberikan

pelayanan .Tanda tangan dari dokter atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan

pelayanan kesehatan juga harus tercantum.

Menurut Green (Notoatmodjo, 2003), salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

adalah pengetahuan, sehingga perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis

tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan petugas tentang nilai guna rekam medis.

Pengetahuan tentang nilai guna rekam medis menjadikan petugas termotivasi untuk

melakukan pengisian dokumen rekam medis secara lengkap dan benar.

Menurut Russo (dalam Widjaja, 2014) pengetahuan tentang nilai guna rekam medis

adalah pengetahuan tentang administrasi, legal, finansial, riset, edukasi, dokumentasi,


kesehatan masyarakat serta perencanaan dan pemasaran. Aspek administrasi membuat rekam

medis dapat berguna untuk pertanggung-jawaban tugas dan tanggung jawab pemberi

pelayanan. Aspek legal membuat rekam medis berguna sebagai bukti kepentingan hukum.

Aspek finansial membuat rekam medis dapat digunakan sebagai dasar perhitungan biaya

pelayanan kesehatan pasien. Aspek riset membuat rekam medis berguna untuk penelitian.

Aspek edukasi membuat rekam medis dapat digunakan sebagai bahan pendidikan bagi tenaga

kesehatan.

Aspek dokumentasi membuat rekam medis dapat digunakan sebagai dokumentasi pelayanan

kesehatan. Aspek kesehatan masyarakat membuat rekam medis dapat dijadikan sebagai

sumber informasi kesehatan masyarakat. Aspek perencanaan dan pemasaran membuat rekam

medis dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pemasaran.

Di Rsup Dr. M Djamil Padang, pengetahuan petugas tentang nilai guna rekam medis sudah

cukup memadai karena sebagian besar petugas adalah lulusan pendidikan kesehatan yang

telah mempelajari rekam medis. Secara periodik, di Rsup Dr M Djamil Padang juga

memberikan informasi kepada para petugas, terutama informasi yang diberikan oleh

pimpinan Unit Rekam Medis, diantaranya informasi tentang nilai guna rekam medis.

Pengetahuan tentang rekam medis yang memadai seharusnya diikuti dengan perilaku yang

sesuai dalam bekerja, terutama dalam pengisian dokumen rekam medis yang pada umumnya

dibuat oleh para tenaga medis dan para medis. Namun kenyataannya, kualitas pengisian

dokumen rekam medis yang dimiliki oleh Rsup Dr. M Djamil Padang belum seperti yang

diharapkan. Pada observasi pendahuluan, banyak ditemui dokumen rekam medis yang tidak

diisi lengkap terutama pada kolom gelar petugas yang memberikan pelayanan dan kolom

waktu memberikan pelayanan, sehingga berkurang nilai autentifikasinya.


A. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Menurut Green (Notoatmodjo, 2003), banyak faktor yang berkaitan dengan perilaku,

antara lain : jenis kelamin, umur, pengetahuan, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya.

Faktor-faktor tersebut juga terkait dengan perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam

medis di Rsup Dr. M Djamil Padang.

Martono (2010) menyatakan bahwa seorang lelaki lebih banyak berpartisipasi dalam bidang-

bidang yang bersifat eksakta, sedangkan perempuan lebih dominan pada bidang-bidang

keahlian terapan. Kemampuan perempuan dalam pengisian dokumen rekam medis

seharusnya lebih baik dibandingkan dengan kaum laki-laki, namun di Rsup Dr. M Djamil

Padang keduanya, baik laki-laki ataupun perempuan sama saja kemampuannya dalam

pengisian dokumen rekam medis.

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan perangsang (stimulus) yang

menyebabkan perubahan perilaku sehingga seorang yang mempunyai pengetahuan yang baik

akan dapat melakukan sesuatu dengan baik pula. Di Rsup Dr. M Djamil Padang, pengetahuan

petugas tentang nilai guna rekam medis relatif lebih baik karena sering diberi pengarahan-

pengarahan yang bersifat teknis, namun kenyataannya kemampuan mereka dalam pengisian

dokumen rekam medis masih belum seperti yang diharapkan.

Notoatmojo (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan akan semakin mudah

menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal baru itu. Petugas medis

maupun paramedis di Rsup Dr. M Djamil Padang, baik para dokter maupun perawatnya,

seluruhnya berlatar belakang pendidikan kesehatan yang belajar tentang dokumen rekam

medis sehingga seharusnya mempunyai kemampuan yang baik dalam pengisian dokumen

rekam medis, namun banyak sekali dokumen rekam medis yang belum terisi dengan benar.
Menurut Notoatmojo (2007), semakin tua umur seseorang, maka pengalamannya akan

semakin banyak karena semakin berkembang daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuannya semakin membaik pula. Semakin bertambahnya umur seharusnya akan

semakin meningkat pula kemampuannya dalam pengisian dokumen rekam medis, namun di

Rsup Dr. M Djamil Padang tidak ditemukan adanya perbedaan kemampuan petugas yang

berusia muda dengan yang berusia tua.

Menurut Nursalam (2003), pengalaman dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu.

Pengalaman bekerja di Rsup Dr. M Djamil Padang seharusnya membuat kemampuan dalam

pengisian dokumen rekam medis menjadi lebih baik, namun para petugas tidak mempu

memecahkan masalah pengisian dokumen rekam medis meskipun pernah menghadapi

masalah-masalah yang serupa.

2. Pembatasan Masalah

Faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis

sangat banyak, diantaranya jenis kelamin, umur, pengetahuan, pendidikan, pengalaman, dan

lain sebagainya. Semua faktor tersebut sangat menentukan kualitas pengisian dokumen rekam

medis, namun ada salah satu faktor yang sangat menonjol dan sangat menarik untuk dikaji

lebih mendalam dalam penelitian ini. Faktor yang dimaksud adalah faktor pengetahuan,

khususnya pengetahuan petugas tentang nilai guna rekam medis.

Faktor ini menarik untuk dikaji, karena para petugas medis maupun paramedis di Rsup Dr. M

Djamil Padang sesungguhnya telah mempunyai pengetahuan yang memadai. Mereka bukan

saja berasal dari lulusan pendidikan kesehatan, namun secara rutin juga mendapatkan

pengarahan teknis tentang rekam medis, termasuk tentang nilai guna rekam medis. Kendati

demikian, dokumen rekam medis yang menjadi tanggung jawab mereka tidak memiliki
kualitas seperti yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka variabel

independent yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengetahuan petugas tentang nilai

guna rekem medis.

3. Perumusan masalah

Secara teoritis, pengetahuan petugas tentang nilai guna rekam medis berhubungan dengan

perilaku petugas tersebut dalam pengisian dokumen rekam medis, namun hal ini seperti tidak

terjadi di Rsup Dr. M Djamil Padang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka akan dilakukan

suatu penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Adakah hubungan

pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku petugas dalam pengisian

dokumen rekam medis di RSUP Dr M Djamil Padang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang nilai guna rekam

medis dengan perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUP,Dr,M

Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi kelengkapan rekam medis di RSUP DR M Djamil

Padang .

b. Diketahuinya distribusi pengetahuan rekam medis di RSUP DR M Djamil Padang.

c. Diketahui hubungan pengetahuan petugas dengan perilaku petugas dalam pengisian

dokumen rekam medis di Rumah Sakit .

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang telah di dapat selama

mengikuti perkuliahan di STIKES Alifah, khususnya tentang nilai guna rekam medis

dan pengisian dokumen rekam medis di sebuah rumah sakit.

2. Bagi Program Studi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang rekam medis, terutama dalam

hal pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dan perilaku pengisian dokumen rekam

medis pada sebuah rumah sakit.

3. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan praktis yang dapat digunakan untuk

memperbaiki pengetahuan petugas tentang nilai guna rekam medis serta perbaikan

pengisian dokumen rekam medis di RSUP Dr M Djamil Padang.


BAB II

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

B. Perilaku Petugas dalam Pengisian Dokumen Rekam Medis

1. Pengertian Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut,

baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Seorang petugas harus

mengisi dokumen rekam medis dengan lengkap sehingga apa yang dikerjakan oleh petugas

dalam pengisian dokumen rekam medis menghasilkan rekam medis yang baik dan

berkualitas.

Menurut Permenkes RI Nomor 269 tahun 2008 pasal 1 dijelaskan bahwa rekam medis adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, diagnosis,

pengobatan, tindakan medis dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Rekam medis yang lengkap juga disertai dengan autentifikasi yang mencakup nama terang

dan gelar profesional dokter yang memberikan pelayanan, serta mencantumkan waktu

pemberian pelayanan baik tanggal maupun jam pelayanan, tanda tangan dokter yang

memberikan pelayanan. Pada penulisan dokumen rekam medis, perlu diperhatikan aturan

penulisan yang dimulai pada dari baris teratas dan turun secara bertahap. Demikian pula bila

ada koreksi, maka harus dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan

yang dibetulkan.

2. Cara mengukur perilaku


Teknik yang digunakan untuk mengukur perilaku adalah dengan instrumen yang memakai

skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan

memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan : ya dan

tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah.

Skala Guttman pada umumnya dibuat dalam bentuk daftar cek atau chek-list dengan

interpretasi penilaian, apabila sekor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan

analisanya dapat dilakukan seperti skala likert (Aziz, 2007:103). Skala ini akan digunakan

dalam pembuatan instrumen pengukuran perilaku peugas dalam pengisian dokumen rekam

medis.

3. Dimensi-dimensi Kelengkapan Rekam Medis

Menurut Permenkes RI Nomor 269 tahun 2008, rekam medis yang lengkap terdiri dari :

a. Identitas pasien yang merupakan kegiatan untuk membedakan identitas pasien yang satu

dengan pasien yang lain secara unik. Identitas pasien minimal terdiri dari nomor rekam

medis, nama pasien, tanggal lahir/umur dan jenis kelamin.

b. Pemeriksaan adalah hasil pengamatan atau hasil memeriksa keadaan fisik pasien yang

dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya baik terhadap pasien rawat jalan

maupun rawat inap.

c. Diagnosis penyakit ditetapkan berdasarkan pemeriksaan fisik.

d. Pengobatan adalah therapi yang diberikan kepada pasien dengan tujuan untuk penyembuhan

pasien.

e. Tindakan medis adalah tindakan yang bersifat operatif dan non operatif yang dilaksanakan

baik untuk tujuan diagnostik maupun pengobatan.

f. Pelayanan lainnya maksudnya adalah pelayanan lain yang diberikan oleh tenaga kesehatan

tertentu kepada pasien.


Rekam medis yang lengkap juga disertai dengan autentifikasi dan pencatatan yang baik,

yakni :

a. Nama terang dokter atau atau tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan di sertai gelar profesionalnya.

b. Waktu yang dicatat adalah tanggal dan jam pada saat dokter atau tenaga kesehatan

tertentu memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

c. Tanda tangan dari dokter atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan

kesehatan.

d. Aturan penulisan dimulai pada dari baris teratas dan turun secara bertahap setingkat

demi setingkat hingga baris terbawah sehingga tidak ada baris yang kosong (baris

tetap). Bila ada baris yang kosong maka ditutup dengan garis penutup.

e. Koreksi yang benar yang hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa

menghilangkan catatan yang dibetulkan dengan cara menarik garis lurus diatas tulisan

yang salah dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan. Tidak diperbolehkan melakukan penghapusan kata yang

salah dengan tipp-ex atau disetip.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green (Notoatmodjo, 2003), salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah

faktor predisposisi (predisposing factors). Faktor predisposisi merupakan suatu keadaan

pikiran tentang sesuatu yang menguntungkan, antara lain jenis kelamin, umur, pengalaman,

pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan lain sebagainya sebagai berikut :

a. Martono (2010) menyatakan bahwa seorang lelaki lebih banyak berpartisipasi dalam

bidang-bidang yang bersifat eksakta, sedangkan perempuan lebih dominan pada

bidang-bidang keahlian terapan seperti manajemen, psikologi, pendidikan dan


sebagainya. Secara teoritis, kemampuan perempuan dalam pengisian dokumen rekam

medis akan lebih baik dibandingkan dengan kaum laki-laki.

b. Menurut Notoatmojo (2007), semakin tua umur seseorang maka pengalamannya akan

semakin banyak. Beliau juga menyatakan bahwa semakin bertambahnya umur

seseorang akan semakin berkembang daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuannya semakin membaik. Dengan demikian, semakin bertambah umur akan

semakin meningkat pula kemampuannya dalam pengisian dokumen rekam medis.

c. Nursalam (2003) menyatakan bahwa pengalaman dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-

masalah yang dihadapi di masa lalu. Seseorang yang mempunyai pengalaman bekerja

di unit rekam medis tentunya akan mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam

pengisian dokumen rekam medis.

d. Menurut Notoatmojo (2003) , seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang tinggi dan luas. Notoatmojo (2007) juga menyatakan

bahwa semakin tinggi pendidikan akan semakin mudah menerima hal-hal baru dan

mudah menyesuaikan dengan hal-hal baru itu. Seseorang yang berpendidikan

kesehatan akan mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam pengisian dokumen

rekam medis.

e. Notoatmojo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan perangsang

(stimulus) yang menyebabkan perubahan perilaku. Seorang yang mempunyai

pengetahuan yang baik akan dapat melakukan sesuatu dengan baik. Seseorang yang

mempunyai pengetahuan tentang nilai guna rekam medis yang baik akan memiliki

kemampuan yang baik pula dalam pengisian dokumen rekam medis.

f. Status ekonomi seseorang yang ditandai dengan penghasilannya yang tinggi akan

menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan


sehingga mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmojo, 2003). Semakin tinggi

penghasilan seseorang akan semakin luas kesempatan mendapatkan informasi yang

membuat kemampuan yang dimilikinya menjadi lebih baik, termasuk kemampuan

dalam pengisian dokumen rekam medis.

g. Notoatmojo (2003a) mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di sekitar individu

menyebabkan terjadinya interaksi yang akan direspon individu tersebut sebagai

pengetahuan. Nursalam (2003) juga menyatakan bahwa seseorang akan memperoleh

pengalaman dari lingkungannya yang akan mempengaruhi cara berpikirnya. Mereka

yang sering berinteraksi dengan orang-orang yang bergelut dalam bidang rekam

medis menjadi lebih memahami seluk beluk pekerjaan di unit rekam medis, termasuk

dalam pengisian dokumen rekam medis.

Dari paparan teori-teori dan peraturan perundangan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

pengisian dokumen rekam medis adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari tenaga kesehatan

dalam mengisi dokumen rekam medis berisi tentang identitas pasien, pemeriksaan, diagnosis,

pengobatan, tindakan medis serta autentifikasi dan pencatatan yang baik.

C. Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis

1. Pengertian Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia (2003), pengetahuan berarti segala sesuatu yang

diketahui karena mempelajarinya atau yang diketahui karena mengalami, melihat dan

mendengar. Seorang petugas medis maupun paramedis perlu mengetahui nilai guna rekam

medis. Dalam buku petunjuk teknis penyelenggaraan rekam medis rumah sakit tahun 1997

juga dikemukakan bahwa kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara

lain: aspek administrasi, legal, finansial, riset dan aspek dokumentasi.


2. Dimensi-dimensi Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis.

Menurut Russo (dalam Widjaja, 2014), rekam medis yang merupakan data dasar setelah

diproses menghasilkan informasi yang berguna untuk kepentingan dalam bidang administrasi,

legal, riset, finansial, edukasi, dokumentasi, kesehatan masyarakat serta perencanaan dan

pemasaran sebagai berikut :

a. Aspek administrasi : Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena

isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai

tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Melalui

dokumentasi rekam medis akan dapat dilihat peran dan fungsi tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Dengan demikian akan dapat

diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian pelayanan kesehatan yang

diberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.

b. Aspek legal : Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam

rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk

menengakkan keadilan. Rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit, sedangkan

isinya yang terdiri dari identitas pasien pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang

dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku (UU Praktek Kedokteran RI No.29 Tahun 2004 pasal 46 ayat 1. Bila terjadi

suatu masalah yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang telah diberikan

kepada pasien, maka dokumentasi rekam medis akan diperlukan sebagai barang bukti

di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas,

obyektif dan ditandatangi oleh tenaga kesehatan, tanggal, dan nama jelas harus
dicantumkan. Rekam medis sebagai alat bukti keterangan ahli (Pasal 186 KUHP) dan

sebagai alat bukti surat (Pasal 187 KUHP), atau untuk membuktikan bahwa telah

melakukan upaya yang maksimal untuk menyembuhkan pasien sesuai dengan standar

profesi kedokteran.

c. Aspek finansial : Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya

dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di

rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran

pelayanan di rumah sakit tidak dapat dipertanggung jawabkan. Sejak diterbitkan

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN), maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI sejak tanggal 01

Januari 2014, mengimplementasikannya dengan melaksanakan program jaminan

kesehatan sosial yang dikenal dengan nama program Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN). Pemerintah dalam melakukan pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit

metode case mix payment yaitu pembiayaan berbasis keluaran/hasil dan dilakukan

dengan pengelompokan diagnosis penyakit yang dikaitkan dengan biaya perawatan

dan dimasukan ke dalam group-group yang saat ini dikenal dengan sistem INA-

CBGs. Tarif INA-CBG merupakan tarif paket pelayanan rawat inap dan rawat jalan

yang meliputi jasa pelayanan medis dan non-medis, prosedur/tindakan, obat/bahan

habis pakai, pemeriksaan penunjang serta ruang perawatan yang diberikan kepada

seorang pasien selama satu episode rawatan. Pengajuan klaim pelayanan kesehatan

oleh rumah sakit menggunakan program INA-CBGs dapat terbayarkan atau terklaim

setelah diverifikasi oleh verifikator BPJS terhadap dokumen rekam medis.

d. Aspek riset : Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya

menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Hal ini diperlukan untuk


perkembangan ilmu kedokteran, teknologi kedokteran maupun pengembangan di

bidang profesi tenaga kesehatan lainnya. Selain itu rekam medis dibutuhkan untuk

penelitian yang dilakukan oleh pihak ke tiga yang ditunjuk pemerintah untuk sebagai

dasar pengambilan kebijakan terhadap pelaksaan suatu program pemerintah maupun

dalam rangka perbaikan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

e. Aspek edukasi : Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan. Karena

isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan

pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan

sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai. Karena rumah sakit

dewasa ini dijadikan sebagai lahan untuk praktek pendidikan bagi calon tenaga

kesehatan dari berbagai profesi kesehatan. Dengan rekam medis tersebut tenaga

kesehatan atau calon tenaga kesehatan dapat mengkaji dalam rangka mempelajari

perjalanan suatu penyakit.

f. Aspek dokumentasi : Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi,

karena isinya menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai

sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit. Karena berkas rekam

medis mempunyai nilai medis sebagai bukti tertulis maupun terekam atas segala

tindakan pelayanan, pengobatan dan perkembangan penyakit. Dengan dokumentasi

rekam medis tersebut, berguna sebagai alat komunikasi antara sesama pemberi

pelayanan kesehatan kepada pasien. Karena pemberian pelayanan kesehatan harus

secara berkesinambungan.

g. Kesehatan masyarakat : Rekam medis dapat mengidentifikasi terjadinya wabah

penyakit sehingga perencanaan dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan secara nasional dan internasional. Tugas pemerintah adalah untuk

melindungi dan memberi jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai
dengan UUD 1945. Dalam mewujudkannya itu, pemerintah terus melaksanakan

upaya kesehatan yaitu kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan dalam bentuk pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dengan adanya rekam medis maka pemerintah yang mendelegasikan

wewenang kepada aparat di bidang kesehatan akan mengetahui dan menyusun

langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.

h. Perencanaan dan pemasaran : Rekam medis dapat dipakai untuk mengidentifikasi data

yang diperlukan guna seleksi dan promosi jasa pelayanan kesehatan. Dengan adanya

data dan laporan dari rekam medis sangat berguna bagi pengembangan rumah sakit

dengan merencanakan rencana strategis untuk membuka pelayanan kesehatan baru

atau pengadaan alat kesehatan baru. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan

rumah sakit.

3. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan sesorang dapat diukur dari kemampuan orang tersebut mengungkapkan hal yang

diketahuinya dalam bentuk jawaban, baik lisan maupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan

reaksi dari stimulus yang berupa pertanyaan yang disampaikan baik lisan maupun tulisan, uji

yang digunakan untuk mengukur pengetahuan secara khusus dikelompokkan menjadi dua,

yakni:

a. Pertanyaan subyektif yaitu penilaian jawaban melibatkan subyektifitas penilaian

sehingga nilainya kemungkinan berbeda antara setiap penilai juga pada setiap waktu.

Contohnya, pertanyaan essay.


b. Pertanyaan objektif yaitu penilaian jawaban tidak melibatkan subyektifitas penilai,

melainkan dapat dinilai secara pasti dan sama oleh setiap penilai dan pada setiap

waktu.

Dari beberapa pengertian dan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

tentang nilai guna rekam medis adalah hasil tahu dengan mempelajari atau mengamati

tentang nilai guna rekam medis mencakup: administrasi, legal, financial, riset, edukasi,

dokumentasi, kesehatan masyarakat serta perencanaan dan pemasaran.

E. Kerangka Berpikir

Pengetahuan tentang nilai guna rekam medis adalah hasil tahu dengan mempelajari atau

mengamati tentang nilai guna rekam medis mencakup: administrasi, legal, financial, riset,

edukasi, dokumentasi, kesehatan masyarakat serta perencanaan dan pemasaran. Seseorang

yang mengetahui aspek administrasi akan dapat menjawab dengan benar bahwa rekam medis

dapat berguna untuk pertanggung-jawaban tugas dan tanggung jawab pemberi pelayanan.

Seseorang yang mengetahui aspek legal dapat menjawab dengan benar bahwa rekam medis

berguna sebagai bukti kepentingan hukum. Seseorang yang mengetahui aspek financial akan

dapat menjawab dengan benar bahwa rekam medis sebagai dasar perhitungan biaya

pelayanan kesehatan pasien. Seseorang yang mengetahui aspek riset dapat menjawab dengan

benar bahwa rekam medis berguna untuk penelitian. Seseorang yang mengetahui aspek

edukasi akan dapat menjawab dengan benar bahwa rekam medis sebagai bahan edukasi

tenaga kesehatan.

Seseorang yang mengetahui aspek dokumentasi dapat menjawab dengan benar bahwa rekam

medis sebagai dokumentasi pelyanan kesehatan. Seseorang yang mengetahui aspek

kesehatan masyarakat akan dapat menjawab dengan benar bahwa rekam medis sebagai
sumber informasi kesehatan masyarakat. Seseorang yang mengetahui aspek perencanaan dan

pemasaran dapat menjawab dengan benar bahwa rekam medis sebagai dasar perencanaan dan

pemasaran.

Pengetahuan merupakan perangsang yang menyebabkan adanya perubahan perilaku

seseorang. Seorang yang mempunyai pengetahuan yang baik akan dapat melakukan sesuatu

dengan baik pula sehingga seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang nilai

guna rekam medis akan memiliki kemampuan yang lebih baik pula dalam pengisian dokumen

rekam medis.

Pengisian dokumen medis merupakan perilaku kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan dalam mengisi dokumen rekam medis berisi tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien serta harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan oleh tenaga kesehatan yang

bersangkutansebagai bentuk pencatatan yang baik.

Pengisian identitas pasien merupakan kegiatan untuk membedakan identitas pasien yang satu

dengan pasien yang lain secara unik. Identitas pasien minimal terdiri dari nomor rekam

medis, nama pasien, tanggal lahir/umur dan jenis kelamin. Pemeriksaan adalah hasil

pengamatan atau hasil memeriksa keadaan fisik pasien yang dilakukan oleh tenaga medis dan

tenaga kesehatan lainnya baik terhadap pasien rawat jalan maupun rawat inap terutama

pemeriksaan fisik. Diagnosis penyakit ditetapkan berdasarkan pemeriksaan fisik terutama

diagnosis yang diderita pasien.

Pengobatan adalah therapi yang diberikan kepada pasien dengan tujuan untuk penyembuhan

pasien. Tindakan medis adalah tindakan yang bersifat operatif dan non operatif yang

dilaksanakan baik untuk tujuan diagnostik maupun pengobatan. Pelayanan lainnya,

maksudnya adalah pelayanan lain yang diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu kepada
pasien berikut autentikasinya, yakni : nama, gelar, tanggal, waktu, dan tanda tangan serta

pencatatan yang dilakukan dengan aturan yang banar dan koreksi yang benar apabila ada

kesalahan.
Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Selain dipengaruhi oleh pengetahuan tentang nilai guna, kemampuan pengisian dokemen

medis juga dipengaruhi oleh faktor predisposisi lainnya dan juga faktor pemungkin dan faktor

penguat, yakni

1. Jenis kelamin : Kemampuan perempuan dalam pengisian dokumen rekam medis akan

lebih baik dibandingkan dengan kaum laki-laki.

2. Umur : Semakin bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kemampuannya

dalam pengisian dokumen rekam medis.

3. Pengalaman : Seseorang yang mempunyai pengalaman bekerja di unit rekam medis

tentunya akan mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam pengisian dokumen

rekam medis.

4. Pendidikan : Seseorang yang berpendidikan D-III rekam medis akan mempunyai

kemampuan yang lebih baik dalam pengisian dokumen rekam medis.

5. Penghasilan : Semakin tinggi penghasilan seseorang akan semakin luas kesempatan

mendapatkan informasi yang membuat kemampuan yang dimilikinya menjadi lebih

baik, termasuk kemampuan dalam pengisian dokumen rekam medis.

6. Lingkungan pergaulan : Mereka yang sering berinteraksi dengan orang-orang yang

bergelut dalam bidang rekam medis menjadi lebih memahami seluk beluk pekerjaan

di unit rekam medis, termasuk dalam pengisian dokumen rekam medis.

7. Faktor-faktor pemungkin : Mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.
8. Faktor penguat : Meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama),

petugas kesehatan, undang-undang, peraturan-dan sebagainya serta perencanaan dan

pemasaran.

F. Kerangka Konsep
G. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengna perilaku petugas dalam

pengisian rekam medis di Rsup Dr. M Djamil Padang


BAB III

METODA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian diselenggarakan di Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap dan Unit Rekam Medis

Rumah Sakit RSUP dr M djamil Padang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian diselenggarakan selama 3 bulan dan dimulai pada bulan Januari sampai dengan

bulan Maret 2018 dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Penyusunan proposal

b. Pembuatan instrumen penelitian

c. Uji coba atau try-out instrumen penelitian

d. Pengumpulan data

e. Pengklasifikasian

f. Penyajian data

g. Interpretasi data

h. Pelaporan

B. Disain Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang berusaha

mencari hubungan satu variabel penelitian dengan variabel penelitian yang lain (Sugiyono,

1998) atau penelitian survey analitik yang menggambarkan dan menjelaskan data yang aktual

dengan cara menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut (Arikunto, 2006). Penelitian

ini akan menggambarkan tentang pengetahuan nilai guna rekam medis dan perilaku pengisian

dokumen rekam medis yang dilakukan oleh petugas rekam medis di Rsup Dr. M Djamil

Padang, sekaligus menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang nilai guna rekam

medis (variabel independen) dengan perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis

oleh tenaga kesehatan (variabel dependent) tersebut.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang) karena variabel

penyebab (variabel independent) dan variabel akibat (variabel dependent) diukur secara

simultan pada waktu yang bersamaan (Arikunto, 2006). Variabel pengetahuan tentang nilai

guna rekam medis yang termasuk faktor risiko (penyebab) dan variabel perilaku petugas

dalam pengisian dokumen rekam medis yang termasuk efek (akibat) akan diobservasi

sekaligus pada waktu yang bersamaan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 1998). Populasi penelitian ini adalah seluruh

petugas medis dan paramedis yang mendokumentasikan rekam medis di Rsup Dr. M Djamil

Padang, yakni para dokter dan perawat yang seluruhnya berjumlah 148 orang. Populasi

penelitian tersebut terdiri dari dokter sebanyak 15 orang dan perawat sebanyak 133 orang.
Perawat yang berasal dari Unit Rawat Jalan sebanyak 49 orang dan Unit Rawat Inap

sebanyak 84 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,

1998). Sampel penelitian ini adalah sebagian dokter dan perawat di Rsup Dr. M Djamil

Padang yang ditentukan menggunakan rumus Slovin dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan :

n = jumlah sempel

N = jumlah populasi

d = batas besarnya kesalahan atau penyimpangan yang masih bisa ditolerir (d =10% atau

0,1).

Untuk menentukan anggota sampel sebesar 60 orang tersebut di atas, maka teknik sampling

yang digunakan adalah proportional random sampling. Teknik sampling ini dilakukan

dengan mengambil sampel dari setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya

sub populasi tersebut, sedangkan pengambilannya dilakukan secara acak (Arikunto, 2006).

Berdasarkan teknik sampling ini, maka jumlah sampel dokter adalah 6 orang, perawat di Unit

Rawat Jalan sebanyak 20 orang dan perawat di Unit Rawat Inap sebanyak 34 orang.
D. Instrumen Penelitian

1. Definisi Konseptual

a. Pengetahuan tentang nilai guna rekam medis adalah hasil tahu dengan mempelajari

atau mengamati tentang nilai guna rekam medis mencakup: administrasi, legal,

financial, riset, edukasi, dokumentasi, kesehatan masyarakat serta perencanaan dan

pemasaran.

b. Perilaku petugas dalam dokumentasi rekam medis adalah suatu kegiatan atau aktivitas

dari tenaga kesehatan dalam mengisi dokumen rekam medis berisi tentang identitas

pasien, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan medis serta autentifikasi dan

pencatatan yang baik.

2. Definisi Operasional

a. Pengetahuan tentang nilai guna rekam medis (X) adalah skor yang diperoleh dari hasil

pengukuran variabel pengetahuan dokter dan perawat tentang nilai guna rekam medis

dengan kuesioner dan disajikan dalam bentuk skala interval.

b. Perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis (Y) adalah skor yang

diperoleh dari penjumlahan skor pengukuran perilaku dokter dan perawat dalam

mengisi dokumen rekam medis, dengan menggunakan pedoman observasi dan skala

ukur adalah interval.

3. Kisi-kisi Instrumen

a. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang nilai guna

rekam medis berbentuk kuesioner yang dibuat berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 3.1

Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis

Variabel Dimensi Indikator No Butir


Pengetahuan Administrasi Rekam medis dapat berguna 1
tentang untuk pertanggung-jawaban
Nilai Guna tugas dan tanggung jawab
Rekam pemberi pelayanan.
Medis Legal Rekam medis berguna sebagai 2,3
bukti kepentingan hukum.
(X)
Rekam medis sebagai dasar 4
Finansial perhitungan biaya pelayanan
kesehatan pasien.
Riset Rekam medis berguna untuk 6
penelitian.
Edukasi Rekam medis sebagai bahan 5
edukasi tenaga kesehatan
Dokumentasi Rekam medis sebagai 7
dokumentasi pelayanan
kesehatan
Kesehatan Rekam medis sebagai sumber 8
Masyarakat informasi kesehatan masyarakat
Perencanaan & Rekam medis sebagai dasar 9, 10
Pemasaran perencanaan dan pemasaran
Butir-butir pertanyaan yang diajukan dalam instrumen penelitian disediakan jawaban dalam

bentuk pilihan ganda. Alternatif jawaban yang benar akan diberi sekor 3 dan jawaban yang

salah diberi sekor 1 sesuai tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Alternatif Jawaban Sekor


Benar 3
Salah 1

Sekor Jawaban Kuesioner

b. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur perilaku petugas dalam

pengisian dokumen rekam medis berupa daftar cek (check-list) yang dibuat

berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut :

Tabel 3.3

Pedoman Observasi Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis

Variabel Dimensi Indikator No.Butir


Perilaku Pemeriksaan Pemeriksaan fisik 11
petugas Pengobatan Terapi yang dilakukan 12
dalam kepada pasien
pengisian Tindakan Tindakan yang dilakukan 13
dokumen kepada pasien
rekam medis Diagnosis Diagnosis yang diderita 14
pasien
Autentikasi -Nama 15

-Gelar 16
-Tanggal 17

-Waktu 18

-Tanda Tangan 19
Pencatatan yang Baris tetap 20
Baik
Koreksi yang benar (bila 21
ada).

Data yang terkumpul diberi sekor 1 bila dokumen rekam medis terisi dengan benar (ya) dan

diberi sekor 0 bila tidak terisi dengan benar (tidak) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.4

Sekor Pengisian Dokumen Rekam Medis

Pengisian Sekor
Ya 1
Tidak 0

4. Uji coba Instrumen Penelitian

a. Validitas Instrumen : Validitas instrumen diuji dengan menggunakan uji statistik

pearson. Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk setiap butir pertanyaan

dengan mengkorelasikan skor setiap butir pertanyaan dengan sekor total yang dibantu
dengan alat komputer. Hasil perhitungan korelasi yang dinilai valid adalah butir

pertanyaan yang mempunyai nilai r di atas 0,300, sebaliknya butir pertanyaan yang

mempunyai nilai di bawah 0,300 dinilai tidak valid (Sugiyono, 2006).

b. Reliabilitas Instrumen : Setelah dilakukan uji validitas instrumen, butir-butir

pertanyaan tersebut diuji reliabelitasnya dengan alpha cronbach. Nilai-nilai yang

dihasilkan dari pengujian kedua instrumen tersebut dikatakan reliabel apabila

mempunyai P value > 0,6, sebaliknya apabila mempunyai P value < 0,6 dikatakan

instrumen tersebut tidak reliabel (Sugiyono, 2006).

E. Analisis Univariat

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan observasi langsung ke objek yang

diteliti untuk mendapatkan data perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis.

Pada observasi tersebut juga dilakukan pengumpulan data pengetahuan tentang nilai guna

rekam medis dengan cara menyebar kuesioner kepada para dokter dan perawat.

2. Klasifikasi Data

Penelitian ini menggunakan data primer berupa data pengetahuan tentang nilai guna rekam

medis sebagai data yang berasal dari variabel independent dan perilaku petugas dalam

pengisian dokumen rekam medis sebagai data yang berasal dari variabel dependent. Selain

kedua jenis data utama tersebut dikumpulkan pula data yang berkaitan sebagai data

tambahan.

Adapun cara mengklasifikasikan data dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :

a. Editing : Data yang terkumpul dilakukan pemeriksaan atau koreksi agar tidak ada data yang

tidak memenuhi syarat, melengkapi data dengan mengumpulkan data atau menghilangkan
data yang salah. Semua data yang dikumpulkan disuntuing agar sesuai dengan variabel

penelitian, yakni data hasil pengukuran variabel pengetahuan tentang nilai guna rekam medis

dan data hasil pengukuran perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis.

b. Coding : Semua data yang telah disunting dalam proses editing dilakukan coding dengan

memberikan kode tertentu pada tiap data penelitian termasuk memberikan kategori untuk

jenis data yang sama dalam bentuk simbol, huruf, atau angka tertentu. Setelah dilakukan

coding dilakukan pula scoring terhadap data yang telah diklasifikasikan tersebut.

c. Tabulating : Data yang telah diklasifikasikan dan telah diberi sekor ditempatkan dalam tabel

sesuai kebutuhan analisis. Tabel yang dibuat sebaiknya mampu meringkas semua data yang

akan dianalisis

3. Penyajian Data

Data yang terkumpul dan sudah diklasifikasi disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi

dengan ilustrasi berupa tabel-tabel dan gambar-gambar yang berhubungan dengan data

variabel ataupun data tambahan yang dinarasikan tersebut.

4. Interpretasi Data

Interpretasi Data : Data diinterpretasikan secara deskriptif dengan menggunakan parameter-

paremeter yang dihasilkan dari perhitungan statistik deskriptif, seperti nilai rata-rata (mean),

titik tengah (median), modus, standar deviasi dan sebagainya.

F. Analisis Bivariat

1. Uji Persyaratan Analisis

Uji normalitas data digunakan sebagai uji persyaratan analisis dengan mengetahui distribusi

data tersebut. Data disebut berdistribusi normal apabila P Value > ɑ = 0,05 dan dikatakan

tidak berdistribusi normal bila P Value < ɑ = 0,05. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Kolmogorov Smirnov, yaitu pengujian yang dilakukan untuk menentukan distribusi data pada

variabel X (pengetahuan tentang nilai guna rekam medis) dan variabel Y (perilaku pengisian

dokumen rekam medis) berdistribusi normal atau tidak normal (Sunyoto, 2011).

Hasil uji normalitas data ini akan menentukan jenis uji statistik yang akan dipilih saat

menganalisis data. Uji normaltas, selanjutnya akan digunakan pula sebagai dasar untuk

melakukan interpretasi data, terutama dalam analisis data univariat.

2. Uji Hipotesis

Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji korelasi Pearson

Product Moment apabila data berdistribusi normal, namun apabila data tidak berdistribusi

normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank (Sunyoto,

2011). Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan analisis data dengan menggunakan

bantuan program komputer untuk menguji hipotesis sebagai berikut :

a. Ho : r = 0 (Tidak ada hubungan pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan

perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUP dr M Djamil Padang)

b. H1 : r ≠ 0 (Ada hubungan pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku

petugas dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUP DR,M Djamil Padang

3. Interpretasi data

Hasil uji hipotesis dilakukan analisis dan selanjutnya diinterpretasikan secara bivariat untuk

melihat hubungan variabel indepedent yaitu pengetahuan tentang nilai guna rekam

medis dengan variabel dependent yaitu perilaku petugas dalam pengisian dokumen rekam

medis. Analisis dilakukan untuk melihat apakah hubungan yang terjadi tersebut merupakan

hubungan yang bermakna atau hubungan yang terjadi secara kebetulan. Interpretasi data

dilakukan menggunakan taraf kepercayaan 95% atau ɑ = 0,05.

Hasil uji hipotesis diinterpretasikan dengan menggunakan nilai koefisien korelasi sesuai

dengan pedoman yang terdapat pada tabel berikut ini :


Tabel 3.5

Interval nilai Koefisien dan Kekuatan Hubungan

Interval Nilai Kekuatan Hubungan


KK = 0,00 Tidak ada
0,00<KK≤0,20 Sangat rendah atau lemah sekali
0,20<KK≤0,40 Rendah atau lemah tapi pasti
0,40<KK≤0,70 Cukup berarti atau sedang
0,70<KK≤0,90 Tinggi atau kuat
0,90<KK≤1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
KK = 1,00 Sempurna
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik

(Jakata : PT. Rineka Cipta)

Huffman, Edna K. 2003, Medical Record Management, (Illinois: Physicians


Record Company, 1990)
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Rineka
Cipta)
__________________, 2003a. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, (Jakarta : Rineka Cipta).
Sunyoto, Danang, 2011. Analisis Untuk Penelitian Kesehatan, (Yogyakarta:
Nuha Medika, 2011)

Widjaja, Lily, 2014.Manajemen Informasi Kesehatan 3 Peningkatan Kelengkapan


Pendokumentasian Klinis, (Jakarta: Universitas Esa Unggul)

Anda mungkin juga menyukai